• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Pembimbing kemasyarakatan Dalam Pelaaksanaan Proses Diversi Bagi Anak Yang Berhadapan Dengan Hukum Di Bapas Kelas 1 Tanggerang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Peran Pembimbing kemasyarakatan Dalam Pelaaksanaan Proses Diversi Bagi Anak Yang Berhadapan Dengan Hukum Di Bapas Kelas 1 Tanggerang"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

84

Peran Pembimbing Kemasyarakatan Dalam Pelaksanaan Proses Diversi Bagi Anak Yang Berhadapan Dengan Hukum Di Balai

Pemasyarakatan Kelas 1 Tangerang

Arya Eko Frasetyo1) Ali Muahamad2) Cahyoko Edi Tando3) Politeknik Ilmu Pemasyarakatan

[email protected]1) [email protected]3)

Abstract

The author in this study discusses the role of the community advisory officer in the Class 1 Tangerang correctional center, especially in the process of implementing diversion for children who are in conflict with the law. Discuss the main duties and functions of correctional officers as certain functional officials in solving juvenile cases, both in the criminal justice process, or outside the criminal justice process. Talking about the main duties and functions of the correctional center as regulated in Law No. 12 of 1995 concerning Corrections, as well as in relation to Law No. 11 of 2012 concerning the Criminal Justice System, which discusses the main tasks and functions of community advisory officers in the correctional technical implementation unit. namely the correctional center. One of them is carrying out community research (LITMAS), Community advisory officers also accompany clients, mentor clients and supervise clients. Community counselors at the Tangerang Class 1 Penitentiary are very important in diversion where community counselors must try to resolve criminal cases outside the court for the benefit of children through diversion efforts. This paper uses a descriptive method, describing without manipulating data, by discussing the function of community mentors in the judicial restorative process in its implementation through the implementation of diversion for children in conflict with the law, where the role of community counselors is one of them being a facilitator in resolving children's cases through diversion efforts. It is hoped that the role of community counselors in solving children's cases will be a driving force in the success of diversion efforts for children.

Key words: Efforts, Implement, Diversion, Children In Conflict With The Law

PENDAHULUAN

Peranan pembimbing kemasyarakatan di atur di dalam undang undang No 11 Tahun 2021 Tentang sistem peradilan pidana anak di dalam undang undang tersebut di jelaskan tentang terselenggarakan nya sistem peradilan pidana bagi anak yang dapat mewujudkan tujuan keadilan restoratif Sebagai pelaksanaan dari undang undang dasar (UUD) Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Yang sebelum nya telah di undangkan Undang undang no 4 Tahun Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan anak dan undang undang No 35 Tahun 2014 tentang perlindungan anak khusus bagi anak yang bermasalah dengan hukum, kemudan di susun undang undang No 3 Tahun 1997 yang telah di ubah menjadi undang undang No 11 Tahun 2012 Tentang Sistem peradilan pidana anak.

Restoratif Jucitce merupakan Cara Lain. Dari peradilan pidana yang mengedepankan pendekatan integrasi pelaku di satu sisi dan korban serta masyarakat di sisi lain sebagai satu kesatuan untuk mencari solusi serta kembali kepada suatu pola hubungan yang baik di dalam masyarakat dengan demikian subtansi dari resotarif juctice adalah empowerment merupakan jantung restorative juctce, oleh karena itu restorative juctice keberhasilan nya di tentukan oleh empowerment. Atas dasar itu makan restorative Juctice dapat di bilang pengintegrasian dalam penyelsaian perkara pidana. Muhamad (2014)

(2)

85 Di dalam Undang undang No 11 Tahun 2012 Tentang sistem peradilan pidana anak menjadi dasar sebagai pelaksanaan terwujud nya hubungan antara klien, korban dan masyarakat. Dimana pelaku pelanggar hukum yang di lakukan oleh anak, tidak hanya berfokus meperbaiki hubungan antara pelaku dengan korban, tetapi juga berfokus memperbaiki hubungan keluarga dan masyarakat. Yang dimana pernyataan tersebut menjadi suatu landasan dalam mewujudkan keadilan restoratif yang sesuai dengan UU NO 11 Tahun 2012 Tentang SPPA.

