KARYA ILMIAH TERAPAN
PELAKSANAAN PENERAPAN MLC (MARITIME LABOUR CONVENTION) DIATAS KM. SATYA KENCANA III
Disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Pendidikan dan Pelatihan Pelaut Diploma III Pelayaran
FITRAH SALEH NIT.03.15.039.1.41/N AHLI NAUTIKA TINGKAT III
PROGRAM DIPLOMA III
POLITEKNIK PELAYARAN SURABAYA TAHUN 2019
ii
KARYA ILMIAH TERAPAN
PELAKSANAAN PENERAPAN MLC (MARITIME LABOUR CONVENTION) DIATAS KM. SATYA KENCANA III
Disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Pendidikan dan Pelatihan Pelaut Diploma III
FITRAH SALEH NIT.03.15.039.1.41/N AHLI NAUTIKA TINGKAT III
PROGRAM DIPLOMA III
POLITEKNIK PELAYARAN SURABAYA TAHUN 2019
iii
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Fitrah Saleh
Nomor Induk Taruna : 03.15.039.1.41
Program Diklat : Ahli NautikaTingkat III
Menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis dengan judul :
PELAKSANAAN PENERAPAN MLC (MARITIME LABOUR CONVENTION) DIATAS KM. SATYA KENCANA III
merupakan karya asli seluruh ide yang ada dalam KIT tersebut, kecuali tema dan yang saya nyatakan sebagai kutipan, merupakan ide saya sendiri.
Jika pernyataan di atas terbukti tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Politeknik Pelayaran Surabaya.
SURABAYA, ...
Fitrah Saleh NIT: 03.15.039.1.41
iv
PERSETUJUAN SEMINAR KARYA ILMIAH TERAPAN
Judul : PELAKSANAAN PENERAPAN MLC (MARITIME LABOUR CONVENTION) DIATAS KAPAL
Nama : Fitrah Saleh NIT : 03.15.039.1.41 Jurusan : Nautika
Program Diklat : Ahli Nautika Tingkat III
Dengan ini dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diseminarkan Surabaya, ………2019
Menyetujui:
Pembimbing I
Iskandar, S.H, M.T Penata Tk.I (III/d) NIP. 19730621 199808 1 001
Pembimbing II
A. A Ngurah Ade D. P. Y, S.Si.T, M.Pd Penata (III/c)
NIP. 19830226 201012 1 003
Mengetahui:
Ketua Jurusan Nautika
Capt. Damoyanto Purba. S.Si.T, M.Pd Penata (III/c)
NIP. 19730919 201012 1 001
v
Penguji II
Iskandar, S.H, M.T Penata (III/c) NIP. 19730621 199808 1 001
PENGESAHAN PROPOSAL KARYA ILMIAH TERAPAN
PELAKSANAAN PENERAPAN MLC (MARITIME LABOUR CONVENTION) DIATAS KM. SATYA KENCANA III
Disusun dan Diajukan Oleh : FITRAH SALEH
03.15.039.1.41 Ahli Nautika Tingkat III
Telah dipertahankan di depan Panitia Ujian Karya Ilmiah Terapan Politeknik Pelayaran Surabaya
Pada tanggal ………
Menyetujui:
Mengetahui:
Ketua Jurusan Nautika
Capt. Damoyanto Purba. S.Si.T, M.Pd Penata (III/C)
NIP. 19730919 201012 1 001 Penguji I
Dr. Capt. Tri Cahyadi, MH., M.Mar.
Pembina (IV/a)
NIP. 19730704 199803 1 001
Penguji III
A. A Ngurah Ade D. P. Y, S.Si.T, M.Pd
Penata (III/c) NIP. 19830226 201012 1 003
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan karunia dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Karya ilmiah terapan ini dengan judul pelaksanaan penerapan MLC (Maritime Labour Convention) diatas kapal, karya tulis ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat bagi taruna yang akan melaksanakan praktek laut Program Diploma III Politeknik Pelayaran Surabaya.
Penelitian ini dilaksanakan karena ketertarikan peneliti pada masalah yang sering terlupakan dan tidak dianggap menjadi masalah, padahal justru faktor yang sering diabaikan inilah yang menjadi salah satu faktor penghambat terwujudnya keselarasan hak para pelaut dengan standar yang baik dari sebuah kapal.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualilitatif yang ditekankan pada penggambaran objek penelitian dan menganalisisnya. Penelitian ini mendalami masalah penerapan MLC (Maritime Labour Convention) diatas kapal. Peneliti telah melakukan pengumpulan data kemudian melakukan analisis dan menyusun simpulan sehingga tersaji fakta deskriptif sesuai tujuan penelitian.
