• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMANFAATAN EFEK ANTIINFLAMASI DARI EKSTRAK DAUN RAMANIA (BOUEA MACROPHYLLA GRIFFITH) DAN EKSTRAK DAUN CIPLUKAN (PHYSALIS ANGULATA L.) SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KUALITAS HIDUP BAGI PENDERITA LUPUS

N/A
N/A
maritq fah

Academic year: 2023

Membagikan "PEMANFAATAN EFEK ANTIINFLAMASI DARI EKSTRAK DAUN RAMANIA (BOUEA MACROPHYLLA GRIFFITH) DAN EKSTRAK DAUN CIPLUKAN (PHYSALIS ANGULATA L.) SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KUALITAS HIDUP BAGI PENDERITA LUPUS"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PEMANFAATAN EFEK ANTIINFLAMASI DARI EKSTRAK DAUN RAMANIA (BOUEA MACROPHYLLA GRIFFITH) DAN EKSTRAK DAUN CIPLUKAN (PHYSALIS ANGULATA L.) SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KUALITAS HIDUP

BAGI PENDERITA LUPUS.

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Imunologi

Dosen Pengampu : Dr.drh. Cicilia Novi P.,M.Pd

Disusun Oleh :

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN SAINS UNIVERSITAS PGRI MADIUN

2023

Andicka Dwi Buana Putra 2204101009 Luthfi Shany Azzahroh 2204101011 Arneta Ayuning Sabriena 2204101016 Riko Aditya Wibowo 2204101018

(2)

Daftar Isi

(3)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.

Lupus eritematosus sistemik (LES) adalah penyakit autoimun yang ditandai oleh peradangan kronis dan akut pada berbagai jaringan tubuh seperti ginjal, hati, sendi, sel darah merah, leukosit dan trombosit. Berdasarkan Sudoyo, data dari Yayasan Lupus Indonesia, penderita LES diperkirakan mencapai 5 juta orang di seluruh dunia. (Sudoyo,2007)

Penyakit LES merupakan penyakit inflamasi autoimun kronik, dengan etiologi yang belum diketahui. Manifestasi klinis, perjalanan penyakit dan prognosis Penyakit LES sangat beragam. Sistem kekebalan tubuh pada penyakit ini akan mengalami kehilangan kemampuan untuk melihat perbedaan antara substansi asing dengan sel dan jaringan tubuh sendiri. Pada Penyakit LES terjadi produksi antibodi yang berlebihan namun tidak menyerang kuman atau antigen tetapi menyerang sistim kekebalan sel dan jaringan tubuh sendiri. Antibodi seperti ini disebut “auto-antibodi”

yang bereaksi dengan antigen “sendiri” membentuk kompleks imun. Kompleks imun yang terdapat dalam jaringan akan mengakibatkan terjadinya peradangan dan kerusakan pada jaringan. (Kemenkes,2017)

Selama ini, tritmen dokter pada penderita SLE biasanya dengan pemberian obat-obatan yang hanya mengurangi gejalanya saja, tidak pada peyebabnya. Misalnya pemberian obat-obatan antiinflamasi, antimalaria dan immunosupressant. Kini, sudah ada obat yang dapat digunakan untuk membantu meringankan serangan SLE yang disebut Lymphostat-B, yang berfungsi menghambat protein yang menstimulasi limfosit B (BLyS= B lymphocyte stimulator). Limfosit B adalah sel yang berkembang menjadi sel plasma yang memproduksi antibodi. Jadi dapat memulihkan aktivitas autoimun menjadi normal, kemudian menghambat aktivitas protein tersebut sehingga limfosit B tidak bisa berkembang menjadi sel plasma yang memproduksi antibodi. Berkurangnya produksi antibodi menyebabkan aktivitas penyakit lupus mudah dikontrol.(Evi Rovianti,2012). Namun meskipun sudah ditemukan pengobatan untuk mengontrol lupus karena gejala lupus yang berupa peradangan yang menyerang seluruh tubuh maka tetap dibutuhkan pengobatan antiinflamasi untuk meringankan gejalanya.

Inflamasi merupakan reaksi lokal pada jaringan vaskular terhadap cedera yang ditandai dengan gejala seperti rubor (kemerahan), kalor (panas), dolor (nyeri), dan tumor (pembengkakan). Proses inflamasi atau radang terjadi karena adanya kerusakan sel yang disebabkan oleh mikroba, cedera fisik atau kimia . Pengobatan inflamasi biasanya dilakukan dengan mengkonsumsi obat-obatan anti inflamasi

