i
PEDOMAN
PENYELENGGARAAN PROGRAM PENANGGULANGAN TUBERKULOSIS
UPTD. PUSKESMAS RAMBIPUJI
PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER DINAS KESEHATAN
UPTD. PUSKESMAS RAMBIPUJI
TAHUN 2023
ii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
DAFTAR ISI ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
BAB I ... 1
PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang... 1
B. Tujuan ... 1
C. Sasaran ... 1
D. Ruang Lingkup Pelayanan ... 1
E. Batasan Operasional ... 1
BAB II ... 3
STANDAR KETENAGAAN ... 3
A. Klasifikasi Ketenagaan ... 3
B. Distribusi Ketenagaan ... 3
STANDAR FASILITAS ... 5
A. Fasilitas & Sarana ... 5
BAB IV ... 7
TATALAKSANA PELAYANAN P2TB ... 7
A. Ketentuan Umum ... 7
B. Petugas Penanggung Jawab P2TB ... 7
C. A.Tata Laksana Pelayanan P2TB... 7
BAB V ... 9
LOGISTIK ... 9
A. Logistik OAT ... 9
B. Logistik TPT ... 9
C. Logistik Non OAT ... 9
BAB VI ... 10
KESELAMATAN PASIEN ... 10
BAB VII ... 11
KESELAMATAN KERJA ... 11
A. Tujuan ... 11
B. Tindakan yang beresiko terpajan ... 11
C. Prinsip Keselamatan Kerja ... 11
BAB VIII ... 12
PENGENDALIAN MUTU ... 12
BAB IX ... 13
PEMANTAPAN MUTU ... 13
A. Penemuan pasien TB ... 13
B. Diagnosis TB ... 13
... 13
C. Diagnosis TB Anak ... 14
D. Klasifikasi Penyakit dan Tipe Penyakit ... 15
E. Pengobatan TB ... 16
F. Pengawasan Menelan Obat ... 17
G. Menghitung dan Analisa Indikator ... 19
BAB VI ... 20
PENUTUP ... 20
iii KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirohim Assalamualaikum WR.WB
Segala puji bagi Allah SWT , Pedoman kegiatan Program P2TB di Puskesmas Rambipuji Kecamatan Rambipuji Kabupaten Jember telah selesai disusun . Pedoman ini dibuat untuk melaksanakan kegiatan program Penanggulangan TBC di Puskesmas Rambipuji sebagai unit penyelenggara pelayanan publik .
Selain itu , penyusunan pedoman ini bertujuan untuk memberikan petunjuk cara pelaksanaan program kusta di Puskesmas Rambipuji bagi seluruh staf Puskesmas Rambipuji . Semoga panduan ini dapat bermanfaat bagi pengguna layanan Puskesmas Rambipuji dan pihak – pihak lain yang berkepentingan .
Jember, Januari 2023 Penanggung Jawab
Umi Safaah,S.kep.,Ners NIP. 19900719 2019 03 2 017
1 BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat selain merugikan secara ekonomis, Tuberkulosis juga memberikan dampak buruk lainnya secara sosial stigma bahkan dikucilkan oleh masyarakat. Tuntutan masyarakat akan mutu, transparansi, dan akuntabilitas program akan semakin meningkatkan kompleksitas kegiatan program TB. Kegiatan program dilapangan maupun bukti- bukti ilmiah juga sangat berguna dalam menunjang efektifitas pelaksanaan program. Untuk itu puskesmas perlu dibuat standar pelayanan yang merupakan pedoman dalam tata cara pelaksanaan pelayanan yang diberikan ke pasien pada umumnya dan khususnya pasien TB puskesmas Rambipuji.
B. Tujuan
Sebagai pedoman untuk melaksanakan kegiatan program TB sehingga menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat TB dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
C. Sasaran
Sasaran dari pedoman ini adalah 1. Petugas TB
2. Petugas poli dan dokter yang berkaitan dengan kegiatan TB 3. Pasien yang terdiagnosa TB
D. Ruang Lingkup Pelayanan
Ruang lingkup pedoman ini meliputi : (1) Penemuan kasus
(2) Ketersediaan obat dan sarana (3) Sumber daya manusia
(4) Peran serta stakeholder (5) Monitoring dan evaluasi TB E. Batasan Operasional
1.) Berhubungan dengan pasien
- Pasien datang dengan mendaftar di loket, untuk pasien yang telah terdiagnosis TB maupun pasien Rujukan akan langsung diarahkan ke Poli TB tanapa mendaftasr di loket.
