• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of PEMANFAATAN AIR KELAPA SEBAGAI PERANGSANG PERTUMBUHAN SETEK PUCUK NILAM (Pogostemon cablin Bent.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "View of PEMANFAATAN AIR KELAPA SEBAGAI PERANGSANG PERTUMBUHAN SETEK PUCUK NILAM (Pogostemon cablin Bent.)"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

E-ISSN: 2775-6750 Print ISSN: 2774-2652

219

PEMANFAATAN AIR KELAPA SEBAGAI PERANGSANG PERTUMBUHAN SETEK PUCUK NILAM (Pogostemon cablin Bent.)

UTILIZATION OF COCONUT WATER AS A STIMULANT FOR GROWTH OF PATCHOULI SHOOTS CUTTINGS (Pogostemon cablin Bent.)

Jhody Satria Muhammad1), Mismawarni Srima Ningsih2)*, Agustinus Mangunsong3)

1) Alumni Prodi Pengelolaan Perkebunan, Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh, Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatra Barat, Indonesia

2, 3) Dosen Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh, Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatra Barat, Indonesia

*penulis korespondensi mismawarnisrima@gmail.com

Abstrak

Tingginya permintaan akan minyak nilam dunia harus diiringi dengan peningkatan produksi. Penyediaan bahan tanam dalam waktu singkat dan jumlah banyak merupakan komponen utama penentu produksi. Telah dilakukan penelitian untuk melihat pengaruh lama perendaman setek pucuk nilam dalam air kelapa terhadap jumlah daun, tinggi tunas, volume akar, panjang akar dan bobot basah setek, pada bulan Januari sampai dengan Juni 2022 di Kebun Percobaan Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh, menggunakan rancangan lingkungan Rancangan Acak Lengkap dengan perlakuan lama waktu perendaman setek dalam air kelapa yaitu, P0 (tanpa perendaman), P1 (30 menit), P2 (60 menit), P3 (90 menit), P4 (120 menit), dan P5 (150 menit). Setiap perlakuan diulang sebanyak 4 kali masing-masing dengan 8 sampel. Data diolah menggunakan Program Statistical Program for Social Science (SPSS) versi 26 dengan uji lanjut Least Significant Difference (LSD) taraf 5%. Dari pengamatan dan pengolahan data didapatkan hasil bahwa penambahan lama waktu perendaman setek dalam air kelapa mulai dari P0 sampai dengan P3 (tidak berbeda dengan P4) perpengaruh terhadap peningkatan jumlah daun, tinggi tunas, volume akar, panjang akar dan bobot basah setek, tapi pada P5 pertumbuhan menurun. Simpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah lama perendaman setek nilamdalam air kelapa yang dapat memberikan pengaruh terbaik pada beberapa parameter pengamatan yang dilakukan adalah 90 menit.

Kata kunci: air kelapa, auksin, giberelin, minyak nilam, sitokinin

Abstract

The high demand for world patchouli oil must be accompanied by an increase in production. Provision of planting material in a short time and in large quantities is the main component that determines production. A study was conducted to see the effect of soaking patchouli shoot cuttings in coconut water on the number of leaves, shoot height, root volume, root length and fresh weight of cuttings, from January to June 2022 at the Payakumbuh State Agricultural Polytechnic Experimental Garden, using an environmental design. Completely Randomized with the treatment of length of time of immersion of cuttings in coconut water, namely, P0 (without soaking), P1 (30 minutes), P2 (60 minutes), P3 (90 minutes), P4 (120 minutes), and P5 (150 minutes). Each treatment was repeated 4 times with 8 samples each. The data were processed using the Statistical Program for Social Science (SPSS) version 26 with the Least Significant Difference (LSD) test at 5% level. From observation and data processing, it was found that the increase in the length of time the cuttings were soaked in coconut water from P0 to P3 (not different from P4) had an effect on increasing the number of leaves, shoot height, root volume, root length and fresh weight of cuttings, but at P5 decreased growth. The conclusion that can be drawn from this research is that the soaking time of patchouli cuttings in coconut water which can give the best effect on several parameters of the observations made is 90 minutes.

