• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN TERHADAP NARAPIDANA DISABILITAS DAN LANJUT USIA DI LAPAS KELAS I PALEMBANG

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "View of PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN TERHADAP NARAPIDANA DISABILITAS DAN LANJUT USIA DI LAPAS KELAS I PALEMBANG"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

P-ISSN: 2356-4164, E-ISSN: 2407-4276

Open Access at : https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/jkh

Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial

Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja

1481

PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN TERHADAP NARAPIDANA DISABILITAS DAN LANJUT USIA DI LAPAS KELAS I PALEMBANG

Muhammad Dwi Putra

,

Mitro Subroto

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan

E-mail: [email protected], [email protected] Info Artikel Abstract

Masuk: 1 Desember 2022 Diterima: 15 Januari 2023 Terbit: 1 Februari 2023 Keywords:

Health services, Prisoners, Disabilities and the

elderly

The purpose of this study was to find out the implementation of the provision of health services for prisoners with disabilities and the elderly as well as the obstacles faced by prisons in fulfilling the rights of prisoners, especially health services in Class I prisons in Palembang. This research was conducted at Palembang South Sumatra Class I Prison with the research method by way of literature study which looked at the terms of the law relating to the problems studied as well as literature books, as well as field studies which saw firsthand the facts in the implementation carried out in the field. The results of the study show that the implementation of prison services in providing health services has been going quite well, which is marked by routine checks by the health office and frequent health-related activities, especially for disabled and elderly prisoners in Class I prisons in Palembang. However, health services are still not running well due to a lack of medical personnel and the over- capacity conditions experienced in Palembang Prison so that the fulfillment of health services has not been fully implemented.

Abstrak Kata kunci:

Pelayanan kesehatan, Narapidana, Disabilitas dan lanjut usia

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui penerepan pemberian pelayanan kesehatan bagi narapidana disabilitas dan lanjut usia serta kendala yang dihadapi oleh pihak Lapas dalam pemenuhan hak warga binaan pemasyarakatan terkhusus pelayanan kesehatan di Lapas Kelas I Palembang. Penelitian ini dilakukan di Lapas Kelas I Palembang Sumatera Selatan dengan metode penelitian dengan cara studi pustaka yang

(2)

1482 Corresponding Author :

Muhammad Dwi Putra, e-mail :

melihat dari segi Undang – Undang yang berkaitan dengan masalah yang diteliti maupun buku-buku literatur, dan juga studi lapangan yang mana melihat langsung fakta dalam penerapan yang di lakukan di lapangan. Hasil penelitian menunjukan bahwa penerapan yang dilakukan pihak Lapas dalam pemberian pelayanan kesehatan sudah berjalan cukup baik yang ditandai dengan adanya pemeriksaan rutin oleh pihak dinas kesehatan serta seringnya melakukan kegiatan terkait kesehatan kususnya terhadap narapidana disabilitas dan lanjut usia pada Lapas Kelas I Palembang. Namun pelayanan kesehatan masih belum berjalan dengan baik karena kurangnya tenaga medis serta kondisi over kapasitas yang dialami di Lapas Palembang sehingga pemenuhan pelayanan kesehatan belum terlaksana dengan maksimal sepenuhnya.

@Copyright 2023.

PENDAHULUAN

Salah satu yang menjadi tujuan diselenggarakannya pemerintahan yakni untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat secara umum salah satunya melalui aparatur sipil negara atau yang disingkat dengan (ASN) (Dwiyanto, 2014).

Bentuk pelayanan yang diberikan kepada masyarakat adalah pelayanan publik berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 mengenai Pelayanan Publik.

Pelayanan publik adalah kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh pemerintah guna memenuhi kebutuhan warga negaranya dalam bentuk barang, jasa maupun pelayanan administratif (Hayat, 2017). Pelayanan merupakan salah satu wujud peran pemerintah dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat agar dapat hidup sejahtera dan makmur. Saat ini di Indonesia paradigma penghukuman untuk para pelanggar hukum telah bergeser dari yang semula menggunakan paradigma kepenjaraan berubah menjadi pemasyarakatan. Dengan berubahnya paradigma penghukuman tersebut, pembinaan menjadi suatu cara yang tepat untuk mencapai tujuan akhir pemasyarakatan yaitu reintegrasi sosial. Di Indonesia itu sendiri terdapat institusi yang khusus menangani serta menjadi tempat yang sangat berpengaruh terhadap pembinaan para pelanggar hukum atau narapidana yaitu Lembaga Pemasyarakatan atau biasa disebut Lapas (Abdullah, 2016). Narapidana itu sendiri adalah orang yang sedang menjalani masa pidana atau hukuman kebebasan bergerak, akan tetapi narapidana tersebut tetap mendapatkan hak-hak mereka sebagai manusia namun dibatasi dan diatur sedemikian rupa sesuai dalam Undang – Undang Nomor 22 Tahun 2022 tentang Pemasyarakatan.

