• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAYANAN YANG DILAKUKAN GURU BK DALAM MENINGKATKAN KESEHATAN MENTAL PESERTA DIDIK DILIHAT DARI ASPEK PEMAHAMAN DIRI

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "PELAYANAN YANG DILAKUKAN GURU BK DALAM MENINGKATKAN KESEHATAN MENTAL PESERTA DIDIK DILIHAT DARI ASPEK PEMAHAMAN DIRI"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PELAYANAN YANG DILAKUKAN GURU BK DALAM MENINGKATKAN KESEHATAN MENTAL PESERTA DIDIK DILIHAT DARI ASPEK PEMAHAMAN DIRI

(Studi terhadap Peserta Didik Kelas X di SMA Negeri 15 Padang)

Oleh:

Yuni Ratna Sari Hasibuan

Mahasiswa Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat

ABSTRACT

This research was motivated by the condition of the student’s who undergo mental not yet healthy. The research aims to: 1)describe form the student’s mental health it can be seen from aspect self comprehension. 2) describe from counseling that done to increase the student’s mental health it can be seen from self comprehension. This research is hoped will be useful for other people such as counselor, the students, counseling coordinal, headmaster and other researcher. This research is descriptive quantitative research. In this research the reseach used proportionate sampling in selecting sampel , the sum of population were 283 students and the sum of respondent were 74 students. In this research the researcher used questionnaire as instrument. Meanwhile to analyze the data the researcher used percentage.

The result of this research is: 1)the form of student’s mental health it can be seen from self comprehension it can be classified into good. 2) the form of counseling that was done to increase the student’s mental health it can be seen from self comprehension it can be classified into very good.

Key words: guedance and counseling attendance and mentality health

PENDAHULUAN

Pembinaan dan pengembangan seluruh potensi peserta didik lebih banyak dilakukan oleh guru BK di sekolah, karena guru BK dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan dalam mengembangkan potensi diri peserta didik, sehingga guru BK dapat membantu peserta didik.

Keberadaan guru Bimbingan dan Konseling (BK) di sekolah sebagai tenaga pendidik diatur dalam Undang-undang No. 20/2003 Pasal 1 ayat 6 tentang sistem pendidikan Nasional yang menyatakan

“Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar”.

Berdasarkan rumusan tersebut dapat dipahami bahwa tugas guru BK berada dalam kawasan pelayanan yang bertujuan mengembangkan potensi dan

memandirikan peserta didik dalam pengambilan keputusan dan pilihan untuk mewujudkan kehidupan yang produktif dan sejahtera. Guru BK memiliki tanggung jawab dan wewenang dalam pelaksanaan pelayanan BK terhadap peserta didik. Tugas guru BK berhubungan dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat dan kepribadian peserta didik di sekolah, termasuk mewujudkan mental yang sehat bagi peserta didik.

Kesehatan mental peserta didik tidak boleh dibiarkan begitu saja, apabila misi sekolah mencerminkan cita-cita sekolah yang berorientasi kedepan.

Pendidik termasuk guru BK perlu mewujudkan mental yang sehat bagi peserta didik. Secara sederhana, kesehatan mental dapat diartikan adanya kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk menyesuaikan diri dengan dirinya sendiri, orang lain, masyarakat dan lingkungan (Burhanuddin, 1999:10).

(2)

Adapun mental yang tidak sehat menurut Burhanuddin (1999:17) Orang yang tidak sehat mentalnya memiliki tekanan-tekanan batin, dan kekacauan mental atau mental yang tidak sehat disebabkan kurangnya kesadaran memiliki konflik-konflik emosional, tidak berani menghadapi tantangan, kesulitan hidup di tengah-tengah masyarakat yang menimbulkan terjadinya disorganisasi maupun disintegrasi sosial. Untuk melihat mental yang tidak sehat bisa dilihat dari pola tingkah laku yang dimunculkan oleh seseorang dengan gejala mengalami kegoncangan emosi dan tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku dan salah satunya terlihat bahwa seseorang tersebut merasa cemas (gelisah) karena takut bila antara harapan yang diinginkan dan kenyataan yang terjadi tidak sesuai maka terjadilah yang dikatakan frustasi dan stres pada diri seseorang makamengakibatkan mental yang tidak sehat.