Pada kesempatan ini disampaikan terima kasih kepada pihak – pihak yang telah membantu sehingga penelitian ini dapat dilaksanakan, antara lain kepada :
1. Direktur Politeknik Pelayaran Surabaya
2. Dosen pembimbing dan Dosen Penguji Karya Ilmiah 3. Kepala Jurusan Nautika Politeknik Pelayaran Surabaya
Demikian, semoga penelitian ini bermanfaat bagi pembaca dan meningkatkan kesadaran tentang hak para pelaut
Surabaya, ...
Fitrah Saleh
vii
ABSTRAK
SALEH, FITRAH, 2019. Pelaksanaan Penerapan MLC (Maritime Labour Convention) diatas KM. Satya Kencana III. Dibimbing oleh Iskandar, SH, MT dan Anak Agung Ngurah Ade Dwi Putra Yuda, S.Si.T, M.pd
Kata Kunci: MLC, Penerapan, Gaji
Kapal sebagai sarana angkutan laut memegang peranan yang sangat penting dalam kelancaran transportasi laut. Demi kelancaran transportasi selain keterampilan dan profesionalisme juga dituntut kedisiplinan oleh para pelaut.
Akan tetapi kesejahteraan para pelaut juga harus terpenuhi. Sebagai contoh para pelaut di Indonesia banyak yang bekerja tetapi tidak mendapatkan haknya dengan sesuai masih banyak pelaut yang mendapatkan gaji kurang dari standard
Internasional. Mengakibatkan pelaut-pelaut Indonesia lebih memilih bekerja diluar negeri agar hak-haknya sebagai pelaut bisa sepenuhnya terpenuhi. Hal ini disebabkan belum diterapkannya MLC (Maritime Labour Convention) di Indonesia sehingga banyak para pelaut Indonesia lebih memilih bekerja diluar negeri.
MLC (Maritime Labour Convention) merupakan salah satu hal yang perlu sangat diperhatikan dalam dunia pelayaran. MLC adalah sebuah pengetahuan yang diberikan kepada cadet sebagai calon perwira untuk mempersiapkan diri sebagai Perwira di atas kapal agar pada saat melaksanakan pekerjaan dapat mendapatkan haknya dengan baik sehingga pekerjaan dapat berjalan dengan lancar dan aman.
Penulis dalam penyusunan karya ilmiah terapan ini menggunakan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan pendekatan induktif. Proses dan makna lebih ditonjolkan dalam penilitian menggunakan metode kualitatif. Sesuai dengan pengertian tersebut penulis menganalisis data dengan menggunakan pendekatan induktif.
Penelitian ini dilaksanakan selama pendidikan di Politeknik Pelayaran Surabaya dan juga nantinya Praktik Laut (PRALA) di atas kapal milik perusahaan pelayaran baik swasta dan data diambil dengan cara pengumpulan dari berbagai informasi yang tersedia di berbagai sumber. Penelitian ini dibuat sebagai syarat menyelesaikan pendidikan progam Diploma III di Politeknik Pelayaran Surabaya.
viii
ABSTRACT
SALEH, FITRAH, 2017. Implementation Application of MLC (Maritime Labour Convention) on MV. Satya Kencana III by Iskandar, SH, MT and Anak Agung Ngurah Ade Dwi Putra Yuda, S.Si.T, M.pd
Key Words: MLC, Aplication, Salary
Ships as a means of sea transport plays a very important in the smooth sea transport. For smooth transportation in addition to the skills and professionalism are also required discipline by seafarer. However, the welfare of seafarers must also be fulfilled. For example, seafarers in Indonesia work a lot but do not get their rights accordingly there are still many seafarers who earn less than international standards. Resulting Indonesian seafarers prefer to work abroad for their rights as seafarers to be fully fulfilled. This is due to the absence of MLC (Maritime Labor Convention) in Indonesia so that many Indonesian seafarers prefer to work abroad.
MLC (Maritime Labor Convention) is one of the things that need to be considered in the world of shipping. MLC is a knowledge given to cadet as a candidate for officers to prepare themselves as Officers aboard so that at the time of carrying out the work can get their rights well so that work can run smoothly and safely.
The author in the preparation of applied scientific work uses qualitative research. Qualitative research is descriptive research and tends to use an inductive approach. Process and meaning are more highlighted in research using qualitative methods. In accordance with this understanding the authors analyze the data by using an inductive approach. This research was conducted during education at Surabaya Merchant Marine Polytechnic and also later on Sea Project (PRALA) aboard private vessel owned shipping companies and data was collected by collecting from various information available in various sources. This research was made as a requirement to completing the Diploma in Education program of Surabaya Merchant Marine Polytechnic.
