• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelaksanaan Pesta Perkawinan Adat Jawa (Studi Kasus di Kecamatan Karang Bintang Kabupaten Tanah Bumbu) - IDR UIN Antasari Banjarmasin

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Pelaksanaan Pesta Perkawinan Adat Jawa (Studi Kasus di Kecamatan Karang Bintang Kabupaten Tanah Bumbu) - IDR UIN Antasari Banjarmasin"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

Pertemuan mertua ini menggunakan masing-masing dua anak kembar laki-laki dan perempuan. Sebelum mengadakan perakitan manten, perlu disiapkan air bunga sekar setaman yang ditaruh dalam wadah yang disebut bokor emas, berisi air jernih. Setelah prosesi perakitan manten selesai, kedua mempelai diantar oleh orang tua mempelai wanita untuk berjalan menuju kursi pernikahan.

Kemudian pengantin wanita bernyanyi secara bergantian untuk ibunya, dan pengantin pria untuk ayah mertuanya. Kemudian pengantin wanita secara bergantian bernyanyi untuk ibu mertuanya dan pengantin pria untuk ayahnya. Resepsi kedua dilaksanakan pada tanggal 17 Mei 2023 di Desa Pematang Ulin Kecamatan Karang Bintang (di kediaman mempelai pria), dimana resepsi kedua tidak lagi menggunakan tradisi bertemu manten karena dilakukan pada pesta pertama, melainkan saat mereka tiba. , mereka menyapa kedua mempelai dengan air dan nasi putih.

Akad nikah dan resepsi pertama dilaksanakan pada tanggal 3 Maret 2023 di Desa Pematang Ulin di kediaman mempelai wanita. Menurut keterangan Mbah Dasmi antara lain tikar, lesung, telur, 7 jenis bunga untuk ditaruh dalam wadah dan disiram, satu sendok dari batok kelapa, dan 4 in. Sidang manten dimulai ketika kedua mempelai saling bertemu balang-balangan (melempar) tandan sirih, kemudian kedua mempelai bersalaman dan mencium tangan mempelai pria.

Tabel 4.4 Matriks Hasil Penyajian Data
Tabel 4.4 Matriks Hasil Penyajian Data

Analisis Data

Rangkaian Acara Pelaksanaan Pesta Perkawinan Adat Jawa di Kecamatan Karang Bintang Kabupaten Tanah Bumbu

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti, rangkaian acara penyelenggaraan perayaan pernikahan adat jawa yang biasa dilaksanakan di kawasan Karang Bintang Kabupaten Tanah Bumbu diawali dengan prosesi upacara pernikahan yang diisi dengan upacara serah terima, yaitu adalah serah terima. upacara dari mempelai pria dan penyambutan dari mempelai wanita. Setelah prosesi akad nikah selesai dilanjutkan dengan beberapa prosesi adat adat Jawa antara lain prosesi temu manten, sungkeman, dan dulang-dulangan. Terdapat perbedaan pelaksanaan pesta perkawinan adat jawa jika dilangsungkan di kediaman mempelai wanita dan bila dilangsungkan di kediaman mempelai pria.

Umumnya pada saat pesta pernikahan dilangsungkan di kediaman mempelai wanita, semua tradisi adat Jawa seperti serah terima, pertemuan manten, sungkeman, nampan tumpeng robyong dan sesajen dilakukan. Sedangkan bila pesta perkawinan dilangsungkan di kediaman mempelai pria, tidak ada tradisi yang dilakukan karena tradisi tersebut sudah dilakukan di kediaman mempelai wanita. Rangkaian upacara pernikahan adat Jawa di Kecamatan Karang Bintang Kabupaten Tanah Bumbu secara umum sama dengan pelaksanaannya.

Diawali dari mempelai pria yang memasuki tempat acara didampingi kedua orang tuanya dan dua orang kembar Mayang serta didampingi rombongan. Masing-masing didampingi oleh anak kembar, dibawa oleh dua orang pemuda untuk mempelai pria dan dua orang gadis untuk mempelai wanita. Berikutnya mempelai wanita yang membasuh kaki mempelai pria sebanyak 3 kali dengan air bunga setaman yang sebelumnya telah disiapkan sebagai bentuk penyucian pertama mempelai wanita kepada suaminya.

Kemudian mempelai wanita berlutut (sungkem) di hadapan mempelai pria sebagai tanda hormat, ketundukan dan ketaatan kepada suaminya. Dalam waktu yang bersamaan, Mayang Kembar mempelai wanita dan Mayang Kembar mempelai pria dipertukarkan sebanyak 3 kali. Setelah prosesi pertemuan manteni selesai, kedua mempelai menuju ke kursi pernikahan yang dipegang oleh orang tua mempelai wanita.

