• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN PERSIDANGAN DI PENGADILAN AGAMA

Fahdel Nasir

Academic year: 2023

Membagikan "PELAKSANAAN PERSIDANGAN DI PENGADILAN AGAMA"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

PELAKSANAAN PERSIDANGAN

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mengkuti Mata Kuliah Administrasi Peradilan Agama

OLEH KELOMPOK 8

LOKAL G

Fahdel Muhammd Nasir : 12020115883

Rudi Azhari : 12020115742

Sumi Lasiani Br Sembiring : 12020126496 Yulanda Putra Handika : 12020117375

DOSEN PEMBIMBING Almi Jera, S.Sy., M.H.

JURUSAN HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

2023

(2)

i

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum.wr.wb

Syukur Alhamdulillah atas segala limpahan rahmat dan hidayah Allah SWT kepada kami semua sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dan tak lupa mengucapkan shalawat berserta salam atas kehadirat baginda Rasulullah SAW.

Dan rasa terima kasih kami kepada anggota kelompok 8 yang telah membantu menyesaikan tugas ini serta terlebih lagi kepada guru pembimbing Almi Jera, S.Sy., M.H. yang senantiasa membimbing dan memberi saran kepada kelompok 8 sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah “Administrasi Peradilan Agama”

Makalah ini dibuat bukan hanya menyelesaikan dan melengkapi mata kuliah tapi juga diharapkan dapat memberi wawasan yang lebih luas guna meningkatkan pengetahuan yang mendalam bagi para mahasiswa/I dalam bidang Pendidikan sehingga kita dapat mengetahui hal hal apa saja yang ada dalam Pendidikan.

Akhir kata semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan khususnya bagi kami sekian terima kasih.

Pekanbaru, 03 November 2023 Penulis

(3)

ii DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI... ii

BAB I PENDAHULUAN ... iii

A. Latar Belakang ... iii

B. Rumusan Masalah ... iii

C. Tujuan ... iv

BAB II PEMBAHASAN ... 1

A. Ketentuan Umum Persidangan ... 1

B. Berita Acara Persidangan ... 1

C. Rapat Permusyawaratan Majelis Hakim ... 2

D. Penyelesaian Putusan ... 3

E. Pemberitahuan Isi Putusan ... 3

F. Penyampaian Salinan Putusan ... 4

G. Minutasi Berkas Perkara ... 5

H. Pemberkasan Perkara ... 6

I. Administrasi Pelaksanaan Putusan Izin Ikrar Talak ... 6

BAB III PENUTUP ... 10

A. Kesimpulan ... 10

DAFTAR PUSTAKA ... 11

(4)

iii BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sifat acara pemeriksaan perkara di hadapan persidangan Pengadilan di Indonesia berdasarkan Het Herziene Indonesisch Reglement (HIR) untuk Jawa dan Madura dan Rechtsreglement Buitengewesten (RBg) untuk luar Jawa dan Madura, dilakukan secara lisan (mondelinge procedure).

Acara dengan lisan berarti, bahwa pemeriksaan perkara dilakukan dengan cara kontak langsung berupa tanya jawab dengan lisan antara hakim dengan para pihak atau kuasanya di muka persidangan. Hakim juga mendengarkan sendiri keterangan saksi- saksi yang diajukan oleh para pihak, keterangan saksi ahli apabila diperlukan dan lain-lainnya.

Bahkan Hakim dalam setiap perkara perdata, apabila kedua belah pihak hadir di persidangan, wajib mendamaikan kedua belah pihak. (Pasal 154 RBg /130 HIR). Hakim juga berhak untuk memberikan penerangan (penasehatan) kepada kedua belah pihak mengenai cara berperkara atau upaya hukum yang dapat ditempuh agar supaya perkara berjalan baik dan teratur. (Pasal 156 RBg / 132 HIR). Kewajiban mendamaikan dan memberikan penasehatan tersebut tentu saja dilakukan secara lisan.

