• Tidak ada hasil yang ditemukan

pelaksanaan diversi terhadap anak di bawah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "pelaksanaan diversi terhadap anak di bawah"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak pada Pasal 1 Ayat 7, diversi adalah pengalihan penyelesaian perkara anak dari proses peradilan pidana ke proses di luar peradilan pidana. Pertimbangan melakukan diversi adalah filosofi sistem peradilan pidana anak untuk perlindungan dan rehabilitasi anak yang melakukan tindak pidana.7.

Tabel 1. 1 Data Kasus Diversi di BAPAS Kelas II Tanjung Pinang Tahun 2020- 2020-2021
Tabel 1. 1 Data Kasus Diversi di BAPAS Kelas II Tanjung Pinang Tahun 2020- 2020-2021

Rumusan Masalah

Tujuan penelitian

Manfaat Penelitian

Menurut undang-undang no. 11 Tahun 2012 tentang sistem peradilan pidana bagi anak di bawah umur, pasal 1 angka 7 menyatakan bahwa, “Diversi adalah penyelesaian perkara anak secara hukum dari proses peradilan pidana ke proses di luar peradilan pidana”. Undang-undang yang mengatur tentang sistem peradilan pidana anak tertuang dalam Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2012.

KAJIAN PUSTAKA

Tinjauan Pustaka

Dalam proses penegakan hukum pidana bagi anak di bawah umur sebagaimana dimaksud pada ayat pertama Pasal 9 UU Peradilan Pidana Anak di Bawah Umur, pejabat baik penyidik, penuntut umum, maupun hakim harus memperhatikan kategori-kategori dalam pelaksanaan diversi. Dalam Pembukaan UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, disebutkan bahwa anak merupakan amanah dan anugerah Tuhan Yang Maha Esa, yang berhak mendapatkan kehormatan dan harkat dan martabat manusia yang sempurna15. Meski sistem peradilannya berbeda, keduanya mengacu pada KUHAP.

20 Lihat Pasal 1 UU No. 35 Tahun 2014 tentang perubahan undang-undang nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak. Menurut pasal 1 angka 1 undang-undang nomor 35 tahun 2014 tentang perubahan atas undang-undang nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak yang menyatakan, “Anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 18 (delapan belas) tahun. , termasuk anak-anak yang dirawat di Mitra.” Sedangkan pengertian anak dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan adalah setiap anak yang berumur 18 (delapan belas) tahun.Dan pengertian anak dalam Undang-undang Nomor 17 Tahun 2016 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2016 tentang Ketenagakerjaan. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, yang dimaksud dengan anak adalah seseorang yang belum berumur 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak dalam kandungan.22.

Anak Mertua No. 3 Tahun 1997 tentang Peradilan disebutkan dalam pasal 1 ayat (2) yang berbunyi: “Anak adalah orang dalam perkara anak nakal yang telah mencapai umur 8 (delapan) tahun, tetapi belum mencapai umur tersebut. Salah satu perangkat hukum yang penting dalam mencapai tujuan sistem pemasyarakatan adalah pengaturan hak-hak narapidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) UU No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan yang menjadi hak narapidana.

Kerangka Teori

Bentuk restorative justice yang terkenal adalah restorative Council/youth panel, yaitu penyelesaian perkara pidana yang dilakukan oleh anak dengan melibatkan secara bersama-sama pelaku, korban, masyarakat, mediator dan aparat penegak hukum yang berwenang untuk merumuskan sanksi yang tepat bagi pelaku. dan memberikan ganti rugi bagi pelakunya. korban atau masyarakat39. Penyelesaian kasus kejahatan anak bukan hanya sekedar menghukum anak saja, namun bersifat mendidik dan yang penting adalah mengembalikan kondisi dan mengembalikan kondisi seperti sebelum terjadinya kejahatan. Terkait dengan keadilan restoratif, Muladi menguraikan ciri-ciri keadilan restoratif sebagai berikut: 40 . a) Kejahatan diartikan sebagai pelanggaran yang dilakukan oleh seseorang terhadap orang lain dan dipandang sebagai konflik.