(2)

220 Keywords: patchouli oil, coconut water, cytokinin, auxin, gibberellin

Pendahuluan

Indonesia merupakan negara produsen utama minyak atsiri dunia, menguasai 95% pasar dunia dan 85% ekspor minyak atsiri Indonesia didominasi oleh minyak nilam dengan volume 1.200-1.500 ton/tahun. Minyak nilam Indonesia diekspor ke beberapa negara diantaranya Singapura, Amerika Serikat, Spanyol, Perancis, Switzerland, Inggris, dan negara lainnya (Kementerian Pertanian RI: Direktorat Jenderal Perkebunan, 2020). Tahun 2021, Direktorat Jenderal Perkebunan mengatakan bahwa kebutuhan dunia akan minyak atsiri yang berasal dari tanaman nilam meningkat menjadi 2.700-3.000 ton. Minyak nilam memiliki bioaktivitas sebagai anti stress, anti influensa, aroma terapi, antioksidan dan anti mikroba (Silalahi, 2019). Lima senyawa utama dari minyak nilam adalah nilam (patchouli) alcohol (32,2%), δ-guaiene (16,7%), α-guaiene (15,6%), seychellene (5,3%), dan patchoulene (5,5%) (Aisyah dan Anwar, 2012). Peningkatan permintaan ini merupakan peluang yang harus diisi dengan sebaik-baiknya.

Tingginya permintaan akan minyak nilam disebabkan karena minyak ini belum dapat dibuat dalam bentuk sintesis, sehingga kebutuhan terus meningkat seiring semakin meningkatnya kebutuhan pasar, hal ini harus diimbangi dengan pengembangan usaha budidaya nilam diantaranya dengan meningkatkan perluasan areal pertanaman baru, sehingga diperlukan bahan perbanyakan dalam jumlah besar ((Harli, 2016). Luas perkebunan nilam Indonesia baru 21.477 hektar dengan produksi 2.422 ton minyak nilam Perkebunan nilam tersebar di beberapa daerah Indonesia seperti Sumatra Barat, Sumatra Selatan, Sumatra Utara, Riau, Nangroe Aceh Darussalam, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Tengah dan daerah lainnya (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2021).

Tanaman nilam dapat diperbanyak secara generatif dan vegetatif. Secara generatif jarang dilakukan karena daya tumbuhnya rendah, memerlukan waktu yang lama untuk berproduksi dan tidak menjamin hasil yang baik, sehingga lebih sering diperbanyak secara vegetatif. Perbanyakan tanaman nilam secara vegetatif dapat dilakukan dengan cara setek. Setek memiliki peranan penting dalam pembibitan tanaman nilam karena lebih efektif, efisien dan praktis, selain itu juga bibit yang dihasilkan mempunyai sifat yang sama dengan induknya (Rahmawati et al., 2021). Namun perbanyakan tanaman nilam dengan cara setek memiliki kendala dimana akarnya sulit muncul sehingga tingkat keberhasilannya rendah sehingga perlu dilakukan pembibitan setek nilam terlebih dahulu sebelum penanaman di lapangan (Hanafi, 2020).

Keberhasilan perbanyakan melalui cara stek ditentukan oleh terbentuknya akar. Penggunaan zat pengatur tumbuh (ZPT) merupakan salah satu cara untuk merangsang pembentukan dan perkembangan akar . Air kelapa dapat digunakan sebagai ZPT alami yang murah dan mudah didapatkan dibandingkan penggunaan ZPT sintetis, sehingga tidak memerlukan biaya yang cukup besar. Dalam air kelapa terkandung fitohormon sitokinin, auksin dan giberelin. Air kelapa mengandung hormon sitokinin 5,8 mg/L yang dapat merangsang pertumbuhan tunas dan mengaktifkan kegiatan jaringan atau sel hidup, hormon auksin 0,07 mg/L dan sedikit giberelin serta senyawa lain yang dapat menstimulasi perkecambahan dan pertumbuhan (Rokhmah, 2020). Adanya kandungan hormon dalam air kelapa sehingga mempunyai peranan penting dalam mendorong terjadinya pembelahan sel, pemanjangan sel dan diferensiasi jaringan terutama dalam pembentukan tunas pucuk dan pertumbuhan akar (Rahmawati et al., 2021).