- Penjaringan suspek dilakukan di semua poli terkait yang menemukan pasien dengan gejala TB, yaitu : batuk berdahak selama 2 minggu atau lebih, diikuti
2 gejala tambahan yakni batuk bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan turun, berat badan turun, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan. Setiap orang yang datang ke Puskesmas dengan gejala tersebut dianggap sebagai suspek pasien TB.
- Pemeriksaan dahak dilakukan dengan mengumpulkan 3 spesimen berupa SPS.
S (sewaktu) : dahak dikumpulkan saat datang berkunjung pertama kali.
P (pagi) : dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua,segera setelah bangun tidur.
S (sewaktu) : dahak dikumpulkan di hari kedua, saat menyerahkan dahak pagi.
- Spesimen dikirim ke PRM untuk diperiksa dan hasilnya akan disampaikan ± 1 minggu setelah dahak di berikan.
- Poli TB bagi pasien yang sudah terdiagnosa TB di buka setiap hari Senin dan Rabu pada jam pelayanan pukul 08.00 – 12.00 WIB.
- Bagi pasien TB yang datang dengan membawa rujukan TB 09 dari RS atau Puskemas lain bisa langsung diterapi OAT sesuai klasifikasi dan ketentuan yang sudah jelas tanpa harus melalui pemeriksaan dahak lagi.
2.) Berhubungan dengan pengobatan
- Pasien TB di terapi OAT sesuai klasifikasi dan kategorinya. Petugas TB menyediakan OAT untuk langsung diberikan kepada pasien.
- Bagi pasien yang membutuhkan konsultasi dokter untuk keluhan yang terjadi, maka dokter pemeriksa melakukan pemeriksaan dan konsultasi di poli TB untuk menghindari terjadinya infeksi nosokomial terhadap pengunjung di poli.
- Pasien yang mendapatka OAT di Poli TB, resep OAT dikirim oleh petugas dan pengambilan OAT dilakukan oleh petugas
3.) Berhubungan dengan petugas
- Sebelum menghadapi penderita, petugas harus menggunakan masker khusus N95 untuk melindungi diri
- Pasien menggunakan masker biasa untuk mencegah penularan pada petugas.
3 BAB II
STANDAR KETENAGAAN
A. Klasifikasi Ketenagaan
Petugas pengelola program Tuberkulosis dengan kualififikasi SDM sebagai berikut :
No. Jenis
ketenenagaan
Kompetensi (Ijazah)
Kompetensi tambahan (pelatihan)
Jumlah
1. Dokter Umum Dokter Umum Pelatihan ILTB
Pelatihan Piloting TB RO 1
2. Koordinator Program TB
S1 keperawatan + Ners
Pelatihan TB DOTS Pelatihan Piloting TB RO Pelatihan ILTB
1
3. Petugas
Pencatatatan dan Pelaporan
D3 Keperawatan - 1
4. Analis
Laboratorium
D4 Analis Pelatihan TB DOTS Pelatihan Piloting TB RO
1
5 Tenaga
Kefarmasian
D3 Farmasi Pelatihan TB DOTS Pelatihan ILTB
Pelatihan Piloting TB RO 1
B. Distribusi Ketenagaan
1. Dokter Umum : Melakukan pemeriksaan dan konsultasi di Poli TB 2. Perawat : Melakukan pelayanan di Poli TB pada hari Senin dan
Rabu
Melakukan Pemantauan Pengobatan OAT dan Terapi Pencegahan
Melakukan Konseling pada Pasien dan Keluarga Melakukan Pelacakan Kasus Mangkir
3. Perawat RR : Melakukan Pelayanan Poli TB setiap hari dalam kegiatan penemuan Suspek
Melakukan Pencatatan manual dan SITB
4 4. Analis Laborat : Melakukan Packing dahak dan pengiriman melalui
aplikasi Sitrust
Melakukan pemeriksaan BTA follow UP
5. Tenaga Farmasi : Melakukan perhitungan kebutuhan OAT, Non OAT dan Logistik Program TB
Melakukan Distribusi OAT ke Poli TB
Melakukan pemantauan dan penyimpanan Logistik Melakukan Pencatatan dan pelaporan Logistik di SITB
5 BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Fasilitas & Sarana