(4)

golongan steroid maupun non steroid. Namun, obat antiinflamasi golongan non steroid memiliki efek samping yang dapat mengiritasi lambung, sedangkan pemakaian obat golongan steroid dalam jangka panjang dapat menyebabkan hipertensi. Alternatif obat yang berasal dari bahan alam diperlukan untuk mengatasi masalah tersebut. Pemanfaatan tumbuhan dapat dijadikan pengobatan alternatif bagi penderita penyakit kronis. Salah satu penyakit kronis yang memerlukan pengobatan secara terus-menerus adalah Lupus. Salah satu tanaman tradisional yang biasa digunakan oleh masyarakat sebagai antiinflamasi adalah daun ramania (Bouea macrophylla Griffith) dan Buah Ceplukan (Physalis Angulata L). Bagian tanaman ramania yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat adalah buah dan daunnya sedangkan tanaman ciplukan yang banyak dimanfaatkan adalah buah nya.Salah satu senyawa pada daun dan buah ramania yaitu flavonoid dapat berperan sebagai antiinflamasi dengan cara menghambat enzim siklooksigenase dan lipooksigenase yang berperan mengatasi gejala peradangan dan alergi.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah bahan alam yang dapat digunakan dalam terapi inflamasi pada lupus?

2. Bagaimana mekanisme senyawa bahan alam yang digunakan sebagai antiinflamasi?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui alternatif pengobatan untuk mengurangi gejala inflamasi pada lupus.

2. Untuk mengetahui efektivitas alternatif pengobatan dalam mengurangi inflamasi pada pasien lupus.

(5)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Morfologi,zat kandungan kimia, klasifikasi dari Tumbuhan Gandaria (Bouea macrophylla Griff)

1. Morfologi tumbuhan gandaria

Gandaria merupakan tumbuhan yang berasal dari Sumatera Utara, Jawa Barat (Indonesia), Peninsular (Malaysia), dan juga dapat tumbuh di Thailand. Gandaria (Bouea macrophylla Griff) merupakan famili Anacardiaceae. Tumbuhan ini mempunyai buah yang cukup populer di negara Thailand.Pohon gandaria dapat mencapai tinggi 27 m, dengan warna batang coklat cerah, dan daun yang hijau. Daunnya dapat mencapai panjang 45 cm dengan lebar 13 cm, tetapi umumnya lebih kecil (Subhadrabandhu, 2001).

Morfologi dari batang pohon gandaria ini memiliki tinggi mencapai 27 meter. Batang pohon tanaman gandaria memiliki tajuk yang membulat, untaiannya atau cabangnya pun juga sangat banyak sehingga pohon ini dapat terasa rimbun. Pertumbuhan batang pohon gandaria ini sangatlah lambat. Oleh karenanya, tanaman gandaria ini merupakan salah satu tanaman yang langka untuk saat ini.

2. Kandungan Kimia tumbuhan gandaria

Novalianti (2006) telah melakukan uji fitokimia kulit batang tumbuhan gandaria, diketahui bahwa kulit batang tumbuhan gandaria mengandung senyawa fenolik dan flavonoid. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, diketahui bahwa fraksi etil asetat kulit batang memiliki potensi untuk dilakukan penelitian lebih lanjut guna mengisolasi senyawa golongan fenolik lainnya.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Adam et al. (2011), menunjukkan bahwa ekstrak daun B. macrophylla mengandung beberapa senyawa fitokimia penting seperti antrakuinon, terpenoid, flavonoid, tanin, alkaloid, steroid, triterpenoid, fenol, kumarin, karbohidrat, dan protein. Penemuan ini mengindikasikan bahwa tumbuhan ini memiliki potensial yang tinggi untuk dijadikan agen farmasi yang baru.

Rudiana et al. (2018) telah melakukan analisis total fenolik dan flavonoid dari ekstrak batang B. macrophylla dengan pelarut n-heksana, etil asetat dan metanol. Hasil analisis total fenolik dan flavonoid dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1. Hasil analisis total fenolik dan flavonoid dari ekstrak batang B.

macrophylla

Ekstrak Total fenolik (mg GAE/g) Total flavonoid (mg kuersetin/g) n-heksana 2,38 14,09

(6)

Etil asetat 22,62 32,28 Metanol 19,35 31,18 Sumber: Rudiana et al. (2018)

Berdasarkan Tabel 1, ekstrak etil asetat memiliki nilai total fenolik dan flavonoid paling besar. Etil asetat memiliki polaritas semipolar sehingga senyawa senyawa golongan fenolik dan flavonoid banyak terekstrak pada pelarut etil asetat. Fenolik dan flavonoid memiliki sifat kepolaran mendekati etil asetat karena memiliki gugus benzena yang bersifat nonpolar dan gugus hidroksi yang memberikan sifat polar (Rudiana et al., 2018).

Menurut Ghasemzadeh dan Ghasemzadeh (2011), senyawa fenolik dan flavonoid berperan penting dalam menangkal radikal bebas, khususnya senyawa DPPH.