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... ii
PERNYATAAN KEASLIAN ... iii
HALAMAN PERSETUJUAN SEMINAR ... iv
HALAMAN PENGESAHAN PROPOSAL ... v
KATA PENGANTAR ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR GAMBAR……… xi
DAFTAR LAMPIRAN………. xii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 3
1.3 Batasan Masalah ... 3
1.4 Tujuan Penelitian ... 4
1.5 Manfaat Penelitian ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Review Penelitian Sebelumnya ... 5
2.2 Landasan Teori ... 5
2.2.1 Pengertian MLC (Maritime Labour Convention) ... 5
x
2.2.2 Penerapan MLC (Maritime Labour Convention) ... 7
2.2.3 Pengaruh MLC (Maritime Labour Convention)... 12
2.3 Kerangka Penilitian ... 14
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 15
3.2 Lokasi Penelitian ... 15
3.3 Jenis dan Sumber Data ... 16
3.4 Pemilihan Informan ... 16
3.5 Teknik Anilisis Data ... 17
BAB IV HASIL PENILITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penilitian... 19
4.2 Hasil Penilitian... 21
4.3 Pembahasan... 26
BAB V PENUTUPAN 5.1 Simpulan... 27
5.2 Saran... 27
DAFTAR PUSTAKA... 28
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar2.1 Kerangka Penelitian………. 14
Gambar4.1 KAMAR ABK... 23
Gambar4.2 RUANG LIVE MUSIC... 23
Gambar4.3 CAFE... 24
Gambar4.4 SMOKNG AREA... 24
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran1 Laporan Data wawancara ...…….… 30 Lampiran2 Hasil Wawanacara...………... 32 Lampiran3 Hasil Wanwancara... 32
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
UU No 15 tahun 2016 tentang pengesahan Maritime Labour convention 2006. Pemerintah Indonesia telah meratifikasi 3 (tiga) pilar aturan internasional tersebut yaitu International Convention for the Safety of Life at Sea, 1974 yang diratifikasi dengan Keputusan Presiden Nomor 65 Tahun 1980, International Convention on Standards of Training, Certification and Watchkeeping for Seafarers, 1978 yang diratifikasi dengan Keputusan Presiden Nomor 60 Tahun 1986, dan International Convention for the Prevention of Pollution from Ships, 1973 yang diratifikasi dengan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2012. Sebagai salah satu negara yang memiliki jumlah pelaut terbesar yang bekerja di kapal berbendera asing maupun berbendera Indonesia serta berlayar di wilayah perairan internasional, Indonesia perlu memberlakukan persyaratan terkait perlindungan bagi pelaut maupun awak kapal sebagaimana diatur dalam Maritime Labour Convention, 2006 (Konvensi Ketenagakerjaan Maritim, 2006). Oleh karena itu, untuk memberikan perlindungan bagi pelaut dan awak kapal yang bekerja di atas kapal, Pemerintah berkomitmen untuk meratifikasi Maritime Labour Convention, 2006 (Konvensi Ketenagakerjaan Maritim, 2006). Secara umum, beberapa ketentuan peraturan perundang-undangan nasional Indonesia telah sesuai dengan substansi Maritime Labour Convention, 2006
MLC 2006 ini adalah instrument hukum yang dibuat oleh Organisasi Pekerja Internasional (International Labour Organization – ILO) yang di adopsi pada bulan Februari 2006 di Jenewa, Swiss. Sesuai dengan kebiasaan
2
internasional, sebuah konvensi multilateral tidak dapat diberlakukan seketika, menunggu sampai sejumlah anggota meratifikasi konvensi tersebut.
Sesuai dengan salah satu artikel pada MLC 2006, konvensi ini baru bisa diberlakukan (come into force) satu tahun setelah 30 negara anggota atau sejumlah negara yang mewakili 33% gross tonnage armada internasional telah meratifikasinya.
Berdasarkan data yang ada diatas taruna mendapati banyak masalah
tentang kesejahteraan para crew diatas kapal sebagai contoh seperti yang terjadi dikapal taruna saat prala. Banyak crew kapal yang mengeluh tentang keadaan diatas kapal seperti upah yang tidak sesuainya gaji cadet yang jauh dibawah standar. Makanan yang kurang bervariasi dan memenuhi gizi para awak kapal, dan jam kerja dan istirahat yang tidak sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh MLC. Oleh karena itu analisa dan penerapan MLC (Marintime Labour Convention) diatas kapal harus benar diterapkan untuk meningkatkan kesejahteraan para pelaut melalui ketentuan-ketentuan yang dapat diterima secara mendunia.