Kesehatan mental adalah pengetahuan dan perbuatan seseorang untuk mengembangkan potensi, bakat dan pembawaan yang ada semaksimal mungkin, sehingga menyebabkan kebahagian diri sendiri dan orang lain, serta terhindar dari gangguan dan penyakit jiwa. Dari berbagai macam penyebab mental yang tidak sehat dalam kesehatan mental peserta didik, maka peneliti memilih penyebab kesehatan mental pada peserta didik sendiri misalnya peserta didik yang mengalami masalah tidak menyadari potensi yang dimilikinya ini berpengaruh pada kegiatan belajar serta hasil belajar mereka.

Hasil wawancara dari guru BK di sekolah yang dilaksanakan sewaktu PPLBK Pendidikan 16 Oktober 2013, diperoleh bahwa: Peserta didik yang ada di kelas sebenarnya mempunyai kemampuan untuk dapat tampil di kelas, tapi karena peserta didik malu apabila di tertawakan oleh teman yang di kelas, maka peserta didik tidak berani untuk mengutarakan pendapatnya di depan kelas dan telah peneliti lakukan berbagai usaha untuk mengatasi hal tersebut, akan tetapi belum memberikan hasil yang maksimal.

Selain itu ada juga hasil wawancara yang peneliti lakukan pada wali kelasnya yang dilaksanakan sewaktu diadakannya PPLBK Pendidikan Oktober 2013: Ada beberapa peserta didik kurang

mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya, sehingga terdapat beberapa peserta didik sering terlihat menyendiri ketika jam istirahat berlangsung, bahkan tidak hanya itu di dalam kelas pun peserta didik tersebut sering diam.

Melihat kenyataan yang ditemui di lapangan tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang

”Pelayanan yang Dilakukan Guru BK dalam Meningkatkan Kesehatan Mental Peserta Didik Dilihat dari Aspek Pemahaman Diri (Studi terhadap Peserta Didik Kelas X di SMA Negeri 15 Padang)”.

Mengingat bahwa masalah peneliti mencangkup banyak hal, maka peneliti akan membatasi masalah yang ada pada identifikasi masalah menjadi beberapa hal saja, adapun batasannya yaitu: a) Bentuk kesehatan mental peserta didik dilihat dari aspek pemahaman diri kelas X di SMA Negeri 15 Padang, b) Bentuk pelayanan BK yang dilakukan dalam meningkatkan kesehatan mental peserta dilihat dari aspek pemahaman diri kelas X di SMA Negeri 15 Padang.

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui: a) Bentuk kesehatan mental peserta didik dilihat dari aspek pemahaman diri kelas X di SMA Negeri 15 Padang, b) Bentuk pelayanan BK yang dilakukan dalam meningkatkan kesehatan mental peserta dilihat dari aspek pemahaman diri kelas X di SMA Negeri 15 Padang.

METODOLOGI PENELITIAN Berdasarkan permasalahan dan tujuan penelitian yang telah ditetapkan, maka penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan metode kuantitatif.

Menurut Yusuf (2005:87) “Penelitian deskriptif adalah salah satu jenis penelitian yang bertujuan mendeskripsikan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat populasi dan mencoba menggambarkan secara detail”. Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan penelitian deskriptifadalah mendeskripsikan secara sistematis, faktual dan akurat tentang pelayanan yang dilakukan guru BK dalam meningkatkan kesehatan mental peserta didik dilihat dari aspek pemahaman diri.

