PENDAHULUAN
Permasalahan
Dengan demikian, pelatihan akan diperluas kepada peserta, baik guru normatif, adaptif maupun produktif (TIK dan non TIK). Sebagai kelanjutan dari multimedia yang telah diajarkan sebelumnya, maka multimedia tutorial merupakan materi pelatihan yang tepat. Jurusan Teknologi Pendidikan (TEP) merupakan salah satu dari lima jurusan di Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang.
Salah satu misi departemen adalah mengembangkan fasilitas belajar dan sumber daya pengajaran dan menjadi salah satu kelompok keahlian (KBK). Beberapa karya kolaborasi mahasiswa dan dosen berupa produk yang telah diuji kelayakannya dan artikel yang telah dipublikasikan di jurnal. Untuk tingkat sekolah dasar telah dikembangkan multimedia untuk matematika dan ilmu sosial (Nafi'a et al., 2020; Najib et al., 2018; Putra et al., 2018).
Multimedia dikembangkan untuk sekolah menengah atau yang setara untuk fisika, IPA dan sejarah (Nuraeni et al., 2020; Nurullah et al., 2019; Yasin et al., 2020). Sedangkan untuk jenjang SMA/SMK untuk mata pelajaran bahasa, jaringan komputer, seni musik (Amalia et al., 2020; Anas & Soepriyanto, 2018; Rahardjo et al., 2019).
Tujuan
Manfaat
Adapun yang berada di tingkat sekolah menengah/kejuruan untuk mata pelajaran bahasa, jaringan komputer, seni musik (Amalia et al., 2020;.
TINJAUAN PUSTAKA
Tutorial
Alessi & Trollip (2001) menjelaskan bahwa pembelajaran tutorial diawali dengan penyajian informasi, sekaligus membimbing siswa dalam mempelajari informasi. Alessi & Trollip (2001) mendefinisikan tutorial “Beberapa tutorial bahkan tidak membimbing siswa melalui informasi, tetapi hanya menyajikannya. Menurut Darmawan (2014) “tutorial menurut definisi adalah pembelajaran khusus dengan instruktur yang berkualitas, penggunaan mikrokomputer untuk tutorial khusus yang cukup".
Setelah pemaparan materi, terdapat soal-soal latihan yang harus dijawab oleh siswa, setelah itu program akan memberikan penilaian dan memberikan umpan balik. Jika skor minimal tidak mencukupi, siswa harus meningkatkan kemampuan ini pada soal-soal latihan berikutnya. Program akan membimbing siswa untuk melanjutkan pembelajaran ke materi kedua atau mengulang kembali materi pertama berdasarkan nilai yang diperoleh setelah menyelesaikan soal-soal latihan.
Pengulangan ini akan terus berlangsung sampai siswa menyelesaikan program atau semua materi telah dipelajari. Dalam bentuk soal latihan yang harus dikerjakan siswa, soal latihan dapat berbentuk pilihan ganda, uraian dan jawaban singkat. Setelah siswa menjawab pertanyaan dengan benar, mereka akan melanjutkan ke materi berikutnya dalam urutan yang sama. g) Menutup tutorial (penutup).
Metode Pendekatan
Tahap kedua adalah tahap pelaksanaan kegiatan yang meliputi penyusunan program pelatihan, penyelenggaraan presentasi, pengelolaan audiens. Kecukupan logistik untuk keberadaannya juga harus dipertimbangkan kembali, begitu juga dengan jumlah asisten pelatihan yang membantu pelatihan teknis. Untuk menjaga konsistensi rencana pelatihan yang dilaksanakan, pelatih membuka diri untuk berdiskusi dan memberikan masukan pada saat penyampaian materi dan istirahat.
METODE PELAKSANAAN
- Rincian Instrumen
- Penyusunan Bahan
- Pelatihan dan Pendampingan
- Analisis Pelaksanaan Pengabdian
Produk multimedia telah berhasil dikembangkan oleh siswa baik meniru produk yang dilatih maupun produk untuk kebutuhan mereka sendiri. Masa kerja peserta pelatihan sebagai guru dalam kehidupan profesional sehari-hari dikelompokkan menjadi tiga dengan interval berdasarkan standar deviasi usia yaitu 10 tahun. Kelompok masa kerja yang paling banyak mendaftar menjadi peserta pelatihan adalah antara usia 21-30 tahun sebanyak 13 orang atau 38%.