Hal yang sebenarnya terkandung dalam materi penerapan MLC diatas kapal adalah sebuah pengetahuan yang diberikan kepada cadet sebagai calon perwira untuk mempersiapkan diri sebagai Perwira di atas kapal agar memiliki pedoman untuk memiliki haknya sebagai seorang pelaut agar mendapatkan kesejahteraan diatas kapal. Karena hal-hal tersebut diatas peneliti tertarik untuk mengambil judul:
“Pelaksanaan Penerapan MLC (Maritime Labour Convention) Diatas KM.
Satya Kencana III”
3
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah diatas, maka dapat diambil beberapa perumusan masalah yang kiranya menjadi pernyataan dan membutuhkan jawaban, yang akan dibahas pada pembahasan bab-bab selanjutnya dalam Karya Ilmiah Terapan ini. Adapun perumusan masalah itu sendiri, antara lain:
1. Bagaimana penerapan MLC (Maritime Labour Convention) diatas kapal ?
2. Bagaimana pengaruh penerapan MLC (Maritime Labour Convention) bagi kesejahterean para pelaut ?
1.3 Batasan Masalah
Dalam penelitian karya tulis ilmiah ini peneliti membatasi pembahasan hanya pada pelaksanaan penerapan MLC ( Maritime Labour Convention ) pada aturan 1 dan 3 diatas kapal.
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian tentang analisa dan penerapan MLC diatas kapal yaitu:
1. Untuk mengetahui penerapan MLC (Maritime Labour Convention) diatas kapal apakah sudah benar dilakukan atau belum.
2. Untuk mengetahui pengaruh MLC (Maritime Labour Convention) bagi kesejahteraan para pelaut.
4
1.5 Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini, manfaat yang ingin dicapai peneliti dalam penelitian ini antara lain :
1. Manfaat Secara Teoritis
Untuk dapat menerapkan teori yang diperoleh serta menambah pengetahuan bagi peneliti tentang penerapan MLC diatas kapal.
a. Menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan para taruna sebagai calon perwira kapal yang berkompeten diatas kapal.
b. Sebagai perbandingan antara teori dengan praktek nyata dilapangan pada waktu praktek laut.
2. Manfaat Secara Praktis
a. Membagi pengetahuan dan wawasan khususnya bagi para taruna di Politeknik Pelayaran Surabaya sebagai calon Perwira, agar dapat diajadikan sebagai bahan acuan bagi peneliti berikutnya untuk dapat menyajikan hasil penelitian yang lebih baik dan diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi calon perwira kapal tentang penerapan MLC (Maritime Labour Convention) diatas kapal.
b. Sebagai usulan dan saran agar pada saat melaksanakan pekerjaan dapat mendapatkan haknya dengan baik sehingga pekerjaan dapat berjalan dengan lancar dan aman.
5 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Review Penelitian Sebelumnya
Beberapa peneliti telah melakukan penelitian tentang penerapan MLC (Maritime Labour Convention) diatas kapal tentang bagaimana penerapannya dan apakah berpengaruh terhadap para pelaut. Berikut ini peneliti berikan salah satu penelitian aslinya :
Salmah Wati (2006) (http://ifma.or.id/kepentingan-pemerintah-tidak- meratifikasi-mlc-2006/), Kepentingan Indonesia tidak Meratifikasi MLC (Maritime Labour Convention), tidak diratifikasi MLC oleh Indonesia dikarenakan oleh adanya kepentingan politik dan ekonomi, yang terdiri dari beradunya kepentingan Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi dengan Kementerian Perhubungan, ketidaksiapan pemerintah dan perusahaan kapal nasional untuk memenuhi ketentuan-ketentuan yang harus menjadi tanggung jawabnya, adanya dugaan timbul efek domino disektor ekonomi.
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Pengertian MLC (Maritime Labour Convention)
MLC (Maritime Labour Convention 2006) adalah perjanjian internasional yang dibentuk pada tanggal 7 Februari 2006 di Jenewa, Swiss. Konvensi ini dari Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) yang menyadari bahwa pelaut memiliki hak yang sama seperti pekerja disektor lain. Dengan adanya konvensi tersebut merupakan awal di bukanya lembaran baru akan hak-hak pekerja yang
6
bekerja pada sektor kelautan dan persaingan yang adil bagi para pemilik kapal dalam industri perkapalan global.
