• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAJARI TENTANG TOKSISITAS

N/A
N/A
Irfan Haryanto

Academic year: 2023

Membagikan "PELAJARI TENTANG TOKSISITAS"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

TOKSIKOLOGI

http://www.free-powerpoint-templates-design.com

BY : FIJI INDAH GUNAWAN

(2)

Azas – azas

Umum Toksikolo

gi

Insert the Subtitle of Your Presentation

(3)

Ada 4 azas umum toksikologi :

Kondisi Efek Tosik Mekanisme Efek Toksik .

Sifat Efek Toksik Wujud Efek Toksik

(4)

Meliputi jalur paparan, lama dan kekerapn paparan, saat paparan, dosis

paparan dan paparan akut atau

kronis.

KONDISI PEMEJAAN

.

Keadaan Fsiologi

dan

keadaan patologi

KONDISI MAHLUK

HIDUP

KONDISI EFEK

TOKSIK

(5)

1

MEKANISME EFEK TOKSIK

Mekanisme aksi toksik suatu zat bercaun , berguna untuk

mengetahui penyebab timbulnya keracunanyang berkaitan dengan

wujud dan sifat efek toksik yang

terjadi.

(6)

3 Golongan Mekanisme Aksi Toksik

Resiko

Penumpukan Racun

.

.

Sifat

Antaraksi Antara Racun

dengan Tempat Aksinya

.

Sifat Dan Tempat Kejadian

.

(7)

Mekanisme Aksi Berdasarkan sifat & Tempat Kejadian

 Terjadi secara tidak langsung.

Senyawa toksik mengganggu sistem metabolisme dasar dann pengaturan aktivitas sel.

Kelangsungan hidup sel bergantung pada faktor lingkungan eksternal untuk memenuhi kebutuhan metabolik basal dan pengaturan aktivitas sel.

Gangguan akan sebabkan perubahan struktur atau fungsi sel.

Sifatnya langsung/primer.

Zat kimia/metabolitnya masuk kedalam seel sasaran sebabkan gangguan sel/organelnya melalui pendesakan, ikatan kovalen, subsitusi, atau peroksidasi dsb

Sebelumnya tubuh beradaptasi/

melakukan perbaikan.

Bila respon pertahanan tidak mampu eliminir gangguan, akan terjadi efek toksik.

M. Luka Intrasel ( Langsung/Primer)

M. Luka Ekstrasel ( Tak

Langsung/ Sekunder)

(8)

Perubahan Biokimia

jenis wujud efek toksik yang berkaitan denggan respons dan perubahan atau kekacauan biokimia terhadap luka sel, akibat interaksi antara zat beracun dan tempat aksi tertentu, yang sifatnya berbalikan.

Wujud efek toksik

perubahan fungsional

Perubahan Struktural Perubahan Fungsional

wujud efek toksik yang berkaitan dengan interaksi zat beracun dengan reseptor atau tempat akhir enzim yang sifatnya berbalikan, sehingga dapat mempengaruhi fungsi homeostatis tertentu

wujud efek toksik yang berkaitan dengan

perubahan morfologi sel yang akhirnya berwujud sebagai kekacauan struktural, terdapat respon histopatologi dasar sebagai tanggapan terhadap adanya luka sel, yakni degenerasi

proliferasi, dan inflamasi atau perbaikan

(9)

PERUBAHAN STRUKTURAL

Terdapat 3 respon karena adanya luka sel

Degnerasi

Menyebabkan perubahan progesif berupa pengecilan/pembesaan atau pengurangan jumlah organel/sel.

Proliferasi

Peningkatan pertumbuhan, mulai dari tingkat melekuler sampai seluler, mulai bersifat adaptif homeostatif sampai bersifat patologis.

Inflamasi

Respon ekstrasel untuk menahan dan mengambil zat penyebab luka dan memperbaiki jaring yang rusak.