Poli TB berlokasi di selatan gedung puskesmas Rambipuji, merupakan bangunan permanen terdiri dari 2 ruangan :
1. Ruang tunggu pasien a. berukuran 4 x 4 m
b. ruangan terbuka tanpa penyekat, berlokasi di sisi luar dari bangunan utama puskesmas
2. Poli TB
a. berukuran 2,2 m x 4 m
b. Ventilasi Baik dan Pencahayaan baik
Gambar 3.1 Denah Ruangan Poli TB Keterangan : 1. Kursi petugas
2. Kursi pasien 3. Meja Periksa 4. Wastafel
6 B. Alat-alat P2 TB :
1. Tensimeter 2. Termometer 3. Stetoskop 4. Pot sputum 5. Masker N95 6. Masker surgical
7. Timbangan berat badan 8. Mikrotoa
9. Komputer 10. Printer C. Perlengkapan :
1. Tempat sampah medis tertutup dengan injakan pembuka penutup 2. Tempat sampah non medis tertutup dengan injakan pembuka penutup D. Meubelair
1. Meja tulis 2. Kursi kerja 3. Lemari arsip
4. Tempat Tidur Pasien E. Pencatatan dan pelaporan :
1. TB 01
2. TB 02 ( untuk pasien / PMO ) 3. TB 03
4. TB 05 ( Rujukan Pemeriksaan Dahak) 5. TB 06
6. TB 09 (Rujukan Pindah Faskes) 7. TB 10
8. Kohort Pasien TB 9. Kohort ILTB 10. Leaflet
11. Status Rekam Medis
7 BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN P2TB
A. Ketentuan Umum
1. Pasien datang dengan hasil laborat dan atau rujukan BTA / Rontgen / PA yang menyatakan pasien sakit TB, oleh petugas dicatat pada status Rekam Medis, TB 01 dan TB 02
2. Petugas memberikan konseling tentang penyakit TB,pemeriksaan GDA dan PITC, Cara minum OAT, lamanya pengobatan, efek samping obat, serta pentingnya kepatuhan dalam pengobatan.
3. Petugas anamnesa keluhan pasien saat ini dan melakukan pemeriksaan TTV 4. Petugas menimbang berat badan pasien untuk menentukan jumlah OAT yang
akan diminum
5. Petugas merujuk pasien ke laboratorium untuk melakukan pemeriksaan Gula darah dan pemeriksaan HIV
6. Petugas konsultasikan pada dokter bahwa pasien tersebut menjalani pengobatan TB dan dokter memberi resep obat lain sesuai keluhan pasien.
7. Petugas Poli TB memberikan OAT dan menyerahkan TB 02 8. Petugas poli TB mengambilkan OAT di kamar obat
9. Petugas kamar obat menyediakan obat tambahan dan diberikan pada pasien / keluarga
10. Petugas melakukan evaluasi edukasi yang diberikan, memberikan informasi jadwal pengambilan OAT selanjutnya
B. Petugas Penanggung Jawab P2TB 1. Perawat Koordinator Program P2TB
C. A.Tata Laksana Pelayanan P2TB
1. Petugas menyiapkan alat tulis dan TB 01 kunjungan dan masker 2. Petugas memakai APD masker N95 dan masker surgical untuk pasien 3. Pasien datang langsung ke Poli TB
4. Petugas memanggil berdasarkan nomer antrian kedatangan pasien dan mempersilahkan duduk
5. Petugas meminta kartu TB 02/ TB 09 yang dibawa pasien / PMO untuk dilihat kembali ketepatan tanggal kontrol dan OAT habis
6. Petugas menghubungi petugas Rekam Medis untuk mengirimkan Rekam medis Pasien
8 7. Petugas Mengisi Register Kunjungan dan rekam medis pasien ; anamnesa keluhan pasien, TTV, timbang badan ( tiap bulan ) dan identitas pada resep dokter
8. Memberikan OAT yang sudah disediakan sesuai dengan jumlah dan dosis yang dibutuhkan
9. Menuliskan berapa hari OAT diberikan, tanggal kontrol pada RM dan TB 02 serta memberi tanda pada TB 01
10. Bagi pasien yang tidak mepunyai keluhan, cukup diberikan OAT dan motivasi agar pasien banyak makan ( kecuali DM ) yang bergizi
11. Bagi pasien yang akan di periksa follow up, petugas menuliskan blangko pemeriksaan dahak ulang pada tanggal yang ditentukan.