MLC ini sangat detail mengatur bagaimana sehatusnya hubungan antara pekerja dalam sebuah kapal dengan pengusaha kapal tersebut, apa hak dan kewajiban masing-masing pihak dengan tujuan terjadi sinergi yang baik dalam proses bisnis. MLC lebih memperhatikan perjanjian kerjasama, apa kewajiban sebuah perusahaan agency, masa kerja, K3 serta kejelasan terhadap standard operational prosedur kerja yang jelas dan terarah.
MLC berusaha mewujudkan semua konvensi buruh maritim global yang ada dan terekomendasi. Konvensi ini berkaitan dengan semua kapal yang dioperasikan secara komersial dari 500gt atau lebih yang mengatasnamakan salah satu negara dengan ratifikasi efektif. Kapal-kapal akan diminta harus sesuai dengan konvensi, termasuk bidang-bidang seperti usia minimum, perjanjian kerja pelaut, jam kerja atau istirahat, pembayaran upah, layanan perawatan medis, penggunaan perekrutan swasta berlisensi dan layanan penempatan, akomodasi, makanan dan perlindungan katering, kesehatan dan keselamatan dan pencegahan kecelakaan.
MLC merupakan kemajuan yang signifikan dalam kampanye serikat buruh global untuk meningkatkan hak-hak tenaga kerja dan standar tenaga kerja pelaut. Ini adalah dasar yang benar dalam pelayaran internasional, yang menambahkan dasar hak buruh untuk standar yang ada (standar keselamatan dan keamanan).
MLC yang merupakan pilar keempat resmi pada hukum maritim internasional, setelah Konvensi Internasional untuk Keselamatan 14 Ibid. Jiwa di laut, ada juga Konvensi Internasional tentang Standar pelatihan, Sertifikasi dan
7
Pengawasan untuk pelaut, dan konvensi Internasional untuk Pencegahan Pencemaran di laut. Federasi Buruh Transport Internasional telah menyetujui berlakunya Konvensi Buruh Maritim 2006, FTI mengakui MLC sebagai pelopor Undang-Undang yang melindungi hak bagi mereka yang bekerja di laut dan berkomitmen untuk memantau dan membantu pelaksanaan dan mengajak lebih banyak negara untuk meratifikasinya. IMO tidak memiliki kapasitas untuk membuat instrumen hukum yang komprehensif tentang perlindungan terhadap para pelaut, sehingga ILO membuat MLC 2006 ini sebagai instrumen hukum internasional. Diterimanya MLC 2006 tersebut juga menjadi inspirator disahkannya tema Hari Maritim Sedunia (World Maritime Day) pada sidang Dewan IMO tahun 2009 bahwa pada tahun 2010 dicanangkan sebagai tahun untuk Pelaut (Year of Seafarers).
2.2.2 Penerapan MLC (Maritime Labour Convention)
Penerapan adalah suatu perbuatan mempraktekkan suatu teori, metode, dan hal lain untuk mencapai tujuan tertentu dan untuk suatu kepentingan yang diinginkan oleh suatu kelompok atau golongan yang telah terencana dan tersusun sebelumnya. Sesusai dengan isi pokok-pokok aturan dalam MLC semua yang ditetapkan dalam aturan diatas kapal-kapal yang negaranya termasuk dalam konvensi ini harus menerapkan peraturan-peraturan Maritime Labour Convention dengan benar sesuai dengan apa yang dalam isi konvensi ini.
MLC terdapat 5 Peraturan-peraturan yang ditetapkan konvensi ini mengenai hak-hak dasar dan hak normatif pelaut, yaitu :
8
1. Persyaratan minimum bagi pelaut untuk bekerja di kapal.
2. Kondisi kerja.
3. Akomodasi, fasilitas rekreasi, makanan dan catering.
4. Kesehatan perlindungan, kesejahteraan dan jaminan sosial.
5. Penerapan dan pelaksanaan.
Dari setiap 5 peraturan MLC diatas terdapat persyaratan - persyaratan yang kesemuanya dibuat untuk melindungi hak pelaut seperti:
1. Persyaratan Minimal Pelaut Yang Bekerja Di Kapal
Klausul ini berisi tentang persyaratan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pelaut seperti persyaratan usia, persyaratan kondisi kesehatan, persyaratan kompetensi, keahlian, dan training serta persyaratan rekrutmen dan penempatan. Ringkasnya adalah sebagai berikut:
• Usia Minimal Pelaut: Usia minimal adalah 16 tahun tetapi untuk kerja malam atau area berbahaya, usia minimal 18 tahun.
• Kondisi Kesehatan: Pelaut harus menyertakan sertifikat kesehatan (medical report) yang diakui oleh negara bersangkutan.