(3)

221 Dalam air kelapa juga terdapat zat pembangun lainnya seperti protein, lemak, mineral, karbohidrat bahkan lengkap dengan vitamin C dan B kompleks (Purdyaningsih, 2013). Protein dan karbohidrat dibutuhkan tanaman sebagai cadangan makanan, lemak dibutuhkan tanaman sebagai cadangan energi, mineral sebagai bahan penyusun tubuh tanaman dan vitamin C dan B kompleks berperan di dalam proses metabolisme. Yustisia (2016) mengatakan bahwa larutan air kelapa muda dengan konsentasi 800 ml/liter memberikan hasil terbaik terhadap jumlah tunas, panjang tunas, jumlah daun, dan diameter tunas setek nilam.

Berdasarkan uraian diatas dilakukan penelitian dengan judul Pemanfaatan Air Kelapa Sebagai Perangsang Pertumbuhan Setek Pucuk Nilam (Pogostemon Cablin Bent.) dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh waktu perendaman yang berbeda terhadap pertumbuhan setek pucuk nilam dan lama waktu perendaman yang memberikan pengaruh terbaik untuk meningkatkan pertumbuhan setek nilam.

Metode Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Lahan Percobaan Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh, Tanjung Pati, Kecamatan Harau, Kabupaten Lima Puluh Kota. Waktu pelaksanaan dimulai dari Bulan Januari hingga Juni 2022.

Alat yang digunakan yaitu cangkul, gembor, parang, ayakan, meteran, alat tulis, timbangan analitik, knapsack sprayer, plastik bening, stopwatch dan pisau. Bahan yang diperlukan yaitu setek pucuk nilam, air kelapa muda dengan konsentrasi 800 ml/liter air top soil, pupuk kandang sapi, polibag, fungisida, bakterisida, nematisida dan insektisida. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan perlakuan lama waktu perendaman setek dalam air kelapa yaitu , P0 (tanpa perendaman), P1 (30 menit), P2 (60 menit), P3 (90 menit), P4 (120 menit), dan P5 (150 menit). Setiap perlakuan diulang sebanyak 4 kali masing-masing dengan 8 sampel. Parameter yang diamati adalah tinggi tunas, jumlah daun, panjang akar, volume akar dan bobot basah bibit pada umur 8 minggu setelah tanam (mst). Data diolah menggunakan Program Statistical Program for Social Science (SPSS) versi 26 dengan uji lanjut Least Significant Difference (LSD) taraf 5%.

Hasil dan Pembahasan

Dari penelitian dan analisis data yang telah dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut : 1. Jumlah daun

Rata rata jumlah daun akibat perlakuan lama perendaman dalam air kelapa muda disajikan pada Tabel 1 berikut:

(4)

222 Tabel 1. Rata-rata jumlah daun setek nilam akibat perlakuan perendaman air kelapa

Perlakuan Jumlah daun (helai)

1. P0 (Tanpa perlakuan) 16,68 c

2. P1 (30 menit perendaman setek dalam air kelapa) 20,87 bc 3. P2 (60 menit perendaman setek dalam air kelapa) 26,93 b 4. P3 (90 menit perendaman setek dalam air kelapa) 36,00 a 5. P4 (120 menit perendaman setek dalam air kelapa) 40,75 a 6. P5 (150 menit perendaman setek dalam air kelapa) 18,50 c

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukan tidak berbeda nyata pada uji LSD taraf 5%.