Pada Impelmentasinya keadilan restoratif ini di tempuh melalui proses Diversi yaitu dengan pengalihan penyelesaian perkara anak dari proses peradilan pidana anak ke proses di luar peradilan pidan. Melalui musyawarah yang melibatkan Anak, orang tua/wali anak, korban dan masyarakat untuk mencapai suatu kesepakatan dalam menyelesaikan masalah. Dalam ketentuan Undang-Undang Sistem Peradilan Pidana Anak (SPPA), dimana definisi Anak Nakal tidak dikenal lagi, tetapi digunakan istilah Anak Yang Berkonflik Dengan Hukum. (Victorio H.Situmorang, 2019) Pasal 1 angka 3 Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 tentang SPPA menjelaskan bahwa anak yang berkonflik dengan hukum yang selanjutnya disebut Anak adalah anak yang telah berumur 12 (dua belas) tahun, tetapi belum berumur 18 (delapan belas) tahun yang diduga melakukan tindak pidana (Victorio H.Situmorang, 2019).

Konsepsi Restoratif Juctice sudah muncul sejak 20 tahun lalu sebagai satu alternatif penyelsaian perkara pidana bagi anak, khusus nya bagi anak yang berhadapan dengan hukum (delyana 1988).

Kelompok kerja peradilan pidana anak perserikatan bangsa bangsa (PBB) Mendefinisikan restorative juctice sebagai suatu proses semua pihak yang berhubungan dengan tindak pidana tertentu, dengan cara duduk bersama sama memecahgkan suatu masalah dengan memikirkan bagaiamana juga cara mengatasi akibat dari masalah tersebut di masa yang akan datang.

Wirassih (2014) mengemukan bahwa proses ini pada dasar nya di lakukan melalui diskresi (kebijakan) dan diversi merupakan pengalihan dari proses peradilan pidana keluar proses formal untuk di selesai melalui muswarah. Pada kasus anak pelanggar hukum mereka berhak mendapatkan pendampingan dari pengacara nya selama menjakani proses peradilan di samping itu juga ada korban yang memliki kepentingan juga dan tidak boleh di abaikan namu juga harus mementingkan hak asasi manusia sebagai anak juga. Maka dari itu anak anak harus di jaukan dari tindakan penghukuman (restributif juctice) sebagamaiana yang di lakukan bagi pelanggar hukum dewasa dimana penjara merupakan tempat penghukuman bagi pelaku kejahatan, berbeda dengan anak memasukan anak ke dalam penjara merupakan upaya terakhir bagi anak yang berkonflik dengan hukum khusus nya pelaku.

Dengan mempertingan beberapa faktor kepentigan terbaik untuk anak.

Penelitian ini di bertujuan untuk memberikan informasi dan menggali serta memberikan informasi bagaiaman peranana pembimbing kemasyarakatan melaksanakan proses diversi bagi anak yang berhadapan dengan hukum, maka dari itu perananan pembimbing kemasyarakatan menjadi sangat vital dalam pelaksanaan menangani anak anak yang berkonflik dengan hukum. Peranan pembimbing kemasyarakatan dalam pelaksanaan diversi, meliputi sebagai pembimbing, pendampingan.1

METODE PENELITIAN

Dalam hal ini penulis meggunakan metode penelitian deskriptif, menjabarkan tanpa memanipulasi data, dengan membahas tentang fungsi pembimbing kemasyarakatan dalam proses restoratif juctice dalam implementasi nya melalui pelaksanaan diversi bagi anak yang berkonflik dengan hukum. penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data melalui wawancara kepada petugas PK Bapas Kelas 1 Tangerang, dan menambahkan beberapa refrensi menggunakan studi kepustakaan dengan mencari informasi melalui media massa, buku, jurnal dan literatur lain nya. penelitian ini di lakukan di kantor BAPAS Kelas 1 Tangerang Kantor wilayah Hukum Dan Hak Asasi Manusia Banten, dimana tempat Petugas PK bertugas sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Upaya Proses Diversi Bagi Anak Yang Berhadapan Dengan Hukum Dalam Sistem peradilan pidana anak.