Atas dasar sifat acara pemeriksaan seperti itu, maka hakim dalam melaksanakan tugas pokoknya memeriksa, mengadili dan memutus perkara yang diajukan oleh para pencari keadilan kepadanya, memerlukan seseorang untuk membantu mencatat hasil pemeriksaannya.

Undang-undang menentukan bahwa pekerjaan tersebut diberikan kepada Panitera atau seorang yang ditugaskan melakukan pekerjaan Panitera yang berkewajiban membantu Hakim dengan menghadiri dan mencatat jalannya sidang pengadilan. Berdasarkan catatan yang dibuat oleh Panitera disusun berita acara persidangan, yang sangat berguna bagi Hakim dalam menyusun putusan pengadilan. Oleh karena pentingnya berita acara persidangan, maka pembuatan / penyusunannya harus dilakukan dengan cermat, teliti dan hati-hati, agar nilainya benar-benar terjaga.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan ketentuan umum persidangan?

2. Apa yang dimaksud dengan berita acara persdiangan?

(5)

iv

3. Bagaimana rapat permusyawaratan majelis hakim?

4. Apa yang dimaksud dengan penyelesaian putusan?

5. Apa yang dimaksud dengan pemberitahuan isi putusan?

6. Apa yang dimaksud dengan penyampaian salinan putusan?

7. Apa yang dimaksud dengan minutasi berkas perkara?

8. Apa yang dimaksud dengan pemberkasan perkara?

9. Apa yang dimaksud dengan administrasi pelaksanaan putusan izin ikrar talak?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahu tentang ketentuan umum persidangan 2. Untuk mengetahu tentang berita acara persdiangan

3. Untuk mengetahu tentang rapat permusyawaratan majelis hakim 4. Untuk mengetahu tentang penyelesaian putusan

5. Untuk mengetahu tentang pemberitahuan isi putusan 6. Untuk mengetahu tentang penyampaian salinan putusan 7. Untuk mengetahu tentang minutasi berkas perkara 8. Untuk mengetahu tentang pemberkasan perkara

9. Untuk mengetahu tentang administrasi pelaksanaan putusan izin ikrar talak

(6)

1 BAB II PEMBAHASAN

A. Ketentuan Umum Persidangan

Berlandaskan kepada Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 19 Tahun 2009 tentang Tata Tertib Persidangan, dijelaskan pada bab I Ketentuan Umum pasal 1 menyatakan tentang pihak-pihak yang terlibat dalam persidangan, seperti ketua sidang, majelis hakim, panitera, panitera pengganti, para pihak tergugat atau penggugat dan kuasanya, pemohon atau termohon dan kuasanya, dan pengunjung sidang.1

Pada pasal 2 menyatakan tentang ada dua macam persidangan dalam mahkamah yakni sidang pleno dan sidang panel. Sidang panel adalah sidang yang dihadiri oleh sekurang- kurangnya 3 (tiga) hakim konstitusi untuk memeriksa permohonan yang hasilnya dibahas dalam sidang pleno mahkamah untuk menjatuhkan putusan.2

Sidang pleno ialah sidang yang dibentuk untuk memeriksa, mengadili, dan memutus suatu perkara atau permohonan dihadiri oleh 9 (Sembilan) hakim dan sekurang-kurangnya 7 (tujuh) hakim konstitusi. Persidanganpun harus dilaksanakan secara aman, tertib dan lancar.3

B. Berita Acara Persidangan

Berita acara sidang (BAS) adalah suatu bukti jalannya persidangan dari mulai pemeriksaan sampai penetapan putusan, tidak bisa terlepas dari adanya berita sidang ini, karena tidak bisa berjalan dengan baik jika tidak benar-benar menerapkan hukum acara yang berlaku.

Apabila hakim melanggar hukum-hukum beracara maka dengan tidak langsung proses dan hasil pemutusan suatu perkara tidak akan sah atau legal karena batal demi hukum.4

1 Indonesia, Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 9 Tahun 2009 Tentang Tata Tertib Persidangan, Pasal 1 Ayat 1-8.

