• Tidak ada hasil yang ditemukan

pemanfaatan dana desa muarabio berdasarkan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "pemanfaatan dana desa muarabio berdasarkan"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

PEMANFAATAN DANA DESA MUARABIO BERDASARKAN PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH

TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2018

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Di Fakultas Hukum

Universitas Lancang Kuning Pekanbaru

Disusun Oleh :

NAMA : MARWIDODO NPM : 1674201514

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LANCANG KUNING PEKANBARU

2020

(2)

iii

(3)

xii ABSTRAK

Rumusan masalah pada penelitian ini, bagaimanakah pemanfaatan dana Desa berdasarkan Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2018 Tentang prioritas penggunaan dana Desa tahun 2019, dan hambatan pemanfaatan dana Desa berdasarkan Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2018 tentang prioritas penggunaan dana Desa tahun 2019 Desa Muarabio di Kecamatan Kampar Kiri Hulu. Serta upaya apakah yang dilakuakan dalam mengatasi hambatan pemanfaatan dana Desa berdasarkan peraturan Menteri Desa, pembangunan daerah tertinggal, dan transmigrasi Republik Indonesia Nomor 16 tahun 2018 tentang prioritas penggunaan dana Desa, Kecamatan Kampar Kiri Hulu. Tujuan dari penelitian ini untuk menjelaskan pemanfaatan dana Desa Muarabio berdasarkan Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2018 Tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa, dan untuk menjelakan hambatan pemanfaatan Dana Desa Muarabio berdaarkan Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan transmigrai Republik Indonesia serta untuk menjelaskan dan upaya yang dilakukan guna mengatasi hambatan dalam pemanfaatan dana Desa Muarabio berdaarkan Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia. Metode Penelitian ini adalah penelitian Hukum Sosiologis yakni mengkaji tentang berlakunya hukum positif dalam kehidupan masyarakat. Hasil Penelitian ini menyimpulkan bahwa kepala Desa mempunyai kewenangan yang luas sebagai kuasa pengguna anggaran sehingga sangat rentan terjadinya penyimpangan terhadap penggunaan keuangan Desa, sehingga dalam mengawasi pelaksanaan kewenangan kepala Desa untuk pengelolaan keuangan tidak bisa hanya meminta persetujuan Kepala Desa namun perlu persetujuan Badan Permusyawaratan Desa dalam menentukan penggunaan keuangan Desa oleh Kepala Desa. Masih terdapat program yang tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan dan masih terdapat masyarakat yang belum dilibatkan dalam program pemanfaatan dana Desa karena didasari beberapa faktor.

Kata kunci: Pemanfaatan, Dana, Desa

(4)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa merupakan sebuah produk era reformasi yang menjadi bentuk awal kemandirian Desa dalam penyelenggaraan Pemerintahan maupun dalam pengelolaan Keuangan Desa. Mengingat dana yang diterima oleh Desa jumlahnya cukup besar dan terus meningkat setiap tahunnya, maka dalam menyelenggarakan Pemerintahan dan Pengelolaan keuangan Desa, dibutuhkan kapasitas Aparatur Desa yang handal dan sarana lainnya yang memadai agar pelaksanaannya menjadi lebih terarah dan akuntabel1.

Alokasi Dana Desa (ADD) merupakan salah satu bentuk hubungan keuangan antar tingkat Pemerintahan yaitu hubungan keuangan antara Pemerintahan Kabupaten dengan Pemerintahan Desa. Untuk dapat merumuskan hubungan keuangan yang sesuai maka diperlukan pemahaman mengenai kewenangan yang dimiliki pemerintah Desa. Artinya, anggaran pemerintah yang diberikan Kepada Desa terkait sepenuhnya adalah untuk fasilitas pembangunan dan pemberdayaan Desa sebagai salah satu lembaga yang andil dalam format kepemerintahan. Dana tersebut harus digunakan dan di alokasikan sebagai mana mestinya sesuai dengan Undang-Undang dan ketentuan yang berlaku yang telah

1 Fitra, Amanda Aidil. . “Analisis Implementasi Pengelolaan Keuangan Desa Dalam Penggunaan Dan Pelaporan Dana Desa (Kasus: Desa Panggungharjo Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul).”

