• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN DRILL UNTUK KESIAPAN AWAK KAPAL SAAT MENGAHADAPI KEADAAN DARURAT DI MV.CORAL IVORY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PELAKSANAAN DRILL UNTUK KESIAPAN AWAK KAPAL SAAT MENGAHADAPI KEADAAN DARURAT DI MV.CORAL IVORY "

Copied!
45
0
0

Teks penuh

Pelaksanaan latihan yang dilakukan di kapal menurut SOLAS masih belum berjalan maksimal, belum maksimalnya hal ini disebabkan oleh tidak seriusnya awak kapal dalam mengikuti latihan dan kurangnya pemahaman awak kapal. tentang pentingnya latihan tersebut, selain kepadatan awak kapal yang mempengaruhi kondisi fisik dan psikis, awak kapal juga memegang peranan penting. Penelitian ini dilakukan pada saat sea practice ± 12 bulan di MV.Coral Ivory, penulis menganalisa beberapa latihan yang dilakukan diatas kapal yaitu latihan kebakaran, latihan kapal yang ditinggalkan, latihan man overboard dan latihan ISPS serta situasi darurat, apabila terjadi kebakaran, maka alarm nyata di kapal Sesuai fakta yang penulis temukan di lapangan, meskipun latihan direncanakan dan dilakukan secara rutin, namun para awak kapal masih panik jika terjadi keadaan darurat yang nyata, karena keadaan pelaksanaan latihan tidak sesuai. optimal karena ketidakseriusan kru, jadwal yang padat dan kurangnya pengetahuan dan pengalaman kru. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun latihan dilakukan sesuai dengan matriks, namun prosedur yang ditetapkan oleh SOLAS tidak diikuti dan hasilnya tidak maksimal sehingga akan mempengaruhi kinerja awak kapal ketika menghadapi keadaan darurat yang nyata.

Menurut laporan KNKT, sebagian besar penyebab kecelakaan disebabkan oleh kesalahan manusia dan ketidakmampuan kru dalam menangani situasi darurat. Berdasarkan laporan investigasi KNKT, pada 28 Januari 2011, KMP.Laut Teduh-2 mengalami kebakaran hebat di perairan sekitar Pulau Tempurung. Dua awak kapal mencoba memadamkan api dari mobil di dek bawah menggunakan alat pemadam api ringan CO2 dan kering. . Dalam kecelakaan ini 27 penumpang meninggal dunia, 22 penumpang dan awak pesawat luka berat, 241 penumpang luka ringan, dan 164 penumpang serta awak lainnya selamat.

Setelah berlatih di kapal selama 12 bulan dan melakukan beberapa observasi, penulis menemukan kasus yang hampir sama dengan data yang dilaporkan penulis sebelumnya.13. 00:00 kapal tiba di tempat berlabuh, tiba-tiba alarm kebakaran berbunyi dan kapten diberitahu melalui sistem alamat publik bahwa ada kebakaran di ruang mesin. Seluruh awak kapal bergegas menuju stasiun pemadam kebakaran untuk mempersiapkan prosedur pemadaman kebakaran yang diperintahkan oleh chief officer. Kepanikan pun terjadi, ketika chief officer belum juga datang dan memberikan perintah, para awak kapal sudah bekerja atas inisiatif sendiri tanpa memperhatikan tugas dan fungsinya masing-masing, seperti ketiga. Dilihat dari dua contoh di atas, awak kapal masih dianggap tidak kompeten dan tidak siap menghadapi situasi darurat, ketika terjadi keadaan darurat seharusnya seluruh awak kapal sudah mengetahui tugasnya. Kurangnya profesionalisme awak kapal dalam bertindak disebabkan karena kurangnya pemahaman, pengetahuan dan pengalaman dalam pelaksanaan latihan. prosedurnya dan tidak dilakukan secara serius, padahal hal ini sangat penting untuk kesiapan awak kapal, adapun faktor lain seperti berkurangnya konsentrasi awak kapal akibat terkurasnya stamina akibat jadwal dan jangpdata dalam pelayaran.Latihan itu sendiri juga diatur oleh SOLAS Bab III Peraturan 19 tentang Pelatihan dan Latihan Darurat serta Inspeksi hal-hal yang berkaitan dengan operasi pengeboran telah diperjelas dan selain itu para awak kapal juga harus memperhatikan ketentuan yang diatur dalam ISM Code pada elemen 8 yaitu.