12. Bagi pasien yang mempunyai keluhan sehingga membutuhkan obat yang lain maka petugas mengkonsulkan pada dokter untuk diperiksa dan diberi obat tambahan
13. Bagi pasien dengan permasalahan nutrisi akan dilakukan konseling dengan Nutrisionist
14. Petugas menuliskan resep OAT untuk diberikan kepada Petugas kamar obat sesuai Jumlah OAT yang diterima pasien
9 BAB V
LOGISTIK
A. Logistik OAT
Program menyediakan paket OAT dewasa dan anak dalam bentuk Kombinasi Dosis Tetap ( KDT ) atau Fixed Dose Combination ( FDC ):
1. OAT KDT Anak : 2HRZ 4HR 2. OAT KDT Dewasa : 2HRZE 4HR
B. Logistik TPT
Program menyediakan Logistik Terapi Pencegahan TBC dalam bentuk ; 1. Isoniazid 100mg
2. Isoniazid 300mg 3. Rifapentin 150mg 4. Rifampisin 400mg 5. Rifampisin 600mg
6. 3HR KDT ( Isoniazid Rifampisin) 7. 3HP KDT ( Isonoazid Rifapentin)
C. Logistik Non OAT
1. Formulir TB 01, TB 02, TB 03, TB 04, TB 05, TB 09 2. Pot Sputum
3. Kaca Slide 4. Masker N95 5. Masker medis
10 BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
Keselamatan Pasien ( Patient Safety ) Adalah suatu sistem dimana puskesmas membuat asuhan pasien lebih aman. Hal ini termasuk asesmen resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya, implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko. Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh Kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
Tujuan penerapan keselamatan paisen adalah terciptanya budaya keselamatan pasien, meningkatkan akuntabilitas puskesmas terhadap pasien dan masyarakat, menurunkan kejadian tidak diharapkan (KTD) di puskesmas, terlaksananya program- program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian tidak diharapkan.
Pelayanan laboratorium memperhatikan keselamatan pasien dengan cara : a. Identifikasi Potensi
- Kemungkinan kesalahan identifikasi pasien - Kemungkinan kesalahan pengulangan suspek
- Kemungkinan pengukuran berat badan untuk dosis KDT - Kemungkinan kesalahan pencatatan
- Kemungkinan kesalahan pelaporan b. Pencegahan terjadinya kesalahan
- Pelaksanaan prosedur identifikasi dan kesesuaian dengan identitas pasien - Petugas dalam melakukan pelayanan harus sesuai dengan SOP
- Monitoring secara berkala oleh Tim Mutu Puskesmas Rambipuji c. Pelaporan
- Setiap adanya kesalahan pelayanan poli P2TB dilaporkan kepada Tim Mutu Puskesmas Rambipuji
- Pengaduan dan keluhan pasien terkait dengan pelayanan poli P2TB dilaporkan kepada Tim Mutu Puskesmas Rambipuji
d. Penanganan/tindak lanjut
- Hasil identifikasi, temuan audit internal, pelaporan dan keluhan atau pengaduan dibahas dan ditindaklanjuti oleh Tim Mutu dalam Rapat Tinjauan Manajemen
Hasil rapat dilakukan umpan balik kepada penanggung jawab P2TB
11 BAB VII
KESELAMATAN KERJA
A. Tujuan
1. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat melindungi diri sendiri, pasien dan masyarakat dari penyebaran infeksi.
2. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya mempunyai resiko tinggi terinfeksi penyakit menular dilingkungan tempat kerjanya, untuk menghindarkan paparan tersebut, setiap petugas harus menerapkan prinsip
“Universal Precaution”.