Menurut data yang dikumpulkan saat pendaftaran, semua jenis guru teridentifikasi sebagai peserta pelatihan. Kegiatan pelatihan dan pendampingan berjalan dengan lancar, meskipun tidak semua guru mengikuti pelatihan sampai selesai. Respon sangat baik dalam penyelenggaraan pelatihan mendapat persentase 54% atau 15 peserta, sedangkan respon peserta baik sebanyak 13 orang atau 46%.
Data jawaban peserta dianalisis dan disajikan pada Gambar 5.8 yang merupakan pie chart dari kegiatan pelatihan serupa untuk tahun berikutnya. Meskipun tidak semua peserta diklat terisi yaitu 80% namun mampu mewakili seluruh kegiatan pelaksanaan diklat. Ada 13 atau 38% peserta pelatihan yang dikategorikan kurang berkembang, atau yang produknya meniru perkembangan produk yang dilatih tetapi tidak memenuhi unsur ketepatan penggunaannya.
Hasil produk edukasi pada kategori emerging adalah produk yang meniru, namun ketepatan penggunaannya masih belum optimal sebanyak 6 orang atau 18%. Produk multimedia yang berkembang sesuai harapan adalah produk buatan manusia yang diproduksi secara mandiri dengan akurasi pemakaian optimal 8 orang atau 23%. Produk peserta yang dikategorikan berkembang sangat baik adalah produk multimedia yang mereka kembangkan secara mandiri pada mata pelajarannya dengan akurasi penggunaan optimal sebanyak 7 orang atau 21%.
Tingkat ketiga mengukur kinerja transfer pelatihan dengan memberikan hasil yang cukup baik baik dari segi produk yang dikembangkan maupun kepercayaan peserta pelatihan dalam mengembangkan produk secara mandiri.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pembahasan
Untuk mencapai kepuasan peserta dengan kegiatan pendidikan yang dilaksanakan, peserta memberikan jawaban mereka dengan kuesioner berulang untuk kegiatan serupa. Peserta menjawab ya, tidak, mungkin atau yang lainnya untuk pertanyaan tentang kemampuan mereka mengembangkan multimedia secara mandiri dengan pilihan yang terbatas. Proses asesmen level kedua adalah pembelajaran, dimana strategi asesmennya adalah produk yang dikembangkan oleh peserta.
Persentase ini menunjukkan bahwa peserta merasa yakin dan percaya diri, karena menganggap keterampilan yang dihasilkan dari pelatihan cukup untuk dikembangkan secara mandiri. Untuk proses evaluasi tingkat keempat yaitu dampak organisasi tidak disadari, karena kegiatan pelatihan ini berada dalam lingkup pengabdian kepada masyarakat. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa kegiatan pelatihan yang dikembangkan cukup efektif ditinjau dari tiga level evaluasi proses.
Hasil evaluasi menunjukkan bahwa peserta mampu mengembangkan karya secara mandiri baik imitatif maupun mandiri berdasarkan mata pelajaran yang dibina. Oleh karena itu, pelatihan ini harus diikuti oleh peserta yang sudah memiliki landasan dalam mengembangkan produk multimedia.
KESIMPULAN DAN SARAN
Saran
Pelatihan pengembangan lingkungan belajar berbasis multimedia harus diperluas cakupannya, terutama bagi guru dengan senioritas lebih dari 10 tahun dan guru pada jenjang pendidikan yang berbeda. Hal ini dikarenakan adanya pandemi dan pembelajaran daring, umumnya guru yang berlatar belakang non komputer dan teknik informatika dan bukan dari generasi milenial membutuhkannya. Sebagai kelanjutan dari kegiatan ini, guru juga harus mengetahui prinsip-prinsip perancangan multimedia pembelajaran.
Prinsip-prinsip ini memberikan pengetahuan dan keterampilan teknis dalam mengembangkan tutorial multimedia yang cocok untuk pembelajaran. Sebuah tutorial multimedia berbasis android untuk memudahkan pemahaman siswa terhadap materi pengenalan notasi balok untuk Kelas X Seni Musik. Periodisasi permainan peran periode praaksara sebagai multimedia pembelajaran sejarah untuk sekolah menengah pertama.
Pengembangan game multimedia edukasi tentang keberagaman makanan khas daerah di Indonesia untuk kelas V SD. Manajer Program/Kegiatan Yerry Soepriyanto Institusi/Unit Pelaksana Universitas Negeri Malang Alamat/Hubungi South Tombro Fish II/4C.