Oleh karena hal-hal tersebut di atas maka diambil judul “PENTINGNYA PELAKSANAAN DRILL BAGI KESIAPAN ABK KAPAL WAN DALING DALAM KEADAAN DARURAT DI MV.CORAL IVORY” yang selama ini dirasa masih terdapat kelemahan dan kekurangan.

Rumusan Masalah

Pembatasan Masalah

Tujuan Penelitian

Landasan Teori 1. Definisi-Definisi

Jenis-jenis Keadaan Darurat

Keadaan darurat akibat tubrukan kapal dengan kapal atau kapal dengan dermaga atau dengan benda tertentu dapat mengakibatkan situasi kerusakan kapal, korban jiwa, tumpahan minyak di laut (tanker), pencemaran dan kebakaran, dan lain-lain. Situasi tersebut adalah kepanikan atau ketakutan para petugas di kapal, yang justru memperlambat tindakan, mengamankan penyelamatan dan mengatasi keadaan darurat. Sedangkan ledakan bisa terjadi karena kebakaran atau sebaliknya kebakaran terjadi karena ledakan, namun yang pasti keduanya dapat menimbulkan keadaan darurat dan harus diatasi. Situasi darurat pada situasi kebakaran dan ledakan tertentu sangat berbeda dengan situasi darurat akibat tabrakan, karena pada situasi tersebut terdapat kondisi panas dan terbatasnya jangkauan gerak serta terkadang terjadi kepanikan atau ketidaksiapan petugas untuk bertindak. Bangkai kapal bisa bersifat permanen dan bisa juga bersifat sementara tergantung posisi dasar laut atau sungai, atau cara penanganannya, sehingga keadaan darurat seperti ini memperumit keadaan di lingkungan kapal.

Situasi darurat ini akan menjadi rumit jika pengambilan keputusan dan pelaksanaannya tidak didukung sepenuhnya oleh seluruh awak kapal, karena upaya penyelesaian situasi tersebut tidak didasarkan pada prinsip keselamatan dan kekompakan. Dengan banyaknya jenis keadaan darurat yang biasa terjadi di atas kapal dan akibat yang ditimbulkannya, maka awak kapal harus selalu siap menghadapi situasi tersebut, awak kapal harus mengetahui tindakan apa yang harus dilakukan untuk mengantisipasi keadaan darurat tersebut dengan melakukan latihan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. oleh SOLAS. Kebakaran, minimal sebulan sekali atau bila ada penggantian >25% dari jumlah awak kapal, harus dilakukan dalam waktu 24 jam setelah kapal meninggalkan pelabuhan kecuali akan berlayar di perairan sempit untuk berjaga-jaga.

Dengan menggunakan Sekoci dan Pengenalan Peralatan, kru baru seharusnya menerima pelatihan sebulan sekali. Pelatihan dilakukan dalam waktu 24 jam setelah kapal meninggalkan pelabuhan, apabila terjadi penggantian >25% dari jumlah awak kapal. Meninggalkan kapal / Melepaskan Sekoci ke permukaan air, minimal 3 bulan sekali setiap awak kapal wajib mengikuti latihan meninggalkan kapal termasuk menjalankan sekoci dan melakukan manuver di permukaan air.

Pelatihan penggunaan alat keselamatan jiwa, paling lambat dalam waktu 2 (dua) minggu, awak kapal baru harus diberikan penjelasan tentang penggunaan alat keselamatan jiwa. Setiap 2 (dua) bulan sekali awak kapal harus mendapatkan teori dan praktek penggunaan alat keselamatan jiwa. 9) Latihan Operasi Helikopter dan Kapal. Namun, jika hal ini tidak praktis, pemerintah dapat memperpanjang periode ini hingga 12 bulan, dengan ketentuan bahwa ada pengaturan agar simulasi peluncuran dilakukan tidak lebih dari enam bulan. (Peraturan SOLAS 2014 Bab III Pemerintah dapat mengizinkan kapal yang melakukan pelayaran internasional untuk tidak meluncurkan sekoci di satu sisi jika pengaturan tempat berlabuh/tambatan di pelabuhan dan pola perdagangannya tidak memungkinkan sekoci di sisi tersebut tidak dipermudah.

Namun, semua sekoci harus diturunkan setidaknya setiap tiga bulan dan diluncurkan setidaknya setiap tahun. tentang prosedur yang berbeda dari peraturan yang dijelaskan) (Peraturan SOLAS 2014 Bab III. Instruksi individual dapat mencakup bagian unit penyimpanan yang berbeda dan alat pemadam kebakaran dan alat pemadam kebakaran harus ditutup dalam waktu dua bulan (SOLAS 2014 Bab III Peraturan 19,4.1).