(3)

Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik proportionate random sampling, dengan jumlah populasi 283 orang peserta didik dan responden 74 orang peerta didik. Alat pengumpul data yang digunakan peneliti untuk penelitian ini adalah angket atau quesioner. Data diolah dengan menggunakan rumus persentase

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Bentuk Kesehatan Mental Peserta Didik Dilihat dari Aspek Pemahaman Diri dalam Segi Bentuk Kesehatan Mental Peserta Didik

Berdasarkan data yang dikumpulkan mengenai bentuk kesehatan mental peserta didik dilihat dari aspek pemahaman diri (studi terhadap peserta didik kelas X di SMA 15 Negeri Padang) dalam segi bentuk kesehatan mental peserta didik yaitu:

a. Menerima Diri Sendiri Apa Adanya Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa mental peserta didik dilihat dari aspek pemahaman diri dalam segi mampu menerima diri apa adanya dapat disimpulkan bahwa peserta didik berada pada kategori cukup baik, mengenai kemampuan menerima diri apa adanya dalam pelayanan yang dilakukan guru BK dalam meningkatkan kesehatan mental peserta didik dilihat dari aspek pemahaman diri.

Perlunya peningkatan kinerja yang harus dilakukan guru BK terutama dalam segi pelayanan, agar peserta didik tidak mengalami kesulitan dalam proses belajarnya bahkan tidak hanya dalam belajar namun dalam hubungan sosialnya pun akan mempengaruhi keberadaan dirinya, sama halnya seperti apa yang kita alami, apa yang kita dengar, apa yang kita lihat, apa yang kita rasakan dan apa yang kita lakukan adalah sesuatu yang dapat mempengaruhi pembentukan dan perubahan penerimaan diri sendiri apa adanya, apabila diri peserta didik tidak mampu menerima dirinya sendiri, contohnya daya tarik fisiknya yang tidak sesuai dengan yang diharapkannya artinya peserta didik akan menemukan hambatan tentang keberadaan dirinya, dan apabila

secepatnya ditinjaklanjuti maka akan berdampak keefektifan dalam proses belajar peserta didik dan mampu menerima diri sendiri apa adanya di lingkungan tampat dimana dia berada.

Sesuai dengan pendapat Brehm dan Kassin (Rahman, 2008:163-164) ada beberapa sebab yang mungkin berhubungan dengan daya tarik fisik dan ketertarikan interpersonal, yaitu:

1) Mendapatkan kesenangan dengan melihat orang yang secara fisik menarik. 2) Kecantikan/

kegantengan merupakan streotip yang baik. 3)Keterampilan interpersonal orang yang secara fisik menarik relatif lebih baik. Hal itu disebabkan

orang-orang biasanya

memperlakukan orang yang secara fisik menarik dengan yang cara lebih baik pula. 4) Ada keuntungan- keuntungan tertentu ketika berdekat- dekat dengan orang yang secara fisik menarik.

Adapun menurut Roger F. dan Daniel S. (Agus, 2008:115) “Bagaimanapun kita harus mengontrol kemampuan kita untuk menghargai orang lain dan mengontrol kemampuan kita untuk menghargai diri sendiri”. Kita bisa memanfaatkan kemampuan-kemampuan yang kita miliki untuk menghargai diri kita sendiri, untuk meningkatkan rasa percaya diri kita, dan untuk menjelaskan pemahaman kita terhadap pandangan kita sendiri dan pandangan orang lain.

Adapun tampilan fisik diakui Islam sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi ketertarikan interpersonal, tapi Allah SWT. “Mengingatkan bahwa kita tidak boleh terbuai hanya dengan melihat tampilan fisik seseorang, dan apabila kamu melihat mereka, tubuh- tubuh mereka menjadikan kamu kagum.

Dan jika mereka berkata, kamu mendengarkan perkataan mereka. Mereka adalah seakan-akan kayu yang tersandar.

Mereka mengira bahwa tiap-tiap teriakan yang keras ditunjukan kepada mereka.

Mereka itulah musuh (yang sebenarnya).

Maka waspadalah terhadap mereka semoga Allah membinasakan mereka.

Bagaimanakah mereka sampai dipalingkan (dari kebenaran)?