Universitas Gadjah Mada, Skripsi hlm 2

(5)

2 ditetapkan pemerintah Indonesia sehingga dengan Alokasi Dana Desa (ADD) tersebut mampu meningkatkan Pembangunan Desa, Partisipasi Masyarakat dalam Memberdayakan dan Mengimplementasikan bantuan tersebut untuk kedepan.

Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa pada pasal 1 dijelaskan pengertian Desa yakni Desa adalah Desa dan Desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan Pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Desa memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan warganya dalam segala aspek, baik dalam pelayanan (public good), pengaturan (public regulation), dan pemberdayaan masyarakat (empowerment). Peranan pemerintah Desa memang dirasa sangat dibutuhkan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakatnya, inovasi- inovasi baru serta perhatian pemerintah Desa pada sarana dan prasarana Desa juga sangat diperlukan demi terwujudnya pembangunan yang seutuhnya2.

Desa sebagai salah satu ujung tombak organisasi pemerintah dalam mencapai keberhasilan dari urusan pemerintahan yang asalnya dari Pemerintah Pusat. Perihal ini disebabkan Desa lebih dekat dengan masyarakat sehingga program dari pemerintah lebih cepat tersampaikan. Desa mempunyai peran untuk mengurusi serta mengatur sesuai dengan amanat Undang-Undang

2 Hendi Sandi Putra. 2017. “Tata Kelola Pemerintahan Desa Dalam Mewujudkan Good Governance Di Desa Kalibelo Kabupaten Kediri.” Jurnal Politik Muda, hlm, 110–19

(6)

3 Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa yang salah satu pasalnya dijelaskan bahwa Desa memiliki kewenangan dalam bidang penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, pembinaan kemasyarakatan dan pemberdayaan Desa.

Menjalankan fungsi-fungsi pemerintahan Desa, aparat Desa dihadapkan dengan tugas yang cukup berat, mengingat Desa sebagai entitas yang berhadapan langsung dengan rakyat. Pada saat ini, perananan Pemerintah Desa sangat diperlukan guna menunjang segala bentuk kegiatan pembangunan. Berbagai bentuk perubahan sosial yang terencana dengan nama pembangunan diperkenalkan dan dijalankan melalui Pemerintah Desa. Untuk dapat menjalankan peranannya secara efektif dan efesien, Pemerintah Desa perlu terus dikembangkan sesuai dengan perkembangan kemajuan masyarakat Desa dan lingkungan sekitarnya. Perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat Desa disebabkan adanya gerakan pembangunan Desa perlu diimbangi pula dengan pengembangan kapasitas pemerintahan Desanya. Sehingga, Desa dan masyarakatnya tidak hanya sebatas sebagai objek pembangunan, tetapi dapat memposisikan diri sebagai salah satu pelaku pembangunan3.

Berkaitan dengan hal tersebut, pengembangan wawasan dan pengetahuan bagi para penyelenggara Pemerintahan Desa merupakan kegiatan yang semestinya menjadi prioritas utama. Sehingga pengembangan wawasan, pengetahuan, sikap dan keterampilan para penyelenggara Pemerintahan senantiasa teraktualisasi seiring dengan bergulirnya perubahan yang senantiasa terjadi.

3 Ferina, Ika Sasti, Burhanuddin, and Herman Lubis. 2016. “Tinjauan Kesiapan Pemerintah Desa Dalam Implementasi Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Keuangan Desa (Studi Kasus Pada Pemerintah Desa Di Kabupaten Ogan Ilir).”