40 Abintoro Prakoso, Reformasi Sistem Peradilan Pidana Anak (Laksbang Grafik, Yogyakarta, 2012) Hal.162. Tujuan utama. e) Keadilan dirumuskan sebagai hubungan antar hak yang dinilai berdasarkan hasil. f) Fokus perhatiannya adalah pada perbaikan luka sosial akibat kejahatan. G). Penulis didorong untuk mengambil tanggung jawab. h) Tanggung jawab pemimpin dirumuskan sebagai hasil pemahaman tindakannya dan diarahkan untuk ikut serta dalam memutuskan yang terbaik. i) Tindak pidana dipahami dalam konteks yang komprehensif, moral, sosial dan ekonomi. j) Stigma tersebut dapat dihilangkan dengan cara-cara restoratif.41. Teori keadilan restoratif memberikan nuansa edukasi kepada korban dan pelaku untuk saling menghormati dalam mencapai hidup bahagia bersama.

Kerangka Pemikiran

Masyarakat berperan sebagai fasilitator dalam proses restorasi dan mengakui peran korban dan pelaku, baik dalam menyelesaikan masalah maupun memenuhi hak dan kebutuhan korban.

Defenisi Konsep

Tujuan dari penelitian ini adalah bagaimana penerapan diversi pada anak di bawah umur di Rutan Kelas II Tanjungpinang dan kendala atau hambatan yang dihadapi Rutan Kelas II Tanjungpinang dalam penerapan diversi pada anak di Tanjungpinang. Lembaga Pemasyarakatan Kelas II Tanjung Pinang terletak di Jl. Bakar Batu No 98, Kamboja, Kecamatan Tanjungpinang Barat, Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau. Dari tabel di atas terlihat bahwa pelaksanaan diversi di BAPAS Kelas II Tanjungpinang belum sepenuhnya dilaksanakan, pada tahun 2020 total perkara pidana anak yang melalui proses diversi sebanyak 211 kasus.

Lembaga Pemasyarakatan Kelas II Tanjungpinang telah banyak menangani kasus-kasus yang melibatkan berbagai jenis kejahatan. Terdapat beberapa kendala atau keterbatasan yang dihadapi BAPAS Kelas II Tanjungpinang dalam melaksanakan proses diversi. Lampiran 2 : Surat rekomendasi penelitian dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik untuk izin penelitian ke Lembaga Pemasyarakatan Kelas II Tanjungpinang.

METODE PENELITIAN

Pendekatan Penelitian

Metode penelitian hukum normatif-empiris (Penelitian hukum terapan) adalah penelitian hukum yang berkaitan dengan penerapan atau pelaksanaan ketentuan hukum normatif dalam tindakan pada setiap peristiwa hukum tertentu yang terjadi dalam masyarakat. Implementasi yang dilakukan saat ini merupakan fakta empiris dan berguna untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Metode penelitian normatif-empiris ini juga berkaitan dengan penerapan dalam tindakan ketentuan-ketentuan hukum normatif (undang-undang) dalam setiap peristiwa hukum tertentu yang terjadi dalam suatu masyarakat.

Penelitian ini menggambarkan atau mendeskripsikan bagaimana penerapan diversi terhadap anak di bawah umur di Ayah Kelas II Tanjungpinang atau pembahasan mendalam tertentu yang biasanya berbentuk kata atau kalimat deskriptif yang disusun secara terstruktur dan sistematis.

Objek dan Lokasi Penelitian

Dalam penulisan proposal skripsi ini, penulis melakukan penelitian di Balai Humas Kelas II Tanjungpinang, di Jl. Bakar Batu No 98, Kamboja, Distrik. Peneliti memilih lokasi tersebut karena lembaga ini merupakan salah satu lembaga yang melakukan diversi atau mendampingi anak yang berhadapan dengan hukum sehingga memudahkan peneliti untuk mengetahui upaya dan kendala yang dihadapi para ayah ketika melakukan diversi terhadap anak yang berhadapan dengan hukum. 3.3 Fokus penelitian.