Dari Tabel 1 terlihat bahwa rata rata jumlah daun yang tertinggi ditunjukan pada perlakuan 120 menit perendaman dalam air kelapa yaitu sebesar 40,75 helai, tidak berbeda nyata dengan perlakuan 90 menit perendaman dalam air kelapa sebesar 36,00 helai, sedangkan rata rata jumlah daun terendah ditunjukan oleh sampel tanpa perlakuan yaitu sebanyak 16,68 helai.

Dari Tabel 1 terlihat juga terdapat kecendrungan kenaikan rata rata jumlah daun sejalan dengan lamanya waktu perendaman dari mulai perlakuan 30 menit perendaman dalam air kelapa sampai perlakuan 120 menit.

Meningkatnya jumlah daun disebabkan oleh pertumbuhan tunas yang baik. Jumlah daun erat hubungannya dengan panjang tunas, semakin panjang tunas semakin banyak jumlah daun yang dihasilkan, karena setek yang mempunyai tunas yang panjang cenderung akan memiliki jumlah ruas dan buku tempat tumbuhnya daun yan makin banyak pula.

Meningkatnya hal tersebut diduga karena pengaruh pemberian air kelapa.

Dalam air kelapa terkandung fitohormon sitokinin, auksin dan giberelin. Air kelapa mengandung hormon sitokinin 5,8 mg/L yang dapat merangsang pertumbuhan tunas dan mengaktifkan kegiatan jaringan atau sel hidup, hormon auksin 0,07 mg/L dan sedikit giberelin serta senyawa lain yang dapat menstimulasi pertumbuhan (Rokhmah, 2020). Berfungsi mendorong terjadinya pembelahan sel, pemanjangan sel dan diferensiasi jaringan terutama dalam pembentukan tunas pucuk (Rahmawati et al., 2021).

Dalam air kelapa juga terdapat zat pembangun lainnya seperti protein, lemak, mineral, karbohidrat bahkan lengkap dengan vitamin C dan B kompleks (Purdyaningsih, 2013). Protein dan karbohidrat dibutuhkan tanaman sebagai cadangan makanan, lemak dibutuhkan tanaman sebagai cadangan energi, mineral sebagai bahan penyusun tubuh tanaman dan vitamin C dan B kompleks berperan di dalam proses metabolisme (Yustisia, 2016).

Dari Tabel 1 terlihat juga pada perlakuan 150 menit perendaman dalam air kelapa rata rata jumlah daun menurun. Hal tersebut diduga karena terlalu banyaknya zat zat yang diserap oleh tanaman akan membuat pertumbuhan tanaman dapat terhambat. Hal ini sesuai dengan pernyataan Irwanto et al. (2019), bahwa auksin merangsang pada kadar yang tepat, sebaliknya jika auksin lebih banyak diserap oleh tanaman maka dapat menghambat pertumbuhan tanaman.

2. Tinggi tunas

Rata rata tinggi tunas akibat perlakuan lama perendaman setek dalam air kelapa disajikan pada Tabel 2 berikut:

(5)

223 Tabel 2. Rata-rata tinggi tunas setek nilam akibat perlakuan perendaman air kelapa

Perlakuan Tinggi tunas (cm)

1. P0 (Tanpa perlakuan) 4,07 d

2. P1 (30 menit perendaman setek dalam air kelapa) 8,12 c 3. P2 (60 menit perendaman setek dalam air kelapa) 11,02 b 4. P3 (90 menit perendaman setek dalam air kelapa) 13,00 a 5. P4 (120 menit perendaman setek dalam air kelapa) 13,04 a 6. P5 (150 menit perendaman setek dalam air kelapa) 4,83 d

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukan tidak berbeda nyata pada uji LSD taraf 5%.

Dari Tabel 2 diatas terlihat bahwa rata rata tinggi tunas yang tertinggi ditunjukan pada perlakuan 120 menit perendaman dalam air kelapa yaitu sebesar 13,04 cm, tidak berbeda nyata dengan perlakuan 90 menit perendaman dalam air kelapa sebesar 13,00 cm, sedangkan rata rata tinggi tunas terendah ditunjukan pada tanpa perlakuan yaitu sebesar 4,07 cm.