2 Indonesia, Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 9 Tahun 2009 Tentang Tata Tertib Persidangan, Pasal 2 Ayat 1 dan 2.

3 Indonesia, Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 9 Tahun 2009 Tentang Tata Tertib Persidangan, Pasal 1 Ayat 3 dan 4.

4 Sarwohadi, “Teknik Membuat Berita Acara Sidang Yang Baik Dan Benar”, 2013, https://pta- bengkulu.go.id. Diakses pada 03 November 2023.

(7)

2

Berita acara sidang dibuat oleh panitera dan berfungsi untuk meringankan tugas majelis hakim dalam mencatat semua proses mulai dari pemeriksaan hingga selesainya persidangan dengan jelas, berdasarkan sistem pembuatan berita acara sidang.5

Berita acara persidangan mempunyai kedudukan penting dalam proses pemeriksaan perkara. Bentuknya telah ditentukan oleh undang-undang dan dibuat oleh pegawai umum yang diberikan kewenangan untuk itu, dalam hal ini panitera pengadilan. Dasar hukum pembuatan berita acara persidangan diatur dalam peraturan perundang-undangan antara lain sebagai berikut:

1. Undang-undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman Pasal 11 ayat (3).

2. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama yang telah diubah dengan Perubahan Kedua yaitu Undang-undang Nomor 50 Tahun 2009, Pasal 97 dan penjelasannya.

3. Reglement Buitengewesten (RBg) Pasal 197 atau Het Herziene Indonesisch Reglement (HIR) pasal 186.

4. Keputusan Mahkamah Agung RI Nomor KMA/032/SK/IV/2006 tanggal 4 April 2006 tentang Pemberlakuan Buku II Pedoman Pelaksanaan Tugas dan Administrasi Pengadilan.

5. Keputusan Mahkamah Agung RI Nomor 145/ KMA/SK/VIII/2007 tanggal 29 Agustus 2007 tentang Memberlakukan Buku IV Pedoman Pelaksanaan Pengawasan Di Lingkungan Badan-Badan Peradilan.

Pembuatan berita acara persidangan dilakukan oleh panitera. Ketentuan tentang hal itu diatur dalam RBg Pasal 197 ayat (1) atau HIR pasal 186 ayat (1) dan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 Pasal 97 beserta penjelasannya.

C. Rapat Permusyawaratan Majelis Hakim

Musyawarah Majelis Hakim merupakan perundingan yang dilaksanakan untuk mengambil keputusan terhadap suatu perkara yang diajukan kepadanya dan sedang diproses dalam persidangan Pengadilan Agama yang berwenang. Musyawarah Majelis Hakim dilaksanakan secara rahasia, maksudnya apa yang dihasilkan dalam rapat Majelis Hakim tersebut hanya diketahui oleh Majelis Hakim yang memeriksa perkara.sampai putusan

5 Ibid.

(8)

3

diucapkan dalam sidang yang terbuka untuk umum. Tujuan diadakan musyawarah majelis ini adalah untuk menyamakan persepsi, agar terhadap perkara yang sedang diadili itu dapat dijatuhkan Putusan yang seadil-adilnya, sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.6

Ada beberapa aturan hukum yang melandasi permusyawaratan majelis hakim, yakni dalam UU No. 4 tahun 2004 pasal 19 menegaskan sebagai berikut:7

3) Rapat permusyawaratan Hakim bersifat rahasia.

4) Dalam sidang permusyawaratan, setiap Hakim wajib menyampaikan pertimbangan dan pendapat tertulis terhadap perkara yang sedang diperiksa dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari putusan.

5) Dalam hal sidang permusyawaratan tidak dapat dicapai mufakat bulat, pendapat Hakim yang berbeda wajib dimuat dalam putusan.

6) Pelaksanaan lebih lanjut ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan ayat (5) diatur oleh Mahkamah Agung.