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa menerima diri sendiri apa adanya lebih baik dari pada menyesali kekurangan yang ada pada diri sendiri.

(4)

b) Menilai Kelebihan dan Kekurangan Diri Sendiri Secara Realistis

Berdasarkan hasil penelitian, bentuk kesehatan mental peserta didik dilihat dari aspek pemahaman diri dalam segi mampu menilai kelebihan dan kekurangan diri sendiri secara realistis, dapat disimpulkan bahwa peserta didik berada pada kategori cukup baik dalam kemampuan menilai kelebihan dan kekurangan diri sendiri secara realistis.

Kemampuan peserta didik menilai kelebihan dan kekurangan pada dirinya akan menunjang proses belajar ke arah yang lebih positif dan mampu mengembangkan kelebihan pada dirinya dan memperbaiki atau berusaha untuk menerima kekurangan yang ada pada dirinya, contohnya pertama: Seorang peserta didik perempuan memiliki wajah cantik namun tidak mampu untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan baik, peserta didik tersebut sadar setiap ucapanya menyinggung perasaan lawan bicaranya, contoh ke dua: Seorang peserta didik perempuan tidak terlihat cantik namun mampu untuk berinteraksi dan berkomunikasi baik dengan lawan bicaranya sehingga peserta didik tersebut menjadi idola teman-temannya, dengan dua contoh yang di atas dapat diambil kesimpulan bahwa tidak ada yang memiliki kesempurnaan tetapi menjadikan kekurangan menjadi suatu kelebihan sehingga terlihat sempurna, dengan demikian perlunya peningkatan kinerja yang harus dilakukan guru BK terutama dalam segi pelayanan Bimbingan dan Konseling yang dilakukan maka akan berdampak keefektifan dalam proses belajar peserta didik dan hubungan sosialnya.

Sesuai dengan pendapat Albarracin, Wei Wang, Hong Li, &

Noguchi (Rahman, 2008:127) “Struktur sikap menunjuk pada bagaimana memori yang berhubungan dengan sikap distrukturisasi, bagaimana penilaian positif atau negatif dibuat, dan bagaimana interaksi antara memori dan penilaian tersebut di dalam membuat suatu penilaian lain yang baru”.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bagaimana penilaian positif atau negatif itu semua tergantung pada penilaian diri kita terhadap kelebihan kekurangan yang ada.

c) Tanggung Jawab terhadap Diri Sendiri

Berdasarkan hasil penelitian di atasbentuk kesehatan mental peserta didik dilihat dari aspek pemahaman diri dalam segi tanggung jawab terhadap diri sendiri dapat disimpulkan bahwa peserta didik berada pada kategori baik.

Perlunya peningkatan kinerja yang harus dilakukan guru BK terutama dalam segi pelayananBK agar tercapai hasil yang lebih baik pada peserta didik dan tidak mengalami kesulitan dalam proses belajar, apa bila dibiarkan peserta didik akan merasa tidak memiliki tanggung jawab terhadap dirinya sendiri sebagai seorang pelajar. Namun sebaliknya apabila tidak ada peningkatan pelayanan dari guru BK dalam pemberian layanan BK peserta didik akan banyak mengalami kesulitan dalam proses belajarnya. Dapat dicontohkan tindakan peserta didik yang tidak memiliki tanggung jawab terhadap diri sendiri yaitu: ketika jam pelajaran dimulai peserta didik tersebut lebih memilih untuk cabut dari memilih belajar pada jam pelajaran yang sedang berlangsung dan lebih memilih untuk pergi ikut tauwuran.

Menurut Oskamp dan Schultz (Rahman, 2008:122) enam alasan mengapa sikap tersebut sangat pentung untuk di pelajari:

1. Sikap sebagai shorthand term.

Suatu sikap (misal: mencintai keluarga) sebenarnya menggambarkan banyak perilaku yang berbeda (misal:

mengabiskan waktu bersama, membuat mereka merasa nyaman, menyetujui dan mendukung mereka, ataupun melakukan sesuatu untuk mereka).