Jurnal manajemen dan bisnis, hlm: 321–36

(7)

4 Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 Desa diberikan sumber-sumber pendapatan yang berasal dari tujuh sumber, yaitu:

a) Pendapatan Asli Desa, terdiri atas hasil usaha, hasil aset, swadaya dan partisipasi, gotong royong, dan lain-lain Pendapatan Asli Desa b) Alokasi APBN (Dana Desa)

c) Bagian dari Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD) Kabupaten/Kota, minimal sebesar 10% dari hasil pajak daerah dan retribusi daerah Kabupaten/Kota

d) Alokasi Dana Desa, yaitu bagian dana Perimbangan yang diterima Kabupaten/Kota diluar DAK (DAU dan DBH) sebesar 10%

e) Bantuan keuangan dari APBD Provinsi/Kabupaten/Kota

f) Hibah dan sumbangan yang tidak mengikat dari pihak ketiga; dan Lain-lain pendapatan Desa yang sah.

Ketentuan pasal tersebut mengamanatkan kepada Pemerintah Kabupaten untuk mengalokasikan dana perimbangan yang diterima Kabupaten kepada Desa- desa yaitu dalam bentuk Alokasi Dana Desa (ADD) dengan memperhatikan prinsip keadilan dan menjamin adanya pemerataan. ADD adalah Alokasi Dana ke Desa dengan perhitungan dari Dana Perimbangan yang diterima oleh Kabupaten sebesar 10% setelah dikurangi dengan Dana Alokasi Khusus (DAK).

Dasar hukum pengalokasian Dana Perimbangan ke Desa sesuai dengan amanat dari Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Pasal 72 ayat (4), jika hal tersebut tidak dilaksanakan maka sanksi tegas dinyatakan dalam Pasal 72 ayat (6), dimana Pemerintah dapat melakukan penundaan dan/atau pemotongan sebesar

(8)

5 alokasi Dana Perimbangan setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus. Dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 43 Tahun 2014 yang telah direvisi menjadi PP No 47 tahun 2015 tentang peraturan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa Pasal 96 ayat (3) pengalokasian ADD disalurkan dengan pertimbangan jumlah penduduk, angka kemiskinan, luas wilayah dan tingkat kesulitan geografis. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Pasal 2 Tentang Desa, Penggunaan Dana Desa berdasarkan Pasal 25 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 47 Tahun 2015, yaitu: Dana Desa di prioritaskan untuk membiayai pembangunan dan pemberdayaan masyarakat yang pelaksanaannya diutamakan secara swakelola dengan menggunakan sumber daya atau bahan baku lokal, dan diupayakan dengan lebih banyak menyerap tenaga kerja dari masyarakat setempat. Pemberdayaan Masyarakat Desa adalah upaya mengembangkan kemandirian dan kesejahteraan masyarakat dengan meningkatkan pengetahuan, sikap, keterampilan, perilaku, kemampuan, kesadaran, serta memanfaatkan sumber daya melalui penetapan kebijakan, program, kegiatan, dan pendampingan yang sesuai dengan esensi masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat Desa. (pasal 1 ayat 12 Undang-Undang Tentang Desa Nomor 6 Tahun 2014) .

Pengalokasian dana Desa memiliki peran yang penting dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sejak tahun 2014, Presiden Republik Indonesia yang ketujuh, Ir. Joko Widodo, menyampaikan klaimnya mengenai dana Desa yang digelontorkan Pemerintah sebesar Rp 187 triliun dana Desa ke Desa-desa sejak Tahun 2015 pada masa jabatan kepemimpinannya. Berdasarkan

(9)

6 data dari situs resmi Kementerian Keuangan (Kemenkeu), alokasi dana Desa pada tahun 2018 sebesar Rp 60 triliun, pada tahun 2017 sebesar Rp 60 triliun, pada tahun 2017 sebesar Rp 46,98 triliun, dan pada tahun 2015 sebesar Rp 20,7 triliun.