Keadilan restoratif di dalam sistem peradilan pidana anak pada implementasi nya berfokus pada upaya diversi bagi anak yang berkonflik dengan hukum. Baik pada tingkat penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan perkara anak di pengadilan negeri. Di dalam kata wajib di upayakan diversi mengandung

1 Efektivitas peran pembimbing kemasyarakatan dalam penereparan restorative juctice terhadap anak pelaku tindak pidana pada Balai pemasyarakatan Kelas 1 Makasar

(3)

86 makna bahwa penegak hukum anak dari penyidik, penuntut umum dan juga hakim di pengadilan, diwajibkan juga harus mengupayakan agar proses diversi dapat di laksanakan. Dalam mengupayakan upaya diversi bagi anak yang berkonflik dengan hukum di laksanakan dalm hal tindak pidana yang di lakukan dengan ancaman penjara di bawah 7 tahun dan bukan pengulangan tindak pidana (residivis) sebagaiamana yang di jelaskan pada pasal 7 UU No 11 Tahun 2012 Tentang sistem peradilan Pidana anak.

Pada pelaksanaan nya proses diversi di laksanakan dengan melibatkan beberapa pihak Proses diversi dilakukan melalui musyawarah dengan melibatkan anak dan orang tua/walinya, korban dan/atau orangtua/walinya, pembimbing kemasyarakatan, dan pekerja sosial profesional berdasarkan pendekatan keadilan restoratif. Selain itu juga, dalam hal diperlukan, musyawarah tersebut juga dapat melibatkan tenaga kesejahteraan sosial, dan atau masyarakat.

Menurut pasal 8 Ayat 3 UU No 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak Proses diversi Wajib Memperhatikan hal sebagai berikut:

1. Kepentingan korban

2. Kesejahteraan dan tanggung jawab anak

3. Penghindaran stigma negative yang muncul di masyarakat 4. Penghindaran pembalasan

5. Keharmonisa masyarakat dan

6. Kepatutan, kesusilaan, dan ketertiban Umum2

Pelaku sehingga dapat kembali ke masyarakat dengan baik dan hidup damai sesuai yang diharapkan. Tetapi kembali ke masyarakat bukan merupakan hal yang mudah begitu saja, masih saja pelaku menerima stigma buruk dari masyarakat oleh karena itu dilakukan pembinaan pada Lembaga Pemasyarakatan seperti pembinaan kepribadian dan pembinaan kemandirian seperti pendidikan, keagamaan, pelatihan kerja, penyuluhan hukum seta pembinaan lainnya. Pembinaan tersebut bertujuan memberikan bekal hidup kepada narapidana untuk kembali ke masyarakat ketika selesai menjalani masa pidana yang diharapkan akan menjadi manusia yang seutuhnya, turut ikut dalam pembangunan nasional, serta berubah menjadi baik dan tidak mengulangi perbuatan melanggar hukum.