2. Sikap bisa dipandang sebagai penyebab perilaku. Banyak perilaku bisa diprediksi dari sikapnya.

3. Konsep sikap bisa menjelaskan konsistensi perilaku.

4. Sikap merupakan sesuatu yang penting pada dirinya sendiri, tanpa harus dihubungkan dengan perilaku seseorang.

Sikap seseorang terhadap sesuatu mereflesikan bagaimana

(5)

orang tersebut memaknai dunia yang ada disekitarnnya.

5. Konsep sikap netral dan dapat diterima oleh banyak aliran- aliran pemikiran dalam psikologi, dan

6. Sikap merupakan konsep interdisipliner.

Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan tanggung jawab terhadap diri sendiri merupakan sesuatu yang penting pada dirinya sendiri tanpa melibatkan keberadaan lingkungan dan teman-teman sekitarnya.

d) Menjalin Hubungan Kerjasama yang Baik

Berdasarkan hasil penelitian bentuk kesehatan mental peserta didik dilihat dari aspek pemahaman diri dalam segi menjalin hubungan kerjasama yang baik disimpulkan bahwa peserta didik berada pada kategori baik. Maka dalam hal ini yang perlu dilakukan guru BK meningkatkan tentang pemahaman pentingnya menjalin hubungan kerjasama yang baik, contohnya: Tolong menolong ketika ada salah satu peserta didik yang membutuhkan pertolongan atau terlihat dalam kesusahan dalam mengerjakan PR maka peserta didik yang lainnya membantu dengan memberikan petunjuk pengerjaan PR. Dengan saling tolong menolong dalam kesusahan akan berdampak keefektifan hubungan kerjasama peserta didik dalam proses belajar.

Sesuai dengan pendapat para ahli tentang menjalin hubungan kerjasama yang baik dalam hal tolong menolong, bentuk-bentuk perilaku menolong yang lainnya menurut Mc. Guire (Rahman, 2008:22) terdapat empat jenis perilaku menolong, yaitu:

1. Casual helping, yaitu memberikan pertolongan yan sifatnya biasa/umum seperti meminjamkan pulpen kepada teman.

2. Substantial personal helping, yaitu pertolongan yang membutuhkan usaha yang dapat menguntungkan orang lain, seperti membantu teman pindah rumah.

3. Ematoinal helping, yaitu pertolongan dengan memberikan dukungan emosional/sosial seperti

mendengarkan cerita teman tentang masalah pribadinya.

4. Emergency helping, yaittu pertolongan bersifat darurat seperti memberi pertolongan kepada orang asing yang terkena serangan jantung atau kecelakaan lalu lintas.

Sebagai sesuatu yang dianggap penting, norma-norma ilaiyah yang memerintahkan perilaku menolong dapat mendorong penganutnya untuk menolong.

Jadi, pertimbangan perilaku menolong tersebut bukan kepentingan pribadi ataupun kesejahteraan orang lain, tapi keimanan.

Kesimpulan pendapat di atas menjalin hubungan kerjasama yang baik dalam artian saling menolong dapat disimpulkan bahwa pentingnya menjalin hubungan kerjasama yang baik dengan teman dan bahkan dengan orang yang belum dikenal karena sesuai pada norma dan Perilaku menolong harus didasari keimanan dan keikhlasan.

e) Menerima Gagasan atau Pendapat Teman

Berdasarkan hasil penelitian, bentuk kesehatan mental peserta didik dilihat dari aspek pemahaman diri dalam segi menerima gagasan atau pendapat teman, dapat disimpulkan bahwa peserta didik berada pada kategori baik.

Perlunya peningkatan kinerja yang harus dilakukan guru BK terutama dalam segi pelayanan BK agar tercapai hasil yang lebih baik pada peserta didik dan tidak mengalami kesulitan dalam proses belajar yang berdampak pada keefektifan dalam proses belajar peserta didik.

