• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN TUGAS BAWASLU DALAM PENJATUHAN SANKSI TERHADAP PELANGGARAN NETRALITAS ASN BERDASARKAN SURAT KEPUTUSAN BERSAMA KEMENTERIAN DAN KELEMBAGAAN PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2020 DI KOTA DUMAI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PELAKSANAAN TUGAS BAWASLU DALAM PENJATUHAN SANKSI TERHADAP PELANGGARAN NETRALITAS ASN BERDASARKAN SURAT KEPUTUSAN BERSAMA KEMENTERIAN DAN KELEMBAGAAN PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2020 DI KOTA DUMAI"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

National Conference on Social Science and Religion (NCSSR 2022) 493

PELAKSANAAN TUGAS BAWASLU DALAM PENJATUHAN SANKSI TERHADAP PELANGGARAN NETRALITAS ASN

BERDASARKAN SURAT KEPUTUSAN BERSAMA KEMENTERIAN DAN KELEMBAGAAN PADA PEMILIHAN

KEPALA DAERAH TAHUN 2020 DI KOTA DUMAI

Dwi Merdekawati1), Sudi Fahmi1), dan Bagio Kadaryanto1)

1)

Magister Ilmu Hukum Pascasarjana, Universitas Lancang Kuning, Pekanbaru Email: dwimerdekawati55@gmail.com

Abstrack: This study aims to determine the implementation of Bawaslu's duties in imposing sanctions on violations of ASN Neutrality in the Regional Head Election in Dumai City. This type of research is Sociological Legal Research, which uses a field survey research design.

The results of this study can be concluded that the position of the Regency/City Bawaslu is not optimal due to the limited authority it has.

Looking at the Duties and Authorities of Regency/Municipal Election Supervisory Bodies, it can be seen that the Election Supervisory Body tends to only supervise, report or recommend any Violations encountered to other agencies. This of course causes the performance of the Regency/City Bawaslu to be considered ineffective.

Regency/Municipal Bawaslu is like an institution that does not have 'tooth' in carrying out Supervision and Enforcement of Violations in direct Regional Head Elections.

Keywords: Regional Head Election, Bawaslu, ASN Neutrality

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan tugas Bawaslu dalam penjatuhan sanksi terhadap pelanggaran Netralitas ASN pada Pemilihan Kepala Daerah di Kota Dumai. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Hukum Sosiologis, dimana menggunakan desain penelitian survey lapangan. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan posisi Bawaslu Kabupaten/Kota menjadi tidak maksimal akibat terbatasnya kewenangan yang dimiliki. Melihat Tugas dan Kewenangan Badan Pengawas Pemilu Kabupaten/Kota, terlihat bahwa Badan Pengawas Pemilu cenderung hanya bertugas mengawasi, melaporkan atau merekomendasikan setiap Pelanggaran yang ditemui kepada instansi lain. Hal ini tentu saja menyebabkan kinerja Bawaslu Kabupaten/Kota dinilai tidak efektif. Bawaslu Kabupaten/Kota seperti lembaga yang tidak mempunyai ‘taring’ dalam melakukan Pengawasan dan Penindakan Pelanggaran dalam Pemilihan Kepala Daerah secara langsung.

Kata Kunci: Pemilihan Kepala Daerah, Bawaslu, Netralitas ASN

(2)

National Conference on Social Science and Religion (NCSSR 2022) 494

Pendahuluan

Dalam Proses Penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah serentak Tahun 2020 ini berbeda dibandingkan dengan Pemilihan pada Tahun sebelumnya, karena hampir seluruh dunia termasuk wilayah indonesia diserang oleh Wabah Coronavirus disease (Covid-19).

Sebagai upaya pencegahan Penyebaran Covid-19, maka KPU RI mengeluarkan keputusan dengan Nomor 179/PL-02-Kpt/01/KPU/III/2020 tentang Penundaan Tahapan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati serta Walikota dan Wakil Walikota tahun 2020, sehingga Pemilihan Kepala Daerah serentak tahun 2020 ditunda pelaksanaannya.