Pertumbuhan tinggi tanaman terjadi dalam meristem apikal. Meristem apikal akan menghasilkan sel-sel baru di ujung akar atau batang, sehingga mengakibatkan tumbuhan bertambah tinggi. Dari Tabel 2 terlihat juga terdapat kecendrungan kenaikan rata rata tinggi tunas sejalan dengan lamanya waktu perendaman dari mulai perlakuan 30 menit sampai 120 menit perendaman dalam air kelapa. Hal ini karena adanya kandungan nutrisi dan ZPT di dalam air kelapa yang berperan dalam membantu pertumbuhan dan perkembangan jaringan tanaman, sehingga sel mengalami deferensiasi (pemanjangan sel). Air kelapa mengandung vitamin, asam amino, asam nukleat, fosfor, auksin dan asam giberelat yang berfungsi sebagai penstimulir proses proliferasi jaringan, memperlancar metabolisme dan proses respirasi, oleh karena itu air kelapa dapat membantu proses pembelahan sel dan diferensiasi sel. Sehingga mengakibatkan memacu pembentukan dan pemanjangan tunas dengan segera.

Pada perlakuan 150 menit perendaman rata rata tinggi tunas menurun. Hal tersebut diduga karena terlalu banyaknya zat zat yang diserap oleh tanaman akan membuat pertumbuhan tanaman dapat terhambat. Irwanto et al.

(2019) mengatakan bahwa auksin merangsang pada kadar yang tepat, sebaliknya jika auksin lebih banyak diserap oleh tanaman maka dapat menghambat pertumbuhan tanaman, sehingga perlakuan lama perendaman dalam air kelapayang tepat dapat meningkatkan pertumbuhan pada tanaman nilam.

3. Volume akar

Rata rata volume akar akibat perlakuan lama perendaman dalam air kelapa disajikan pada Tabel 3 berikut:

(6)

224 Tabel 3. Rata-rata volume akar setek nilam akibat perlakuan perendaman air kelapa

Perlakuan Volume akar (ml)

1. P0 (Tanpa perlakuan) 1,59 c

2. P1 (30 menit perendaman setek dalam air kelapa) 2,75 b 3. P2 (60 menit perendaman setek dalam air kelapa) 2,94 b 4. P3 (90 menit perendaman setek dalam air kelapa) 4,94 a 5. P4 (120 menit perendaman setek dalam air kelapa) 5,50 a 6. P5 (150 menit perendaman setek dalam air kelapa) 1,54 c

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukan tidak berbeda nyata pada uji LSD taraf 5%.

Dari Tabel 3 diatas terlihat bahwa rata rata volume akar yang tertinggi ditunjukan pada perlakuan 120 menit perendaman dalam air kelapa yaitu sebesar 5,50 ml, tidak berbeda nyata dengan perlakuan 90 menit perendaman dalam air kelapa sebesar 4,94 ml, sedangkan rata rata volume akar terendah ditunjukan pada perlakuan 150 menit perendaman dalam air kelapa yaitu sebesar 1,54 ml.

Dari Tabel 3 terlihat juga terdapat kecendrungan kenaikan rata rata volume akar sejalan dengan lamanya waktu perendaman dari mulai perlakuan 30 menit sampai 120 menit perendaman dalam air kelapa, diduga terjadi karena kandungan auksin air rendaman yang dapat mempercepat pertumbuhan akar. Pengaruh paling besar dari auksin yaitu terhadap sel meristem apikal batang dan akar. Pada perlakuan 150 menit perendaman dalam air kelapa rata rata volume akar menurun. Hal yang juga dikemukakan oleh Shica (2007) bahwa penambahan ZPT memiliki batas toleransi optimum, sehingga bila sudah mencapai titik optimumnya dan waktu penambahan terus ditingkatkan maka akan terjadi hambatan yang makin lama makin berkurang menguntungkan.