B. Tindakan yang beresiko terpajan 1. Cuci tangan yang kurang benar.
2. Penggunaan masker yang kurang tepat.
3. Tata ruang yang tidak tepat 4. Suhu ruangan yang tidak tepat
5. Ventilasi dan cahaya masuk di ruangan yang kurang 6. Praktek kebersihan ruangan yang belum memadai.
C. Prinsip Keselamatan Kerja
- Cuci tangan guna mencegah infeksi silang
- Pemakaian alat pelindung yaitu pemakaian masker N95 bagi petugas dan masker surgical bagi pasien
- Pengaturan tata ruang poli P2TB
- Pengelolaan limbah ; sampah medis dan non medis
12 BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Indikator mutu yang digunakan program P2TB Puskesmas Rambipuji dalam memberikan pelayanan adalah Kesembuhan pasien TB Paru Bakteriologis ≥80 %. Yang dimaksud Kesembuhan pasien TB Paru Bakteriologis adalah dari penderita TB Paru dengan hasil pemeriksaan awal TCM ( Tes Cepat molekuler) Rifampisin Sensitif yang diobati, semua terpantau pengobatan dari awal sampai akhir ditunjukkan denga adanya hasil sputum follow up F-2 (2 bulan pengobatan), F-5 (bulan ke-5 pengobatan) dan F-AP (Akhir pengobatan) dengan hasil laborat BTA mikroskopis negatif Indikator mutu akan dipantau oleh Tim Mutu Puskesmas melalui monitoring dan evaluasi pelaksanaan.
Pencapaian indikator mutu dicatat dan dilaporkan melalui http://mutufasyankes.kemkes.go.id, dibahas dalam pertemuan tinjauan manajemen dan dilaporkan kepada Kepala Puskesmas.
13 BAB IX
PEMANTAPAN MUTU A. Penemuan pasien TB
Dilakukan di UPK dengan gejala utama TB Paru adalah batuk berdahak selama 2- 3 minggu atau lebih. Diikuti gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa aktifitas, demam mriang lebih dari satu bulan. Maka, perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung (SPS).
B. Diagnosis TB
Bagan 9.1 Alur Diagnosis TBC
Batuk berdahak lebih dari 2 minggu, demam, keringat dingin di malam
hari, penurunan BB
MTB Detected Rifampisin Resistant
Rujuk ke fasyankes
dengan pelayanan TB Resistant Obat
MTB Detected Rifampisin Sensitif
Rujukan Internal Poli TB pengobatan TB kategori 1
MTB Not Detected/Negatif
Terapi AB non OAT Perbaikan
Bukan TB
Tidak ada perbaikan Pemeriksaan
Klinis Ulang , cek ulang TCM MTB Detected
Rifampisin Sensitif Rifampisin
Resistant
MTB not Detected didukung dengan klinis
Observasi / Rujuk Foto Thorax jika
klinis mendukung
Hasil Foto Thorax negatif
Hasil Foto Thorax positif pemeriksaan Tes
Cepat Molekuler ( TCM ) dengan
Sewaktu/Pagi (S/P)
Bukan TB
14 C. Diagnosis TB Anak
terdapat 1 atau lebih gejala TB anak(*)
Keterangan :
(***) : Panduan TB Anak
(****) : Pasien TB Anak atau Dewasa terkonfirmasi Bakteriologis
Bagan 9.2 Alur Diagnosis TB Anak
Suspek Anak usia 0-14 tahun
Positif
Tidak tersedia
OAT Anak sesuai panduan***
TB ANAK
Pemeriksaan TCM
Curiga Infeksi Laten TB Tuberculin +,
ada kontak TB Paru****
Negatif/tidak dilakukan
Skoring (TST & Rontgen Thorax)
Skor ≥6 Skor <6
Tuberculin -, ada/tidak kontak
TB Paru****
Tuberculin + tidak ada kontak
TB Paru****
Tata laksana gejala &
observasi
Membaik
Bukan TB Tidak
Membaik
15
Parameter 0 1 2 3 Jumla
h
Kontak TB Tidak jelas Laporan klg,
BTA (-) atau tdk tahu, BTA tdk jelas
BTA positif
Uji Tuberkulin Negatif Positif (≥10
mm, atau ≥5
mm pd
keadaan imunosupresi Berat badan /
keadaan gizi KMS BGM
atau BB/U
<80%
Klinis gizi buruk (BB/U
<60%) Demam tanpa
sebab jelas
≥2 minggu
Batuk ≥3 minggu
Pembesaran
kelejar limfe ≥1 cm, jumlah
>1, tidak nyeri Pembengkakan
tulang/sendi panggul, lutut, falang
Ada
pembengkak an
Foto toraks Normal/tidak
jelas Kesan TB
Jumlah
Tabel 9.3 Skoring TB Anak
Diagnosa sistem skoring ditegakkan oleh dokter, pasien dengan jumlah skor yang lebih atau sama dengan 6 ( ≥6 ), harus ditatalaksana sebagai pasien TB dan mendapat OAT Anak.