D. Penyelesaian Putusan

Penyelesaian putusan berlandaskan pada aturan hukum dalam Peraturan Mahkamah Agung nomor 6 tahun 2018 tentang Pedoman Penyelesaian Sengketa Administrasi pemerintahan setelah menempuh upaya administratif, pasal 3:8

1) Pengadilan dalam memeriksa, memutus, dan menyelesaikan gugatan sengketa administrasi pemerintah menggunakan peraturan dasar yang mengatur upaya administrasi tersebut.

2) Dalam hal peraturan dasar penertiban keputusan dan/atau tindakan tidak mengatur upaya administratif, pengadilan menggunakan ketentuan yang diatur dalam Undang- undang nomor 30 tahun 2008 tentang administrasi pemerintahan.

E. Pemberitahuan Isi Putusan

6 Prof. DR. H. Abdul Manan, S.H, S. IP, M. Hum, “Penerapan Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan Agama”, (Jakarta: Yayasan al-Hikmah, 2000), h. 161.

7 Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2004 Tentang Kekuasaan Kehakiman.

8 Indonesia, Peraturan Mahkamah Agung Nomor 6 Tahun 2018 Tentang Pedoman Penyelesian Sengketa Aministrasi Pemerintah Setelah Menempuh Upaya Administratif.

(9)

4

Beberapa Prosedur pemberitahuan isi putusan kepada para pihak:9

1. Jurusita membuat instrumen pemberitahun (Pbt) isi putusan selanjutnya diserahkan kepada panitera muda.

2. Menerima instrumen pemberitahuan (Pbt) isi putusan dari Ketua Majelis dan mengembalikannya kepada Jurusita / Jurusita Pajak (JSP).

3. Isi putusan tersebut dicatat dalam buku kontrol pemberitahuan (Pbt) isi putusan.

4. Menyerahkan instrumen Pbt isi putusan yang telah ditanda tangani Ketua Majelis kepada kepada Kasir untuk pencairan biaya pemberitahuan sesuai dengan radius.

5. Kasir menerima instrumen Pbt isi putusan dari Jurusita/ Jurusita Pengganti untuk mencatat dalam buku Jurnal, buku keuangan, buku harian dan menyerahkan biaya Pbt Isi putusan kepada Jurusita/ Jurusita Pajak (JSP)

6. Jurusita menerima kembali dan menandatangani penerimaan biaya pemberitahuan dari kasir.

7. Mencetak relaas Pbt, menandatangani relaas dan melaksanakan Pbt isi putusan langsung di tempat tinggal pihak yang tidak hadir saat pelaksanaan sidang putusan.

membuat berita acara pemberitahuan bertemu langsung dengan pihak/para pihak, dan menyerahkan satu rangkap relaas Pbt untuk diketahui oleh pihak/para pihak.

8. Para pihak menerima langsung relaas dari Jurusita/Jurusita Pengganti, menerima satu helai relaas Pbt isi putusan.

9. Menerima kembali rangkap Pbt si putusan yang telah diketahui.

10. Menyerahkan relaas Pbt yang telah dilaksanakan kepada Petugas Meja III untuk penghitungan berkekuatan hukum tetap (BHT).

11. Menerima relaas Pbt isi putusan dari Jurusita / JSP dan mencatat dalam buku kontrol berkekuatan hukum tetap, menyimpan relaas Pbt dalam satu bundel berkas perkara.

F. Penyampaian Salinan Putusan

Beberapa proses penyampaian salinan putusan, sebagai berikut:10 1. Membuat salinan putusan.

2. Melakukan pemeriksaan kembali sebelum disampaikan kepada para pihak.

3. Membuat catatan kaki yang berisi:

9 Pengadilan Agama Luwuk, “S.O.P Pelayanan Pemberitahuan Isi Putusan”, 2018, https://www.pa- luwuk.net. Diakses pada 03 November 2023.

10 Pengadilan Agama Penajam, “SOP Pelayanan Penyampaian Salinan Putusan Kepada Para Pihak”, https://pa-penajam.go.id. Diakses Pada 03 November 2023.

(10)

5 a. Diberikan kepada /atas permintaan siapa

b. Dalam keadaan belum atau sudah berkekuatan hukum tetap.