4. Panjang akar

Rata rata panjang akar akibat perlakuan lama perendaman dalam air kelapa disajikan pada Tabel 4 berikut : Tabel 4. Panjang akar setek nilam akibat perlakuan perendaman air kelapa

Perlakuan Panjang akar (cm)

1. P0 (Tanpa perlakuan) 17,42 b

2. P1 (30 menit perendaman setek dalam air kelapa) 15,92 b 3. P2 (60 menit perendaman setek dalam air kelapa) 18,56 b 4. P3 (90 menit perendaman setek dalam air kelapa) 25,18 a 5. P4 (120 menit perendaman setek dalam air kelapa) 27,78 a 6. P5 (150 menit perendaman setek dalam air kelapa) 17,20 b

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji LSD taraf 5%.

Dari Tabel 4 diatas terlihat bahwa rata rata panjang akar yang tertinggi ditunjukan pada perlakuan 120 menit perendaman dalam air kelapa yaitu sebesar 27,78 cm, tidak berbeda nyata dengan 90 menit perendaman dalam air

(7)

225 kelapa sebesar 25,18 cm, sedangkan rata rata panjang akar terendah ditunjukan pada tanpa perlakuan yaitu sebesar 15,92 cm.

Sampai saat ini baru auksin yang dianggap dapat menginduksi perakaran setek. Pernyataan tersebut sesuai dengan percobaan yang dilakukan oleh Krisnamoorthy (1981) dalam Irwanto et al. (2019) menyatakan bahwa percobaan percobaan yang telah dilakukan selama ini, dari sekian banyak ZPT yang ada, hanya golongan auksin yang mampu menginduksi perakaran setek.

Menurut Leopold (1955) dalam Irwanto et al. (2019), menjelaskan tumbuhnya tunas pada setek sangat diperlukan untuk mendorong terjadinya perakaran setek. Pembentukan akar tidak akan terjadi bila seluruh tunas dihilangkan, hal ini terjadi karena tunas berperan sebagai sumber auksin yang menstimulir pembentukan akar.

5. Bobot basah setek

Rata rata bobot basah akibat perlakuan lama perendaman dalam air kelapa disajikan pada Tabel 5 berikut : Tabel 5. Rata-rata bobot basah setek nilam akibat perlakuan perendaman air kelapa

Perlakuan Bobot basah (gram)

1. P0 (Tanpa perlakuan) 13,50 c

2. P1 (30 menit perendaman setek dalam air kelapa) 16,44 c 3. P2 (60 menit perendaman setek dalam air kelapa) 22,69 b 4. P3 (90 menit perendaman setek dalam air kelapa) 28,81 a 5. P4 (120 menit perendaman setek dalam air kelapa) 31,63 a 6. P5 (150 menit perendaman setek dalam air kelapa) 10,94 c

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukan tidak berbeda nyata pada uji LSD taraf 5%.

Dari Tabel 5 diatas terlihat bahwa rata rata bobot basah yang tertinggi ditunjukan pada perlakuan 120 menit perendaman dalam air kelapa yaitu sebesar 31,63 gram, tidak berbeda nyata dengan 90 menit perendaman dalam air kelapa sebesar 28,81 gram, sedangkan rata rata bobot basah terendah di tunjukan pada tanpa perlakuan yaitu sebesar 10,94 gram.

Dari Tabel 5 terlihat juga terdapat kecendrungan kenaikan rata rata bobot basah sejalan dengan lamanya waktu perendaman dari mulai perlakuan 30 menit sampai 120 menit perendaman dalam air kelapa muda.Bobot basah berhubungan erat dengan panjang tunas dan jumlah daun. Semakin panjang tunas maka jumlah daun akan semakin banyak sehingga menyebabkan bobot basah semakin tinggi. Sesuai dengan pernyataan Yustisia (2016) bahwa semakin panjang tunas semakin banyak jumlah daun yang dihasilkan. Hal ini diduga karena kandungan yang terdapat dalam air kelapa berupa sitokinin sebanyak 5,8 mg/l dan auksin sebanyak 0,07 mg/l yang merupakan salah satu ZPT yang berfungsi merangsang tumbuhnya tunas nilam.