Prosedur pelaksanaan diversi bagi anak yang berkonflik dengan hukum pada tahap penyidikan di dalam penyelesaian tindak pidana, di bagi menjadi 3 bentuk yaitu yang pertama adalah : melaksanakan musaywarah pada tingkat kepolisian pihak yang di libatkan hanya pelaku dan polisi, dengan jenis pelanggar nya adalah berupa pelanggaran dan termasuk ke dalam tindak pidana ringan. Mendaptkan sanksi berupa peringatan informal berupa peringata lisan dan peringata tertulis peringatan informal tidak di catat di dalam suatu ketetapan dan tidak perlu di mintakan penetepat di pengadilan negeri cukup pada tingkat kepolisian. Yang kedua adalah musyawarah keluarga para pihak yang terlibat adalah polisi, pelaku dan/atau orangtua/walinya, dan pembimbing kemasyarakatan. Jenis tindak pidananya adalah tindak pidana ringan, tindak pidana tanpa korban dan tindak pidana yang nilai kerugian korban tidak lebih dari nilai upah minimum propinsi setempat. Sanksinya berupa peringatan formal yaitu menyerahkan kembali kepada orangtua/walinya, permintaan maaf kepada korban dimuka umum, rehabilitasi medis dan psikososial, perbaikan akibat tindak pidana dan pembayaran ganti rugi. Peringatan itu dicatat dalam buku catatan kepolisian tapi tidak perlu disampaikan ke Pengadilan Negeri. Ketiga adalah musyawarah masarakat dan para pihak yang terlibat adalah polisi, pelaku dan orang tua / wali nya, korban dan orang tua atau walinya, dan pembimbing kemasyarakatan serta masyarakat dan tokoh masyarakat. Jenis tindak pidana nya tidak melibih 7 tahun penjara dan ancaman penjara nya di bawah 7 tahun penjara serta bukan pengulangan tindak pidana (residivis). Dan mendapatkan sanksi berupa penyerahan kembali kepada kedua orang tua atau walinya, melalkukan permintaan maaf dari pelaku kepada korban di depan umum, melakukan rehablitasi medis dan psikososial dan perbaikan akibat tindak pidana dan pembayaran ganti rugi, pelayanan masyarakat menyerahkan kepada lembaga sosial pemerintah atau swasata untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan dalam bentuk lain nya sesuai dengan kasus tindak pidana yang di lakukan oleh pelaku. Setelah itu kemudian hasil dari musyawarah tersebut memeroleh kesepakatan yang di tuangkankedalam sebuah kesepakatan diversi kemudian di sampaikan ke pengadian negeri untuk memperoleh penetapan. Setelah memperoleh penetapan dari pengadilan negeri kemudian penyidik menerbitkan atau membuat atau mengeluarkan surat penetapan penghentian penyidikan.3

Berbicara mengenai proses diversi jika berhasil mencapai suatu kesepakatan sebagaimana yang

2 M.nasir Djamil, op-cit, hal 40

3 Achmad Ratomi, Prosedur Pelaksanaan Diversi Pada Tahap Penyidikan Dalam Penyelesaian Tindak Pidana Yang Dilakukan Oleh Anak, 2014

(4)

87 di atur pada pasal 43 ayat 3 Undang Undang No 11 Tahun 2012 Tentang sistem peradilan pidana anak maka penuntut umum menyampaikan berita acara diversi beserta kesepakatan diversi kepada ketua pengadilakn negeri untuk di buatkan pentapan.sebagaiaman yang di lakukan pada tingkat penydidikan dan penunututan, persidangan sebagai salah satu tahapan proses peradilan pidana bagi anak di berikan kewajiban untuk melaksanakan proses diversi dalam menangani perkara anak yang bekonflik dengan hukum.

Di dalam Undang Undang No 11 Tahun 2012 Tentang sistem peradilan pidana anak, pada tahap persidangan ketua pengadilan negeri di wajibkan mentepakn hakim atau majelis hakim untuk menangani perkara anak paling lama 3 hari setelah menerima berkas perkara dari penuntut umum dan hakim wajib mengupayakan diversi paling lama 7 hari setelah di tetapkan oleh ketua pengadilan negeri sebagai hakim. Diversi di laksanakan paling lama 30 hari.