Dengan nominal dana Desa sebesar itu seharusnya dana Desa memiliki peran yang penting dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat apabila pengelolaan perencanaan program tersebut sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat. Untuk itu pembangunan perdesaan yang dilaksanakan harus sesuai dengan masalah yang dihadapi, potensi yang dimiliki harus sesuai aspirasi masyarakat yang diperoleh dari musyawarah mufakat dengan memprioritas peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Di tahun 2019, Pemerintah Indonesia menggelontorkan dana Desa sebesar Rp 70 triliun. Dan untuk pengalokasian dana Desa tersebut, pemerintah semakin memperketat pengawasan dalam pengoptimalan penyerapan dana tersebut melalui Peraturan Menteri No. 16 Tahun 2018 sehingga meminimalisir adanya penyelewengan. Melalui penerbitan Peraturan Menteri No. 16 Tahun 2018 tersebut, pemerintah mengharapkan agar Desa memiliki arah dan pandangan yang jelas mengenai penyaluran dan pemanfaatan dana Desa.

Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2018 tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2019 ditandatangani oleh Menteri Desa PDTT Eko Putro Sandjojo pada tanggal 20 Septermber 2018. PERMEN PDTT No. 16 Tahun 2018 ini diundangkan pada tanggal 18 Oktober 2018 oleh Dirjen Peraturan

(10)

7 Perundang-undangan Kemenkumham RI, Widodo Ekatjahjana di Jakarta dan diumumkan dalam Berita Negara RI Tahun 2018 Nomor 1448.

Peraturan Menteri PDTT No. 16 Tahun 2018 tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2019 merupakan acuan utama bagi Desa diseluruh Indonesia dalam menyelenggarakan kewenangan, hak asal usul, dan kewenangan lokal berskala Desa yang dibiayai dana Desa pada tahun 2019.

Akan tetapi dalam pelaksanaannya pembangunan dan pemberdayaan masyarakat di Desa Muarabio Kampar Kiri Hulu belum terlaksana sebagaimana yang diamantakan dalam Pasal 3 poin 8 Peraturan Menteri No. 16 Tahun 2018 tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa menyebutkan tentang prioritas penggunaan Dana Desa harus Berbasis sumber daya Desa yakni mengutamakan pendayagunaan sumber daya manusia dan sumber daya alam yang ada di Desa dalam pelaksanaan pembangunan yang dibiayai Dana Desa. Hal ini dapat dilihat dari program pemanfaatan dana Desa yang tidak sesuai dengan sumber Daya Desa Muarabio dimana masyarakatnya terdiri dari peternak ikan dan petani namun pemberdayaan dan pembangunan yang dilakukan tidak pada sektor yang menjadi sumber daya Desa.

Berdasarkan latar belakang masalah Tersebut, Penulis Tertarik Melakukan Penelitian Skripsi Yang Berjudul “ PEMANFAATAN DANA DESA MUARABIO BERDASARKAN PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2018”

(11)

8 B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah Pemanfaatan Dana Desa Muarabio Berdasarkan Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2018 Tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2019?

2. Apa hambatan Pemanfaatan Dana Desa Muarabio Berdasarkan Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2018 Tentang Prioritas Penggunaan Dana tahun 2019?

3. Upaya apakah yang dilakukan dalam mengatasi hambatan Pemanfaatan Dana Desa Muarabio Berdasarkan Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2018 Tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa tahun 2019?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk menjelaskan Pemanfaatan Dana Desa Muarbio Berdasarkan Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, Dan

(12)

9 Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2018 Tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2019

b. Untuk menjelaskan hambatan Pemanfaatn Dana Desa Muarabio Berdasarkan Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2018 Tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2019

c. Untuk menjelaskan dan upaya yang dilakukan guna mengatasi hambatan dalam Pemanfaatan Dana Desa Muarabio berdasarkan Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2018 Tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2019

2. Kegunaan Penelitian

Sedangkan manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Penelitian ini dapat dijadikan salah satu cara untuk memperdalam pengetahuan penulis dalam Ilmu Hukum dan Ilmu lainnya yang terkait yang sudah diperoleh selama ini untuk memecahkan persoalan–persoalan nyata dilapangan. Selain itu dapat membantu penulis agar bersikap dan berfikir secara analitis dan kritis dalam praktik.

b. Penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengembangan Ilmu pengetahuan dilingkungan Universitas Lancang Kuning sehingga

(13)

10 nantinya dapat dijadikan referensi bagi penelitian yang ada kaitannya dengan penelitian ini.

c. Penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan bagi Pemerintah terkait ataupun masyarakat pada wilayah tersebut dalam mengatasi masalah yang ada relevansinya dengan penelitian ini.