Fokus Penelitian

Sumber Data…

Dalam penulisan proposal disertasi ini, penulis melakukan penelitian di Pusat Humas Kelas II Tanjungpinang, di Jl. Bakar Batu No. 98, Kamboja, Distrik. Tanjungpinang Barat, Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau. Peneliti memilih lokasi tersebut karena lembaga ini merupakan salah satu lembaga yang melakukan manuver diversi atau melakukan pengawasan terhadap anak yang berkonflik dengan hukum. Hal ini memudahkan peneliti untuk mengidentifikasi upaya dan hambatan yang dihadapi Ayah ketika melakukan tindakan diversi terhadap anak dalam situasi konflik. dengan hukum 3.3 Fokus penelitian.. yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder. 1 Bahan hukum primer adalah suatu bentuk peraturan hukum yang bersifat mengikat karena dikeluarkan oleh lembaga negara atau pemerintah sehingga dapat membantu dalam penyidikan.

Teknik Pengumpulan Data

Merupakan teknik pengumpulan data dengan melakukan wawancara langsung antara peneliti dan informan berdasarkan daftar pertanyaan dan pernyataan yang diberikan peneliti kepada informan. Menurut Hadi, wawancara adalah suatu cara pengumpulan data dengan cara tanya jawab sepihak, yang dilakukan secara sistematis dan berdasarkan tujuan penelitian.44.

Informan

Teknik Analisis Data

Jadwal Penelitian

Lembaga Pemasyarakatan Kelas II Tanjung Pinang merupakan suatu unit yang fungsinya memberikan pembinaan dan perlindungan terhadap masyarakat di wilayah Tanjungpinang yang berada di bawah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Melalui wawancara dengan Bpk. Suriadi siapa Pak. Farid Wasdi diwakili selaku ketua Bapas Kelas II Tanjungpinang, disebutkan ada beberapa kendala yang dihadapi Bapas saat melakukan diversi. Selanjutnya Pak Suriadi yang mewakili Pak Farid Wasdi selaku Ketua Ayah Kelas II Tanjungpinang memberikan beberapa penjelasan 53. Kasus yang biasa melalui proses diversi adalah penganiayaan dan pencurian.

Lalu Tuan. Suriadi mewakili Bpk. Farida Wasdi selaku Kepala Bapas Kelas II Tanjungpinang memberikan beberapa penjelasan mengenai langkah pelaporan BAPAS terkait proses diversi.54. Lembaga Pemasyarakatan Kelas II atau pemerintah dapat memberikan diversi kepada warga agar proses tersebut tidak menjadi sesuatu yang tidak diketahui masyarakat. Dan yang terakhir saya ucapkan terima kasih atas terselesaikannya penelitian yang berjudul “Penerapan Diversi Remaja di Balai Masyarakat Kelas II Tanjungpinang”.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Objek dan Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Tanjungpinang berdasarkan wawancara dengan Bapak Suriadi selaku bagian klien anak yang mewakili Bapak Faris Wasdi yang sedang bertugas di luar kota dan Bapak Orlin.

Hasil Penelitian

Implementasi Diversi Bagi Anak yang Berhadapan dengan Hukum di Unit Perlindungan Perempuan dan Anak Polres Tanjungpinang Tahun 2015-2017. Skripsi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Maritim Raja Ali Haji. 201. Pada tahun 2021, total perkara pidana anak yang melalui proses diversi sebanyak 51 kasus, dengan rincian 24 kasus diselesaikan melalui diversi dan 27 kasus tidak diselesaikan melalui diversi, dengan tingkat pencapaian sebesar 47,1%. Bpk Suriadi mewakili Bpk. Farid Wasdi selaku Kepala BAPAS Kelas II TanjungPinang menyatakan bahwa38 Yang dimaksud dengan diversi adalah penyelesaian suatu perkara pidana menjadi penyelesaian perkara non pidana yang tentunya melibatkan beberapa pihak yaitu BAPAS, Kepolisian, Petugas Sosial (Peksos). ), keluarga korban dan keluarga pelaku, tokoh masyarakat, yayasan atau organisasi yang nantinya dijadikan tempat melakukan sesuai kesepakatan diversi dalam pelayanan orientasi dan pengembangan pengabdian masyarakat.