Adapun yang menjadi di laksanakan nya dan di wajibkan untuk melakukan proses diversi adalah:4 1. Menghundari labelin pada anak sebagai penjahat di masyarakat

2. Agar anak bertanggung jawab atas perbuatan nya

3. Menghindari anak dari penahanan karena upaya penjara merupakan upaya terakhir bagi anak 4. Untuk mencegah pengulangan tindak pidana yang di lakukan oleh anak

5. Menghindari anak dari proses sistem peradilan

6. Menjauhkan anak dari pengaruh negative dari proses peradilan pidana Sesungguh nya proses diversi

Merupakan tradisi mekanisme dari musyawarah untuk mendapatkan mufakat, yang menjadi wujud nyata yang memperkuat hukum di dalam kehidupan bermasyarakat, jantung dari restorative juctice atau keadilan restoratif adalah penyembuhan, pembelajaran moral, partisipasi dan perhatian masyarakat, dialog, rasa memaafkan, tanggungjawab dan membuat perubahan, yang semuanya itu merupakan pedoman bagi proses restorasi dalam perspektif keadilan restoratif.

Peran Pembimbing Kemasyarakatan Dalam Pelaksanaan Proses Diversi Bagi Anak Yang Berhadapan Dengan Hukum di Bapas Kelas 1 Tangerang

Di dalam undang undang NO 11 Tahun 2012 Tentang sistem peradilan pidana anak meurujuk pada pasal 1 ayat 7, di sebutkan dalam pasal tersebut diversi adalah pengalihan penyelesaiaan perkara anak dari proses peradilan pidana ke luar proses peradilan pidana (Rahayu 2015) dalam menyelesaikan perakara anak yang berhadapan dengan hukum khusus nya di Balai pemasyarakatan Kelas 1 Tangerang, yang di lakukan oleh pembimbing kemasyarakatan sebagai pejabat fungsional tertentu sebagai penegak hukum, yang dimana petugas pembimbing kemasyarakatan melakukan penelitian kemasyarakatan, pembimbingan, pengawasan dan pendampingan terhadap anak yang berhadapan dengan hukum , baik di dalam proses peradilan pidana ataupun di luar proses peradilan pidana, sebagaiaman di atur pada pasal 1 ayat 3 UU No 11 Tahun 2012 Tentang sistem peradilan anak5

Berdasarkan hasil dalam pelaksanaan kegiatan penelitian di balai pemasarakatan kelas 1 Tangerang dan mempelajari aturan perundang undangan yang berlaku, mengetahui peran pembimbing kemasyarakatan dalam proses diversi bagi anak yang berhadapa dengan hukum di balai pemasyarakatan kelas 1 Tangerang.

1. Pembimbing kemasyarakatan sebagai Fasilitator : fasilitator adalah seseorng yang membantu sekelompok orang yang mempunyai kepentingan dengan memahami tujuan bersama mereka sera ikut membantu mereka mengembangkan rencana untuk mencapai tujuan tersebut, tanpa harus menempati tempat tertentu dalam sebouah diskusi. Dan beberapa fasilitator akan mencoba membantu kelompok untuk mencapai konsensusdalam setiap yang ada sebelum nya atau muncul dalam sebuah pertemuan untuk meletakan dasar yang kokoh untuk tindakan di masa depan.

konsultan komunitas yang di tunjuk untuk menangani kasus anak yang berhadapan dengan hukum dapat memfasilitasi untuk mengadakan pertemuan antara penyidik dengan konsuktan komunitas , untuk mengidentifikasi dan membahas kasus yang di hadapi oleh anak yang berhadapan dengan hukum. Keputusan akhir di tentukan oleh kesepakatan konsensus.

2. Pengumpulan data dan informasi: Pembimbing kemasyarakatan melakukan pengumpulan data dan informasi, setelah melakukan penelitian dan berhasil mengumpulkan data serta informasi mengenai kasus anak yang melanggar hukum, penyluh komunitas akan mulai mengumpulkan data dan informasi tentang anak yang berhadapan dengan hukum.

4 Upaya diversi bagi anak anak dalam proses peradilan Fetri. A.R Tarigan

5 Peran PK dalm pelaksanaan diversi, Efi siti Fatonah

(5)

88 3. Penelitian kemasyarakatan (LITMAS) : Setelah data dan informasi terkumpul, pembimbing kemasyarakatan selanjut nya melakukan penelitian kemasyarakatan atau biasa di sebut dengan LITMAS, yang berisi sebagai berikut, identitas klien, identitas orang tua klien, gambara tentang tindak pidana yang di sangkakan kepada si klien, kondisi keluarga klien, riwayat hidup klien, kondisi lingkungan setempat(psikososial), tanggapan atau pendapat klien tentang masalah yang di hadapi, pandangan masa depan klien, kebutuhan klien, tanggapan berbagai pihak terkait terhadapa klien dan masalah nya, analisa masalah kklien kemudian membuat kesimpulan dan rekomendasi.