Kemampuan dalam mengendalikan diri untuk menerima gagasan atau pendapat teman sangatlah penting dalam pencapaian peningkatan proses belajar terutama dalam diskusi.

Menurut Roger F. dan Daniel S.

(Agus, 2008:72-73) “Hal-hal yang menghalangi terciptanya saling menghargai ada tiga rintangan yang menghalangi terciptanya penghargaan yang saling menguntungkan. Pertama, masing-masing kita mungkin tidak bisa memahami pandangan orang lain. Kedua, jika kita tidak setuju dengan segala sesuatu yang disampaikan orang lain, mungkin kita akan mengkritik kelebihan dari apa pun yang mereka katakan dan

(6)

mereka lakukan. Ketiga, masing-masing kita mungkin gagal mengkomunikasikan kelebihan yang kita temukan dalam pemikiran, perasaan, dan tindakan pihak lain”.

Kesimpulan pendapat di atas untuk menyikapi dan menyelesaikan perbedaan pendapat tedapat beberapa hal yang harus dilakukan. Kita harus tetap menghargai pendapat teman atau orang lain meski dirasakan pendapatnya tidak punya dasar dan argumentasi yang kuat.

f) Memiliki Sifat Empati dan Kepekaan Sosial

Berdasarkan pembahasan di atas bentuk kesehatan mental peserta didik dilihat dari aspek pemahaman diri yang memiliki sifat empati dan kepekaan sosial, dapat disimpulkan bahwa peserta didik berada pada sangat kurang baik.

Perlunya peningkatan kinerja yang harus dilakukan guru BK terutama dalam segi pelayanan BK agar tercapai hasil yang lebih baik pada peserta didik dan tidak mengalami kesulitan dalam proses belajar mengalami kesulitan dalam proses belajarnya dan tidak memiliki sifat empati dan kepekaan sosial terhadap teman- teman dan lingkungannya, dan apabila guru BK secepatnya memberi layanan Bimbingan dan Konseling maka akan berdampak keefektifan dalam proses belajar peserta didik dan lingkungannya.

Menurut Weiss (Rahman, 2008:157) terdapat enam kebutuhan dasar yang mendasari suatu hubungan sosial, yaitu :

1. Kasih sayang (attachment), kebutuhan untuk mendapatkan kasih sayang dan perhatian 2. Integrasi sosial (social

intergration), kebutuhan untuk merasa sebagai bagian lingkungan sosial sekitarnya.

3. Harga diri (reassurance of wort) kebutuhan untuk dihormati dan dan dihargai orang lain

4. Rasa persatuan yang dapat dipercaya

5. Bimbingan, kebutuhan untuk mendapatkan bimbingan dan nasehat orang lain

6. Kesempatan untuk mengasuh, keinginan ingin menyayangi.

Menurut Brehm dan Kassin (Rahman, 2008:228) “Unsur kognitifnya adalah perspective taking atau memandang sesuatu dengan menggunakan perspektif orang lain, sedangkan unsur emosinya ialah pesonal distress (perasaan kasihan, simpati, ataupun kasih sayang ketika melihat orang yang membutuhkan pertolongan) dan empathic concern (perasaan kasihan, simpati, atau pun kasih sayang ketika melihat orang yang membutuhkan pertolongan)”.

Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpul bahwa memiliki sifat empati atau kepekaan sosial tidak hanya berdasarkan atas unsur emosi namun unsur kognitif juga berpengaruh yaitu berempati dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan orang lain.

Berdasarkan bentuk kesehatan mental peserta didik dilihat dari aspek pemahaman dalam segi bentuk kesehatan mental peserta didik dapat disimpulkan berada pada kategori baik.