D. Kerangka Teori

Secara etimologi kata Desa berasal dari bahasa Sansekerta, deca yang berarti tanah air, tanah asal, atau tanah kelahiran. Dari perspektif geografis, Desa atau village diartikan sebagai “a groups of hauses or shops in a country area, smaller than a town”. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengurus rumah tangganya sendiri berdasarkan hak asal usul dan adat istiadat yang diakui dalam pemerintahan nasional dan berada di daerah Kabupaten.

Desa dalam pengertian umum adalah sebagai suatu gejala yang bersifat universal, terdapat dimana pun di dunia ini, sebagai suatu komunitas kecil, yang terikat pada lokalitas tertentu baik sebagai tempat tinggal (secara menetap maupun bagi pemenuhan kebutuhannya, dan yang terutama yang tergantung pada sektor pertanian.

Desa dibentuk atas prakarsa masyarakat dengan memperhatikan asal usul Desa dan kondisi sosial budaya masyarakat setempat. pembentukan Desa dapat berupa penggabungan beberapa Desa, atau bagian Desa yang bersandingan, atau pemekaran dari satu Desa menjadi dua Desa atau lebih, atau pembentukan Desa di

(14)

11 luar Desa yang telah ada. Pembentukan Desa tidak semata-mata sesuai dengan keinginan perangkat Desa yang berwenang mengatur keseluruhan kegiatan di Desa, seperti halnya dengan pembentukan atau pendirian organisasi baru, pembentukan Desa pun harus memenuhi aturan-aturan yang ada, berikut landasan hukum pembentukan Desa adalah Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa dan diatur lebih lanjut dalam PP No 43 tahun 2014 yang telah direvisi menjadi PP No 47 tahun 2015 tentang peraturan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014.

Dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 pembetukan Desa harus memenuhi syarat sebagai berikut:

a) Batas usia Desa induk paling sedikit 5 (lima) tahun terhitung sejak pembentukan

b) Jumlah penduduk sebagaimana diatur pada pasal 8 ayat (3) b c) Wilayah kerja yang memiliki akses transportasi antar wilayah

d) Sosial budaya yang dapat menciptakan kerukunan hidup bermasyarakat sesuai dengan adat istiadat Desa

e) Memiliki potensi yang meliputi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya ekonomi pendukung

E. Metode Penelitian

Untuk menghasilkan penelitian yang baik dan berkualitas, maka penulis menggunakan metode penelitian untuk menjelaskan, menjawab dan menganalisa rumusan masalah. Adapun metode penelitian yang penulis gunakan adalah sebagai berikut :

(15)

12 1. Jenis Penelitian

Jika dilihat dari jenisnya, penelitian ini merupakan penelitian hukum sosiologis yaitu penelitian yang membahas berlakunya hukum positif dan pengaruh berlakunya hukum positif terhadap kehidupan masyarakat4. Jenis penelitian ini adalah hukum sosiologis yaitu satu penelitian yang membahas tentang berlakunya hukum positif dalam pelaksanaan tanggung jawab pemanfaatan dana Desa di Desa Muarabio Kecamatan Kampar Kiri Hulu

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang penulis tetapkan dalam penelitian ini adalah Desa Muarabio Kecamatan Kampar Kiri Hulu. Alasan dipilihnya lokasi penelitian ini dikarenakan pemanfaatan Dana Desa di Desa Muarbio masih belum sesuai sebagaimana yang diamantkan Undang-Undang.

3. Populasi dan Sampel a) Populasi

Populasi merupakan sekumpulan objek yang hendak diteliti. Setelah lokasi penelitian ditentukan, peneliti harus menetapkan populasi penelitiannya. Pada tahap ini seorang peneliti diharapkan mampu mengidentifikasi populasi yang ada.

