Pengaruh ketinggian pencampuran pada siang hari menyebabkan polutan terencer dan terangkat ke lapisan pencampuran di atas kota (Han et al. 2009). Hal ini meningkatkan efek akumulasi polutan di lapisan bawah, yang tidak tersebar dengan baik di lapisan atas (Semple et al. 2012). Reaksi sebaliknya kemudian terjadi pada NO2, yang kemudian dapat berikatan kembali dengan oksigen monoatomik membentuk NO dan O2 (Kenagy et al. 2020).
Selain itu, pengolahan limbah, produksi asam nitrat, dan penggunaan beberapa bahan kimia juga dapat menghasilkan NO2 (Harrison et al. 1985). Artinya konsentrasi NO2 menurun ketika hujan semakin lebat (Kwak dkk. 2017) dan berhubungan dengan proses pengendapan basah. Kondisi ini menunjukkan bahwa pada ketinggian yang berbeda, konsentrasi polutannya juga berbeda (Cichowicz et al. 2017).
Hal ini konsisten dengan Dia dkk. 2017) yang menyatakan bahwa konsentrasi NO2 di beberapa kota besar di Tiongkok menurun seiring dengan meningkatnya kecepatan angin. Gas buang kendaraan bermotor dapat menghasilkan zat pencemar seperti karbon monoksida (CO), hidrokarbon (HC), nitrogen oksida (NOx), sulfur oksida (SOx) dan partikel lainnya (Hidayat dkk. 2016). Hal ini terjadi karena pada daerah pegunungan terdapat angin gunung dan angin lembah yang berubah setiap harinya (Qothrunada dkk. 2019).
Regresi linier berganda dapat menggabungkan parameter-parameter dari variabel independen kemudian melihat pengaruh kombinasi parameter tersebut terhadap variabel dependen (Sinaga et al. 2022).
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Penurunan konsentrasi NO2 pada tahun 2020 dan 2021 terjadi di kawasan pinggiran kota (Baranangsiang), sedangkan di kawasan pedesaan (Cibureum Puncak) penurunan konsentrasi NO2 terjadi pada tahun 2021 (Gambar 8). Kebijakan PSBB tidak terlalu ketat di pedesaan, sehingga konsentrasi NO2 di kawasan Puncak pada tahun 2020 tidak jauh berbeda dengan tahun 2019. Hal ini sesuai dengan penelitian Biswal dkk. 2020) di India, yang menunjukkan bahwa penurunan konsentrasi NO2 di perkotaan dikaitkan dengan penurunan aktivitas antropogenik selama masa karantina, seperti penurunan emisi pembakaran kendaraan bermotor.
Penurunan konsentrasi NO2 tertinggi terjadi di Baranangsiang pada tahun 2020, seiring dengan masih adanya pandemi Covid-19. 15 Pola harian konsentrasi NO2 di Baranangsiang dan Cibeureum Puncak menunjukkan pola serupa, yaitu menurun pada siang hari sekitar WIB. Konsentrasi NO2 di daerah pinggiran kota meningkat pada pagi hari saat waktu berangkat sekolah atau berangkat ke kantor.
Sedangkan di perdesaan, peningkatan konsentrasi NO2 dimulai pada sore hari hingga sekitar pukul 16.00 WIB, setelah itu relatif tidak mengalami penurunan. Perbedaan fluktuasi peningkatan konsentrasi NO2 pada siang hari di wilayah pinggiran kota dan pedesaan disebabkan oleh proses reaksi kimia (Persamaan 1-3) dan fluktuasi volume kendaraan. Penurunan konsentrasi NO2 pada pukul 07.00 WIB hingga pukul 13.00 WIB sejalan dengan peningkatan intensitas radiasi matahari, penurunan kelembapan, dan peningkatan suhu udara.
Variasi harian konsentrasi NO2 pada tahun 2020 di perdesaan sedikit lebih tinggi dibandingkan di pinggiran kota yaitu pada sekitar WIB. Analisis mingguan menunjukkan bahwa rata-rata konsentrasi NO2 pada hari kerja dan hari libur di wilayah pinggiran kota dan pedesaan memiliki perbedaan besaran seperti yang diperoleh pada analisis sebelumnya. Konsentrasi NO2 di wilayah pedesaan relatif stabil dari Senin hingga Minggu, namun di wilayah pinggiran kota terjadi penurunan pada hari Minggu (Gambar 10).
Fluktuasi konsentrasi NO2 di wilayah pedesaan (Cibureum) setiap minggunya mempunyai kecenderungan sedikit meningkat pada hari Minggu (khususnya pada tahun 2019 dan 2020). Sementara itu, pada tahun 2020 (Gambar 11b) pada bulan Juni, Juli dan Agustus, konsentrasi NO2 di pedesaan lebih tinggi dibandingkan di pinggiran kota. Secara umum nilai konsentrasi NO2 di kawasan Baranangsiang dan Puncak lebih tinggi pada saat tidak terjadi hujan dibandingkan saat terjadi hujan, seperti terlihat pada kotak hitam pada Gambar 13.
