• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peluang dan Tantangan Lembaga Pendidikan Islam

N/A
N/A
Adly Amri

Academic year: 2024

Membagikan "Peluang dan Tantangan Lembaga Pendidikan Islam"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

EduSociata Jurnal Pendidikan Sosiologi Volume 3, Nomor 1, Juni 2020

Peluang dan Tantangan Lembaga Pendidikan Islam (Ditinjau dari Sosiologi Agama di Desa Doridungga)

Syukurman1, Andi Agustang2 dan Arlim Adam3

STKIP Bima1, Universitas Negeri Makasar2, Universitas Pejuang Republik Indonesia Kota Makasar3

email; syukurmanstkip@gmail.com – andiagust63@gmail.com – arlim.adam73@gmail.com

Abstrak

Lembaga pendidikan Islam sebagai salah satu lembaga pendidikan alternatif dapat menjadi instrument untuk mencetak generasi Islam yang beriman dan bertakwa pada Tuhan yang maha Esa. Lembaga pendidikan Islam yang ada di Desa Doridungga juga menajadi lembaga yang dapat menjadi benteng dalam membendung kristenalisasi. Penelitian ini bertujuan menemukan peluang dan tantangan lembaga pendidikan Islam yang ada di Desa Doridungga. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, yang diawali dengan rancangan penelitian yang meliputi observasi, wawancara dan dokumentasi. Setelah data dikumpulkan. Adapun yang menjadi jenis data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan secara langsung dari informan menggunakan teknik wawancara dan pengamatan (observasi).

Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini dapat di klasifikasikan menjadi tiga yaitu informan kunci, informan ahli dan informan biasa. Setelah data dikumpulkan lalu dianalisa dengan menggunakan reduksi data, display data, ferifikasi data. Dari keseluruhan dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa peluang dan tantangan lembaga pendidikan Islam Desa Doridungga Kecamatan Donggo dapat dibagi menajadi beberapa hal. Peluangnya adalah masyarakat Donggo yang mayoritas penduduknya Agama Islam, serta semangat Islam sebagai Agama pendidikan.

Serta bantuan yang diberikan oleh pihak pemerintah Kabupaten Bima dan pemerintah propinsi yang berkaitan dengan biaya pembiayaanya. Tantangan yang dihadapi adalah tantangan sosial politik demokrasi sekuler dimana peran agama tidak diberi ruang yang cukup untuk mengekspresikan dalam menyusun kurikulum pendidikan, tantangan pada kebudayaan, serta tantangan pada perkembangan teknologi informasi yang semakin cepat sehingga menuntut lembaga pendidikan Islam untuk membenahi diri mulai dari kurikulum sampai pada sarana dan prasarana.

Kata Kunci : Peluang dan Tantangan, Pendidikan Islam.

(2)

EduSociata Jurnal Pendidikan Sosiologi Volume 3, Nomor 1, Juni 2020 Pendahuluan

Diakui bahwa, kemajuan dunia pendidikan dan ilmu pengetahuan dewasa ini menuntut sebuah kualitas pendidikan agama Islam yang semakin baik. Oleh sebab itu dalam menghadapi hal tersebut, pemerintah memandang perlu untuk meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan mulai jenjang pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi, baik negeri maupun swasta.

Pemanfaatan potensi besarnya jumlah umat Islam, pengalaman dalam mengembangkan pendidikan secara mandiri, kekuatan lembaga-lembaga pendidikan Islam yang sudah maju, pendayagunaan para pakar dan menejer pendidikan Islam yang cukup banyak, mengembangkan sistim pendidikan yang sudah mendapat pengakuan, memaksimalkan fungsi Departemen Agama dalam pengembangan pendidikan, dipastikan peluang-peluang peningkatan kemajuan pendidikan Islam dapat direbut.

Tidak akan sulit mengembangkan kelembagaan pendidikan Islam terakreditasi menuju lembaga pendidikan maju bertaraf internasional, peluang anggaran akan terbuka, apalagi kedudukan pendidikan Agama sudah sama dengan pendidikan umum dari perspektif kebijakan pendidikan nasional, standarisasi

kelulusan memberikan jaminan kualitas ketenagaan yang siap akses pangsa pasar kerja, karenanya pendidik/ guru terakreditasi dalam upaya mengejar kualitas dan pemenuhan kesejahteraan dan terbuka pembentukan prilaku zuhud pada guru. Optimisme pemanfaatan potensi merebut peluang globalisasi di awal milenium ketiga ini, akan semakin nyata menjadi kekuatan dalam peningkatan pendidikan Islam itu, apalagi ada momentum dukung dengan situasi umat Islam, sejak awal abad ke-15 hijrah dicanangkan sebagai abad kebangkitan dan dinyatakan sebagai awal survival umat Islam.

Dalam konteks inilah kemudian, pesantren dan madrasah yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah perkembangan arus modernitas selama ini masih memerlukan introspeksi dan pengkajian secara khusus. Terutama menyangkut kondisi dan kemampuannya menyerap aspirasi, kebutuhan dan perkembangan dalam berbagai bidang, baik politik, ekonomi, sosial budaya maupun keamanan.

Desa Doridungga sebagai salah satu desa yang ada di Kecamatan Donggo beberapa tahun terakhir ini mulai membenahi diri dalam aspek pendidikan berbasis Agama. Hal ini terlihat dari adanya pesantren dan sekolah yang

(3)

EduSociata Jurnal Pendidikan Sosiologi Volume 3, Nomor 1, Juni 2020 berbasis Agama Islam ada di desa tersebut.

