Tumbuhan Gandaria (Bouea macrophylla Griff)
Gandaria merupakan tumbuhan yang berasal dari Sumatera Utara, Jawa Barat (Indonesia), Peninsular (Malaysia), dan juga dapat tumbuh di Thailand. Gandaria (Bouea macrophylla Griff) merupakan famili Anacardiaceae. Tumbuhan ini mempunyai buah yang cukup populer di negara Thailand.
Pohon gandaria (Gambar 1) dapat mencapai tinggi 27 m, dengan warna batang coklat cerah, dan daun yang hijau. Daunnya dapat mencapai panjang 45 cm dengan lebar 13 cm, tetapi umumnya lebih kecil (Subhadrabandhu, 2001). Morfologi dari batang pohon gandaria ini memiliki tinggi mencapai 27 meter. Batang pohon tanaman gandaria memiliki tajuk yang membulat, untaiannya atau cabangnya pun juga sangat banyak sehingga pohon ini dapat terasa rimbun. Pertumbuhan batang pohon gandaria ini sangatlah lambat. Oleh karenanya, tanaman gandaria ini merupakan salah satu tanaman yang langka untuk saat ini.
Berikut adalah taksonomi tumbuhan Gandaria (Heyne, 1987)
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Sapindales Famili : Anacardiaceae
Genus : Bouea
Spesies : Bouea macrophylla
Tumbuhan gandaria dapat tumbuh di berbagai negara dengan istilah nama yang berbeda-beda. Di Indonesia dinamakan tumbuhan ramania atau gandaria, di Malaysia dinamakan tumbuhan kundang, dan di Thailand dinamakan tumbuhan maprang (Khoo et al., 2016).
Gambar Ya Adik2
Gandaria disebut dengan berbagai nama berbeda di Indonesia, seperti gandoriah (Minangkabau), barania (Dayak), jatake, gandaria (Sunda), buwamelawe (Bugis), dan gondariya (Jawa).
Pemanfaatan tumbuhan ini masih sangat terbatas. Kayu gandaria banyak digunakan untuk
membuat alat pertanian, daun muda dapat digunakan sebagai salad, buahnya dapat dikonsumsi untuk dibuat salad, acar dan jus, serta digunakan sebagai pengganti jus lemon atau asam jawa (Isnawati, 2012). Buah B. macrophylla mirip seperti mangga namun ukurannya lebih kecil, buah ini biasa dikonsumsi oleh masyarakat Malaysia (Rajan dan Bhat, 2014). Kurangnya pemanfaatan tumbuhan ini karena keterbatasan studi tentang B. macrophylla.
Novalianti (2006) telah melakukan uji fitokimia kulit batang tumbuhan gandaria, diketahui bahwa kulit batang tumbuhan gandaria mengandung senyawa fenolik dan flavonoid. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, diketahui bahwa fraksi etil asetat kulit batang memiliki potensi untuk dilakukan penelitian lebih lanjut guna mengisolasi senyawa golongan fenolik lainnya.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Adam et al. (2011), menunjukkan bahwa ekstrak daun B. macrophylla mengandung beberapa senyawa fitokimia penting seperti antrakuinon, terpenoid, flavonoid, tanin, alkaloid, steroid, triterpenoid, fenol, kumarin, karbohidrat, dan protein.
Penemuan ini mengindikasikan bahwa tumbuhan ini memiliki potensial yang tinggi untuk dijadikan agen farmasi yang baru.
Rudiana et al. (2018) telah melakukan analisis total fenolik dan flavonoid dari ekstrak batang B.
macrophylla dengan pelarut n-heksana, etil asetat dan metanol. Hasil analisis total fenolik dan flavonoid dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1. Hasil analisis total fenolik dan flavonoid dari ekstrak batang B. macrophylla
Ekstrak Total fenolik (mg GAE/g) Total flavonoid (mg kuersetin/g) n-heksana 2,38 14,09
Etil asetat 22,62 32,28 Metanol 19,35 31,18 Sumber: Rudiana et al. (2018)
Berdasarkan Tabel 1, ekstrak etil asetat memiliki nilai total fenolik dan flavonoid paling besar.
Etil asetat memiliki polaritas semipolar sehingga senyawa senyawa golongan fenolik dan flavonoid banyak terekstrak pada pelarut etil asetat. Fenolik dan flavonoid memiliki sifat
kepolaran mendekati etil asetat karena memiliki gugus benzena yang bersifat nonpolar dan gugus hidroksi yang memberikan sifat polar (Rudiana et al., 2018). Menurut Ghasemzadeh dan
Ghasemzadeh (2011), senyawa fenolik dan flavonoid berperan penting dalam menangkal radikal bebas, khususnya senyawa DPPH.