4. Pendamping dan pembimbing : pembimbing kemasyarakatan sebagai pendamping dan pembimbing di dalam kamus besar bahasa Indonesia arti kata pendamping dalam proses negosiasi yang arti nya mendampingi seseorang atau orang, sedangkan pembimbing dalam KBBI kamus besar bahasa Indonesia berarti orang yang memberikan petunjuk, kepemimpinan, pembimbing hal hal yang di lakukan untuk pembimbiingan ilmu, pembimbing mengadakan pertemuan antara pelaku, orang tua atau wali pelaku, korban dan orang tua atau wali korban, tujuan nya dari kegiatan tersebut adalah agar Prtugas Pembimbing kemasyarakatan dapat saling mendekati dan memberikan tanggapan serta saran atau masukan, kepada kedua belah pihak, sehingga di harapkan dengan melakukan pertemuan dan mediasi dapat menyelesaikan kasus tersebut melalui mutasi. Pada saat pemindahanan, konsultan komunitas wajib membawa pelaku atau korban dan keluarga korban, serta pekerja sosial professional, di dalam proses tersebut di tinjau melalui metode restorative juctice.

5. Pelaporan hasil penelitian : dalam hal ini setelah pembimbing kemasyarakatan melakukan penelitian kemasyarakatan, maka hasil dari penelitian kemasyarakatan akan di berikan kepada penyidik, mengacu terhadap hasil penelitian kemasyarakatan tersebut, dan syarat syarat di lakukan nya diversi yaitu ancaman pidana nya di bawah 7 tahun penjara dan bukan pengulangan tindak pidana sebagaiamana di atur di dalam undang undang No 11 Tahin 2012 pasal 7 Tentang sistem peradilan pidana anak, selanjut nya pembiming kemasyarakatan melakukan kordinasi dan menyampaikan kepada penyidik untuk di wajibkan dan di upayakan dalam proses diversi.6

SIMPULAN DAN SARAN

Dalam urauain tersebut peneliti memiliki kesimpulan bahwasan nya, di samping petugas pemimbimbing kemasyarakatan memiliki tugas pokok dalam pembuatan LITMAS, pertugas pembimbing kemasyarakatan juga memiiki tugas melakukan pembimbingan, pendampingan, pengawasan terhadap klien pemasyarakatan, adapun beberapa tahapan dalam pelaksanaan proses diveris sesuai dengan peraturan perundang undangan yang berlaku, pembimbing kemasyarakatan berperan sebagai fasilitator dalam melakukan pelaksanaan proses diversi, masyarakat kurang begitu paham mengenai tugas pembimbing kemasyarakatan, dapat di simpulkan peran pembimbing kemasyarakatan sebagai fasilitator dengan pendekatan persuasive melalui metode wawancara, dapat menunmbuhkan kepercayaan klien dan menimbulkan rasa empati serta hak mendaptkan perlakuan hukum yang adil dan memberikan perlindungan klien terasa aman, pembimbing kemasyarakatan sebagai fasilitator dalam menangani perkara anak yang berhadapan dengan hukum melalui proses diversi. wawancara, pembimbing kemasyarakatan juga memberikan pendampingan bagi anak yang berhadapat dengan hukum baik di dalam proses peradilan pidana ataupun di luar proses peradilan pidana, dimana tujuan nya untuk menghindari anak dari pengaruh negatif dan implikasi negative yang di sebabkan oleh proses peradilan pidana. Sehingga tujuan restoratif juctice dapat di wujudkan di balai pemasyarakatan kelas 1 Tangerang.