Isi populasi adalah unsur – unsur yang ada kaitannya dengan penelitian dan yang

4 Diambil Dari Buku Pedoman Penulisan Skripsi, Edis II, Terbitan Tahun 2012, hlm. 1.

(16)

13 akan menjadi objek penelitiannya.5 Maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini yaitu :

1. Kepala Desa Muarabio Kecamatan Kampar Kiri Hulu 2. Camat Kampar Kiri Hulu

3. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten dapil Kampar Kiri Hulu

4. Badan Permusyawaratan Desa Muarabio Kecamatan Kampar Kiri Hulu

b) Sampel

Dari populasi yang telah teridentifikasi, saatnya bagi peneliti untuk menetapkan sampelnya. Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan dijadikan sebagai objek penelitian. Dari sampel inilah data primer nantinya akan diperoleh. Arti pentingnya penetapan sampel adalah untuk memudahkan peneliti dalam mengungkap dan menemukan data dalam penelitian. Ada pun yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah :6

1. Kepala Desa Muarabio dengan metode sensus yaitu menetapkan jumlah sampel berdasarkan populasi yang ada.

2. Camat Kabupaten Kampar Kiri Hulu metode sensus yaitu menetapkan jumlah sampel berdasarkan populasi yang ada.

3. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Kampar dapil Kampar Kiri Hulu metode sensus yaitu menetapkan jumlah sampel berdasarkan populasi yang ada.

5 Ibid., hlm. 12.

6 Ibid., hlm. 12.

(17)

14 4. Badan Permusyawaratan Desa Muarabio Kecamatan Kampar Kiri Hulu metode sensus yaitu menetapkan jumlah sampel berdasarkan populasi yang ada.

Tabel 1 Populasi Sampel

Sumber Data Primer Olahan Tahun 2020 4. Sumber Data

Sumber data penelitian ini dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu a. Data Primer

Yaitu data yang diperoleh dari lapangan secara langsung yang sesuai dengan permasalahan melalui populasi yang sudah penulis tetapkan.

b. Data sekunder

Yaitu data yang diperoleh dari kepustakaan yang bersifat mendukung data primer.

No Jenis Populasi Jumlah Populasi

Jumlah Sampel

Persentase (%)

1 Kepala Desa Muarabio 1 1 100

2 Badan Permusyawaratan

Desa 1 1 100

3 Camat Kampar Kiri Hulu 1 1 100

4 Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah Kabupaten Kampar 1 1 100

Jumlah 4 4 100

(18)

15 c. Data Tertier

Yaitu data yang diperoleh melalui kamus, ensiklopedia, dan sejenisnya yang berfungsi untuk mendukung data primer dan sekunder.

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data setidaknya dapat menggunakan beberapa metode berikut ini :

a. Observasi, yaitu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara pengamatan langsung terhadap objek penelitian.

b. Kuisioner, yaitu metode pengumpulan data dengan cara membuat daftar- daftar pertanyaan yang memiliki korelasi dengan permasalahan yang diteliti dan umumnya dalam daftar pertanyaan tersebut telah disebutkan jawaban- jawabanya.

c. Wawancara, wawancara terbagi atas dua metode yakni terstruktur dan non struktur. Wawancara terstruktur adalah metode dimana si pewawancara telah menyiapkan terlebih dahulu daftar pertanyaan yang hendak disampaikan kepada koresponden. Wawancara non struktur diartikan dengan metode wawancara dimana si pewawancara bebas menanyakan suatu hal kepada responden tanpa terikat dengan daftar-daftar pertanyaan.

d. Kajian Kepustakaan, yaitu metode pengumpulan data melalui dimana peneliti harus aktif untuk membaca literatur-literatur kepustakaan yang memiliki korelasi dengan permasalahan yang hendak diteliti.