Keberadaan lembaga pesantren tersebut memberi warna tersendiri dalam dinamika pendidikan di daerah khususnya pendidikan Islam.

Berkaitan dengan keberadaan dan peran lembaga-lembaga pendidikan Islam di Desa Doridungga Kecamatan Donggo tersebut, tidak memungkinkan bahwa masyarakat di satu sisi telah memberikan respon yang cukup baik, tetapi pada sisi lain masih dinilai minim dan konstribusi bagi pemenuhan kebutuhan dan keinginan masyarakat umum. Penelitian ini paling tidak akan mencoba menemukan peluang dan tantangan pendidikan Islam yang telah diletakkan oleh pemerintah dan masyarakat banyak di Desa Doridungga Kecamatan Donggo. Khususnya menyangkut pandangan masyarakat terhadap kiprah lembaga-lembaga pendidikan Islam itu kini dan kedepan.

Termasuk dalam rangka mencermati masalah pendidikan Islam yang berkembang sejak lama secara berkesinambungan. Maka yang menjadi pertanyaan yang perlu di cari jawabannya adalaah bagaimanakah peluang dan tantangan pendidikan Islam di Desa Doridungga Kecamatan Donggo?”

Sebagaimana pengamatan penulis di lapangan mengenai peluang dan tantangan lembaga pendidikan Islam di

Desa Doridungga Kecamatan Donggo bahwa sebagian dari masyarakat beranggapan bahwa lembaga pendidikan Islam kurang menjamin mutu outputnya dan ada pula yang beranggapan bahwa lembaga pendidikan Agama Islam ini baik untuk membentuk generasi yang berakhlak, maka dari itu pemerintah harus memperhatikan output dari lembaga pendidikan Agama Islam agar dapat memenuhi tuntutan zaman sehingga masyarakat dapat terpenuhi kebutuhan yang diinginkannya. Namun pendidikan Agama menjadi sangat diperlukan ditengah-tengah kematian spritualitas dan dekadensi moral mayarakat. Dengan memperhatikan penjelasan diatas maka penulis mengangkat judul ”Peluang dan Tantangan Lembaga Pendidikan Islam.

(4)

EduSociata Jurnal Pendidikan Sosiologi Volume 3, Nomor 1, Juni 2020 Lembaga Pendidikan Islam

Tantangan Peluang

Dokumentasi Wawancara

Observasi

Metode Pengumpulan Data

1. Bidang Politik 2. Bidang Kebudayaan.

3. Bidang Teknologi 4. Sistem Nilai 1. Islam Agama Dakwa

2. Islam Agama Mayoritas

Menganalisis Data

Metode Penelitian

Adapun yang menjadi rancangan dalam penelitian ini mengkaji antara peluang dan tantangan lembaga pendidikan Islam di Desa Doridungga Kecamatan Donggo. Adapun rancangan penelitiannya dapat digambarkan sebagai berikut:

Bagan 1. 3: Rancangan Penelitian

(5)

EduSociata Jurnal Pendidikan Sosiologi Volume 3, Nomor 1, Juni 2020 Adapun yang menjadi subjek dalam

penelitian ini adalah lembaga pendidikan Islam yang ada di Desa Doridungga.

Untuk mengumpulkan data di lapangan, penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan data sebagi berikut :

1. Observasi, yaitu pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Dalam hal ini peneliti mengamati keadaan masyarakat di Desa Doridungga Kecamatan Donggo.

2. Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam dan wawancara berpedoman (terikat).Pengumpulan data dengan wawancara perpedoman didasarkan pada daftar pertanyaan yang telah disiapkan. Sedangkan wawancara bebas dan mendalam adalah pertanyaan pengembangan dari pertanyaan terikat yang tidak disiapakan sebelumnya baik kepada masyarakat dan lembaga pendidikan Islam Desa Doridungga ada di Kecamatan Donggo maupun kepada pemerintah daerah atau dinas terkait.

3. Dokumentasi, dari asal kata dokumen yang berarti barang-barang tertulis.

Dalam hal ini, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku- buku, arsip, catatan harian dan

sebagainya untuk mendapatkan data

tentang keadaan masyarakat Desa Doridungga Kecamatan Donggo.

Adapun instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman Observasi, pedoman wawancara/interview dan dokumentasi. Untuk menganalisis data yang diproleh dari penelitian ini digunakan tehnik analisis data kualitatif. Menurut Bogdan dan Biklen (dalam Moleong, 2005: 248) analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilih-milihnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistensikannya. Tehnik analisis dan kualitatif yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi tahapan- tahapan yaitu:Reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan dilakukan setelah dilakukan reduksi data dan penyajian data.

Kajian Pustaka Pendidikan Islam

Perbedaan mendasar sistem pendidikan Islam dengan sistem pendidikan Barat terletak pada konsep ilmu. Dalam pendidikan Islam berorientasi pada nilai-nilai Agama, akhlak, moralitas, dan wahyu, sebagaimana banyak du uraikan oleh ulama. Sementara konsep sistem pendidikan Barat mengedepankan sikap bebas nilai, yang berakibat pada kerusakan moral masyarakatnya yang

(6)

EduSociata Jurnal Pendidikan Sosiologi Volume 3, Nomor 1, Juni 2020 kemudian hal itu berdampak pada generasi

Islam di Indonesia umumnya khususnya generasi di Bima.

Salah satu kerusakan Ilmu pendidikan Barat adanya gelombang sekularisasi.

Gelombang ini mempengaruhi masyarakat Barat menyebabkan ilmu tersebut terlepas dari pengaruh Agama. Sebelum membahas lebih jauh tentang lembaga pendidikan Islam, maka terlebih dahulu akan di kemukakan pengertian lembaga pendidikan agama Islam untuk memperjelas ruang lingkup pendidikan tersebut.