Berdasarkan pada Undang - Undang Nomor 22 Tahun 2022 tentang Pemasyarakatan, Narapidana memiliki hak yang tertuang dalam Pasal 7, yang menyatakan bahwa Narapidana berhak mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak sesuai dengan kebutuhan gizi. Selanjutnya hak pelayanan kesehatan untuk narapidana dapat di rinci lagi melalui Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pemenuhan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan Pasal 1 angka (4) yang menyebutkan bahwa pelayanan kesehatan

(3)

1483 adalah upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif di bidang kesehatan bagi Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan. Oleh karena itu Lembaga Pemasyarakatan diwajibkan memberikan pelayanan kesehatan bagi semua narapidana termasuk narapidana yang sudah lanjut usia dan narapidana penyandang disabilitas dimana kedua golongan narapidana tersebut termasuk dalam golongan kelompok rentan. Kelompok rentan yang dimaksud telah dijelaskan pada Undang-Undang No. 39 tahun 1999 pasal 5 angka (3) tentang Hak Asasi Manusia yang menyatakan bahwa setiap orang yang termasuk kelompok masyarakat yang rentan berhak memperoleh perlakuan dan perlindungan lebih berkenaan dengan kekhususannya.

Berdasarkan Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor 12 tahun 2018 tentang perlakuan bagi tahanan dan narapidana lanjut usia menjelaskan bahwa, Lanjut Usia adalah seseorang yang telah berusia 60 tahun keatas. Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupan.

Kelompok yang dikategorikan lansia ini akan mengalami 3 suatu proses yang disebut Aging Process atau proses penuaan. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Oleh karena itu narapidana lanjut usia harus mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal dan lebih khusus dari pada narapidana lain karena dari faktor kesehatan narapidana lanjut usia lebih rentan terkena penyakit dan mempunyai kekebalan tubuh yang lemah. Sementara yang di maksud sebagai penyandang disabilitas sesuai Undang-Undang RI No 8 tahun 2016 adalah manusia yang mengalami hambatan fisik, mental, intelektual, atau sensorik dalam berinteraksi di lingkungan sosialnya dengan waktu yang relatif lama, sehingga dapat menghalangi partisipasi mereka secara penuh dan efektif dengan warga negara lainnya berdasarkan kesamaan hak (Nursyamsi, 2015). Dengan demikian sudah selayaknya narapidana penyandang disabilitas mendapatkan perhatian khusus, perlindungan serta pemenuhan hak asasi sebagai penyandang disabilitas seperti hak pelayanan kesehatan yang optimal dan khusus sesuai dengan kondisi yang dimilikinya.

METODE PENELITIAN

Metode kualitatif deskriptif digunakan dalam penelitian ini yang mana dilakukan dengan cara mengumpulkan sumber – sumber informasi dan literatur untuk mendapatkan hasil penelitian berdasarkan studi pustaka serta dari segi Undang – Undang. Selain itu dilakukan observasi agar diperoleh data yang jelas.

Hasil dari penelitian kualitatif berbentuk deskriptif yakni menggambarkan fenomena yang diteliti dengan sejelas – jelasnya. Penelitian kualitatif disini merujuk dari sebuah paradigma fenomenologis yang ke objektivitasnya bisa diperoleh atas sebuah rumusan tentang situasi dan kondisi tertentu, sebagaimana telah dihayati oleh individu ataupun kelompok sosial tertentu dan relevan dengan bertujuan sesuai dari penelitian ini. Metode penelitian ini memakai sebuah penelitian deskriptif kualitatif karena saya ingin menggambarkan suatu fakta-fakta atau gejala yang terjadi dari penerapan hak hak kesehatan lansia di dalam lembaga pemasyarakatan. Jadi penelitian ini berusaha menggambarkan fakta-fakta yang terjadi di lapangan dengan sejelas – jelasnya tanpa ada rekayasa.