(19)

16 6. Analisis data

Dalam pnelitian hukum sosiologis data dapat dianalisis secara kualitatif ataupun kuantitatif. Analisis kuantitatif dianalisis dengan menggunakan statistik, matematika dan sejenisnya. Sedangkan analisis kualitatif data tidak dianalisis seperti data kuantitatif namun cukup dengan menguraikan secara deskriptif dari data yang telah diperoleh. Dalam menarik kesimpulan dapat menggunakan metode berfikir deduktif ataupun induktif (sesuai jenis penelitian). Metode berfikir deduktif adalah menarik suatu kesimpulan dari suatu pernyataan yang bersifat umum menjadi suatu pernyataan yang bersifat khusus. Sedangkan metode berfikir induktif adalah menarik suatu kesimpulan dari suatu pernyataan yang bersifat khusus menjadi suatu pernyataan yang bersifat umum.

(20)

73 DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Bagir Manan, Menyongsong Fajar Otonomi Daerah, PSH FH-UII, Yogyakarta, 2001

Faridah, Bambang Suryono, 2015. Transparansi dan Akuntanbilitas Pemerintah Desa dalam Pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes). Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 4 No. 5 (2015)

Ferina Ika Sasti, et al, 2016. Tinjauan Kesiapan Pemerintah Desa dalam Implementasi Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Keuangan Desa. Jurnal Manajemen dan Bisnis Sriwijaya Vol.14 No.3 2016.

Fitra, Amanda Aidil. . 2016, “Analisis Implementasi Pengelolaan Keuangan Desa Dalam Penggunaan Dan Pelaporan Dana Desa (Kasus: Desa Panggungharjo Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul). ” Universitas Gadjah Mada, Skripsi,

Hanif, Nurcholis. Pertumbuhan Dan Penyelenggaraan Pemerintah Desa.

Erlangga. Jakarta 2011

Hartina, et al, 2017. Implementasi Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa ( Studi Di Desa Lembang Lohe Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba). ISSN 2355-6439.

Hendi Sandi Putra. 2017. “Tata Kelola Pemerintahan Desa Dalam Mewujudkan Good Governance Di Desa Kalibelo Kabupaten Kediri.” Jurnal Politik Muda,

(21)

74 Josef Riwu Kaho, 1991, Prospek Otonomi Daerah di Negara Republik Indonesia, Rajawali Pers, Jakarta,

Juliantara, Dadang, 2003, Pembahuruan Desa Bertumpu Pada Angka Terbawah, Lappera Pustaka Utama, Yogyakarta,

Ndraha Taliziduhu,2012 Peranan Administrasi Pemerintahan Desa Dalam Pembangunan Desa, Yayasan Karya Dharma IIP, Jakarta,

Pedoman Penulisan Skripsi, Edis II, Terbitan Tahun 2012

Sumiati. 2015. Pengelolaan Alokasi Dana Desa Pada Desa Ngatabaru KecamatanSigi Biromaru Kabupaten Sigi. E-jurnal Katalogis. Volume 3. Nomor 2.

B. Internet

https://lib.unnes.ac.id/33960/1/3301414112maria.pdf

https://media.neliti.com/media/publications/1445-ID-pemanfaatan-alokasi-dana- desa-add-dalam-pembangunan-desa-didesa-tanjung-sidupa-k.pdf

Gambar

Tabel 1  Populasi Sampel

Referensi

Dokumen terkait

Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2019 Tentang Musyawarah Desa (Berita Negara

bahwa berdasarkan Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2021 Tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun

bahwa bedasarkan Instruksi Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penggunaan Dana Desa Tahun

Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Nomor 22 Tahun 2016 tentang Penetapan prioritas penggunaan dana desa Tahun 2017 ( Berita Negara

Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 11 Tahun 2019 tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2020 (Berita Negara Republik

Dalam Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2015 Tentang Pendirian, Pengu- rusan dan Pengelolaan,

Dalam Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2019 Tentang Pedoman Umum Pembangunan Dan Pemberdayaan Masyarakat Desa

Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2019 tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2022 Berita Negara Repiblik