Pada tahun 2020, terdapat 211 kasus anak yang diproses diversi, namun hanya tercapai 77 kasus atau persentase 36,5%. Kendala yang sering terjadi adalah terbatasnya tempat untuk membimbing pelaku kejahatan, namun hal tersebut bukanlah kendala terbesar yang dihadapi BAPAS Kelas II Tanjungpinang. Implementasi diversi terhadap anak yang berhadapan dengan hukum di Unit Perlindungan Perempuan dan Anak Polres Tanjungpinang Tahun 2015-2017. Skripsi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Maritim Raja Ali Haji. 2019.

Tabel 4. 1 Jumlah kasus anak yang melalui diversi di Balai Pemasyarakatan Kelas  II Tanjung Pinang tahun 2020:
Tabel 4. 1 Jumlah kasus anak yang melalui diversi di Balai Pemasyarakatan Kelas II Tanjung Pinang tahun 2020:

PENUTUP

Kesimpulan

Pada tahun 2021, terdapat 51 kasus yang melalui proses diversi, namun hanya tercapai 24 kasus atau persentase 47,1%. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa beberapa kasus cukup sulit diselesaikan melalui proses derivasi. Kendala yang paling berat adalah ketika korban tidak mau melalui proses diversi tersebut dan tidak ditemukan kesepakatan antara korban dan pelaku.

Saran

Dwi Rachman Ningtias, Said Sampara & Hardianto, Djanggih., Diversi sebagai Bentuk Penyelesaian Kasus Pidana Anak, Jurnal Lex Generalis (JLG), VOL. Perlindungan Hukum Terhadap Anak Pelaku Kejahatan (Studi Pada Komisi Daerah Pengawasan dan Perlindungan Anak Provinsi Kepulauan Riau) Vol.1. Kenakalan Remaja Ditinjau dari Perspektif Hak Asasi Manusia (Peran Lembaga Pemasyarakatan Terhadap Sistem Peradilan Anak Ditinjau dari Perspektif Hak Asasi Manusia) Volume 8, Nomor 2, 2017.

Wicaksono, Adi Herdianto, Hikmah Penerapan Diversi Sebagai Perlindungan Anak yang Berhadapan dengan Hukum di Tingkat Kejaksaan pada Kejaksaan Negeri Kudus, disertasi, 2015. Semasa kuliah, penulis pernah bergabung dengan organisasi Cipayung yaitu GMKI Tanjungpinang Bintan ( Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia), dengan kegigihan, dan pantang menyerah, bekerja keras dan berdoa, penulis berhasil menyelesaikan tugas akhir disertasi ini. Semoga penelitian disertasi ini dapat menjadi penyemangat bagi dunia hukum khususnya mengenai anak yang berkonflik dengan hukum. Hambatan atau hambatan apa saja yang dihadapi para ayah ketika merawat atau mendampingi anak yang bermasalah dengan hukum?

Gambar

Tabel 1. 1. Data Kasus Diversi di BAPAS Kelas II Tanjung Pinang Tahun 2020-   2021 .....................................................................................................
Bagan 2.2  Diagram Kerangka Pemikiran............................................................
Tabel 1. 1 Data Kasus Diversi di BAPAS Kelas II Tanjung Pinang Tahun 2020- 2020-2021
Bagan 2.2  Diagram Kerangka Pemikiran
+5

Referensi

Dokumen terkait

Kemudian lahir Undang-Undang Nomor11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Anak selanjutnya di sebut Undang-Undang Sistem Peradilan Pidana Anak sebagai pengganti