• Pelatihan: Pelaut harus mendapatkan pelatihan yang berkaitan dengan pekerjaannya sebelum melaut dan juga harus mendapatkan training keselematan diri (Personal Safety Training)
• Rekutmen atau Penempatan pelaut harus dilakukan dengan menjalankan prosedur penempatan dan pendaftaran yang baik, adanya prosedur keluhan dan harus ada kompensasi bila proses rekrutmen gagal.
9
2. Kondisi Kerja
Klausul ini mengatur tentang kontrak, gaji, dan kondisi kerja pelaut selama di kapal. Ini mencakup kontrak yang jelas, waktu istirahat, hak cuti, pemulangan ke negara asal, dan sebagainya. Ringkasnya adalah sebagai berikut:
• Kontrak Kerja: Kontrak harus jelas, legal, dan mengikat
• Gaji: Pelaut Gaji harus dibayar sekurang-kurangnya setiap bulan dan harus ditransfer secara berkala ke keluarga bila dibutuhkan.
• Waktu Istirahat: Waktu istirahat harus diterapkan sesuai dengan peraturan negara yang berlaku. Maksimal jam kerja adalah 14 jam dalam sehari atau 72 jam dalam seminggu atau jam istirahat minimal adalah 10 jam dalam sehari atau 77 jam dalam seminggu. Selanjutnya, waktu istirahat tidak boleh dibagi menjadi lebih dari 2 periode dimana setidaknya 6 jam waktu istirahat harus diberikan secara berurutan dalam satu dari dua periode.
• Cuti : Pelaut memiliki hak cuti tahunan serta cuti di daratan.
• Pemulangan: Pemulangan pelaut ke negara asalanya haruslah gratis
• Kandas / Hilang : Bila kapal hilang atau kandas, pelaut memiliki hak pesangon
• Karir : Setiap kapal harus punya jenjang karir yang jelas
3. Akomodasi, Fasilitas Rekreasi, Makan, dan Catering
Klausul ini berisi tentang hak-hak yang berkaitan dengan makan, akomodasi dan fasilitas yang wajib diberikan kepada para pelaut. Secara garis besar persyaratan yang diminta adalah:
10
• Akomodasi : Akomodasi untuk tempat tinggal dan bekerja harus memperhatikan kesehatan dan kenyamanan pelaut. Ada beberapa persyaratan minimal ruang tidur, ruang hiburan, dan asrama
• Makan dan Catering : Kualitas maupun kuantitas makanan harus diatur mengikuti negara sesuai bendera kapal (Flag State). Koki juga harus memiliki pelatihan yang tepat.
4. Perlindungan dan Perawatan Kesehatan, Kesejahteraan, dan Perlindungan Keamanan Sosial
• Perawatan Medis di kapal dan di darat: pelaut harus mendapatkan akses ke fasilitas kesehatan selama di kapal tanpa biaya dan dengan kualitas
pelayanan kesehatan yang sama dengan yang ada di darat.
• Kewajiban Pemilik Kapal: Pelaut harus dilindungi dari dampak keuangan akibat sakit, cidera, atau kematian yang berhubungan dengan pekerjaan mereka. Pelaut juga harus tetap mendapatkan gaji setidaknya 16 minggu semenjak mulai sakit.
• Perlindungan kesehatan dan keselamatan kerja : Lingkungan kerja yang aman dan higienis harus diberikan selama bekerja maupun istirahat.
Pengukuran tingkat kemanan (identifikasi bahaya dan pengendalian resiko) harus dilakukan untuk mencegah kecelakaan kerja.
• Akses ke Fasilitas di daratan: Port States harus menyediakan fasilitas budaya, rekreasi dan informasi yang cukup di daratan dan semua fasilitas tersebut terbuka untuk semua pelaut tanpa membedakan ras, kelamin, agama dan pandangan politik.
11
• Kemanan Sosial: Perlindungan sosial harus dibelikan ke semua pelaut.
• Social security coverage should be available to seafarers (and in case it is customary in the flag state: their relatives).
5. Penerapan dan Pelaksanaan
• Flag states: Flag states (Negara dimana bendera kapal beroperasi) bertanggung jawab memastikan penerapan aturan untuk kapal yang menggunakan benderanya. Setiap kapal harus dilengkapi “Certificate of Maritime Compliance”. Setiap kapal juga diwajibkan memiliki prosedur keluhan untuk semua kru kapal dan harus menginvestigasi keluhan yang terjadi.