(4)

1484 HASIL DAN PEMBAHASAN

Pemenuhan hak mendapatkan pelayanan kesehatan terhadap Narapidana Lanjut Usia dan Disabilitas di Lapas Kelas I Palembang.

Penelitian yang dilakukan penulis bertempat di Lapas Kelas I Palembang. Lapas Kelas I Palembang melaksanakan tugasnya berdasarkan visi dan misi. Adapun visi untuk terwujudnya Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Palembang yang akuntabel, transparan dan profesional dengan di dukung oleh petugas yang memiliki kompetensi dan moralitas tinggi.

Tabel 1.1 Jumlah Narapidana di Lapas Kelas I Palembang

Status Laki-Laki Perempuan

Seumur Hidup 29 -

B.I 1601 -

B.IIa 18 -

B.IIb - -

B.III 13 -

B.IIIs - -

Jumlah 1648

A.I - -

A.II - -

A.III - -

A.IV - -

A.V 3 -

Pidana Mati 4 -

Teroris - -

Jumlah Keseluhuha n

1668

Sumber: Bag. Registrasi Lapas Kelas I Palembang

Sesuai dengan tabel diatas, dapat diketahui bahwa jumlah penghuni lapas warga binaan pemasyarakatan sejumlah 1668 orang, dengan jumlah narapidana sebanyak 1668 orang, jumlah seumur hidup sebanyak 29 orang dan pidana mati 4 orang. Pelayanan Kesehatan merupakan salah satu hak warga binaan yang harus dipenuhi. Melihat keadaan Lapas Kelas I Palembang saat ini yang over kapasitas tentunya pelaksanaan pelayanan kesehatan menjadi sedikit kurang maksimal.

Hak pelayanan kesehatan untuk narapidana dapat di rinci lagi melalui Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pemenuhan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan Pasal 1 angka (4) yang menyebutkan bahwa pelayanan kesehatan adalah upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif di bidang kesehatan bagi Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan. Oleh karena itu Lembaga Pemasyarakatan diwajibkan memberikan pelayanan kesehatan bagi semua narapidana termasuk narapidana yang sudah lanjut usia dan narapidana

(5)

1485 penyandang disabilitas dimana kedua golongan narapidana tersebut termasuk dalam golongan kelompok rentan.

Selanjutnya bila ditinjau dari Teori Menurut Zeithaml, Berry dan Parasuraman (1985), untuk mengetahui suatu kualitas pelayanan (service quality) harus mengukur tingkat kepuasan konsumen terhadap bentuk pelayanan tersebut.

Terdapat beberapa indikator kepuasan konsumen yang terletak pada lima dimensi kualitas pelayanan (Pasolong, 2007, p.135). Lima dimensi tersebut adalah sebagai berikut:

a. Tangible, yaitu kualitas pelayanan berupa sarana secara fisik dalam bentuk kantor, komputerisasi, administrasi, ruang tunggu, dan tempat informasi.

Pada Lapas Palembang yang berupa sarana secara fisik untuk memfasilitasi kebutuhan akan kesehatan yang dimiliki narapidana lanjut usia dan disabilitas.

Menurut hasil observasi yang telah dilakukan bisa dikatakan bahwa sudah ada beberapa sarana fisik untuk menunjang pelayanan kesehatan di Poliklinik Lapas Palembang. Lapas Palembang selalu berusaha untuk memfasilitasi pelayanan kesehatan bagi narapidana lanjut usia dan disabilitas seperti adanya kursi roda, tongkat krak untuk jalan, akses jalan yang mudah menuju Poliklinik dan pegangan tangan di kamar mandi Poliklinik. Hal ini bertujuan agar mereka tetap merasa terlayani dengan baik.

b. Reliability (kehandalan), yaitu kemampuan dan keandalan untuk menyediakan pelayanan yang terpercaya.