Kondisi serupa juga terjadi pada 19 Februari 2020 di kawasan Puncak saat terjadi hujan sekitar pukul 13.00-16.00 WIB, rata-rata konsentrasi NO2. Peningkatan konsentrasi NO2 ini berkaitan dengan jam sibuk di jalan raya Kota Bogor pada saat pulang kerja (Yanuar dkk. 2019).
Pengaruh Angin terhadap Konsentrasi NO 2
21 taman safari dan lebih banyak akomodasi, sehingga kondisi ke arah ini menghasilkan konsentrasi NO2 yang lebih rendah. Pengaruh curah hujan dan angin terhadap konsentrasi NO2 juga harus disertai dengan analisis statistik, selain dapat melihat hubungannya melalui pola visual melalui grafik. Hasil analisis statistik yang diperoleh berupa nilai koefisien korelasi beserta p-value (tabel 3 dan 4) dan analisis regresi linier berganda (tabel 5 dan 6).
Besarnya hubungan antara konsentrasi NO2 dengan curah hujan dan kecepatan angin masing-masing diwakili oleh nilai koefisien korelasi yang ditunjukkan dengan nilai p-value yang signifikan (<0,05). Pengaruh curah hujan dan angin terhadap konsentrasi NO2 ditunjukkan melalui hasil analisis regresi linier berganda. Sedangkan korelasi negatif hanya terjadi pada bulan-bulan basah wilayah Baranangsiang dan selebihnya korelasi umumnya positif seperti terlihat pada Tabel 3.
Selain itu, nilai korelasi curah hujan lebih kecil dibandingkan nilai korelasi kecepatan angin dan konsentrasi NO2. Kecilnya nilai korelasi tersebut muncul karena curah hujan akan selalu berfluktuasi dan hanya terjadi pada waktu-waktu tertentu. Artinya muncul nilai signifikan dari hubungan penurunan konsentrasi NO2 dengan konsentrasi CO2.
Sementara itu, kecuali pada bulan-bulan basah di Baranangsiang, terdapat korelasi positif antara curah hujan dan konsentrasi NO2. Hal ini mungkin disebabkan oleh faktor emisi yang lebih kuat menghasilkan polutan dibandingkan curah hujan dalam polusi pencucian (Kwak et al. 2017). Pengaruh curah hujan dan kecepatan angin ditunjukkan dari hasil analisis regresi linier berganda pada Tabel 4 dan 5.
Hasil analisis korelasi dan regresi linier berganda menunjukkan bahwa curah hujan dan kecepatan angin secara simultan dapat mempengaruhi konsentrasi NO2. F < 0,05 yang berarti gabungan parameter curah hujan dan kecepatan angin mempunyai pengaruh nyata terhadap konsentrasi NO2. Artinya hasil uji T terhadap parameter curah hujan tahun 2019 dan 2020 di wilayah Baranangsiang dan Puncak tidak mempunyai korelasi nyata dengan konsentrasi NO2 karena fluktuasinya cukup tinggi.
V SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Impact of the nocturnal planetary boundary layer on urban air pollutants: measurements from a 250 m tower above Tianjin, China. Modeling the tropospheric NO2 column over different climate zones and land use/land cover types in South Asia. Characteristics and trends of ambient ozone and nitrogen oxides in urban, suburban and rural areas from 2011 to 2017 in Shenzhen, China.
The strengths and limitations of the statistical modeling of complex social phenomenon: focus on SEM, path analysis or multiple regression models. Prediction of PM2.5, PM10, SO2, NO2, NO and CO air pollution values with linear regression in R language. Identify the correlation between rainfall, traffic flow performance and air pollution concentration in Seoul using a path analysis.
A method to limit carbon dioxide emissions from coal-fired power plants using satellite observations of co-emitted nitrogen dioxide. Contrasting trends of surface PM2.5, O3 and NO2 and their relationships with meteorological parameters in typical coastal and inland cities of the Yangtze River Delta. Analyze pengeuh the phenomenon of el nino and la nina tepadang curah hujan tahun 1998-2016 menggunakan indicator ONI.
Karakteristik pelepasan nitrogen oksida dari garam matahari yang digunakan untuk penyimpanan energi panas di lingkungan yang berbeda. Penentuan korelasi curah hujan, tinggi lapisan inversi dan hubungannya dengan kualitas udara ambien di Kota Surabaya. Karakteristik musiman nitrogen oksida ambien dan tingkat ozon tanah di wilayah metropolitan timur laut New Jersey.
Pengaruh Faktor Meteorologi Terhadap Konsentrasi NO2 di Udara Ambien (Studi Kasus Bundaran Hotel Indonesia DKI Jakarta). Deposisi kering hidrokarbon aromatik polisiklik (PAH) di atmosfer di pinggiran tenggara Beijing, Cina.