Berangkat dari hal tersebut, Bawaslu RI juga menerbitkan Surat Edaran dengan Nomor 0252/K.BAWASLU/PM.00.00/3/2020 tertanggal 24 maret 2020 terkait Pengawasan Penundaan Tahapan Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati serta Walikota dan Wakil Walikota tahun 2020, tujuan dari terbitnya Surat Edaran tersebut Bawaslu RI memberikan arahan dan petunjuk bagi Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota dan jajarannya dalam pelaksanaan tugas dan wewenang pengawasan penundaan tahapan penyelenggaraan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati serta Walikota dan Wakil Walikota tahun 2020 dan sebagai antisipasi Pencegahan Penyebaran Covid-19 yang semakin meluas pada masyarakat di wilayah negara Kesatuan Republik Indonesia.

Di dalam Pemilihan Walikota Dan Wakil Walikota Dumai Tahun 2020 ada 9 (sembilan) Kasus Dugaan Pelanggaran Hukum Lainnya (Netralitas ASN), dimana 8 (delapan) kasus di tindaklanjuti oleh Bawaslu Kota Dumai dan 1 (satu) kasus nya diambil alih Bawaslu Provinsi Riau yang diantaranya adalah sebagai berikut: (1) P, dugaan Pelanggaran Netraktias ASN (melakukan kegiatan Politik Praktis ASN sebagai Bakal Calon Walikota Dumai Periode 2021-2025); (2) HS, dugaan Pelanggaran Netraktias ASN (melakukan kegiatan Politik Praktis dengan cara menjadi kader Partai Politik); (3) EMS, Aparatur Sipil Negara (ASN) di Kota Dumai mengikuti kegiatan salah satu Partai Politik;

(4) DF, Aparatur Sipil Negara (ASN) yang melakukan me-like dan mengomentari postingan salah satu bakal calon; (5) JP, salah seorang yang diduga pegawai pemerintah di Kota Dumai menyatakan dukungan kepada pasangan bakal calon walikota dumai dalam sebuah postingan yang diunggah di media sosial; (6) FA dan MS, Aparatur Sipil Negara (ASN) terlibat sebagai dalam kegiatan kampanye salah satu pasangan calon walikota dumai; (7) RS, Aparatur Sipil Negara (ASN) melakukan foto bersama calon walikota dan mengacungkan jari nomor urut salah satu calon walikota dan memposting di facebook nya; (8) T, Aparatur Sipil Negara yang mengikuti kegiatan kampanye salah satu pasangan calon; dan (9) HB, Aparatur Sipil Negara yang diduga tidak mengambil cuti.

Dari sini dapat ditemukan Permasalahan-permasalahan Netralitas dimana adanya yang calon Kepala Daerah yang berlatar belakang Pegawai Negeri Sipil Negara (PNS).

Namun belum mengikuti prosedur yang sesuai Peraturan Perundang-Undangan, misalnya belum mundur sebagai ASN. Tidak kalah penting adalah, pada tahun ini Calon dari Petahana cenderung meningkat dan mendominasi untuk menjadi Bakal Calon Kepala Daerah. Realita ini dapat memicu kekhawatiran, yaitu mobilisasi oleh Petahana kepada ASN menjadi catatan penting.

Keberadaan Badan Pengawas Pemilu Kota Dumai merupakan hal penting dalam menentukan keberhasilan Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah di Kota Dumai agar sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Peraturan Perundang-Undangan. Akan tetapi dalam kenyatannya, posisi Bawaslu Kabupaten/Kota menjadi tidak maksimal akibat terbatasnya kewenangan yang dimiliki. Melihat Tugas dan Kewenangan Badan Pengawas Pemilu Kabupaten/Kota, terlihat bahwa Badan Pengawas Pemilu cenderung hanya bertugas mengawasi, melaporkan atau merekomendasikan setiap Pelanggaran yang

(3)

National Conference on Social Science and Religion (NCSSR 2022) 495

ditemui kepada insatansi lain. Hal ini tentu saja menyebabkan kinerja Bawaslu Kabupaten/Kota dinilai tidak efektif. Bawaslu Kabupaten/Kota seperti lembaga yang tidak mempunyai ‘taring’ dalam melakukan Pengawasan dan Penindakan Pelanggaran dalam Pemilihan Kepala Daerah secara langsung.