Pelayanan kesehatan yang diberikan kepada narapidana lanjut usia dan disabilitas wajib memperhatikan dimensi ini karena dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada narapidana lanjut usia dan disabilitas harus dilakukan dengan cara yang akurat dan tepat sehingga tidak ada kesalahan dalam pemberian kebutuhan akan kesehatan bagi narapidana, selain itu harus dilakukan dengan sesegera mungkin karena kebutuhan akan pelayanan kesehatan bagi narapidana lanjut usia dan disabilitas sifatnya mendesak, hal ini dikarenakan narapidana lanjut usia dan disabilitas merupakan kaum yang rentan terhadap segala macam penyakit, selain itu pelayanan kesehatan yang diberikan kepada narapidana lanjut usia dan disabilitas juga harus di berikan sepenuhnya agar kebutuhan akan kesehatannya bisa terpenuhi. Melihat hasil observasi yang ada bisa dikatakan pelayanan kesehatan bagi narapidana lanjut usia dan disabilitas di Lapas Palembang masih belum bisa dikatakan akurat karena hanya terdapat satu dokter dan beberapa perawat yang perbandingannya jauh dari jumlah narapidana yang ada. Diperlukannya tenaga medis tambahan mengingat kondisi overkapasitas yang terjadi. Jika melihat angka narapidana di lapas dan dikaitkan dengan Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor M.HH.02.UM.06.04 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelayanan Kesehatan di Lingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, tenaga Kesehatan seharusnya terdiri atas Tenaga Medis, Perawat, Analis lab, Asisten Apoteker, Ahli Gizi, Sanitarian dan Psikolog yang jumlahnya disesuaikan dengan kondisi.

c. Responsiveness (daya tanggap), yaitu kesanggupan untuk membantu dan menyediakan pelayanan secara cepat dan tepat, serta tanggap terhadap keinginan konsumen.

(6)

1486 Konsumen yang dimaksud disini adalah narapidana lanjut usia dan disabilitas, dengan kata lain jika ingin meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan pihak lapas seharusnya menyediakan pelayanan kesehatan bagi narapidana lanjut usia dan disabilitas secara cepat dan sesuai dengan keinginan/kebutuhan narapidana lanjut usia dan disabilitas. Lapas Palembang sudah berusaha untuk memenuhi keinginan (kebutuhan) narapidana lanjut usia dan disabilitas dengan mengadakan penyuluhan/pemberian informasi kesehatan yang mudah di akses, pemenuhan gizi yang bergizi, akses jalan yang memudahkan narapidana lanjut usia dan disabilitas di sekitar Poliklinik. Walaupun masih ada beberapa kebutuhan narapidana lanjut usia dan disabilitas yang belum bisa terpenuhi seperti pemberian perawatan gerontologik/geriatric serta pemberian perawatan paliatif akan tetapi bisa dikatakan Poliklinik Lapas Palembang cukup tanggap dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada narapidana lanjut usia dan disabilitas yaitu adanya pemberian vitamin bagi setiap narapidana, pemenuhan gizi dan nutrisi bagi setiap narapidana yang sakit serta dengan diadakannya penjemputan di blok hunian guna memeriksan kondisi pasien yang membutuhkan bantuan ditambah dengan melakukan kontrol keliling

d. Assurance (jaminan), yaitu kemampuan dan keramahan serta sopan santun pegawai dalam meyakinkan kepercayaan konsumen.

Tentunya dalam implementasi pelayanan kesehatan bagi setiap narapidana harus dilakukan dengan penuh keramahan serta kesopanan para petugas kesehatan, terlebih lagi terhadap narapidana yang termasuk kaum rentan seperti narapidana lanjut usia dan disabilitas. Hal ini perlu dilakukan agar tidak menambah beban narapidana dengan keadaan dan sakit yang sedang dideritanya, yang kemungkinan bisa mengakibatkan sakitnya tak kunjung sembuh.

e. Emphaty (empati), yaitu sikap tegas tetapi penuh perhatian dari pegawai terhadap konsumen, dan kemudahan dalam berinteraksi, komunikasi yang baik, memberikan perhatian secara pribadi serta memahami kebutuhan dan keinginan pelanggan.

Tentunya untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi narapidana lanjut usia dan disabilitas harus ada komunikasi yang baik serta perhatian yang diberikan oleh petugas kesehatan kepada setiap narapidana yang ada. Dengan adanya empati tersebut akan tumbuh rasa saling percaya antara petugas kesehatan dan narapidana. Dari hasil pengamatan peneliti selama melakukan penelitian di Lapas Palembang, komunikasi yang terjalin antara setiap petugas yang ada (bukan hanya petugas kesehatan) dengan setiap narapidana berjalan dengan cukup baik.

Kesehatan mempunyai peranan dalam meningkatkan derajat hidup masyarakat, semua negara berupaya menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang sebaik - baiknya. Penyelenggaraan kesehatan berarti bahwa kesehatan bukan aspek bawaan yang tidak dapat diubah melainkan harus diupayakan dalam wujud upaya kesehatan. Hal ini sebagaimana diatur dalam Pasal 1 angka (2) Undang - Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan yang menyatakan bahwa upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan.

(7)

1487 Sedangkan yang dimaksud pelayanan adalah aktivitas atau hasil yang dapat ditawarkan oleh sebuah lembaga kepada pihak lain yang biasanya tidak kasat mata, dan hasilnya tidak dapat dimiliki oleh pihak lain tersebut.

PENUTUP Kesimpulan

Upaya pemenuhan atau pelaksanaan pelayanan kesehatan narapidana yang telah lanjut usia dan disabilitas dalam pelayanan kesehatan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Palembang bisa terlaksana dengan cukup baik. Selanjutnya jika ditinjau menggunakan teori service quality untuk mengetahui kualitas pelayanan dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan bagi narapidana lanjut usia dan disabilitas di Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Palembang, peneliti mengambil kesimpulan bahwa beberapa dimensi sudah terlaksana dan terpenuhi dalam memberikan pelayanan kesehatan bagi narapidana lanjut usia dan disabilitas seperti dimensi responsiveness, assurance dan emphaty. Namun masih terdapat dimensi yang belum terlaksana dan terpenuhi seperti dimensi tangible dan reliability. Hal ini dikarenakan sarana atau fasilitas fisik terhadap pelayanan kesehatan bagi narapidana lanjut usia dan disabilitas masih perlu ditambah. Selain itu masih terbatasnya tenaga medis yang keberadaannya sangat dibutuhkan untuk menjaga kualitas dan keakuratan pelayanan kesehatan di Poliklinik Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Palembang.

Saran

Berdasarkan hasil yang telah dibuat, maka peneliti bermaksud untuk memberikan beberapa saran kepada pihak-pihak terkait. Semoga saran yang peneliti berikan dapat bermanfaat terhadap pelaksanaan pelayanan kesehatan bagi narapidana lanjut usia dan disabilitas di Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Palembang sebagai berikut :

1. Menambah fasilitas kesehatan bagi narapidana lanjut usia dan disabilitas baik di poliklinik maupun di kamar hunian serta berkoordinasi dengan Direktorat Jendral Pemasyarakatan dan Kementrian Hukum dan HAM RI untuk mengadakan penerimaan atau rekrutmen terhadap tenaga kesehatan atau meminta bantuan pemerintah daerah setempat terkait bantuan tenaga

kesehatan untuk ditempatkan

sementara di Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Palembang.

2. Lebih mengaktifkan lagi program kerjasama dengan pihak ketiga (Dinas kesehatan/Rumah sakit/Puskesmas) setempat terkait perawatan geriatri/gerontologic seperti program posyandu lansia (pengecekan rutin gula darah, pengukuran tekanan darah, pengecekan kesehatan gigi dan lain sebagainya)

DAFTAR PUSTAKA

Azizah, L. M. (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha Ilmu.

(8)

1488 Zeithhaml, Valerie A., Parasuraman, A., Leonard, L. B. (1985). Delivering Quality Service, Balancing Customer Perceptions and Expection. New york: Free Press.

Karya Ilmiah

Abdullah, R. H. (2016). Urgensi Penggolongan Narapidana Dalam Lembaga

Pemasyarakatan. Fiat Justisia, 9(1), 49–60.

https://doi.org/10.25041/fiatjustisia.v9no1.587

Barry, J. M., Darker, C. D., Thomas, D. E., Allwright, S. P. A., & O’Dowd, T. (2010).

Primary medical care in irish prisons. BMC Health Services Research, 10.

https://doi.org/10.1186/1472-6963-10-74

Nurul, W. (2021). Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan Bagi Narapidana Dalam Upaya Pemenuhan Hak Atas Kesehatan Di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IA Makassar. Journal of Lex Theory (JLT), Vol.2 (2). https://pasca- umi.ac.id/index.php/jlt/article/view/956

Peraturan Perundang – undangan

Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor 12 Tahun 2018 Tentang Perlakuan Bagi Tahanan Dan Narapidana Lanjut Usia.

Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor M.HH.02.UM.06.04 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelayanan Kesehatan di Lingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia

Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pemenuhan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan

Undang – Undang Nomor 22 Tahun 2022 tentang Pemasyarakatan.

Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 2016 Tentang Penyandang Disabilitas.

Referensi

Dokumen terkait

24198 dated 3 July 2017, which indicate that High Pathogenic Avian Influenza HPAI outbreaks have occurred in West- Vlaanderen, Belgium, South Africa and Togo, it is deemed necessary for