3. Klasifikasi tumbuhan gandaria

Berikut adalah taksonomi tumbuhan Gandaria (Heyne, 1987) Kerajaan : Plantae

Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Sapindales Famili : Anacardiaceae

Genus : Bouea

Spesies : Bouea macrophylla

Tumbuhan gandaria dapat tumbuh di berbagai negara dengan istilah nama yang berbeda- beda. Di Indonesia dinamakan tumbuhan ramania atau gandaria, di Malaysia dinamakan tumbuhan kundang, dan di Thailand dinamakan tumbuhan maprang (Khoo et al., 2016).

Gandaria disebut dengan berbagai nama berbeda di Indonesia, seperti gandoriah (Minangkabau), barania (Dayak), jatake, gandaria (Sunda), buwamelawe (Bugis), dan gondariya (Jawa).

(7)

B. Morfologi,zat kandungan kimia, klasifikasi dari Tumbuhan Ciplukan (Physalis angulata Linn.)

1. Morfologi tumbuhan ciplukan (Physalis angulata Linn.)

Herba ciplukan adalah tanaman herba tahunan, dengan tinggi mencapai 80 cm hingga 120 cm, merupakan tanaman liar berupa semak atau perdu yang rendah dengan umur kurang lebih 1 tahun. Tanaman ini termasuk tanaman berbiji belah, memiliki akar tunggang, akar cabang, dan akar serabut. Batangnya bulat dan beralur kecoklatan dan percabangannya menggarpu dengan jumlah yang banyak. Daunnya berbentuk bulat telur memanjang dengan tepi bergelombang berujung runcing dengan panjang sekirat 5-15 cm dan lebar 2,5- 10,5 cm. Tulang daun berwarna keunguan dan tangkai daun berwarna hijau.

2. Kandungan kimia tumbuhan ciplukan (Physalis angulata Linn.)

Herba ciplukan bermanfaat sebagai antidiabetes, antibakteri, antivirus, imunomodulator, antiinflamasi, antioksidan, analgesic dan sitotoksik, menetralkan racun, dan anti kanker.

Efeknya tersebut timbul karena mengandung senyawa aktif yaitu saponin, tannin, flavonoid, polifenol, sekosteroid (fisalin dan withangulatin) dan alkaloid. Fisalin mempunyai efek imunologi karena dapat menekan aktivitas sel makrofag dan berperan pada stimulasi proliferasi sel limfosit. Berdasarkan hasil skrining fitokimia menyatakan bahwa ekstrak air herba P. angulata L. mengandung metabolit sekunder golongan alkaloid, flavonoid, steroid/terpenoid, polifenol, tanin, dan saponin. (Harborne, 1987; Simon Gibbons &

Alexander, 1998).

3. Klasifikasi ciplukan (Physalis angulata Linn.) Nama Latin : Physalis angulata Linn.

Nama local : Ciplukan (Indonesia) , Cecendet (Sunda), Ceplukan (Jawa), Yor- yoran (Madura), Kepok-kepokan (Bali), Leletep (Sumatra), Leletokan (Minahasa).

Kindo : Plantae

Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonnae

Ordo : Solanales

Famili : Solanaceae Marga : Physalis

Spesies : Physalis angulata linn.

(8)

Referensi

Dokumen terkait

ekstrak etanol daun beluntas ( Pluchea indica L.), ciplukan ( Physalis angulata L.) dan kenikir ( Cosmos caudatus Kunth.) memiliki efek sitotoksik yang lemah terhadap

Berdasarkan mutu fisik yang terakhir yaitu penetapan pH suspensi ekstrak buah ciplukan dari satu sediaan yang dihasilkan dimana diuji tiga kali, hasil pH suspensi

Hasil skrining fitokimia menunjukkan bahwa pengeringan tidak mempengaruhi kandungan metabolit sekunder daun ciplukan secara kualitatif, yang mana semua sampel

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui daya antibakteri dari obat kumur ekstrak etanol daun ciplukan (Physalis angulata L.) terhadap bakteri Staphylococcus aureus

Penelitian ini menggunakan biakan bakteri Staphylococcus aureus yang diikubasi dengan pasta gigi ekstrak daun ciplukan (Physalis angulata L.) dalam konsentrasi 5%,

Hasil tersebut kemudian dibahas dengan melihat kadar hambat minimal (KHM) dan kadar bunuh minimal (KBM) daya antibakteri obat kumur ekstrak etanol daun ciplukan

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul “Potensi Ekstrak Daun Ciplukan (Physalis angulata L.) dalam Memperbaiki fungsi

Efektivitas Ekstrak Daun Ciplukan ( Physalis angulata L.) Terhadap Sistem Kekebalan Tubuh Ikan Nila ( Oreochromis niloticus ).. (Pembimbing : Eva Prasetiyono dan