Dalam mewujudkan Penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah Serentak yang netral, obyektif dan akuntabel serta untuk membangun sinegritas, meningkatkan efektivitas dan efesiesi instansi Pemerintah Pusat dan Daerah dalam melakukan Pengawasan, Penanganan Pengaduan dan mewujudkan Kepastian Hukum terhadap Penanganan Pelanggaran Asas Netralitas Pegawai Aparatur Sipil Negara diperlukan suatu pedoman.

Pedoman Pengawasan Netralitas ASN yang sudah dibuat oleh Kementrian dan Kelembagaan (Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Menteri Dalam Negeri, Kepala Badan Kepegawaian Negara, Ketua Komisi Aparatur Sipil Negara dan Ketua Badan Pengawas Pemilihan Umum) tentang Pedoman Pengawasan Netralitas Peagawai Aparatur Sipil Negara Dalam Penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah Serentak Tahun 2020 yang berkaitan dengan Dugaan Pelanggaran Netralitas ASN dalam Pelaksanaan Pilkada 2020. Dengan adanya Pedoman Pengawasan Netralitas ASN ini Pengawasan harus dipertegas, tanpa pandang bulu, harus diberikan sanksi, jika perlu diberhentikan atau turun jabatan, karena ini akan membangun ASN yang Profesional.

Asumsi Publik mengemukakan bahwa faktor penyebab terjadinya Pelanggaran Netralitas ASN yaitu pemberian sanksi yang lemah, ketidaknetralan ASN yang masih dianggap lumrah, kurangnya integritas ASN untuk bersikap netral, adanya intervensi dari pimpinan, kurangnya pemahaman regulasi tentang Netralitas ASN, adanya motif untuk mendapatkan atau mempertahankan jabatan, materi, atau proyek, serta adanya hubungan kekeluargaan atau kekerabatan dengan calon.

Metode Penelitian

Dilihat dari jenisnya maka penelitian ini dapat digolongkan kepada Penelitian Hukum Sosiologis yang membahas tentang Pelaksanaan Tugas Bawaslu Dalam Penjatuhan Sanksi Terhadap Pelanggaran Netralitas ASN Berdasarkan Surat Keputusan Bersama Kementerian Dan Kelembagaan Pada Pemilihan Kepala Daerah Tahun 2020 Di Kota Dumai.

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan studi pustaka. Responden yang diwawancarai adalah sebagai berikut: Anggota Bawaslu Provinsi Riau, Ketua Bawaslu Kota Dumai, Anggota Sentra Gakkumdu (Anggota Bawaslu Kota Dumai, Kordiv Hukum, penanganan Pelanggaran dan Penyelesaian Sengketa), Komisi I DPRD Kota Dumai, Sekretaris Daerah Kota Dumai (, Kepala BKD dan ASN yang melakukan dugaan pelanggaran (4 ASN)

Lokasi penelitian berada di Kota Dumai. Alasan dalam pemilihan lokasi ini karena masih banyaknya terdapat permasalahan yang berhubungan dengan Netralitas Aparatur Sipil Negara terhadap Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah. Responden diwawancarai pada bulan April – Mei 2022.

Peneliti menggunakan pendekatan hukum empiris (sosiologis), yaitu untuk menarik kesimpulan dari data yang dikumpulkan. Maka data yang terkumpul baik data primer maupun data sekunder ini dilakukan secara induktif, yaitu cara menarik kesimpulan yang bertitik tolak pada hal-hal yang khusus, untuk kemudian menarik kesimpulan atas dasar aspek-aspek yang sama pada hal-hal yang khusus tersebut.