Dari Tabel 5 terlihat juga terdapat perlakuan 150 menit perendaman dalam air kelapa rata rata jumlah daun menurun. Hal tersebut diduga karena terlalu banyaknya zat zat yang diserap oleh tanaman akan membuat pertumbuhan tanaman dapat terhambat. Hal ini sesuai dengan pernyataan Irwanto et al. (2019), bahwa auksin merangsang pada kadar yang tepat, sebaliknya jika auksin lebih banyak diserap oleh tanaman maka dapat

(8)

226 menghambat pertumbuhan tanaman, sehingga perlakuan lama perendaman dalam air kelapa yang tepat dapat meningkatkan pertumbuhan pada tanaman nilam. Oleh karena itu lama waktu perendaman harus sesuai dengan yang dibutuhkan oleh tanaman, sehingga dalam keseimbangan dengan auksin di dalam tubuh tanaman yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan protein, maka akan mempengaruhi proses pertumbuhan. Hal yang juga dikemukakan oleh Shica (2007) bahwa penambahan ZPT memiliki batas toleransi optimum, sehingga bila sudah mencapai titik optimumnya dan waktu penambahan terus ditingkatkan maka akan terjadi hambatan yang makin lama makin berkurang menguntungkan.

Kesimpulan

Dari percobaan dan pengolahan data yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

a. Lama perendaman setek pucuk nilam dalam air air kelapa muda berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun, tinggi tunas, volume akar, panjang akar dan bobot basah setek nilam.

b. Waktu perendaman yang memberikan pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan bibit nilam adalah 90 menit.

tidak berbeda dengan perendaman 120 menit.

Daftar Pustaka

Aisyah, Y., Anwar, S.H. 2012. Physico-chemical properties of patchouli oils (Pogostemon cablin) separated by fractional distillationmethod. Proceedings of The 2nd Annual International Conference Syiah Kuala University 2012& The 8th IMT-GT Uninet Biosciences Conference Banda Aceh. Vol. 2 (2): 355-359.

Ariyanti, M. C, Suherman. I, R, D, Anjasari. 2017. Respon pertumbuhan bibit nilam aceh (PogostemoncablinB.) klon sidikalang pada media tanam subsoil dengan pemberian pati beras dan pupuk hayati. Jurnal Kultivasi Vol.16 (3): 33-41.

Arpansori, A., A. Febrialdi. 2020. Pengaruh Pemberian Air Kelapa Muda Terhadap Pertumbuhan Stek Batang Kopi Robusta (Coffea robusta) di Polybag. Jurnal Sains Agro. Vol. 5 (1).

Asra, R., Ririn A.S., Mariana. S. 2020. Hormon Tumbuhan. UKI Press. Jakarta.

Darlina, Hasanuddin dan Hafnati, R. 2016. Pengaruh penyiraman air kelapa (Cocos nucifera L.) terhadap pertumbuhan vegetative lada (Piper nigrum L). Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Biologi, Vol. 1(1): 20- 28.

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur. 2013. Budidaya Tanaman Nilam. Pengembangan sarana dan prasanana pembangunan perkebunan. Jawa Timur.

Hanafi, M. 2020. Respon pertumbuhan setek nilam (Pogostemon cablin B.) dengan berbagai jumlah buku dan pemberian zat pengatur tumbuh ekstrak rebung bambu. Skripsi. Universitas Medan Area. Medan.

Harli. 2016. Identifikasi dan Potensi Perluasan Tanaman Nilam (Pogostemon cablin Benth.) di Bawah Tegakan Kakao di Kabupaten Polewali Mandar. Agrovital. Vol. 1 (1): 21-26.

Irwanto, Rustan, B. N., Abdul, R. 2019. Pengaruh perendaman air kelapa muda dan rootone f terhadap pertumbuhan setek tanaman nilam. Jurnal Agrifarm Universitas Widya Gama Mahakam. 8(2):67-72

Kementrian Pertanian RI: Direktorat Jendral Perkebunan. 2021. Buku statistik perkebunan 2019-2021.

https://ditjenbun.pertanian.go.id/?publikasi=buku-statistik-perkebunan-2019-2021. Publikasi, 29 April 2021.