Di balik Silaturahmi Manten dan perayaan pernikahan adat Jawa, terdapat satu tradisi yang tidak ditampilkan dalam acara tersebut. Sesaji ada yang boleh dimakan dan ada pula yang tidak, tergantung kepercayaan dukun manten dan tuan rumah yang mengadakan pesta pernikahan.

Latar Belakang Masyarakat Kecamatan Karang Bintang Menggunakan Tradisi Adat Jawa Pada Pelaksanaan Pesta Perkawinan

Menurut Masyarakat Kecamatan Karang Bintang, tradisi tradisional Jawa dalam melangsungkan pernikahan sangat penting untuk dilestarikan. Itulah sebabnya tradisi tradisional Jawa mengadakan pesta pernikahan di kawasan Karang Bintang masih terus eksis. Jika masyarakat berhenti menggunakan tradisi tradisional Jawa dalam pernikahan, cepat atau lambat tradisi tersebut akan hilang.

Aksi masyarakat Kecamatan Karang Bintang ini merupakan upaya melestarikan keberlangsungan tradisi tradisional Jawa, salah satu budaya yang ada di Indonesia. Masyarakat Kecamatan Karang Bintang yang memahami hal ini melakukan tradisi ini dengan niat nduwe gawe (memiliki keinginan), ngati-ati (berhati-hati) dan berdoa memohon keselamatan dan semoga acara berjalan lancar. Berharap rumah tangga anaknya menjadi rumah tangga yang baik, dimana mereka dapat menjalani kehidupan rumah tangganya dengan damai dan tenang.

Orang yang mengamalkan adat istiadat jawa tanpa diketahui maksud dan tujuannya adalah masyarakat biasa, mereka sekedar mengikuti apa yang dilakukan orang lain, atau hanya mengikuti perintah dan petunjuk orang tua atau sesepuh adat jawa yang ada disekitarnya. Banyak masyarakat yang meyakini bahwa tradisi ini merupakan upaya agar acara berjalan lancar tanpa ada campur tangan jin dan manusia atau bencana alam seperti hujan dan badai. Sebab bagi masyarakat, hujan yang turun saat acara akan sangat mengganggu jalannya pesta pernikahan.

Ada yang mengatakan kegunaan tradisi adat jawa hanya sekedar mengikuti tradisi agar tidak terjadi kecelakaan pada saat dilangsungkannya pernikahan, memohon doa untuk keselamatan dan kelancaran acara. Artinya, tradisi ini dilakukan sebagai bentuk kehati-hatian untuk memohon doa agar acara berlangsung aman dan lancar. Namun dengan dilaksanakannya akad nikah, maka tanggung jawab terhadap anak yang tadinya menjadi tanggung jawab orang tua beralih menjadi tanggung jawab suami/istri masing-masing.

Dilihat dari undang-undang di atas, batas kewajiban dan tanggung jawab orang tua adalah sampai perkawinan atau sampai anak dapat hidup sendiri. Menurut masyarakat, tradisi sungkeman dilakukan sebagai insentif bagi seorang ibu untuk melepaskan tanggung jawab sebagai orang tua terhadap anaknya.

Analisis Berdasarkan Adab-Adab Walimatul Urs dan Teori 'Urf

ساَّنلا ُءاَسِنَو

م ٌت َلاِئا

ﺔَّنَْلجا َلَو

Mereka tidak dapat masuk syurga dan tidak dapat mencium bau syurga, padahal bau syurga itu dapat dihidu dari jarak yang sangat jauh” (HR. Muslim). 12. Oleh itu, untuk mencegah mereka daripada masuk ke dalam kerosakan, seorang wanita hendaklah membayar. perhatian kepada adabnya dalam berhias seperti menutup aurat, tidak menampakkan lekuk tubuh dan tidak berlebihan dalam berhias.perhatian lawan jenis dan pakaian yang menampakkan lekuk tubuh, atau berpakaian tetapi seakan-akan telanjang.

Pada pesta pernikahan adat jawa di kawasan Karang Bintang memang terjadi percampuran antara tamu laki-laki dan perempuan, terutama pada saat prosesi pemecahan telur karena para tamu berkumpul di dekat kedua mempelai untuk melihat prosesi tersebut dari dekat. Ikhtilat adalah percampuran laki-laki dan perempuan sehingga laki-laki dan perempuan saling memandang, bersentuhan, berjabat tangan.