Bentuk Pelayanan yang Dilakukan Guru BK dalam Meningkatkan Kesehatan Mental Peserta Didik Dilihat dari dalam segi Bentuk Pelayanan BK yang Dilakukan yaitu:

a. Jenis Layanan Bimbingan dan Konseling

Berdasarkan hasil penelitian, pelayanan yang dilakukan guru BK dalam meningkatkan kesehatan mental peserta didik dilihat dari aspek pemahaman diri dalam segi jenis layanan Bimbingan dan Konseling, dapat disimpulkan bahwa peserta didik berada pada kategori sangat sangat baik. Walaupun terdapat katagori sangat baik akan tetapi peningkatan dalam pemberian layanan yang dilakukan guru BK sangat lah penting demi pencapaian keefektifan dalam proses belajar peserta didik. Melalui pelayanan yang diberikan guru BK melalui layanan Bimbingan dan Konseling meningkatkan kesehatan mental peserta didik dilihat dari aspek pemahaman diri dapat memberi pemahaman kepada peserta didik tentang dirinya.

Ada 9 jenis layanan yang harus diberikan secara umum menurut Prayitno (2004:255-307) “yaitu: layanan orientasi, layanan informasi, layanan penempatan

(7)

dan penyaluran, layanan penguasaan konten, layanan konseling individual, layanan bimbingan kelompok, layanan konseling kelompok, layanan konsultasi dan layanan mediasi”. Tohirin(2011:39) menyatakan bahwa “Pelayanan Bimbingan dan Konseling dimaksudkan untuk mencegah timbulnya masalah pada diri peserta didik, sehingga mereka terhindar dari berbagai masalah yang dapat menghambat perkembangannya”.

Dapat disimpulkan dengan adanya layanan dan pelayanan Bimbingan dan Konseling diharapkan peserta didik mampu memahami diri dan tercapainya kesehatan mental yang diharapkan.

b. Kegiatan Pendukung Bimbingan dan Konseling

Berdasarkan hasil penelitian di atas, pelayanan yang dilakukan guru BK dalam meningkatkan kesehatan mental peserta didik dilihat dari aspek pemahaman diri dapat disimpulkan bahwa peserta didik berada pada kategori sangat baik dan baik. Hal ini menunjukan keseimbangan dalam pemilihan yang dikatagorikan oleh peserta didik, walaupun demikian peningkatan kinerja yang harus dilakukan guru BK terutama dalam segi pelayananBK tidak lah salah demi tercapai hasil yang lebih baik pada peserta didik dan agar tidak mengalami kesulitan dalam proses belajar peserta didik. Melalui kegiatan pendukung Bimbingan dan Konseling yang diberikan guru BK dalam meningkatkan kesehatan mental peserta didik dilihat dari aspek pemahaman diri dapat memberi pemahaman kepada peserta didik tentang dirinya.

Menurut Prayitno (2004:2)

“Kegiatan pendukung Bimbingan dan Konseling meliputi, aplikasi instrumentasi, himpunan data, kunjungan rumah, konfrensi kasus, ahli tangan kasus, tampilan kepustakaan”. Dapat disimpulkan bahwa demi tercapainya kesehatan mental pada peserta didik yang dilihat dari aspek pemahaman diri diharapkan dengan kegiatan pendukung ini dapat tercapai pemahaman diri terhadap peserta didik.

Berdasarkan bentuk pelayanan yang dilakukan guru BK dalam meningkatkan kesehatan mental peserta didik dilihat dari aspek pemahaman diri

dalam segi bentuk pelayanan BK dapat disimpulkan berada pada kategori sangat baik. Pada setiap indikator terdapat beberapa peserta didik yang memilih sangat baik.

KESIMPULAN dan SARAN a. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa pelayanan yang dilakukan guru BK dalam meningkatkan kesehatan mental peserta didik dilihat dari aspek pemahaman diri, sebagai berikut:

1. Bentuk kesehatan mental peserta didik dilihat dari aspek pemahaman dalam segi bentuk kesehatan mental peserta didik berada pada kategori baik.