D. Klasifikasi Penyakit dan Tipe Penyakit 1. Klasifikasi organ tubuh yang terkena :
a. Paru
b. Ekstra Paru
2. Klasifikasi hasil pemeriksaan dahak secara mikroskopis : a. TB Paru Bakteriologis : hasil dahak TCM Rif Sen
b. TB Paru Subklinis : Hasil dahak TCM Negatif, Rontgen Thorax TB Paru 3. Klasifikasi berdasarkan Sensitifitas OAT :
a. TB SO ( Sensitif Obat) : Hasil TCM Rif Sen b. TB RO ( Resisten Obat) : Hasil TCM Rif Res 4. Klasifikasi Berdasarkan Kategori Usia :
a. TB Anak : 0-14 Tahun b. TB Dewasa : >14 tahun
5. Klasifikasi berdasarkan penyakit penyerta tertentu :
16 a. TB – DM
b. TB – HIV
E. Pengobatan TB
Dosis obat disesuaikan dengan berat badan sehingga menjamin efektifitas obat dan mengurangi efek samping.
1. OAT Dewasa
Kategori 1 Intermitten diberikan untuk pasien baru Berat badan Tahap Intensif RHZE
(150/75/400/275) tiap hari selama 56 hari
Tahap lanjutan RH (150/150)
3 kali seminggu selama 16 minggu
30 – 37 kg 2 tablet 4KDT 2 tablet 2KDT
38 – 54 kg 3 tablet 4KDT 3 tablet 2KDT
55 – 70 kg 4 tablet 4KDT 4 tablet 2KDT
≥ 71 kg 5 tablet 4KDT 5 tablet 2KDT
Kategori 1 Dosis Harian diberikan pada :
- pasien kambuh dengan hasil TCM Rif Sensitif - pasien TB – HIV
- pasien TB - DM
Berat badan Tahap Intensif RHZE (150/75/400/275) tiap hari selama 56 hari
Tahap lanjutan RH (75/75)
Tiap hari selama minimal 16 minggu
30 – 37 kg 2 tablet 4KDT 2 tablet 2KDT
38 – 54 kg 3 tablet 4KDT 3 tablet 2KDT
55 – 70 kg 4 tablet 4KDT 4 tablet 2KDT
≥ 71 kg 5 tablet 4KDT 5 tablet 2KDT
2. OAT Anak
a. Dosis kombinasi OAT TB pada anak Berat Badan
(kg)
2 bulan RHZ(75/50/150)
4 bulan RH (75/50)
5-7 1 tablet 1 tablet
8-11 2 tablet 2 tablet
12-16 3 tablet 3 tablet
17-22 4 tablet 4 tablet
23-30 5 tablet 5 tablet
17 Keterangan : BB>30 kg diberikan 6 tablet atau menggunakan KDT dewasa
b. Dosis OAT TB pada Anak Terkonfirmasi Bakteriologis
Berat Badan (kg) 2 bulan
RHZ(75/50/150)*
4 bulan RH (75/50)
5-7 1 tablet 1 tablet
8-11 2 tablet 2 tablet
12-16 3 tablet 3 tablet
17-22 4 tablet 4 tablet
23-30 5 tablet 5 tablet
Keterangan : BB>30 kg diberikan 6 tablet atau menggunakan KDT dewasa
*Pada 2 bulan pertama dilakukan pemberian OAT anak KDT + Ethambutol dengan Dosis (15-25mg/KgBB/hari) Maksimal 1000mg/hari.
c. Dosis OAT TB pada Anak dengan BB> 30kg Berat Badan (kg) 2 bulan
HRZE(75/150/400/275)*
4 bulan**
HR (75/150)
31-35 3 tablet 3 tablet
35-65 4 tablet 4 tablet
≥65 5 tablet 5 tablet
Keterangan : BB>30 kg diberikan 6 tablet atau menggunakan KDT dewasa
**Fase Lanjutan menggunakan OAT KDT Dosis Harian
F. Pengawasan Menelan Obat
Salah satu komponen DOTS adalah paduan OAT jangka pendek dengan pengawasan langsung yaitu PMO.