DAFTAR RUJUKAN

Afif, A. (2015). Pemaafan, Rekonsiliasi dan Restorative Justice Pustaka Pelajar, Yogyakarta Anjar Nawan, Konsep Diversi Dan Restoratif Justice, 2014,

Davit Setyawan, Menuju Restorative Justice Dalam Sistem Peradilan Anak, 2014, Sumber:http://www.kpai.go.id/artikel/menujurestorative-justice-dalam- sistemperadilan-anak/

Efi Siti Fatonah 2021. “Peran Pembimbing Kemasyarakatan Dalam Pelaksanaan Diversi, Syntax Admiration Vol.2 , No. 2 Februari 2021

6 Peran pembimbing kemasyarakatan dalam pelaksanaan diversi hal 347-348, syntax admiration vol. 2 , No 2, Februari 2021.

(6)

89 Efi Siti Fatonah 2021. “PERAN Eneng Imas yusmiati dan ali equatora 2020, peranan pembimbing

kemasyarakatan dalam pelaksanaan diversi bagi anak yang berkonflik dengan hokum (studi kasus pada balai pemasyarakatan garut) Jurnal neo societal Vol. 5; No. 2; April 2020

Fetri A. R. Tarigan. 2015. Upaya diversi bagi anak dalam proses peradilan lex crimen Vol.

IV/No.5/Juli/2015

Ikhsan, E. (2014). Diversi dan Keadilan Restoratif Kesiapan Aparat Penegak Hukum dan Masyarakat. Medan: Pustaka Indonesia

Maidin Gultom, Perlindungan Hukum Terhadap Anak dalam Sistem Peradilan Pidana Anak di Indonesia, PT Refika Aditama, Bandung, 2013

Marlina, Peradilan Pidana Anak di Indonesia Pengembangan Konsep Diversi dan Restorative Justice, PT Refika Aditama, Bandung, 2009.

M. Nasir Djamil, Anak Bukan Untuk Dihukum Catatan Pembahasab UU Sistem Paeradilan Pidana Anak (UU-SPPA), Sinar Grafika, Jakarta, 2013

Ridwan Mansyur, Keadilan Restoratif Sebagai Tujuan Pelaksanaan Diversi Pada Sistem Peradilan Pidana Anak, 2014,

Undang-Undang No 11 Tahun 2012 tentang sistem peradilan pidana anak Undang undang Republik Indonesia Tahun 1945

Undang-Undang Republik Indonesia Nmor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan.

Referensi

Dokumen terkait

Ubah data Data golongan yang akan dirubah di dalam database, klik simpan maka Data pada server Database akan berubah. Data golongan yang akan dirubah di dalam database,

Berdasarkan hasil perancangan penanganan longsor dengan mengubah geometrik lereng pada lereng atas didapatkan angka keamanan lereng sebesar 1.3 yang sebelum penanganan

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya susun dengan judul : Pengaruh Daya Tarik Penyiar Radio DAIS 107.9 FM Dan Intensitas Mendengar Terhadap

Ayat (1) pasal 9 model UN menyebutkan tentang pemberian wewenang kepada salah satu negara untuk melakukan verifikasi atas transaksi antar pihak yang mempunyai hubungan istimewa,

Suatu cara untuk menghitung jumlah penduduk di suatu tempat adalah dengan jalan yang biasa disebut sensus atau cacah jiwa.. Dengan cacah jiwa, jumlah penduduk di suatu tempat

Ada perubahan konstruksi dari gabungan verba + nomina dalam bahasa Inggris menjadi satu kata verba yaitu refined.. (b) Kata majemuk berafiks yang pangkalnya berupa bentuk

Buku Kartun Kimia Materi Pokok Laju Reaksi untuk Siswa SMA/MA yang dikembangkan ini dapat lebih layak sebagai sumber belajar penunjang apabila telah dibuktikan

Dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana membuat Animasi Wayang Sebagai Media Pendidikan Budi Pekerti dan Memperkenalkan Budaya Bangsa Kepada Anak