2. Bentuk pelayanan yang dilakukan guru BK dalam meningkatkan kesehatan mental peserta didik dilihat dari aspek pemahaman diri dalam segi bentuk pelayanan BK yang dilakukan berada pada kategori kurang baik. Pada setiap indikator terdapat beberapa peserta didik yang memilih sangat baik.

b. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti menyarankan kepada berbagai pihak yang terkait sebagai berikut :

1. Guru Bimbingan dan Konseling, diharapkan kepada guru Bimbingan dan Konseling untuk dapat memberikan pelayanan dan bimbingan kepada peserta didik dalammeningkatkan kesehatan mental peserta didik dilihat dari aspek pemahaman diri, sehingga peserta didik mampu untuk kedepannyalebih memahami dirinya dengan baik.

2. Peserta Didik, diharapkan agar peserta didik mampu menyesuaikan diri secara baik mampu menilai dirinya sendiri dan merasa diterima oleh orang disekitarnya.

3. Koordinator BK, dengan adanya hasil penelitian yang dilakukan peneliti, diharapkan dapat meningkatkan dan sebagai pertimbangan untuk kinerja guru-guru BK di sekolah.

(8)

4. Kepala sekolah, dengan adanya hasil penelitian yang dilakukan peneliti, diharapkan dapat meningkatkan dan sebagai pertimbangan untuk kinerja guru-guru BK di sekolah, khususnya untuk layanan Bimbingan dan Konseling.

5. Pengelola program studi, dengan adanya hasil penelitian yang dilakukan peneliti, diharapkan dapat meningkatkan kualitas lulusan dan sebagai pertimbangan untuk memberikan layanan di sekolah seperti keterampilan peserta didik.

6. Peneliti selanjutnya, dengan adanya hasil penelitian yang dilakukan peneliti, diharapkan dapat melaksanakan penelitian mengenai masalah dengan variabel yang berbeda.

KEPUSTAKAAN

Burhanuddin, Yusak. 1998. Kesehatan Mental. Bandung: Pustaka Setia.

F Roger dan S Daniel. 2008. Keajaiban Emosi Manusia. Jogjakarta: Think Jogjakarta.

Rahman, Abdul Agus. 2013. Psikologi Sosial. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Undang-undang RI No 20. 2003.

Pendidikan Nasional. Jakarta:

Depdiknas.

Prayitno dan Erman Amti. 2004. Dasar- dasar Bimbingan dan Konseling.

Jakarta: Rineka Cipta.

Yusuf, A Muri. 2005. Metode Penelitian.

Padang: UNP Press.

(9)

PELAYANAN YANG DILAKUKAN GURU BK DALAM MENINGKATKAN KESEHATAN MENTAL PESERTA DIDIK

DILIHAT DARI ASPEK PEMAHAMAN DIRI

(Studi terhadap Peserta Didik Kelas X di SMA Negeri 15 Padang)

JURNAL

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana (STRATA-1)

Oleh

YUNI RATNA SARI HASIBUAN NPM. 10060199

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT

PADANG

2014

PELAYANAN YANG DILAKUKAN GURU BK DALAM MENINGKATKAN KESEHATAN MENTAL PESERTA DIDIK

DILIHAT DARI ASPEK PEMAHAMAN DIRI

(Studi terhadap Peserta Didik Kelas X di SMA Negeri 15 Padang)

JURNAL

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana (STRATA-1)

Oleh

YUNI RATNA SARI HASIBUAN NPM. 10060199

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT

PADANG

2014

PELAYANAN YANG DILAKUKAN GURU BK DALAM MENINGKATKAN KESEHATAN MENTAL PESERTA DIDIK

DILIHAT DARI ASPEK PEMAHAMAN DIRI

(Studi terhadap Peserta Didik Kelas X di SMA Negeri 15 Padang)

JURNAL

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana (STRATA-1)

Oleh

YUNI RATNA SARI HASIBUAN NPM. 10060199

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT

PADANG

2014

Referensi

Dokumen terkait

Hasil cuplikan wawancara dapat diketahui bahwa guru menyadari adanya sikap overconfidence dari diri siswa yang dijelaskan bahwa perilaku siswa yang kurang baik tersebut dapat dilihat