(10)

SIFAT EFEK TOKSIK

A.Efek Toksik Terbalikkan/Reversible

 Kadar racun habis, reseptor kembali normal.

 Efek toksik cepat hilang bila racun habis &

cepat kembali normal

 Ketoksikan zat beracun tergantung takaran/dosis.

B. Efek Tak Terbalikkan/Irreversible

• Kerusakan menetap.

• Penumpukan efek toksik.

• Pemejaan takaran kecil jangka panjang

akan memberikan efek yang sama dengan

pemejanan takaran besar jangka pendek

(11)

1

REVIEW JOURNAL

“ KASUS KEMATIAN AKIBAT

DICHLORVOS DAN

PENTHOAT “

(12)

Dichlorvos dan phenthoat adalah pestisida golongan organofosfat yang memiliki efek toksik pada manusia dan dapat menyebabkan kematian yang fatal. Penanganan kasus bunuh diri akibat dichlorvos dan phenthoate dilakukan dari penyiapan sampel, uji penapisan, uji pemastian, determinasi, dan interpretasi data.

KASUS KEMATIAN AKIBAT DICHLORVOS DAN PHENTHOAT

(13)

CONTOH KASUS

Terdapat beberapa kasus forensik penggunaan dichlorvos dan phenthoate yang menimbulkan keracunan bahkan kematian. Salah satu kasus bunuh diri dengan dichlorvos dan phenthoate yaitu pada seorang pria berusia sekitar 80 tahun di Tokyo Jepang. Pria tersebut ditemukan tidak sadarkan diri di kamarnya dengan catatan bunuh diri dan botol berisi cairan kecoklatan gelap yang terdiri dari dichlorvos dan phenthoat. Pria tersebut kemudian diautopsi setelah 17 jam kematian. Saat autopsi dilakukan pemeriksaan luar dan pemeriksaan dalam pada tubuh korban. Hasil pengujian analisis toksikologi forensik menunjukkan bahwa korban telah terpapar dichlorvos dengan konsentrasi yang cukup untuk menimbulkan efek kematian pada korban dan phenthoate yang dicerna. Berdasarkan kasus kematian akibat dichlorvos yang pernah dilaporkan, konsentrasi dichlorvos pada darah korban setelah 24 jam yakni 29µg/mL. Laporan kasus lainnya menunjukkan konsentrasi dichlorvos setelah 3 hari kematian yakni 4,4 µg/mL [4]. Untuk kasus kematian bunuh diri akibat phentoate yang pernah dilaporkan, konsentrasiphenthoate dalam darah seesar 18,5mg/mL [4].

(14)

You can Resize without losing quality

You can Change Fill Color &

Line Color

www.allppt.com

FREE PPT

TEMPLATES

METODE ANALISI YANG DIGUNAKAN

Secara umum tugas analisis toksikolog forensik dapat

dikelompokkan ke dalam tiga tahap yaitu penyiapan sampel, uji

penapisan “screening test”, uji konfirmasi yang meliputi uji identifikasi dan kuantifikasi, interpretasi temuan analisis, dan penulisan laporan analisis

SAMPEL

Sampel dari toksikologi forensik pada umumnya adalah spesimen biologi seperti cairan biologis (darah, urin, air ludah), jaringan biologis

atau organ tubuh.

(15)

ANALISIS

Uji Penapisan atau Screening Test Toksikologi postmortem biasanya diawali dengan uji skrining obat. Uji skrining dapat dilakukan dengan “general unknown test” (pendekatan terbuka) dan dengan pendekatan yang ditargetkan.

Pendekatan terbuka dengan “general unknown test” dilakukan apabila berdasarkan deskripsi kasus tidak didapatkan senyawa spesifik yang menjadi target. Pendekatan yang ditargetkan dilakukan apabila berdasarkan deskripsi kasus ditemukan senyawa spesifik yang menjadi target.