MEKANISM RAMANIA
Senyawa yang berperan dalam aktivitasnya sebagai anti inflamasi pada daun ramania adalah kuersetin yang merupakan turunan dari flavonoid. Senyawa kuersetin memiliki kemampuan dapat menghambat sistem dari enzim siklooksigenase dan lipooksigenase sehingga pelepasan prostaglandin juga akan terhambat. Percobaan pada tikus jantan galur wistar juga, tanaman yang dikenal secara empiris oleh masyarakat Kalimantan yaitu jatake, terutama bagian daun dari tanaman ini memiliki aktivitas sebagai anti inflamasi. Aktivitas tanaman ini sebagai anti inflamasi dikaitkan dengan kemampuannya sebagai antioksidan dan kandungan kadar fenolik yang ada. Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa aktivitas antioksidan dan kadar fenolik tertinggi ada pada bagian dari daun dan buah jatake atau ramania. Sehingga dimungkinkan kemampuan nya sebagai anti inflamasi lebih baik pada bagian daun dan buah. Kemampuan tanaman-tanaman ini sebagai anti inflamasi perlu dilakukan pengkajian lebih mendalam
mengenai senyawa yang benar-benar berperan sebagai anti inflamasi. Aktivitas berbagai tanaman sebagai anti inflamasi sebagian besar dikaitkan dengan senyawa flavonoid yang terkandung di dalamnya. Mekanisme molekuler yang berperan pada aktivitas anti inflamasi senyawa flavonoid adalah melalui mekanisme penghambatan enzim proinflamasi seperti siklooksigenase-2 (COX- 2), lipoksigenase, dan Nitrit oksida. Selain itu juga penghambatan pada Nf-kB dan mengaktifkan protein -1 (AP-1) dan aktivasi enzim detoksifikasi antioksidan fase II, mitogen activated protein kinase (MAPK), protein kinase C dan nuclear factor- erythroid -2 related factor 9 .
Tanaman gandaria (Bouea macrophylla) dapat mengandung berbagai jenis flavonoid, dan spesifikasinya dapat bervariasi tergantung pada faktor genetik, lingkungan pertumbuhan, dan kondisi tanaman. Beberapa flavonoid umum yang dapat ditemukan dalam tanaman ramania diantaranya adalah Quercetin dan Kaempferol. Quercetin merupakan flavonol yang kebanyakan ditemukan pada buah ramania sedangkan kaempferol merupakan Flavonol lain yang memiliki sifat antioksidan dan antiinflamasi.
Flavonoid adalah senyawa tumbuhan Ramania yang memiliki efek antiinflamasi melalui beberapa mekanisme:
1. Inhibisi Enzim COX: Beberapa flavonoid dapat menghambat aktivitas enzim COX, serupa dengan tindakan obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS). Ini mengurangi produksi
prostaglandin yang berperan dalam peradangan.
2. Antioxidant: Flavonoid memiliki sifat antioksidan, melindungi sel-sel dari stres oksidatif. Ini dapat membantu mengurangi kerusakan sel dan peradangan yang disebabkan oleh radikal bebas.
3. Modulasi Jalur Sinyal Inflamasi: Flavonoid dapat memodulasi jalur sinyal inflamasi dalam sel, menghambat aktivasi faktor nuklir kappa B (NF-kB) dan mengurangi ekspresi gen yang terlibat dalam respon peradangan.
4. Inhibisi Enzim Lipoxygenase: Beberapa flavonoid dapat menghambat enzim lipoxygenase, yang terlibat dalam produksi leukotrien, zat kimia proinflamasi.
5. Modulasi Respons Seluler: Flavonoid dapat memengaruhi respons seluler terhadap zat kimia peradangan, mengurangi migrasi sel peradangan ke area yang terkena.
Gae tambah2 pendahuluan
Inflamasi merupakan reaksi lokal pada jaringan vaskular terhadap cedera yang ditandai dengan gejala seperti rubor (kemerahan), kalor (panas), dolor (nyeri), dan tumor (pembengkakan). Proses inflamasi atau radang terjadi karena adanya kerusakan sel yang disebabkan oleh mikroba, cedera fisik atau kimia . Pengobatan inflamasi biasanya dilakukan dengan mengkonsumsi obat-obatan anti inflamasi golongan steroid maupun non steroid. Namun, obat antiinflamasi golongan non steroid memiliki efek samping yang dapat mengiritasi lambung, sedangkan pemakaian obat golongan steroid dalam jangka panjang dapat menyebabkan hipertensi. Oleh karena itu, dalam
penanggulangan efek samping dari obat tersebut perlu adanya pengembangan untuk terapi inflamasi sebagai alternatif salah satunya menggunakan senyawa antiinflamasi yang bertujuan untuk
mencapai efek farmakologis yang tinggi dengan efek samping yang rendah. Salah satu tanaman yang dapat dimanfaatkan adalah daun ramania (latin e opo kui) dan Cipokan ( opo kui latine) . Bagian tanaman ramania yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat adalah buah dan daunnya sedangkan tanaman ciplukan yang banyak dimanfaatkan adalah buah nya.Salah satu senyawa pada daun dan buah ramania yaitu flavonoid dapat berperan sebagai antiinflamasi dengan cara
menghambat enzim siklooksigenase dan lipooksigenase yang berperan mengatasi gejala peradangan dan alergi.