4. Mencantumkan tanggal pengeluaran dalam salinan putusan yang akan ditandatangani oleh Panitera.

5. Menandatangani salinan putusan.

6. Memberikan salinan putusan kepada para pihak (disampaikan selambat-lambatnya 14 hari dari tanggal putus).

7. Menyerahkan relaas penyampaian salinan putusan.

G. Minutasi Berkas Perkara

Proses minutasi ini adalah bagian dari proses pemberkasan suatu perkara yang dijadikan sebagai arsip negara. Pembenahan proses minutasi perkara di Pengadilan Agama dilaksanakan dengan dibuatnya SOP (standar operasional prosedur) Minutasi Satu Hari dengan tahapan aktivitas sebagai berikut:11

1. Panitera Pengganti menyusun berkas perkara secara kronologis, dimulai dari surat gugatan/ permohonan sampai dengan berita acara pembacaan putusan, yang dilakukan setiap kali persidangan.

2. Panitera Pengganti membuat daftar isi berkas perkara.

3. Panitera Pengganti menjahit berkas yang sudah diminutasi dan mensegel dengan stiker segel dengan logo pengadilan.

4. Panitera Pengganti mencatat tanggal penyelesaian minutasi sesuai tanggal pembacaan putusan dan menginput kedalam aplikasi SIPP yang kemudian memberikannya kepada Ketua Majelis.

5. Ketua Majelis mengecek dan memaraf sampul minutasi tertanggal sesuai tanggal putus.

6. Panitera Pengganti menyerahkan berkas yang sudah diminutasi kepada Meja III.

7. Meja III menyerahkan instrumen tanggal penyelesaian minutasi kepada Meja II.

8. Meja II mencatat tanggal penyelesaian minutasi dalam buku register perkara secara elektronik.

11 Syamsulbahri, “Teknik Minutasi Berkas Perkara”, (Jakarta: Pengadilan Tinggi Agama DKI Jakarta, 2021), h. 4.

(11)

6

Adapun penyusunan berkas perkara yang akan diminutasi, Panitera Pengganti membuat daftas isi berkas perkara yang telah disesuaikan dengan aturan buku II dengan penyusunan berkas secara kronologis sebgai berikut:12

1. Surat gugatan/ permohonan.

2. Surat kuasa dari kedua belah pihak (bila ada).

3. SKUM.

4. Penetapan Majelis/ Hakim.

5. Penunjukan Panitera Pengganti.

6. Penunjukan Jurusita/ Jurusita Pengganti.

7. Penetapan hari sidang.

8. Relaas panggilan.

9. Berita acara sidang (jawaban/ replik/ duplik dimasukkan dalam kesatuan berita acara).

10. Penetapan sita conservatoir/ revindicatoir (bila ada).

11. Berita acara sita conservatoir/ revindicatoir (bila ada).

12. Lampiran – lampiran surat yang diajukan oleh kedua belah pihak (bila ada).

13. Surat – surat bukti Penggugat (bila ada).

14. Surat – surat bukti Tergugat (bila ada).

15. Tanggapan bukti – bukti Tergugat dari Penggugat (bila ada).

16. Tanggapan bukti – bukti Penggugat dari Tergugat (bila ada).

17. Gambar situasi (bila ada dan dimasukkan sesuai kronologis).

18. Surat – surat lain.

Berkas yang diminutasi itu, discan, lalu dijahit dan disegel bedasarkan Surat Edaran Mahkamah Agung RI Nomor 1 Tahun 1962 dan Nomor 4 Tahun 1998.13

H. Pemberkasan Perkara

Pengumpulan bukti-bukti administrasi suatu perkara baik barang bukti yang diajukan oleh jaksa penuntut umum atau barang bukti yang diajukan dalam persidangan.

I. Administrasi Pelaksanaan Putusan Izin Ikrar Talak

12 Ibid.

13 Ibid., h. 5.

(12)

7

Keharusan adanya alasan-alasan dalam perceraian dan harus dilakukan di depan sidang pengadilan merupakan hal baru bagi masyarakat kita, karena hal tersebut tidak pernah disinggung dalam kitab-kitab fikih klasik. Pengaturan tersebut oleh pemerintah dimaksudkan sebagai upaya mempersukar perceraian yang selama ini dipahaminya sebagai hak kaum lelaki.