Uji Pemastian atau Confirmatory Test Uji pemastian bertujuan untuk memastikan identitas analit. Meningkatnya derajat spesifisitas pada uji ini akan sangat memungkinkan mengenali identitas analit, sehingga dapat menentukan secara spesifik toksikan yang ada. Hasil uji pemastian (confirmatory test) dapat dijadikan dasar untuk memastikan atau menarik kesimpulan apakah sesorang telah menggunakan obat terlarang atau bahan kimia yang dituduhkan

(16)

LANJUTAN

Determinasi dan Interpretasi Temuan Analisis Uji determinasi bertujuan untuk mengetahui konsentrasi dari senyawa yang telah dipastikan sebelumnya. Temuan analisis sendiri tidak mempunyai makna yang berarti jika tidak dijelaskan makna dari temuan tersebut. Seorang toksikolog forensik berkewajiban menerjemahkan temuan tersebut berdasarkan kepakarannya ke dalam suatu kalimat atau laporan, yang dapat menjelaskan atau mampu menjawab pertanyaan yang muncul berkaitan dengan permasalahan atau kasus yang dituduhkan. Data temuan hasil uji penapisan dapat dijadikan petunjuk bukan untuk menarik kesimpulan bahwa seseorang telah terpapar atau menggunakan obat terlarang.

Uji pemastian dari kasus tersebut menggunakan teknik HPLC-MS [4]. Pada kasus ini sampel yang akan dianalisis dari hasil autopsi adalah sampel darah, urine, dan cairan pencernaan.

(17)

HASI

L Analisis kantitatif menggunakan metode HPLC-MS secara spesifikmenunjukkan konsentrasi dichlorvos yang cukup tinggi. Hasil determinasi dichlorvos juga diperkuat dengan tanda-tanda lain pada tubuh korban yang menguatkan dugaan bahwa kematian korban diakibatkan karena overdosis terhadap dichlorvos.

Hasil determinasi juga ditemukan kadar phenthoate dalam perut korban sehingga disimpulkan bahwa phenthoate telah dicerna.

Phenthoate membentuk metabolit beracun yang tidak sesuai yaitu asam

fentoat yang menyebabkan kematian yang fatal. Berdasarkan analisis

toksikolog tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa memang benar

korban meninggal akibat keracunan pestisidagolongan organofosfat

(dichlorvos dan phenthoat).

(18)

THANK

YOU

Referensi

Dokumen terkait

Hasil uji utama konsentrasi kitosan dengan aplikasi semprot dapat dilihat pada lampiran 4 - 5. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pengaruh konsentrasi kitosan

Grafik linier yang menunjukkan hubungan antara konsentrasi senyawa asam O-(3,5-diklorobenzoil)salisilat terhadap jumlah kematian larva nyamuk Aedes aegypti Linn ... Grafik

Hasil uji ANOVA menunjukkan bahwa penambahan konsentrasi ekstrak daun sirih tidak memberikan efek yang nyata terhadap kematian larva ( a = 1,00), sebaliknya terhadap perlakuan

Hasil analisis model menunjukkan lokasi yang rawan terpapar pencemar PM10 maupun SO2 dengan konsentrasi maksimum adalah Jakarta Pusat dan Jakarta Utara, secara umum

Hasil uji statistik penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian valerian dengan berbagai konsentrasi pada tikus wistar jantan tidak memperlihatkan efek samping

nya, maka dapat disimpulkan hal-hal se- bagai berikut: 1) Hasil pengujian dan analisis menunjukkan bahwa relevansi pengajaran akuntansi forensik pada PTN lebih

Hasil uji utama konsentrasi kitosan dengan aplikasi semprot dapat dilihat pada lampiran 4 - 5. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pengaruh konsentrasi kitosan

Berdasarkan uji statistik Analisis Varian ANOVA menunjukkan bahwa ekstrak akar tuba berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah kematian lalat buah Bactrocera dorsalis Hend., karena