Istilah Pendidikan Islam dan Pendidikan Agama Islam sekilas terdengar mempunyai kesamaan arti. Tetapi setelah dikaji dan diteliti lebih dalam lagi, ternyata pengertian Pendidikan Islam dengan Pendidikan Agama Islam memiliki substansi yang tidak sama.

Muhaimin,(2005 :6) “banyak orang yang berpendapat bahwa antara pendidikan islam dengan pendidikan agama islam mempunyai makna yang sama”. Oleh kerena itu, perlu dibedakan pengertian di antara kedua istilah tersebut agar tidak ada kesalahan persepsi lagi.

Lebih lanjut Zakiah Daradjat (2004 : 28) bahwa Pendidikan Islam adalah pembentukan kepribadian muslim.

Muhaimin (2005:7) memberikan komentar tentang Pendidikan Islam, bahwa

Pendidikan Islam merupakan sebuah sistem pendidikan yang disusun, digali dan dikembangkan dari sumber ajaran islam yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah. Menurut Muhaimin (1990 : 61) Pada hakekatnya Pendidikan Islam adalah keseluruhan dan fungsi rububiyah Allah terhadap manusia, sejak dari proses penciptaan serta pertumbuhan dan perkembangannya secara bertahap dan berangsur-angsur sampai sempurna, sampai dengan pengarahan dan bimbingannya dalam pelaksanaan tugas kekhalifaan dengan sebaik-baiknya.

Uraian-uraian tentang pendidikan Islam yang penulis kutip dari pendapat para pakar tersebut dapat memberikan gambaran bahwa Pendidikan Islam adalah bimbingan yang diberikan kepada seseorang berdasarkan hukum-hukum islam yang digali dari Al-Qur’an dan As- Sunnah agar tertanam dalam jiwanya akhlak yang mulia menuju terbentuknya kepribadian muslim yang sempurna (insan kamil).

Lembaga Pendidikan Islam

Berbicara tentang lembaga-lembaga pendidikan Islam tersebut, memang terdapat banyak jenis dan bentuknya. Akan tetapi dalam konteks ini hanya sebagian saja yang penulis kemukakan, yaitu:

pesantren, madrasah dan perguruan tinggi agama Islam.

(7)

EduSociata Jurnal Pendidikan Sosiologi Volume 3, Nomor 1, Juni 2020 1) Pesantren

Pesantren merupakan lembaga pendidikan tradisional Islam untuk memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam dengan menekankan pentingnya moral agama Islam sebagai pedoman hidup bermasyarakat sehari-hari.

Pesantren sendiri menurut pengertian dasarnya adalah tempat belajar para santri.

Sedangkan pondok berarti rumah atau tempat tinggal sederhana yang terbuat dari bambu. Disamping itu kata ”pondok”

mungkin berasal dari bahasa Arab

funduq” yang berarti hotel atau asrama.

2) Madrasah

Menurut A.Irsyad Djuwaili (2007:19) bahwa kata madrasah merupakan ”isim makan” kata” darasa”

dalam bahasa Arab, yang berarti ”tempat duduk untuk belajar” atau populer dengan sekolah. Lembaga pendidikan Islam ini mulai tumbuh di Indinesia pada awal abas ke-20. Kelahiran madrasah ini tidak terlepas dari ketidakpuasan terhadap sistem pesantren yang semata-mata menitikberatkan agama, di lain pihak sistem pendidikan umum justru ketika itu tidak menghiraukan agama.

Dengan demikan, kehadiran madrasah dilatarbelakangi oleh keinginan untuk memberlakukan secara berimbang antara ilmu Agama dengan ilmu pengetahuan umum dalam kegiatan

pendidikan dikalangan ummat Islam. Atau dengan kata lain madrasah merupakan perpaduan sistem pendidikan pesantren dengan sistem pendidikan kolonial.

Nurcholis Madjid (1997:23) yakni

“Bilik-Bilik Pesantren” dalam tulisan itu mengemukakan bahwa pesantren tidak saja merupakan lembaga pendidikan tertua, tetapi lebih dari itu merupakan satu- satunya yang mewakili ciri-ciri dan keaslian dari budaya relegius msyarakat islam dalam nusantara. Sedangkan Karel A. Steenbrink yang dalam karya tulisannya yang sangat terkenal “Pesantren Madrasah Sekolah”. Disitu Steenbrink banyak mengulas tentang pesantren sebagai sebuah lembaga pendidikan Islam tertua yang terdiri diatas tradisi dan budaya asli orang indonesia.

Perspektif historis menempatkan pesantren pada posisi yang cukup istimewa dalam khazana perkembangan sosial- budaya masyarakat indonesia.

Abdurahman Wahid (dalam Marjuki Wahid.1999:34) menempatkan pesantren sebagai subkultur tersendiri dalam masyarakat indonesia. Menurutnya, lima ribu buah pondok pesantren yang tersebar di enam puluh delapan ribu desa merupakan bukti tersendiri untuk menyatakan sebagai.

Bertolak dari pandangan Abdurahman Wahid di atas, tidak terlalu

(8)

EduSociata Jurnal Pendidikan Sosiologi Volume 3, Nomor 1, Juni 2020 berlebihan apabila pesantren di posisi

sebagai satu elemen determinan dalam struktur piramida sosial masyarakat indonesia. Adanya posisi penting yang sandang pesantren menuntunya untuk memainkan peran penting pula dalam setiap proses-proses pembangunan sosial baik melalui potensi pendidikan maupun potensi pembangunan masyarakat yang dimilikinya. Seperti dimaklumi, pesantren selama ini dikenal dengan fungsinya sebagai lembaga pendidikan yang memiliki misi untuk membebaskan peserta didiknya (santri) dari belenggu kebodohan yang selama ini menjadi musuh dari dunia pendidikan secara umum.pada tataran berikutnya, keberdayaan akan menjadi bekal mereka dalam berperan serta dalam proses pembangunan yang pada intinya tiada lain adalah perubahan sosial menuju terciptanya tatanam masyarakat yang lebih sempurna.

Pada awal berdirinya, pengabdian pesantren terhadap masyarakat, sesuai zamanya, berbentuk sangat sederhana dan biasa dibilang sangat alami pengabdian tersebut diwujudkan misalnya, dengan

“pelayanan keagamaan” kepada masyarakat menyediakan wadah bagi sosialisasi anak-anak dan sebagai tempat bagi remaja yang datang dari berbagai daerah yang sangat jauh untuk menjalani semacam “ritus peralihan” dari fase remaja

ke fase selanjutnya. Dalam bentuk seperti itu, pesantren terlibat aktif dalam pengkajian keagamaan dan pola-pola sejenis yang dikembangkan di masyarakat luas.

Sebagaimana telah disebutkan diatas, pesantren merupakan lembaga keagamaan yang sarat nilai dan tradisi luhur yang telah menjadi karakteristik pesantren pada hampir seluruh perjalanan sejarahnya.

Secara potensial, karakteristik tersebut memiliki peluang cukup besar untuk dijadikan dasar pijakan dalam rangka menyikapi globalisasi dan persoalan- persoalan lain yang menghadang pesantren, secara khusus dan masyarakat luas, secara umum.

Pesantren sebagai Lembaga pendidikan Islam merupakan realitas yang tak dapat dipungkiri sepanjang sejarah yang dilaluinya, pesantren terus menekuni pendidikan tersebut dan menjadikannya fokus kegiatan. Oleh Zarkowi Soejoeti (2010:23) berpendapat bahwaKeberadaan pendidikan Islam sesungguhnya tidak sekedar memperhatikan ciri khas yang islami saja melainkan dapat mewujudkan tujuan yang diidamkan dan diyakini sebagai yang paling ideal.

Dengan demikian tujuan itu sekaligus mempertegas bahwa misi dan tanggung jawab yang diemban pendidikan Islam lebih berat lagi. Dimana dalam

(9)

EduSociata Jurnal Pendidikan Sosiologi Volume 3, Nomor 1, Juni 2020 pandangan Maksum (2005: 12)

bahwasahnya berdasarkan kenyataan- kenyataan, ada tiga hal yang cukup berpengaruh dalam penilaian maupun penerimaan masyarakat terhadap pendidikan yaitu:

1. Sistem pendidikan dan kelembagaan lebih merupakan cerminan keadaan masyarakat. Dalam hal ini, keadaan masyarakat yang berlapis-lapis menantul kenyataan pendidikan sebagai sebuah system.

2. Lembaga sekolah dan perguruan tinggi mempunyai kemampuan besar dalam menyalurkan lulusan sesuai harapan masyarakat akan dikukuhkan kedudukannya. Sejalan dengan hal itu akan berlaku suatu dalil bahwa semakin besar kemungkinan suatu sekolah mengantarkan anak didiknya keposisi masyarakat yang terpandang, maka semakin besar pula arus anak didik untuk masuk kedalam lembaga pendidikan tersebut.

3. Orientasi alokasi possisional akan berdampak pada munculnya dorongan yang kuat dikalangan anggota masyarakat untuk mencapai tingkatan pendidikan setinggi-tinggihnya.

Kurang tertariknya masyarakat untuk memilih lembaga-lembaga pendidikan Islam sebenarnya bukan hanya karena terjadi pergeseran nilai atau ikatan

keagamaan yang mulai memudar, melainkan karena sebagian besar lembaga tersebut kurang menjanjikan untuk memenuhi kebutuhan manusia. oleh karena itu, Mappangandro. (2010:14) berpendapat bahwa pengembangan pendidikan Islam bukanlah pekerjaan sederhana karena upaya tersebut memerlukan perencanaan yang terpadu dan menyeluruh. Dalam hal ini perencanaan berfungsi membantu memfokuskan kepada sasaran, pengalokasian dan kontunuitas, sebagai suatu proses berfikir untuk menentukan apa yang akan dicapai.

Peluang dan Tantangan Lembaga Pendidikan Islam

1. Peluang Lembaga Pendidikan Islam Perubahan ini mungkin ada manfaatnya tapi mungkin juga besar madlarat nya, apabila tidak disikapi dengan bijak dan mental yang matang dalam menghadapi globalisasi yang serba boleh. Pada saat ini yang sangat mengkhawatirkan adalah, bangsa Indonesia yang murah hati menerima sesuatu yang baru, baik kebudayaan, gaya hidup, fashion, dan lain-lain, tanpa ada seleksi baik tidaknya bagi mereka atau baik untuk kehidupan bangsa ini, yang dikenal dengan menjunjung tinggi norma, adat istiadat sopan santun, dan taat terhadap agama. Nampaknya pada hari ini

(10)

EduSociata Jurnal Pendidikan Sosiologi Vol.III No.2 Juni 2020 sensitifitas nya terhadap kebudayaan yang

menyimpang sudah menghilang. Sehingga berpengaruh kepada sistem pendidikan yang ada di Negara kita. Jadwal pelajaran agama terutama di sekolah-sekolah negeri sangatlah minim, hanya 2 jam pelajaran saja dalam sepekan. Itupun satu jam pelajaran nya adalah 45 menit atau bahkan ada yang 40 menit. Artinya dalam sepekan, porsi jam untuk pelajaran agama Islam hanya sekitar 80-90 menit saja. Islam adalah agama yang bersifat universal, ajarannya mencakup seluruh aspek kehidupan. Allah swt telah menciptakan manusia dengan dua fungsi, yang pertama adalah sebagai hamba Allah dan yang kedua adalah sebagai pemimpin di muka bumi (khalifatun fil ardl), sebagaimana yang difirmankan oleh-Nya.

“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”.

(Adz-Dzariyat:56)

Sejak awal kedatangannya ke Indonesia, pada abad ke-6 M, Islam telah mengambil peran yang amat siginifikan dalam kegiatan pendidikan. Peran ini dilakukan, karena lembaga Pendidikan Islam memiliki beberapa pertimbangan sebagai berikut:

1) Islam Agama Dakwa

Islam memiliki karakter sebagai agama dakwah dan pendidikan. Dengan karakter

ini, maka Islam dengan sendirinya berkewajiban mengajak, membimbing, dan membentuk kepribadian ummat manusia sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam.

Dengan inisiatifnya sendiri, ummat Islam berusaha membangun sistem dan lembaga pendidikan sesuai dengan keadaan zaman, seperti pesantren, madrasah, majelis ta’lim dan sebagainya. Melalui lembaga pendidikan ini telah dilahirkan para ulama, tokoh agama, para pemimpin masyarakat yang telah memberiikan sumbangan yang besar bagi kemajuan bangsa.

Terdapat hubungan simbiotik fungsional antara ajaran Islam dengan kegiatan pendidikan. Dari satu sisi Islam memberikan dasar bagi perumusan visi, missi, tujuan dan berbagai aspek pendidikan, sedangkan dari sisi lain, Islam membutuhkan pendidikan sebagai sarana yang strategis untuk menyampaikan nilai dan praktek ajaran Islam kepada masyarakat. Adanya penduduk Indonesia yang mayoritas beragama Islam adalah sebagai bukti keberhasilan pendidikan dan dakwah Islamiyah.

2) Islam Agama Mayoritas

Kekuatan kedua yang dimiliki Islam adalah kekuatan sumber daya manusia (SDM). Hampir setengah penduduk dunia memeluk Islam, sehingga tidak ada satu negara pun di dunia ini kecuali di sana ada orang Islam. Peluang

(11)

EduSociata Jurnal Pendidikan Sosiologi Vol.III No.2 Juni 2020 besar bagi umat Islam untuk

memperkenalkan konsepnya kepada seluruh masyarakat dunia dengan mengkondisikan umat Islam yang berada di negara-negara tersebut untuk mengembangkan konsepnya.

Tantangan Lemabaga Pendidikan Islam Pada era kontemporer pendidikan Islam dihadapkan pristiwa global yakni dunia yang mengarah pada dunia digital.

Dunia digital yang di maksud adalah dunia telekomunikasi yang semakin cepat mengarah pada sekularisasi sains yang kemudian berdampak pada sains yang menolak keberadaan kekuatan transedent dalam hipotesisnya. Maka, ini yang menjadi tantangan pendidikan Islam hari ini. Ada beberapa hal yang menjadi tantang dalam pendidikan Islam di antaranya sebagai berikut:

1) Tantangan Dalam Bidang Politik Dalam kehidupan politik, tentu politik kenegaraan banyak berkaitan dengan masalah bagaimana lembaga itu membimbing, mengarahkan dan mengembangkan kehidupan bangsa dalam jangka panjang. Pengarahan tersebut didasarkan atas falsafah Negara yang mengikat semua sector perkembangan bangsa dalam proses pencapaian tujuan Negara yang mengikat atau tujuan nasional itu. Dengan kata lain lembaga pendidikan yang ada di dalam wilayah suatu Negara

adalah merupakan sector perkembangan kehidupan budaya bangsa yang commited (terikat) denga tujuan perjuangan nasional yang berlandaskan pada falsafah negaranya. Oleh karena itu, maka suatu lembaga pendidikan yang tidak tersedia mengikuti politik negaranya, akan merasakan bahwa politik tersebut menjadi pressure (tekanan) terhadap cita kelembagaan tersebut. Sudah barang tentu hal ini merupakan tantangan yang perlu dijawab secara ”politics fundamental

pula. Karena hal tersebut menyangkut kepentingan perkembangan bangsa dimasa depan dan dalam maknanya bagi pemeliharaan watak dan kepribadian, kreatifitas dan disiplin bangsa itu sendir Abdul Hakim (2001:23).

2) Tantangan Bidang Kebudayaan Satua perkembangan kebudayaan dalamabad modern ini adalah tidak dapat terhindar dari pengaruh kebudayaan bangsa lain. Kondisi demikian menyebabkan timbulnya proses akulturasi (perpaduan atau saling berbaurnya antara kebudayaan yang satu dengan yang lain), dimana factor nilai mendasari kebudayaan sendiri sangat menentukan survive (daya tahan) bangsa tersebut. Sikap selektif dalam menerima atau menolak kebudayaan asing perlu dilandasi dengan penganalisaan mendalam yang bersumberkan dari pandangan hidupnya sendiri baik sebagai

(12)

EduSociata Jurnal Pendidikan Sosiologi Vol.III No.2 Juni 2020 institusi maupun sebagai bangsa. Sikap

selektif pada hakikatnya bukanlah sikap- sikap menyerah atau sikap netral, melainkan sikap kreatif yang hati-hati berdasarkan atas pertimbangan untung rugi bagi perkembanganya lebih lanjut. Oleh karena itu memerlukan pengetahuan yang mendalam dan wawasan yang menjangkau kemasa depan bagi eksistensi hidupnya.

Diantara budaya asing yang mempengaruhi kebudayaan bangsa ini adalah trend sex bebas Abdul Hakim (2001:27).

3) Tantangan Bidang Teknologi

Era informasi yang akan dating menyebabkan lingkungan sosial semakin luas karean disatukan oleh teknologi dibidang komunikasi yang memunculkan era globalisasi.Collin Rose dalam bukunya accelerated learning(2002:23) menggambarkan wajah masa depan sebagai dunia yang berubah dengan laju semakin kencang; problem kehidupan, masyarakat dan perekonomian menjadi sangat komplek, jenis-jenis pekerjaan menghilang dengan cepat tak terbayangkan dan masa lalu yang semakin tidak dapat dijadikan pedoman bagi masa depan.

Kehadiran alat-alat canggih seperti, radio, televise, computer dan alat-alat elektronik lainya akan akan berpengaruh terhadap proses pembelajaran. Alat canggih ini akan membawa tantangan bagi pendidikan

dalam pengmbangan sumber daya manusia. Dan umunya alat-alat teknologi ini diciptakan untu mempermudah manusia bekerja dan berbuat serta dapat memberikan rasa senang kepada pemaikainya. Bentuk lain dari kecanggihan teknologi informasi sekarang adalah internet.

4) Tantangan Dalam Sistem Nilai

Sistem nilai adalah tumpuan norma-norma yang dipegangi oleh manusia ebagai mahkluk individu dan sebagai mahkluk sosial, baik itu berupa norma transional maupun norma agama yang telah berkembang dalam masyarakat.

Sistem nilai juga dijadikan tolak ukur bagi tingkah laku manusia dalam masyarakat yang mengandung potensi mengendalikan, mengatur dan mengarahkan perkembangan masyarakat itu sendiri. Bahkan juga mengandung potensi rohaniah yang melestariakan eksisitensi masyarakat itu.

Namun demikian, system nilai tersebut bukanya tidak dapat mengalami perubahan. Akmal Hawil (2005:34).

Inilah yang menjadi titik sentral problem yang menjadi tantangan terhadap lembaga pendidikan, yang salah satu fungsinya adalah mengawetkan system nilai yang berkembang dalam masyarakat.

Sehingga akulturasi budaya asing tidak menenggelamkan nilai0nilai cultural bangsa ini. Oleh, karena itu lembaga

(13)

EduSociata Jurnal Pendidikan Sosiologi Vol.III No.2 Juni 2020 pendidikan perlu memberikan jawaban-

jawaban yang tepat, sehingga kecendrungan dan sikap berfikir msyarakat tidak terombang-ambing tanpa arah yang jelas.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Falsafah Hidup Desa Doridungga Kecamatan Donggo

Adapun falsafah hidup masyarakat Kecamatan Donggo khususnya masyarakat Desa Doridungga adalah ungkapan maja labo dahu (malu dan takut). Secara terminologis, maja labo dahu mengandung arti takut. Ismail (1997; 2001) mengartikan

maja” (malu), “labo” (dengan), “dahu

(takut). Maja (malu) bagi yang beriman dan dahu (takut) bagi yang bertakwa, anggota masyarakat akan merasa malu dan takut melanggar sistem budaya (sara ro huku) dan norma Agama. Kedua kata ini memiliki makna kultural yang utuh yang tidak bisa di pisahkan antara satu dengan yang lainnya. Apabila kata “maja’ saja yang ada dan kata “dahu” hilang maka maja secara kultural tidak memiliki makna seperti yang terkandung dalam maja labo dahu; demikina juga sebaliknya.

Maja labo dahu (Malu dan Takut) pada dasarnya adalah kearifan lokal masyarakat Bima pada umumya termasuk masyarakat Kecamatan Donggo. Pada masyarakat Kecamatan Donggo maja labo

dahu (malu dan takut). Makan tapi jangan berladang liar (Ngaha aina ngoho) secara terminologis terdiri dari tiga kata yaitu

ngaha” (makan), “aina” (jangan) dan

ngoho“ (berladang liar). Artikan bahwa dalam mencari nafkah tidak boleh merusak hutan. Ungkapan ini adalah salah satu bentuk kearifan lokal masyarakat Bima dan ungkapan ini di terapkan dan mengakar di masyarakat Desa Doridungga Kecamatan Donggo dalam menjaga kelestarian hutan tempat mereka hidup.

Hal tersebut terlihat mereka membuat kebun dengan ditanami berbagai macam tanaman seperti jati, nangkah, ubi kayu dan lain-lain.

Peluang dan Tantangan Pendidikan Islam di Desa Doridungga Kecamatan Donggo

1) Peluang Lembaga Pnedidikan Islam Adapun peluang lembaga pendidikan Islam yang ada di Kecamatan Donggo khususnya desa Doridungga adalah .

1. Banyaknya masyarakat Donggo yang memasukkan anaknya pada pesantren- pesantren di kota Bima dan Dompu sehingga ini menjadi peluang dan untuk memberikan kemudahan pada masyarakat Kecamatan Donggo yang ingin anaknya sekolah (nyantri) di pesantren.

(14)

EduSociata Jurnal Pendidikan Sosiologi Vol.III No.2 Juni 2020 2. Islam sebagai Agama mayoritas

masyarakat Kecamatan Dongggo 3. Masyarakat Donggo yang memiliki 13

Desa. Desa Mbawa sebagai salah satu desa yang didalamnya hidup masyarakat nonmuslim sehingga pesantren dibangun dalam rangkah membendung arus kristenalisasi.

Disamping menajadi benteng pesantren juga menajadi media untuk mencetak para da’i-da’i yang akan menyebarkan Islam di Kecamatan Donggo.

2). Tantangan Lemabaga Pendidikan Islam

Adapaun tantangan yang dihadapi pada awal-awal pendirian pendidikan Islam dapat dibagi beberapa hal diantaranya. Tantangan yang sifatnya internal seperti kekurangan tenaga pengajar; kekurangan pendanaan; tenaga pengajar yang ada kurang efektif dikarenakan kurangnya honor yang dibayarkan oleh pesantren; kurangya fasilitas. Sedangkan tantangan yang sifatnya eksternal diantaranya adalah masyarakat menganggap bahwa lembaga pendidikan Islam atau pesantren hanya mencetak tukang do’a saja sehingga hal itu motifasi orang tua untuk menyekolahkan anaknya ke pesantren. Kurang sosialisasi terkait keberadaan lembaga pendidikan Islam atau pesantren. Hal lain juga pesantren kalah saing dalam hal fasilitas

dengan sekolah-sekolah umum. Namun tantangan yang dihadapi bersamaan dengan berjalannya waktu dapat sedikit demi sedikit dapat diatasi. Tenaga pengajar yang masih kurang teratasi dengan makin banyaknya sarjana-sarjana baru yang kemudian hal itu untuk menjadi guru sukarela.

Keberadaan pesantren Al-Ikhlas Kecamatan Donggo sangat membantu dalam upaya menyerap tenaga kerja.

Masyarakat Kecamatan Donggo pada umumnya khususnya Desa Doridungga beberapa tahun terakhir ini mempunyai animo yang cukup tinggi untuk menyekolahkan anaknya ke perguruan tinggi terutama untuk jurusan pendidikan.

Hal tersebut membawa konswkuensi banyaknya sarjana-sarjana baru setiap tahun. Disamping hal tadi ada perbedaan karakter anak-anak sekolah umum dengan anak-anak yang sekolah di lembaga pndidikan Islam (pesantren). Anak pesantren lebih sopan, rapi, dan berani dalam mengemukakan pendapatnya ketika melakukan diskusi dikelas. Sedangkan anak sekolah umum tidak terlalu memperhatikan aspek moral sehingga ada beberapa kasus tawuran antar siswa sekolah umum terjadi, dan mereka kurang aktif dalam melakukan diskusi dalam kelas. Hal ini terjadi dikarenakan pengaruh

(15)

EduSociata Jurnal Pendidikan Sosiologi Vol.III No.2 Juni 2020 lingkungan yang didukung kurangnya

pelajaran Agama.

Masyarakat Desa Doridungga senantiasa melaksanakan ajaran Islam dengan baik, salah satu diantara rukun Islam yang senantiasa mereka laksanakan yakni dengan keberadaan pesantren Al- Ikhlas Kecamatan Donggo. Dimana para orang tua selalu menginginkan yang terbaik bagi anak-anak mereka, termasuk dalam hal pendidikan. Maka dari itu, mereka selalu berusaha memberikan bimbingan dan pengarahan tentang arti dan pentingnya pendidikan bagi anak-anak, terutama pendidikan agama sebab dengan adanya pengetahuan agama serta pengetahuan umum lainnya akan mampu menghadapi tantangan zaman yang semakin maju. Hal ini terlihat semakin banyaknya masyarakat yang menyekolahkan anaknya pada pesantren.

Oleh sebab itu, dikatakan bahwa baik buruk atau berkualitas tidaknya watak kepribadian manusia dalam suatu masyarakat tergantung kepada faktor pendidikan sebagai dasar serta substansi untuk melakukan transformasi ke dalam berbagai dimensi kehidupan agar manusia selalu hidup dinamis dan menjadi alat untuk mencapai kesejahteraan hidup, yang terkontrol oleh nilai-nilai keimanan dan Agama mempunyai fungsi yang sangat penting dalam pembangunan nasional,

terutama sebagai landasan moral dan etika dalam mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Pembangunan bidang agama yang terpadu dengan pembangunan bidang- bidang lain diharapkan dapat mendukung terwujudnya masyarakat Indonesia yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, cinta tanah air, berkesadaran hukum dan lingkungan, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki etos kerja yang tinggi serta berdisiplin.

Secara garis besar, pembangunan bidang agama ditujukan untuk menciptakan suasana kehidupan beragama yang penuh keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, mewujudkan kerukunan umat beragama yang dinamis baik intern maupun antarumat beragama, dan turut memajukan kesejahteraan masyarakat terutama melalui pendidikan agama dan keagamaan serta pengembangan lembaga sosial keagamaan.

Kesimpulan

Adapun yang menjadi kesimpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Peluang lembaga pendidikan Islam yang ada di Desa Doridungga Kecamatan Donggo adalah masyarakat Kecamatan Donggo yang mayoritas

(16)

EduSociata Jurnal Pendidikan Sosiologi Vol.III No.2 Juni 2020 penduduknya beragama Islam sehingga

ini menjadi sumber daya manusia yang harus diperdayakan dalam upaya mencetak generasi yang lebih baik dan bertanggung jawab. Hal lain yang menjadi peluang lembaga pendidikan Islam adalah peran pemerintah kabupaten Bima dan propinsi dalam memberikan pendanaan untuk keberlangsungan pesantren di Desa Doridungga. Terakhir Agama Islam adalah Agama pendidikan.