Di akses 3 November 2022.

Kementerian Pertanian RI: Direktorat Jenderal Perkebunan. 2020. Nilam: Harumnya Nilam Primadona Dunia.

Https://Ditjenbun.Pertanian.Go.Id/Harumnya-Nilam-Primadona-Dunia/. Diakses tanggal 14 November 2022.

Purdyaningsih. 2013. Pemanfaatan air kelapa untuk meningkatkan petumbuhan setek meranti tembaga (Shorea leprosula). Jurnal Silvikultur Tropika. Vol. 1(2): 5-8.

Rahmawati, M., C.N. Safira, M. Hayati. 2021. Perbanyakan Tanaman Nilam Aceh (Pogostemon cablin Benth.) dengan Kombinasi IAA dan Kinetin Secara In Vitro. Jurnal agrium Vol. 18(1): 25-33.

(9)

227 Rokhmah, F. 2020. Pengaruh Konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh Air Kelapa Muda Terhadap Pertumbuhan Beberapa

Varietas Jahe (Zingiber officinale Rosc.).Biofarm: Jurnal Ilmiah Pertanian. Vol.15 (2)

Saptaji, Setyono dan N. Rochman. 2015. Pengaruh Air Kelapa dan Media Tanam terhadap Pertumbuhan Stek Stevia (Stevia rebaudiana Bertoni). Jurnal Agronida. Vol. 1 (2): 83-91.

Sicha, N. 2007. Pengaruh lama perendaman bagian tanaman yang digunakan sebagai setek dalam larutan urin sapi terhadap pertumbuhan bibit tanaman nilam. Skripsi. Universitas Brawijaya. Malang. 70 hal.

Silalahi, M. 2019. Botani, Manfaat, dan Bioaktivitas Nilam Pogostemon cablin. Jurnal EduMat Sains, Vol. 4 (1): 29- 40.

Simatupang, A. 2018. Respon pertumbuhan setek nilam (Pogostemon cablin B.) pada pemberian kompos sabut kelapa dan konsentrasi air kelapa. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Yustisia, D. 2016. Respon pemberian berbagai konsentrasi air kelapa pada pertumbuhan setek nilam (Pogostemon cablin B.). Jurnal Agrominansia Vol.1 (1) : 47-53.

Referensi

Dokumen terkait

Pemangkasan pucuk tanaman nilam pada ruas yang berbeda berpengaruh secara nyata meningkatkan panjang tunas lateral dan mengurangi jumlah tunas lateral, serta

Bagian tanaman nilam yang dapat digunakan untuk bahan setek adalah setek. pucuk, setek batang dan

Pembentukan Akar pada Setek batang Nilam (Pogostemon cablin Benth.) setelah direndam IBA (Indole Butyric Acid) pada Konsentrasi Berbeda.. Buletin Anatomi dan

Penggunaan bahan tanam setek batang meningkatkan pertumbuhan bibit setek tanaman nilam yaitu pada persentase setek hidup, bobot basah tajuk dan bobot kering

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan lama perendaman berbeda sangat nyata terhadap variabel panjang tunas, jumlah daun, luas daun, jumlah akar, bobot basah

Hampir dari seluruh para- meter pertumbuhan (tinggi tanaman, jumlah cabang, jumlah daun) menunjukkan bahwa pertumbuhan bibit setek ber- daun lebih baik dibandingkan dari setek

Pemangkasan pucuk tanaman nilam pada ruas yang berbeda berpengaruh secara nyata meningkatkan panjang tunas lateral dan mengurangi jumlah tunas lateral, serta

Hasil penelitian menunjukkan bahwa materi setek pucuk terbaik adalah tunas dari bibit umur 5 bulan dengan persen setek berakar, jumlah akar panjang akar dan berat kering