• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEDOMAN UMUM EJAAN BAHASA INDONESIA

N/A
N/A
jeje xooos

Academic year: 2024

Membagikan "PEDOMAN UMUM EJAAN BAHASA INDONESIA "

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

PEDOMAN UMUM EJAAN BAHASA INDONESIA

Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, menerbitkan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) untuk menyempurnakan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (PUEYD).

by Astrid Wahyu

(2)

Sejarah PUEBI (1)

1 Tahun 1901

Penetapan bahasa Melayu dengan huruf Latin oleh Ch.

A. van Ophuijsen dengan bantuan Engku Nawawi gelar Soetan Ma'moer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim

2 Tahun 1938

Kongres Bahasa Indonesia yang pertama di Solo —>

ejaan Indonesia lebih banyak diinternasionalkan

3 Tahun 1947

Soewandi, Menteri Pengajaran, Pendidikan, dan

Kebudayaan pada masa itu, menetapkan Ejaan Republik

(3)

Sejarah PUEBI (2)

4 Tahun 1954

Kongres Bahasa Indonesia Kedua di Medan, yang

diprakarsai Menteri Moehammad Yamin. Kongres itu

mengambil keputusan supaya ada badan yang menyusun peraturan ejaan yang praktis bagi bahasa Indonesia.

5 Tahun 1972

Diresmikan aturan ejaan yang baru berdasarkan

keputusan Presiden, No. 57, tahun 1972, dengan nama Ejaan yang Disempurnakan.

6 Tahun 2016

Berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan, Dr. Anis Baswedan, Pedoman Umum Ejaan

Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (PUEYD) diganti

dengan nama Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia

(PUEBI).

(4)

Penggunaan Huruf Kapital (1)

1. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama awal kalimat.

2. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama orang, termasuk julukan.

3. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang merupakan nama jenis atau satuan ukuran.

4. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata nama agama, kitab suci, dan Tuhan, termasuk sebutan dan kata ganti untuk Tuhan.

5. Sebagai huruf pertama unsur nama gelar kehormatan, keturunan, keagamaan, atau akademik yang diikuti nama orang, termasuk gelar akademik yang mengikuti nama orang.

(5)

Penggunaan Huruf Kapital (2)

6. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.

7. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.

8. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, atau sapaan.

(6)

Penulisan Kata (1)

1. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran, serta gabungan awalan dan akhiran) ditulis serangkai dengan bentuk dasarnya.

2. Imbuhan yang diserap dari unsur asing, seperti -isme, -man, -wan, atau -wi, ditulis serangkai dengan bentuk dasarnya.

3. Bentuk terikat yang diikuti oleh kata yang berhuruf awal kapital atau singkatan yang berupa huruf kapital dirangkaikan dengan tanda hubung (-).

4. Bentuk maha yang diikuti kata turunan yang mengacu pada nama atau sifat Tuhan ditulis terpisah

dengan huruf awal kapital.

(7)

Penulisan Kata (2)

5. Bentuk maha yang diikuti kata dasar yang mengacu kepada nama atau sifat Tuhan, kecuali kata esa, ditulis serangkai.

6. Gabungan kata yang mendapat awalan dan akhiran sekaligus ditulis serangkai.

7. Kata depan, seperti di, ke, dan dari, ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.

8. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.

(8)

Penulisan Kata (3)

9. Partikel pun yang merupakan unsur kata penghubung ditulis serangkai.

10. Singkatan yang terdiri atas huruf awal setiap kata yang bukan nama diri ditulis dengan huruf

kapital tanpa tanda titik.

11. Singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti dengan tanda titik.

12. Akronim nama diri yang terdiri atas huruf awal setiap kata ditulis dengan huruf kapital tanpa tanda titik.

13. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal kapital.

14. Akronim bukan nama diri yang berupa gabungan huruf awal dan suku kata atau gabungan suku kata ditulis dengan huruf kecil.

(9)

Tanda Baca – Tanda Titik ( . )

1. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat pernyataan.