Menaikkan dan menurunkan sekoci sebaiknya dilakukan sambil melakukan latihan ini. Sekoci ini mungkin merupakan sekoci terpisah yang dimaksudkan untuk tujuan pelatihan saja dan bukan merupakan bagian dari perlengkapan keselamatan kapal. Perahu khusus ini ditandai dengan jelas dan dapat dibedakan berdasarkan rakit pengaman tertentu (SOLAS 2014 Bab III Peraturan 19,4.3). Kurangnya keseriusan awak kapal untuk mengikuti pelatihan di kapal mengakibatkan awak kapal tidak siap kapan.

Tabel 2.1 Muster List MV.Coral Ivory
Tabel 2.1 Muster List MV.Coral Ivory

JENIS PENELITIAN

LOKASI PENELITIAN 1. Waktu penelitian

JENIS DAN SUMBER DATA 1. Jenis Data

Penulis melakukan penelitian pada saat praktek berlayar di kapal MV Coral Ivory milik perusahaan Anthony Veder Rederijzaken. Data sekunder merupakan data yang telah tersedia, sehingga peneliti hanya perlu mencari dan mengumpulkan informasi yang telah tersedia. Data ini lebih mudah dan cepat diperoleh karena sudah tersedia. Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa data aktual sesuai dengan lokasinya karena tersedia data yang ada di kapal, misalnya data kecelakaan apa saja yang pernah terjadi di kapal. pada saat pelaksanaan latihan, catatan waktu latihan dilakukan di kapal.

PEMILIHAN INFORMAN 1. Informan

Pemilihan informan sebagai sumber data dalam penelitian ini didasarkan pada prinsip subyek yang menguasai permasalahan, mempunyai data dan bersedia memberikan informasi yang lengkap dan akurat, informan yang berperan sebagai sumber data dan informasi harus memenuhi syarat, siapa yang akan menjadi sumber data dan informasi. yang menjadi informan (informan kunci) dalam penelitian yaitu nakhoda dan anak buah kapal. Penelitian kualitatif tidak memerlukan jumlah informan, tetapi mungkin bergantung pada tepat tidaknya pilihan informan kunci, dan kompleksitas keragaman fenomena sosial yang diteliti. Oleh karena itu penentuan informan dilakukan dengan teknik snowball sampling yaitu proses penentuan informan berdasarkan informan sebelumnya tanpa menentukan jumlah pastinya dengan menggali informasi terkait topik penelitian yang diperlukan.

Data yang dikumpulkan dan digunakan dalam penyusunan karya ilmiah ini adalah data yaitu informasi yang diperoleh penulis melalui observasi langsung di lapangan. Data diperoleh dari observasi dan analisis berbagai latihan dan satu situasi darurat. Observasi merupakan suatu metode yang saling melengkapi, teknik observasi digunakan dengan tujuan untuk memperoleh atau mengumpulkan data secara langsung mengenai gejala-gejala tertentu dengan melakukan observasi dan mencatat data-data yang berkaitan dengan subjek yang diteliti. dilaut memperhatikan pelaksanaan prosedur kedaruratan khususnya prinsip penggunaan peralatan keselamatan yang dilakukan oleh seluruh awak kapal, maka petugas yang bertugas selanjutnya akan memeriksa prinsip dan tindakan yang harus dilakukan apabila terjadi keadaan berbahaya, apabila ada kesalahan. Selain itu observasi merupakan pengumpulan data secara langsung dan sangat penting dalam penelitian deskriptif.

Serta dokumen dalam bentuk tertulis, seperti catatan kecil berupa informasi hasil wawancara dengan narasumber di kapal. Menurut Riduwan (2003:56), wawancara adalah suatu metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya. Wawancara merupakan suatu proses tanya jawab secara lisan yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain, menerima dan memberikan informasi.

Dalam menyusun penelitian ini, penulis melakukan wawancara non-formal dengan nakhoda dan perwira senior dalam operasi sehari-hari, khususnya perwira senior kapal III, yang bertanggung jawab untuk melakukan latihan di atas kapal dan peralatan keselamatan, serta dengan awak kapal. . (Awak kapal) sebagai objek yang akan diteliti agar lebih meyakinkan.

TEKNIK ANALISIS DATA

Gambar

Tabel 2.1 Muster List MV.Coral Ivory

Referensi

Dokumen terkait

The most relevant source is the Journal of Emerging Technologies in Accounting, International Journal of Accounting Information Systems, and the Journal of Information Systems.. The