Pemahaman seperti ini akan sangat rawan karena melahirkan kesewenang-wenangan pihak suami dan hak-hak kaumperempuan akan terabaikan, si suami akan dapat menjatuhkan talak semaunya saja, kapan saja dan di mana pun sesuai kehendak hatinya.14

Keharusan percerian dilakukan di muka pengadilan adalah masalah ijtihidiah yang bertitik tolak dari pemikiran agar suami yang ingin menceraikan isterinya memberitahukan kepada hakim Pengadilan Agama. Selanjutnya agar hakim melakukan upaya perdamaian. Hal ini sekaligus berarti sebagai upaya melindungi kaum wanita. Kita dapat melihat betapa lemahnya kedudukan wanita sehingga mereka rentan menjadi korban. Banyak sekali perceraian yang kemudian sangat memberatkan kaum wanita, tidak hanya menjadi pukulan moril bagi mereka, tetapi juga bagi kehidupannya. Dia harus mencari nafkah tidak hanya buat dirinya sendiri, tetapi juga untuk anak-anaknya, yang seharusnya adalah merupakan tanggung jawab mantan suami.15

Ikrar talak yang dilakukan di depan sidang Pengadilan Agama akan mengandung beberapa hikmah atau kegunaan sebagai berikut:16

1. Islam sangat menganjurkan perkawinan dan pelestariannya, bahkan perkawinan yang kurang dikehendaki kedua belah pihakpun tetap menjadi perhatian Islam, seperti Islam sangat membenci perceraian. Karena itu, pengadilan merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan tersebut;

2. Pengadilan sebagai lembaga yang berfungsi melindungi orang yang haknya dirampas oleh pihak lain yang tidak sesuai dengan Syari’at Islam;

3. Kehadiran pengadilan berfungsi untuk meluruskan setiap tindakan yang melenceng untuk disesuaikan dengan ajaran Islam. Dalam kasus ini, sebelum menjatuhkan talak, suami diperintahkan lebih dahulu oleh pengadilan untuk menyelamatkan perkawinan, yang berarti sama dengan menyelematkan keluarga dan masyarakat dan kehancuran. Melalui peran pengadilan diharapkan setiap orang harus

14 Abd. Salam, “Ikrar Talak Harus Di Depan Sidang Pengedilan”, Kajian Atas Pasal 39 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Perspektif Ushul Fiqh, h. 6-7.

15 Ibid.

16 Ibid., h. 17-18.

(13)

8

mendahulukan kepentingan masyarakat dan keluarga dari pada diri sendiri secara individu;

4. Dengan lewat pengadilan diharapkan agar penggunaan hak talak tidak menyimpang dan ajaran syari’at, sehingga hak talak dipakai benar-benar dalam darurat. Hal ini sangat ironis sekali jika mempertahankan harta benda dilakukan dengan sangat gigih, sedangkan mempertahankan perkawinan sebaliknya;

5. Pengadilan diharapkan dapat menjamin ketentraman hidup para isteri, sebab jika hak talak dilakukan dengan sangat mudah, maka mengakibatkan isteri-isteri selalu dalam keadaan kekhawatiran jangan-jangan nanti suami akan menceraikannya, yang kadang-kadang hanya dengan alasan yang sangat sepele atau karena kesalahan mutlak suami seperti penjudi dan peminum-minuman keras dan sejenisnya;

6. Pengadilan sebenarnya merupakan perwujudan dari juru damai (mediator) yang diperintah syari’ah, yang berusaha menetralisir pihak-pihak yang berperkara untuk mencari jalan keluar terbaik bagi semua pihak, meneruskan perkawinan atau sebaliknya (perceraian);