(4)

National Conference on Social Science and Religion (NCSSR 2022) 496

Hasil dan Pembahasan

Bawaslu sebagai lembaga penyelenggara pemilu/pilkada yang memiliki fungsi pencegahan, pengawasan, dan penegakkan hukum berwenang menindaklanjuti temuan atas pelanggaran netralitas ASN yang diatur dalam peraturan perundang-undangan mengenai pemilu dan pilkada.

Secara garis baris, kewenangan Bawaslu dalam hal melakukan pengawasan, pencegahan dan penegakkan netralitas ASN merupakan atributif dari Peraturan Perundang-undangan. Hal tersebut secara jelas bermaktub dalam Pasal 93 huruf f Undang-undang Nomor 7 Tahun 2017, yang menyebutkan bahwa Bawaslu bertugas :

mengawasi netralitas aparatur sipil negara, netralitas Tentara Nasional Indonesia, dan netralitas anggota Kepolisian Republik Indonesia”.

Kewenangan penegakan hukum merupakan domain dari hukum acara (hukum formil). Oleh hal ini, peraturan mengenai penegakkan hukum tentang netralitas ASN dalam domain Bawaslu diatur melalui Peraturan Bada Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu). Kewenangan Bawaslu dalam hal ini merupakan atributif dari ketentuan perundang-undangan tentang Pemilu dan Undang-undang Pilkada/Pemilu. Kewenangan tersebut pun dirinci kembali melalui Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum (Perbawaslu) Nomor 6 tahun 2018 tentang Pengawasan Netralitas Aparatur Sipil Negara, Anggota Tentara Nasional Indonesia dan Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia (Perbawaslu Pengawasan Netralitas).

Wewenang Bawaslu dalam menangani netralitas ASN dapat dilihat dari aspek hukum formil (hukum acara) dan fungsi pengawasan Bawaslu. Berkaitan dengan ini, perbawaslu nomor 6 tahun 2018 dan perbawaslu nomor 14 tahun 2017 dapat dijadikan rujuk. Dalam pasal 3 perbawaslu nomor 6 tahun 2018 terdapat ketentuan yang berbunyi:

“Netralitas Pegawai ASN, Anggota TNI, dan Anggota Polri dapat menjadi objek pengawasan Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota dalam hal tindakan Pegawai ASN, Anggota TNI, dan Anggota Polri berpotensi melanggar ketentuan sebagaimana diatur dalam ketentuan perundang-undangan mengenai pemilu dan/atau pemilihan serta melanggar kode etik dan/atau disiplin masing-masing lembaga/instansi”.

Pelanggaran hukum lainya adalah salah satu bentuk pelanggaran yang terjadi dalam sebuah tahapan pelaksanaan proses Demokrasi yang ada di Indonesia baik itu Pemilu maupun pemilihan, yang dilakukan oleh seseorang atau beberapa orang selain daripada Penyelenggara dan Peserta Pemilu atau Pemilihan. Hukum yang dimaksud adalah seperti larangan bagi aparatur sipil negara (ASN) untuk berpolitik aktif, menyatakan dukungannya secara terang-terangan terhadap para kontestan dalam sebuah Pemilu ataupun Pemilihan. Dan begitu juga bagi TNI/Polri yang tidak boleh secara Perundang- undangan untuk melakukan berpolitik secara aktif maupun pasif [4].

Tindakan Bawaslu terhadap pemilihan kepala daerah tahun 2020 ini pengawas pemilu melakukan pengawasan Pilkada dengan cara pencegahan dan penindakan, yang dilakukan dengan cara pencegahan yaitu dengan melakukan himbauan dan sosialisasi kepada stakeholder dan pemerintah setempat agar tidak melakukan pelanggaran pemilihan yang berujung pada pemberian sanksi. Pola kerjasama ini lebih juga intensif dengan adanya MoU kepada pihak pemerintah daerah setempat untuk menghimbau kepada ASN nya agar bersikap netral dan tidak memihak.

Dalam mengawasi netralitas ASN di Pilkada 2020 ini diterbitkan surat keputusan bersama (SKB) 5 kementerian/lembaga antara Badan Kepegawaian Negara (BKN), Bawaslu, Kemendagri, Kemen PAN-RB, dan KASN tentnag pengawasan Netralitas ASN.