1. Syarat PMO :
a. Seseorang yang dikenal, dipercaya dan disetujui, baik petugas kesehatan maupun pasien.
b. Seseorang yang tinggal dekat dengan pasien c. Bersedia membantu pasien dengan sukarela
d. Bersedia dilatih atau mendapat penyuluhan bersama-sama 2. Tugas PMO
a. Mengawasi pasien TB agar menelan obat secara teratur sampai selesai pengobatan
b. Memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat teratur
c. Mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada waktu yang telah ditentukan
18 d. Memberi penyuluhan pada anggota keluaga pasien TB yang mempunyai gejala
mencurigakan TB untuk segera memeriksakan diri ke Unit Pelayanan Kesehatan
TIPE PASIEN TB URAIAN HASIL BTA TINDAK LANJUT
Pasien baru BTA positif dengan
pengobatan kategori 1
Akhir tahap Intensif
Negatif Tahap lanjutan dimuali Positif Dilanjutkan OAT sisipan 1
bulan. Jika setelah sisipan masih tetap positif, tahap lanjutan tetap diberikan Sebulan
sebelum Akhir Pengobatan
Negatif OAT dilanjutkan
Positif Gagal, ganti dengan OAT Kat. 2 mulai dari awal Akhir
pengobatan (AP)
Negatif dan minim 1 pemeriksaan sebelumnya negatif
Sembuh
Positif Gagal, ganti dengan OAT Kategori 2 mulai dari awal Pasien baru BTA
neg. & foto toraks
mendukung TB dengan
pengobatan kategori 1
Akhir Intensif Negatif Berikan pengobatan tahap lanjutan sampai selesai, kemudian pasien
dinyatakan Pengobatan Lengkap
Positif Ganti dengan Kat.2 mulai dari awal
Pasien BTA positif dengan pengobatan kategori 2
Akhir intensif Negatif Teruskan pengobatan dengan tahap lanjutan Positif Beri sisipan 1 bulan. Jika
setelah sisipan masih tetap positif, teruskan
pengobatan lanjutan. Jika ada fasilitas, rujuk untuk uji kepekaan obat
Sebulan sebelum Akhir Pengobatan
Negatif Lanjutkan pengobatan hinggan selesai
Positif Pengobatan gagal, disebut kasus kronis, bila mungkin dilakukan uji kepekaan
19 obat, bila tidak, rujuk ke unit pelayanan spesialistik Akhir
Pengobatan
Negatif Sembuh
Positif Pengobatan gagal, disebut kasus kronik. Jika
mungkin, lakukan uji kepekaan obat, bila tidak, rujuk ke unit pelayanan spesialistik
Tatalaksana pasien yang berobat tidak teratur
Tindakan pada pasien yang putus berobat kurang dari 1 bulan a. Lacak pasien
b. Diskusikan dengan pasien untuk mencari penyebab berobat tidak teratur c. Lanjutkan pengobatan sampai seluruh dosis selesai
G. Menghitung dan Analisa Indikator Angka Penjaringan Suspek
Jumlah suspek yang diperiksa x 100.000 Jumlah Penduduk
Proporsi TB BTA Positif diantara Suspek
Jumlah pasien TB BTA positif yang ditemukan x 100
%Jumlah seluruh suspek TB yang diperiksa
Angka Kesembuhan ( Cure Rate )
Jumlah pasien baru TB BTA positif yang sembuh x 100 %Jumlah pasien baru TB BTA positif yang diobati
Angka Keberhasilan Pengobatan
Jumlah pasien baru BTA positif ( sembuh + pengobatan lengkap ) x 100 %Jumlah pasien baru TB BTA positif yang diobati
20 BAB VI
PENUTUP
Pedoman ini sebagai panduan dalam pelaksanaan kegiatan upaya Pemberantasan Penyakit Menular Tuberkulosis di UPTD. Puskesmas Rambipuji, terutama bagi pelaksana program dan pendukung program pengendalian TB di lapangan.