2. Tanda titik tidak dipakai pada angka atau huruf yang sudah bertanda kurung dalam suatu perincian.

3. Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau angka terakhir dalam penomoran deret digital yang lebih dari satu angka dalam judul tabel, bagan, grafik, atau gambar.

4. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang menunjukkan jumlah.

5. Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan

ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah.

6. Tanda titik tidak dipakai di belakang (a) alamat penerima dan pengirim surat serta (b) tanggal surat.

(10)

Tanda Baca – Tanda Koma ( , )

1. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau pembilangan.

2. Tanda koma dipakai sebelum kata penghubung, seperti tetapi, melainkan, dan sedangkan, dalam kalimat majemuk (setara).

3. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat yang mendahului induk kalimatnya.

4. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat, seperti oleh karena itu, jadi, dengan demikian, sehubungan dengan itu, dan meskipun demikian.

5. Tanda koma dipakai di antara (a) nama dan alamat, (b) bagian-bagian alamat, (c) tempat dan tanggal, serta (d) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.

(11)

Tanda Baca – Tanda Koma ( , )

6. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan singkatan gelar akademis yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.

7. Tanda koma dipakai sebelum angka desimal atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka.

8. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan atau keterangan aposisi.

9. Tanda koma dapat dipakai di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat untuk menghindari salah baca/salah pengertian.

(12)

Tanda Baca – Tanda Titik Koma ( ; )

1. Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara yang lain di dalam

kalimat majemuk.

2. Tanda titik koma dipakai pada akhir perincian yang berupa klausa.

3. Tanda titik koma dipakai untuk memisahkan bagian- bagian pemerincian dalam kalimat yang sudah

menggunakan tanda koma.

(13)

Tanda Baca – Tanda Titik Dua ( : )

1. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap yang diikuti pemerincian atau penjelasan.

2. Tanda titik dua tidak dipakai jika perincian atau

penjelasan itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan.

(14)

Tanda Baca – Tanda Hubung ( - )

1. Tanda hubung dipakai untuk merangkai

a. se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital (se-Indonesia, se-Jawa Barat);

b. ke- dengan angka (peringkat ke-2);

c. angka dengan –an (tahun 1950-an);

d. kata atau imbuhan dengan singkatan yang berupa huruf kapital (hari-H, sinar-X, ber-KTP, di-SK-kan);

e. kata dengan kata ganti Tuhan (ciptaan-Nya, atas rahmat-Mu);

f. huruf dan angka (D-3, S-1, S-2); dan

g. kata ganti -ku, -mu, dan -nya dengan singkatan yang berupa huruf kapital (KTP-mu, SIM-nya, STNK-ku).

2. Tanda hubung digunakan untuk menandai bentuk terikat yang menjadi objek bahasan.

(15)

Tanda Baca – Tanda Pisah ( — )

1. Tanda pisah dapat dipakai juga untuk menegaskan

adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain. 2. Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan, tanggal, atau tempat yang berarti ‘sampai dengan’ atau ‘sampai ke’.

(16)

Tanda Baca – Tanda Elipsis ( … )

1. Tanda elipsis dipakai untuk menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau kutipan ada bagian yang dihilangkan.

(17)

D I K S I

(18)

Pengertian, Ciri, dan Fungsi

1. Diksi adalah pilihan kata yang tepat dan sesuai untuk mengungkapkan suatu gagasan atau ide.

2. Ciri-ciri diksi

a. Digunakan untuk membedakan makna yang sesuai dengan gagasan, situasi maupun nilai pendengar atau pembaca,

b. Pemilihan katanya tepat, agar bisa mengungkapkan gagasan atau hal yang diamanatkan,

c. Memakai kata-kata yang ada di masyarakat, sehingga katanya bisa dimengerti.

3. Fungsi diksi

a. Mengungkapkan wujud gagasan yang tepat, sehingga bisa menyenangkan pendengar atau pembaca

b. Melambangkan gagasan atau ide yang diungkapkan secara lisan maupun tulisan c. Mewujudkan komunikasi yang efektif

d. Menciptakan atmosfir yang kondusif

e. Untuk mencegah perbedaan persepsi (tanggapan) atau interpretasi (penafsiran).

(19)

Mengapa Diksi diperlukan dalam berbahasa?

1. Diksi digunakan untuk menimbulkan efisiensi saat berbicara dengan lawan bicara agar tidak menimbulkan kesalahpahaman.

2. Selain itu, diksi memberikan ketepatan sehingga saat berbicara menjadi lebih jelas dan mudah untuk dipahami. Hal ini bisa membantu menghindari

ketersinggungan dengan lawan bicara yang dimiliki.

3. Di sisi lain, diksi juga bisa digunakan untuk membantu menarik simpati saat menyampaikan pidato maupun ceramah di depan banyak orang.

4. Bisa juga untuk digunakan dalam novel sehingga membuat pembaca mau

menyelesaikan novel sampai habis membaca.

(20)

Jenis-Jenis Diksi Berdasarkan Makna

1. Makna Denotatif

Makna denotatif adalah makna kata yang sesuai dengan makna konsep asalnya, tanpa mengalami perubahan. Makna ini didasarkan atas penunjukkan yang lugas pada sesuatu bersifat objektif

Contoh:

• Jepang adalah negara yang terletak di Asia Timur.

• Kambing suka makan rumput.

• Candi Prambanan merupakan situs Sejarah yang berlokasi di Sleman, Yogyakarta.

2. Makna Konotatif

Makna yang mengandung arti bukan sebenarnya dan biasanya mengandung nilai-nilai emosional.

Contohnya:

• Setelah lulus kuliah, Abdul memilih untuk berprofesi sebagai kuli tinta.

(Kuli tinta dapat diartikan sebagai penulis atau lebih spesifik sebagai wartawan dan bukan

bermakna sebagai kuli yang sebenarnya.)

(21)

Jenis-Jenis Diksi Berdasarkan Leksikal

1. SINONIM

Kata-kata yang memiliki persamaan makna.

Contoh:

• pria dan laki-laki

• pintar dan pandai

2. ANTONIM

Dua buah kata yang maknanya berlawanan.

Contoh:

• kaya dan miskin

• Jantan dan betina

3. HOMOFON

Suatu kata yang memiliki makna dan tulisan yang berbeda dengan lafal yang sama.

Contoh:

• bank, bang

4. HOMOGRAF

Suatu kata yang memiliki makna dan lafal yang berbeda namun tulisannya sama.

Contoh:

• apel (apel merujuk pada buah dan upacara pagi)

5. POLISEMI

Bentuk kata yang memiliki beberapa makna.

Contoh:

• kepala sekolah, kepala surat (kata kepala memiliki makna lebih dari satu)

6. HOMONIMI

Bentuk kata yang memiliki beberapa makna namun tidak berhubungan.

Contoh:

• Bulan (yang ada di kalender atau bulan

• yang merupakan satelit)

Referensi

Dokumen terkait

Bunyi a (pepet) pada suku kata pertama kata dasar yang terdiri atas dua suku kata atau tiga suku kata ditulis dengan huruf e.. Kata dasar yang terdiri atas dua suku kata

• Huruf pertama kata di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan kecuali kata seperti "dan" yang tidak terletak pada posisi awal, termasuk semua unsur

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan kecuali kata seperti

Partikel per dalam bilangan pecahan yang ditulis dengan huruf dituliskan serangkai dengan kata yang mengikutinya. Singkatan ialah bentuk singkat yang terdiri atas satu huruf

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan, kecuali

Tanda kurung siku digunakan untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok kata, sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain.

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar dan judul karangan, kecuali kata seperti

Dalam singkatan yang terdiri dari huruf- huruf awal kata/ suku kata, atau gabungan keduanya, atau yang terdapat di dalam akronim yang sudah diterima oleh masyarakat.. Di akhir judul