SKB ini akan lebih memberikan daya paksa karena ASN yang mealkukan pelanggaran yang tidak atau belum ditindaklanjuti sanksinya oleh PPK, maka data administrasi kepegawaiannya akan dibekukan atau diblokir [5]. Data administrasi kepegawaiannya

(5)

National Conference on Social Science and Religion (NCSSR 2022) 497

akan diblokir di Sistem Aplikasi Pelayanan Kepegawaian (SAPK). Pemblokiran tersebut dilakukan hingga PPK menindaklanjuti rekomendasi KASN[6]. SKB ini menjadi pedoman pengawasan netralitas ASN selama pilkada 2020. SKB juga diharapkan dapat menjadi pedoman untuk membangun sinegritas, peningkatan efektivitas dan efisiensi dalam pengawasan netralitas ASN, dan juga dapat memberikan kepastian hukum terhadap penanganan pealnggaran netralitas pegawai ASN[7].

Dalam mengatasi kendala dalam penjatuhan sanksi terhadap pelanggaran Netralitas ASN ini tentunya Bawaslu tidak sendiri. Ada beberapa lembaga yang melakukan pengawasan netralitas ASN dengan tugas khususnya masing-masing. Pertama, Timnas PK yaitu tim yang berisikan menteri-menteri, ditujukan untuk membenahi persoalan koordinasi aparat penegak hukum dalam penanganan perkara khususnya pertukaran informasi data dan data lintas aparat penegak hukum yang belum optimal dan lemahnya independensi pengawasan dan pengendalian internal pemerintah, inspektorat pada kementerianm lembaga dan pemerintah daerah. Kedua, kemendagri yang bertugas untuk memberi penguatan regulasi netralitas ASN serta pemantauan dan evaluasi netralitas ASN dalam pilkada. Ketiga, Kemenpan-RB yang bertugas melalukan koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan dalam bidang reformasi birokrasi; akuntabilitas aparatur dan pengawasan; kelembagaan dan tata laksana; sumber daya manusia aparatur dan pelayanan publik. Keempat, BKN yang sebenarnya tidak memiliki peran secara langsung. Namun hasil rekomendasi dari KASN kepada PPK dapat menjadi masukan bagi BKN dalam mengawasi dan mengendalikan pelaksanaan norma, standar prosedur dan kriteria manajemen ASN. Terakhir, KASN yang bertugas sebagai pengawas pelaksanaan nilai dasar, kode etik dan kode perilaku ASN serta penerapan sistem merit dalam kebijakan dan manajemen ASN pada instansi pemerintah[8]. Pola kerja sama ini lebih juga intensif dengan adanya MoU kepada pihak pemerintah daerah setempat untuk menghimbau kepada ASN nya agar bersikap netral dan tidak memihak.

Kesimpulan

Pedoman Pengawasan Netralitas ASN yang sudah dibuat oleh Kementrian dan Kelembagaan (Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Menteri Dalam Negeri, Kepala Badan Kepegawaian Negara, Ketua Komisi Aparatur Sipil Negara dan Ketua Badan Pengawas Pemilihan Umum) tentang Pedoman Pengawasan Netralitas Pegawai Aparatur Sipil Negara Dalam Penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah Serentak Tahun 2020 yang berkaitan dengan Dugaan Pelanggaran Netralitas ASN dalam Pelaksanaan Pilkada 2020. Dengan adanya Pedoman Pengawasan Netralitas ASN ini Pengawasan dipertegas, tanpa pandang bulu, dan dapat memberikan sanksi, jika perlu diberhentikan atau turun jabatan, karena ini akan membangun ASN yang Profesional.

Meskipun berbagai peraturan telah dibentuk, hal ini tidak membendung terjadinya berbagai pelanggaran netralitas ASN. Dari data yang dimiliki oleh Bawaslu Kota Dumai pada pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Serentak tahun 2020 terdapat 9 (sembilan) kasus pelanggaran netralitas ASN yang ditindaklanjuti oleh pengawas pemilihan dan diteruskan kepada lembaga yang berwenang.