نوُعَ نْصَي

Bagi tamu yang berkumpul mendekati kedua mempelai saat prosesi pemecahan telur, sebaiknya tetap di tempat duduk masing-masing dan sekadar menonton dari kejauhan. Sebab jika tidak ada tamu yang mendekati pasangan pengantin saat prosesi pemecahan telur, maka prosesi tersebut akan tetap terlihat meski dari jarak yang jauh. Tradisi Temu Manten bukanlah suatu kewajiban yang harus dipenuhi, namun Temu Manten merupakan budaya yang telah dilestarikan sejak zaman dahulu.

Proses pemecahan telur dan penggunaan sesaji yang setelahnya tidak dapat dikonsumsi merupakan tindakan yang tergolong perilaku boros yaitu pemborosan. Sebab pemecahan telur menggunakan telur dan sesaji yang kemudian dibuang. Salah satu adab dalam menjaga walimatul ursy adalah tidak mengeluarkan harta dan makanan secara berlebihan agar terhindar dari pemborosan.16 Allah SWT tidak menyukai perbuatan yang boros.

Dalam melakukan proses pemecahan telur, peneliti menyarankan agar dicarikan solusi agar telur bekas tetap dapat dimanfaatkan walaupun sudah pecah. Dan makna dari prosesi pemecahan telur ini tidak jauh berbeda dengan apa yang diajarkan dalam agama Islam, seperti suami yang bertanggung jawab memenuhi kebutuhan istrinya, dan istri yang patuh dan patuh pada perintah suaminya serta bisa menjaga ketertiban suaminya. nama yang bagus. Dalam hal ini peneliti tetap mendukung prosesi pemecahan telur karena prosesi yang dilakukan tidak mengandung unsur bahaya apapun selain menggunakan telur saja.

Hal ini tidak sesuai dengan adab terakhir Walimatul Ursy yaitu menghindari perbuatan syirik dan khurafat.21 Karena masyarakat Kecamatan Karang Bintang percaya dengan mitos yang mengatakan bahwa jika tidak mengikuti tradisi ini maka akan terjadi musibah atau hal-hal yang tidak diinginkan. Setelah kita buktikan dan tidak ada yang perlu diragukan lagi, selebihnya serahkan pada Allah. Ini merupakan tradisi yang dilakukan di daerah dan masyarakat tertentu, karena tradisi bertemu manta ini hanya terjadi di daerah tertentu dan hanya dilakukan oleh masyarakat Jawa saja, seperti yang dilakukan masyarakat kabupaten Karang Bintang hingga saat ini.

Dilihat dari bentuk dan bahan yang digunakan, temu mant tradisi dapat digolongkan menjadi. Sebab, tradisi ini sudah dilakukan dalam bentuk perbuatan oleh masyarakat Kecamatan Karang Bintang secara turun temurun. Diterima atau tidaknya, tradisi bertemu manten yang tidak melibatkan pengorbanan termasuk dalam 'urf shahih.

Sedangkan tradisi Temu Manten yang menggunakan kurban dan tidak dikonsumsi setelahnya tergolong 'urf fasid atau 'urf yang tidak baik.

ذِاَواَنْلُ ﻗ

لَﻤْلاْوُدُجْسا

Dilihat dari luas penggunaannya, tradisi sungkeman tergolong khas 'urf' karena tradisi sungkeman hanya terjadi di daerah tertentu dan hanya dilakukan oleh masyarakat tertentu saja, seperti masyarakat kabupaten Karang Bintang hingga saat ini. Dilihat dari bentuk dan bahan yang digunakan, tradisi Sungkeman tergolong 'urf fi'li. Sebab tradisi ini berbentuk perbuatan dan dilakukan secara turun temurun oleh masyarakat Kecamatan Karang Bintang.

Ditinjau dari segi diterima atau tidak, tradisi sungkeman digolongkan sebagai 'urf sahih kerana pelaksanaannya menepati syariat Islam, telah diterima ramai orang, dan niat melaksanakan tradisi itu juga merupakan niat yang baik. Dalam tradisi dulang ini tidak ada yang menyeleweng atau menyalahi ajaran Islam dan tidak melanggar cara pelaksanaan Walimatul Ursy.

Gambar

Tabel 4.4 Matriks Hasil Penyajian Data

Referensi

Dokumen terkait

Tradisi Kawin Boyong dalam Perkawinan Adat Masyarakat Gesikan (Studi kasus di Desa Gesikan Kecamatan Grabangan Kabupaten Tuban): Skripsi tidak ditebitkan.. Al-Asbahi,