• Port States: Port States (negara dimana kapal bersandar) harus melakukan inspeksi tergantung pada keberadaan “Certificate of Maritime
Compliance”. Bila sertifikat telah dimiliki (dan bendera kapal berasal dari negara yang telah meratifikasi MLC 2006) , maka investigasi hanya dilakukan sekedar untuk memeriksa adanya indikasi ketidakpatuhan terhadap standar. Bila kapal belum memiliki sertifikat, maka investigasi harus dilakukan secara menyeluruh dan harus memastikan kapal telah memenuhi ketentuan MLC 2006. Dengan demikian, MLC 2006 secara tidak langsung juga berlaku untuk negara yang belum meratifikasi MLC 2006 bila mereka ingin berlabuh di negara yang sudah meratifikasi MLC 2006.
12
• Agen Pelaut: Agen yang menyediakan pekerja untuk kapal juga harus diinspeksi untuk memastikan mereka menerapkan MLC 2006 (juga peraturan lain yang terkait keamanan sosial)
Demikian sekilas tentang Maritim Labour Convention (MLC) 2006 yang dapat saya sampaikan. MLC 2006 memang merupakan standar yang sangat lengkap dan komprehensif yang melindungi hak-hak para pelaut.
2.2.3 Pengaruh Penerapan MLC (Maritime Labour Convention)
Penerapan Maritime Labour Convention (MLC) Konvensi Pekerja Maritim (MLC 2006) berlaku bagi semua pelaut, baik yang bekerja didalam negeri maupun luar negeri. Namun tidak semua negara sudah menerapkan konvensi ini seperti Indonesia, kapal-kapal yang berada dibawah bendera Indonesia belum menerapkan MLC padahal konvensi ini akan banyak memberikan perlindungan bagi pelaut jika suatu negara yang telah meratifikasi konvensi tersebut, Negara yang menerapkan konvensi ini pemerintahnya secara formal telah membuat komitmen untuk menerapkan seluruh kewajiban yang ditetapkan dalam konvensi tersebut. Setiap negara bendera kapal punya hak untuk menentukan sendiri bagaimana memenuhi MLC sehingga kondisinya akan berbeda dari satu negara bendera ke negara bendera kapal yang lain.
Seperti contoh Indonesia, Indonesia belum menerapkan MLC. Pengaruh tidak diterapkannya MLC diIndonesia ini membuat para pelaut Indonesia tidak mendapatkan haknyanya sebagaimana mestinya yaitu pelaut Indonesia bekerja lebih dari 14jam/hari, istirahat kurang dan gajinya sekitar 3 juta rupiah, itu sangat
13
rendah jika dibandingkan pelaut luar negeri yang gajinya sekitar 2.000 USD dan bekerja maksimal 14 jam/hari dan waktu istirahat tidak boleh kurang 10 jam. Oleh karena itu, pelaut Indonesia lebih memilih kerja diluar negeri daripada dinegara sendiri. Namun, jika pemerintah Indonesia tetap tidak meratifikasi maritime labour convention maka pelaut Indonesia yang bekerja diluar negeri akan dipulangkan karena negara tidak akan mempekerjaan pelaut dari negara yang tidak meratifikasi maritime labour convention.
Pelaut di Indonesia selama ini kurang mendapat perhatian dari pemerintah, meskipun sudah mempunyai undang-undang dan peraturan pemerintah namun dalam kenyataannya belum diterapkan secara resmi.Kondisi pelaut Indonesia masih bermasalah mulai dari perjanjian kerja, upah, jam kerja, jaminan sosial, lingkungan kerja, keselamatan dan kesejahteraan.
14
2.3 Kerangka Penelitian
Gambar 2.1Kerangka Penelitian
Penerapan MLC (Maritime Labour Convention) diatas Kapal
Bagaimana Pengaruh MLC (Maritime Labour Convention) bagai para pelaut
MLC (Maritime Labour Convention) Sebagai
Hukum Maritim Internasional
Bagaimana Penerapan MLC (Maritime Labour Convention) diatas kapal
Peraturan-peraturan yang terdapat dalam MLC (Maritime Labour
Conventin)
15 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian pada karya tulis ilmiah ini adalah penelitian kualitatif.
Menurut Bogdan dan Taylor mendefinisikan penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Molleong, 2002:09).
Terdapat langkah-langkah dalam menganalisis data (Moleong, 2001:105):
1. Data tentang penerapan MLC yang terkumpul dikategorikan dan dipilah- pilah menurut jenis data yang ditemukan di KM. SATYA KENACANA III.
2. Melakukan seleksi terhadap data tentang penerapan MLC yang berkaitan langsung dengan permasalahan kesejahteraan awak kapal.
3. Menelaah, mengkaji, dan mempelajari lebih dalam data tentang penerapan MLC kemudian mencari solusi dalam permasalahan yang diangkat dalam penelitian.
3.2 Lokasi Penelitian
Menurut Arikunto (2006:13) dalam penelitian kualitatif tidak dikenal istilah populasi dan sampel. Istilah yang digunakan adalah setting atau tempat penelitian. Lokasi penelitiannya adalah di kapal KM. SATYA KENCANA III dimana penulis melaksanakan praktek kerja laut (PRALA) selama 1 tahun.
16
3.3 Jenis dan Sumber Data
Yang dimaksud sumber data dalam penelitian adalah subyek dari mana data diperoleh. Sumber data terbagi menjadi 2 jenis yaitu :
1. Data Primer adalah data dalam bentuk verbal atau kata-kata yang diucapkan secara lisan, gerak-gerik atau perilaku yang dilakukan oleh subjek yang dapat dipercaya, yakni subjek penelitan atau informan yang berkenaan dengan variabel yang diteliti atau data yang diperoleh dari responden secara langsung. Untuk mendapat kan data Primer tersebut taruna menperhatikan kesejahteraan para awak kapal yang bekerja diatas kapal mulai kesehatan, makanan dan minuman yang kurang terjamin.
2. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari teknik pengumpulan data yang menunjang data primer. Dalam penelitian ini diperoleh dari hasil observasi yang dilakukan oleh penulis serta dari studi pustaka. Dapat dikatakan data sekunder ini bisa berasal dari dokumen-dokumen grafis seperti tabel, catatan,SMS, foto dan lain-lain (Arikunto, 2010:22). Taruna mengunakan dasar dasar buku seperti MLC (Maritime Labour Convention) 2006
3.4 Pemilihan Informan
Pada penelitian ini, informan penelitian merupakan awak kapal di salah satu kapal niaga yang nantinya akan ditempati sebagai tempat melaksanakan praktek kerja laut (PRALA). Untuk mendapatkan kelengkapan informasi yang sesuai dengan fokus penelitian maka yang dijadikan teknik pengumpulan data adalah sebagai berikut :
1. Teknik Wawancara (interview)
17
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Molleong, 2009:186). Teknik ini dilakukan untuk mengetahui pelaksanaan dan penerapan MLC diatas kapal.
2. Teknik Observasi (pengamatan)
Observasi adalah pengamatan yang dilakukan secara sengaja, sistematis, mengenai fenomena sosial dengan gejala-gejala psikis untuk kemudian dilakukan pencatatan (Joko, 1997: 63). Teknik ini dilakukan untuk mengetahui pelaksanaan dan penerapan MLC diatas kapal.
3. Teknik Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang (Sugiyono, 2009: 329). Dokumen yang ditunjukkan dalam hal ini adalah segala dokumen yang berhubungan dengan pelaksanaan dan penerapan MLC diatas kapal.
3.5 Teknik Analisis Data
Analisis data kualitatif menurut Bognan & Biklen (1982) sebagaimana dikutip Moleong (2007:248), adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceriterakan kepada orang lain. Berdasarkan definisi di atas
18
dapat disimpulkan bahwa langkah awal dari analisis data adalah mengumpulkan data yang ada, menyusun secara sistematis, kemudian mempresentasikan hasil penelitiannya kepada orang lain.
tahapan analisis data kualitatif adalah sebagai berikut :
1. Membaca/mempelajari data, menandai kata-kata kunci dan gagasan yang ada dalam data
2. Mempelajari kata-kata kunci itu, berupaya menemukan tema-tema yang berasal dari data
3. Menuliskan ‘model’ yang ditemukan.
29
DAFTAR PUSTAKA
Aminudin, P. (Ed.). (1990). Pengembangan Penelitian Kualitatif, Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta:PT Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: PT Rineka Cipta
Koentjaraningrat, (1993:89) . Deskriptif Kualitatif. Bandung:ALFABET
Lexy J. Moleong.(2002). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya P. Joko Subagyo. (1997). Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta Supriyono,H (2017:03).MLC 2006, Jakarta:Penerbit PPM.
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan (Pendeketan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung : Alfabeta
http://ilo.org/global/standards/maritime-labour-convention/lang--en/index.htm. Diakses pada tanggal 13Maret 2018.
http://www.pikiran-rakyat.com/ekonomi/2015/12/17/354002/banyak-di-bawah-umr-saatnya- standard-upah-pelaut-ditetapkanDiaksespadatanggal 13 Maret 2018
http://ifma.or.id/kepentingan-pemerintah-tidak-meratifikasi-mlc-2006/Diaksespadatanggal 13 Maret 2018
http://hadisupriyono.blogspot.co.id/2013/05/sekilas-maritime-labour-convention-2006.html Diaksespada 13 Maret 2018