Dalam pelaksanaan pemilihan kepala daerah yaitu pemilihan walikota dan wakil walikota Dumai tahun 2020 sudah dikategorikan mencapai keberhasilan, namun dalam pelaksanaan masih belum maksimal. Hal ini posisi Bawaslu Kabupaten/Kota menjadi tidak maksimal akibat terbatasnya kewenangan yang dimiliki. Melihat Tugas dan Kewenangan Badan Pengawas Pemilu Kabupaten/Kota, terlihat bahwa Badan Pengawas Pemilu cenderung hanya bertugas mengawasi, melaporkan atau merekomendasikan setiap Pelanggaran yang ditemui kepada insatansi lain. Hal ini tentu saja menyebabkan kinerja Bawaslu Kabupaten/Kota dinilai tidak efektif. Bawaslu Kabupaten/Kota seperti lembaga

(6)

National Conference on Social Science and Religion (NCSSR 2022) 498

yang tidak mempunyai ‘taring’ dalam melakukan Pengawasan dan Penindakan Pelanggaran dalam Pemilihan Kepala Daerah secara langsung.

Daftar Pustaka

[1] Nurmalita Ayuningtyas Harahap. “Netralitas ASN”. dalam https://law.uii.ac.id/blog/2020/10/07/netralitas-asn/ di akses tanggal 20 November 2021

[2] Keputusan Bersama Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Menteri Dalam Negeri, Kepala Badan Kepegawaian Negara, Ketua Komisi Aparatur Sipili Negara dan Ketua Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor 05 tahun 2020, nomor 800-2836 tahun 2020, nomor 167/KEP/2020, nomor 6/SKB/KASN/9/2020, nomor 0314 tentang Pedoman Pengawasan Netralitas Pegawai ASN Dalam Penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah Serentak Tahun 2020. Jakarata;

[3] Dewi Sendhikasari Dharmaningtias. Netralitas Aparatur Sipil Negara Dalam Pilkada. Jurnal Kajian Singkat terhadap Isu aktual dan strategis Vol. XII, No.

17/I/Puslit/September/2020 diakses tanggal 30 November 2021;

[4] Agustri dan Amiruddin. 2021. Menyongsong Pemilu dan Pilkada Serentak Tahun 2024 di Indonesia. D.I. Yogyakarta: Samudera Biru;

[5] Bawaslu-KASN minta PPK tidak abai terhadap Penegakkan Netralitas ASN, https://www.menpan.go.id/site/berita-terkini/bawaslu-kasn-minta-tidak-abai-

terhadap-penegakan-netralitas-asn, diakses 10 september 2020

[6] Fauziah mursid dan Dessy Suciati Saputri, SKB Netralitas Disiapkan, republika;

[7] Bella dan Yoga, “Hambatan dan tantangan Penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah Serentak Tahun 2020” Jurnal Legal Reasoning, Vol. 3 No 2, Juni 2021 P-

ISSN2654-8747 dalam

http://journal.univpancasila.ac.id/index.php/jlr/article/view/2411/1340, htm, diakses 4 Mei 2022;

[8] Fritz Edward Siregar. 2020. Aparatur Sipil Negara dalam perebutan kekuasaan di Pilkada, cetakan pertama. Jakarta: Konpress;

Referensi

Dokumen terkait

- ตรวจสอบขนาดก่อนว่า ตรงตามนิยามหรือไม่ โดยพิจารณาว่า engineered material หรือผลิตภัณฑ์สําเร็จรูปนั้น มีมิติด้านใดด้านหนึ่งอยู่ใน ระหว่าง 1 - 100 nm หรือไม่ - ตรวจสอบว่า engineered

Koordinator/UPT di Lingkungan Universitas Brawijaya Menindaklanjuti Keputusan Bersama Menteri Agama, Menteri Ketenagakerjaan, dan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi