Pemahaman KUP sebagai Ketentuan
Formil dan
Cakupanyang Diatur
Sistem Self Assessment
sebagai dasar pemungutan pajak
Self assessment berarti masyarakat yang menurut undang-undang pajak mempunyai kewajiban pajak, wajib menyelesaikan kewajiban pajak yang terutang kepada negara. Hal ini mempunyai maksud dan pengertian bahwa dengan self assessment tidak berarti hanya menghitung, membayar, dan melaporkan kewajiban, melainkan mulai dari memperoleh sarana untuk menyelesaikan utang pajak, yaitu harus mendapatkan Nomor Pokok Wajib
Pajak. (NPWP).
Kutipan pasal 2 undang-undang KUP yang mengatur self assessment dalam memperoleh NPWP dan PKP
KUP Pasal 2 ayat 1 :
Setiap Wajib Pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan perpajakan wajib mendaftarkan diri pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak dan kepadanya diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak.
Penjelasan KUP Pasal 2 ayat 1
Semua Wajib Pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan
objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan berdasarkan sistem self assessment, wajib mendaftarkan diri pada kantor Direktorat Jenderal Pajak untuk dicatat sebagai Wajib Pajak dan sekaligus untuk mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak.
Kutipan pasal 2 undang-undang KUP yang mengatur self assessment dalam memperoleh NPWP dan PKP
KUP Pasal 2 ayat 2.
Setiap Wajib Pajak sebagai pengusaha yang dikenai pajak berdasarkan
Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya, wajib
melaporkan usahanya pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan pengusaha, dan
tempat kegiatan usaha dilakukan untuk dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak.
Penjelasan KUP Pasal 2 ayat 2
Setiap Wajib Pajak sebagai pengusaha yang dikenai Pajak Pertambahan
Nilai berdasarkan Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan
perubahannya wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak
.
Self Asessment
Cakupan Pengaturan KUP dalam Perpajakan
Dalam Gambar digambarkan bahwa sebagaimana diatur
dalam
Undang Undang No.6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum
Perpajakan
sebagaimana telah diubah beberapa kali dan terakhir
dengan Undang Undang No.16 tahun 2009.
Ringkasan Pengaturan
dalam KUP
Aspek pajak yang harus diperhatikan dalam Proses pembayaran
1. Apakah potongan pajak harus dilakukan?
2. Bagaimana prosedur disusun agar bagian pajak sudah terlebih dulu menhitung berapa yang harus dipotong terhadap satu supplier tertentu.
3. Bagaimana sistem pencatatannya? Apakah perjanjiannya dengan cost plus fee, atau “all in
price“maksudnya harga tertentu
ditentukan,termasuk cost and fee, berarti biaya keseluruhan yang akan ditagihkan.
4. Berarti diperlukan adanya prosedur tertulis mengenai alur dokumen pembayaran, agar bagian pajak dan akuntansi dapat memeriksa terlebih dulu, disatu sisi, dan pemahaman kontrak antara supplier denganperusahaan pun harus dipahami, baik oleh bagian pajak maupun akuntansi.
1. Apakah potongan pajak harus dilakukan?
2. Bagaimana prosedur disusun agar bagian pajak sudah terlebih dulu menhitung berapa yang harus dipotong terhadap satu supplier tertentu.
3. Bagaimana sistem pencatatannya? Apakah perjanjiannya dengan cost plus fee, atau “all in
price“maksudnya harga tertentu
ditentukan,termasuk cost and fee, berarti biaya keseluruhan yang akan ditagihkan.
4. Berarti diperlukan adanya prosedur tertulis mengenai alur dokumen pembayaran, agar bagian pajak dan akuntansi dapat memeriksa terlebih dulu, disatu sisi, dan pemahaman kontrak antara supplier denganperusahaan pun harus dipahami, baik oleh bagian pajak maupun akuntansi.
Lanjutan
5. Perbedaan dalam kontrak tersebut
mengakibatkan perbedaan dalam perhitungan pajak yang harus dipotong bila ada, dan juga pencatatannya.
6. Dalam transaksi tersebut diatas, kewajiban Pajak Pertambahan Nilai dapat dipastikan ada.
Supplier akan juga melakukan penagihan PPN tersebut.
7. Bagian pajak dari perusahaan harus dapat menentukan bahwa Faktur pajak yang
diserahkan untuk dibayar itu apakah memang sah. Dalam arti faktur pajaknya tidak fiktif,
5. Perbedaan dalam kontrak tersebut
mengakibatkan perbedaan dalam perhitungan pajak yang harus dipotong bila ada, dan juga pencatatannya.
6. Dalam transaksi tersebut diatas, kewajiban Pajak Pertambahan Nilai dapat dipastikan ada.
Supplier akan juga melakukan penagihan PPN tersebut.
7. Bagian pajak dari perusahaan harus dapat menentukan bahwa Faktur pajak yang
diserahkan untuk dibayar itu apakah memang
sah. Dalam arti faktur pajaknya tidak fiktif,
Lanjutan
a. meningkatkan efisiensi pemungutan pajak dalam rangka mendukung penerimaan negara
b. meningkatkat pelayanan, kepastian hukuman keadilan bagi masyarakat guna
meningkatkan daya saing dalam bidang penanaman modal, dengan tetap mendukung pengembangan usaha kecil dan menengah;
c. menyesuaikan tuntutan perkembangan sosial ekonomi masyarakat serta perkembangan di bidang teknologi informasi;
d. meningkatkan keseimbangan antara hak dan kewajiban;
e. menyederhanakan prosedur administrai perpajakan
f. meningkatkan penerapan prinsip self assessment secara akuntabel dan konsisten;
dan;
f. mendukung iklim usaha ke arah yang lebih kondusif dan kompetitif.