2. Tantangan lembaga pendidikan Islam pada periode awal lebih pada kekurangan pendanaan untuk opersioanal pesatren; dan kurangnya tenaga pendidik yang tersedia ditambah etos kerja tenaga pendidik yang ada yang disebabkan honor yang minim tantangan tersebut bersifat internal. Adapun tantangan yang sifatnya eksternal perubahan sosial kebudayaan, system politik, dan perkembangan teknologi informasi.

Daftar Pustaka

Ahmad. 1994. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung:

Rosdakarya.

Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Reinaka Cipta.

Asari, Hasan. 2010. Menyingkap Zaman Keemasan Islam. Bandung: Mizan.

A’la, Abdul. 2006. Pembaruan Pesantren. Yogyakarta: Pustaka Pesantren

Dawam, Alnurrafiq. 2004.

Manajemen Madrasah Berbasis Pesantren. Bandung: Liska

Fariska Putra.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

2010. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka.

Djuwaeli, M.Irsyad. 2007. Pembaruan Kembali Pendidikan Islam. Jakarta:

Yayasan Karsa Utama Mandiri.

Daradjat, Zakiyah, 2004, Metodologi Pengajaran Agama Islam. Jakarta:

Bumi Aksara.

Enoch, Yusuf. 2002. Dasar-Dasar Perencanaan Pendidikan.

Jakarta:Bumi Aksara.

Fadjar, A. Malik. 1999. Madrasah dan Tantangan Modernitas. Bandung:

Mizan,

Fakhruddin 2006. Paradigma Pendidikan Islam. Bandung: Izzah Press

Haedar Amin, H.M. 2004. Masa Depan Pesantren Dalam Tantangan Modernitas dan Tantangan Komplesitas Global. Jakarta : IRD Pres.

Hakim Abdul. 2001.Metodologi Studi Islam, Bandung:Rosdakarya.

Halim,A. 2005. Manajemen Pesantren.

Yogyakarta: Izzah Press.

Hasan,Ali, M, Mukti. 2009. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Jakarta : Pedoman.

(17)

EduSociata Jurnal Pendidikan Sosiologi Vol.III No.2 Juni 2020 Hasbullah. 2009. Sejarah Pendidikan

Islam Di Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Indra, Hasbi. 2005. Pesantren dan Transformasi Sosial (Studi Atas Pemikiran K.H Abdullah Syafi’ie Dalam Bidang Pendidikan Islam).

Jakarta : Penamadani.

Madjid, Nurcholis. 1997. Bilik-bilik Pesantren. Jakarta: LP3ES.

Maksum. 2005. Madrasah Sejarah dan Perkembangannya. Jakarta:Logos Wacana Ilmu.

Mappangandro. 2010. Eksistensi Madrasah Dalam Distem Pendidikan Nasional: Bandung:

Yayasan Ahkam.

Moleong, Lexi, J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Remaja Rosdakarya:

Muhaimin, 2005, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam. Jakarta:. Raja Grafindo Persada.

Nurdin Syafruddi. 2003. Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum.

Jakarta: Ciputat Press.

Rachman Shaleh, Abdul. 2004. Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa.

Jakarta : PT Raja Grafindo Persada

Rose, Collin & Malcom J. Nicholl. 2002.

Cara Belajar Cepat Abad Xxi, Bandung: Wacana

Soejoeti, Zarkowi dalam A. Malik Fadjar.

2010: Madrasah Dan Tantangan Modernitas. Bandung: Mizan.

Referensi

Dokumen terkait

DITINJAU DARI HASIL BELAJAR MAHASISWA PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH IAIN BONE", AL-QAYYIMAH: Jurnal Pendidikan Islam,

PELAYANAN AKADEMIK RUMAH TAHFIDZ DAN TPQ SAKINAH CIPAYUNG JAKARTA TIMUR", Jurnal Abdimas BSI: Jurnal Pengabdian. Kepada

Sehubungan dengan hal tersebut, maka di kalangan santri terdapat kecenderungan yang semakin kuat untuk mempelajari sain dan tehnologi pada lembaga-lembaga

Oleh karena itu, tantangan ke depan lembaga pendidikan tinggi Islam harusnya dijadikan peluang untuk menjadi peluang dalam rangka mengepakkan sayapnya pada

108 | SOSIOLOGI: Jurnal Ilmiah Kajian Ilmu Sosial dan Budaya, Vol.24, No.1 Maret 2022: 108-125 PENDEKATAN SISTEMIK UNTUK ANALISIS DAN TRANSFORMASI KONFLIK: STUDI KASUS KONFLIK SOSIAL

75 | SOSIOLOGI: Jurnal Ilmiah Kajian Ilmu Sosial dan Budaya, Vol.24, No.1 Maret 2022: 75-93 STRATEGI PENCEGAHAN EIGENRECHTING DI LINGKUNGAN MASYARAKAT Studi Kasus Kecamatan X

187 | SOSIOLOGI: Jurnal Ilmiah Kajian Ilmu Sosial dan Budaya, Vol.24, No.2 September 2022: 187-216 MELAWAN ANCAMAN IMIGRAN ILEGAL DAN TERORISME: KEBIJAKAN IMIGRASI PRANCIS ERA

iii el-HiKMAH Jurnal Kajian dan Penelitian Pendidikan Islam ISSN online: 2527-4651; ISSN Cetak : 2086-3594 Volume 14, Nomor 1, Juni 2020 Daftar isi, iii Kepemimpinan