7. Pengadilan diharapkan dapat berperan memberikan pelajaran kepada pihak-pihak yang berperkara (i’tibar), yang berasal dari kasus-kasus orang lain tentang akibat- akibat dari perceraian yang bersumber pada kasus-kasus sebelunmya kepada pihak pihak yang sedang dalam kasus perceraian;

8. Pengadilan diharapkan dapat mencatat sebab-sebab munculnya perceraian yang pada gilirannya akan dijadikan kajian sosial yang sangat penting untuk mengetahui sumber-sumber kegagalan perkawinan. Hasil dokumen ini pada gilirannya juga dapat dijadikan bahan untuk memecahkan masalah perkawinan yang lebih tepat. Di samping itu, peradilan dapat berperan sebagai sarana utama untuk mendidik dan membina peningkatan kesejahteraan kaum ibu dan mengadakan pembinaan agar kaum laki-laki dapat mencegah dari perilaku jeleknya;

9. Pengadilan dapat diharapkan menjamin hak-hak masing-masing pihak sebagai akibat dari percerian (talak), seperti jaminan ganti rugi dalam talak atau mut‘ah.

Pelaksaan ikrar talak, yang telah ditentukan pemerintah melalui undang-undang merupakan sesuatu yang seharusnya ditaati oleh umat Islam Indonesia, karena sangat sesuai dengan maqasid as-Syari’ah dalam memelihara keturunan dan harta benda. Peraturan tersebut sangat tepat untuk menghilangkan perbedaan pendapat di kalangan ahli hukum Islam sebagaimana diketemukan dalam kitab-kitab fiqh, seperti: apakah harus ada niat dan ada saksi

(14)

9

sewaktu menjatuhkan talak. Untuk itu, demi kepastian dan kesatuan hukum, pemerintah telah menempuh jalan ijtihad dalam menentukan jatuhnya talak yang diucapkan suami kepada isterinya.17

17 Ibid.

(15)

10 BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Berita acara persidangan sebagai landasan dalam menyusun putusan oleh hakim, harus dapat menggambarkan proses jalannya persidangan pemeriksaan sebuah perkara. Dari sebuah berita acara persidangan, akan dapat diketahui apakah majelis hakim yang memeriksa perkara telah memenuhi ketentuan hukum formil dalam pemeriksaan perkara. Oleh sebab itu dalam pembuatan berita acara persidangan harus dilakukan secara hati-hati, cermat dan teliti, agar nilai autentik berita acara persidangan tetap terjaga.

(16)

11

DAFTAR PUSTAKA

Abd. Salam. Ikrar Talak Harus Di Depan Sidang Pengedilan. Kajian Atas Pasal 39 Undang- Undang Nomor 1 Tahun 1974 Perspektif Ushul Fiqh.

Indonesia, Peraturan Mahkamah Agung Nomor 6 Tahun 2018 Tentang Pedoman Penyelesian Sengketa Aministrasi Pemerintah Setelah Menempuh Upaya Administratif.

Indonesia, Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 9 Tahun 2009 Tentang Tata Tertib Persidangan.

Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2004 Tentang Kekuasaan Kehakiman.

Manan, Abdul. Penerapan Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan Agama. (Jakarta:

Yayasan al-Hikmah, 2000).

Pengadilan Agama Luwuk. “S.O.P Pelayanan Pemberitahuan Isi Putusan”. 2018.

https://www.pa-luwuk.net. Diakses pada 03 November 2023.

Pengadilan Agama Penajam. “SOP Pelayanan Penyampaian Salinan Putusan Kepada Para Pihak”. https://pa-penajam.go.id. Diakses Pada 03 November 2023.

Sarwohadi. Teknik Membuat Berita Acara Sidang Yang Baik Dan Benar. 2013. https://pta- bengkulu.go.id. Diakses pada 03 November 2023.

Syamsulbahri. Teknik Minutasi Berkas Perkara. (Jakarta: Pengadilan Tinggi Agama DKI Jakarta, 2021).

Referensi

Dokumen terkait

The World Health Organization WHO recommends exclusive breastfeeding for the first 6 months of life, and continuing for 2, or more years while introducing appropriate complimentary