27
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Analisa Pemeriksaan Agregat
Pada saat pemeriksaan agregat, baik agregat kasar maupun halus diuji di Laboratorium sesuai dengan petunjuk pemeriksaan agregat yang diberikan oleh SNI dan pedoman praktek beton.
4.2. Hasil Pembuatan Agregat Kasar Menggunakan Limbah Ban
Dalam pembuatan agregat kasar menggunakan limbah ban harus dalam kondisi bersih, proses pemotongan menggunakan alat pisau cutter dan papan kayu sebahai alat agar pemotongan lebih mudah, pemotongan dilakukan dengan cara manual.
Ban yang telah dipotong kemudian diayak lolos ayakan 19 mm dan tertahan 4,75 mm sebagai syarat untuk digunakan sebagai agregat kasar.
1. Berat Jenis = ,
, , = 1,024 𝐾𝑔 2. Penyerapan 𝑥 100% = , ,
, 𝑥 100% = 6,95 % Keterangan :
Bk : Berat Kering Ba : Berat Dalam Air Bj :Berat SSD
Table 4.1 Analisa Pengujian Limbah Ban
Keterangan Berat
Berat Kering 0,777 Kg
Berat Dalam Air 0,072 Kg
Berat SSD 0,831 Kg
Pengujian Hasil
Berat 0,777 Kg
Berat Jenis 1,024 Kg
Penyerapan 6,95 %
4.3. Hasil Pengujian Agregat Kasar Batu Laterit
Batu laterit yang digunakan dalam penelitian ini adalah batu laterit yang berasal dilokasi simpang pasir Kecamatan Palaran Kota Samarinda.
Hasil perhitungan dan Analisa terhadap agregat kasar batu laterite,antara lain:
Table 4.2 Analisa Pengujian Batu Laterite
Pengujian Hasil
Berat jenis 1.82
Berat isi 0.633
Penyerapan 0.5
Kadar air 0.15
4.4. Hasil Pengujian Agregat Halus
Agregat halus yang digunakan pada penelitian ini yaitu menggunakan pasir Palu yang diketahui bahwa pasir Palu sudah memenuhi syarat untuk dapat digunakan sebagai bahan kontruksi.
Hasil perhitungan agregat halus pasir Palu yaitu:
4.4.1. Berat volume pasir
Tabel 4.3 Hasil Pengamatan Berat Volume Pasir
Pengujian Tanpa rojokan Dengan rojokan
Berat silinder (gram) 2143 gr 2143 gr
D/H Silinder (cm) 14/20 cm 14/20 cm
Volume silinder (cm3) 3077,2 cm3 3077,2 cm3 Berat silinder + pasir (gram) 8340 gr 8801 gr
Berat pasir (gram) 6197 gr 6658 gr
Berat volume (kg/cm3) 0,0020 kg/cm3 0,0021 kg/cm3
4.4.2. Berat jenis pasir
Tabel 4.4 Hasil Pengamatan Berat Jenis Pasir
Pengujian no I
Berat uji jenuh kering permukaan (gram) 500 gr Berat benda uji kering oven (bk) (gram) 650 gr Berat piknometer diisi air (pada suhu kamar) (B) (gram) 660 gr Berat piknometer + Benda uji (SSD) = Air (pada suhu
kamar) (Bt) (gram) 964 gr
Berat jenis curah (bulk Specific Gravity) 3,3163 kg Berat jenis jenuh kering perumukaan (Bulk Specific
Gravity Saturated Surface Dry) 2,5510 kg
Berat jenis semu (Apparent Specific Gravity) 1,8786 kg
4.4.3. Kadar lumpur
Tabel 4.5 Hasil Pengamatan Uji Kadar Lumpur Dengan Cara Basah
Pengujian no I II
Tinggi lumpur (mm) 20 mm 20 mm
Tinggi pasir 60 mm 84 mm
Kadar lumpur (%) 0,333 % 0,238 %
Rata - rata (%) 0,2855 %
4.5. Hasil Pengujian Air
Air yang digunakan dalam pembuatan beton merupakan Air PDAM kota Samarinda yang di ambil dilaboratorium Fakultas Sains Dan Teknologi Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur.
Tabel 4.6 Hasil Pengujian Air
No Parameter Satuan Kadar
Maksimal
Hasil Pemeriksaan A.Fisika
1. Kekeruhan NTU 5 7.15
2. Warna ptCo 15 29
3. Zat pada terlarut (TDS)
Mg/l 500 67.0
4. Bau - Tidak berbau Tidak berbau
5. Rasa - Tidak berasa Tidak berasa
6. Suhu °C Suhu udara
±3
30.0
7. DHL Sm-1 1500 90.1
B.KIMIA
8. pH - 6.5-8.5 6.88
Alumunium Mg/l 0.2 -
Besi (Fe) Mg/l 0.3 -
Kesadahan (CaCo3) Mg/l 500 53.4
(Sumber: Zulkarnain dkk 2021) 4.6. Perencanaan Campuran Beton
Sesuai dengan SNI 032847 2002 Tentang Tata Cara Rencana Pembuatan Campuran Beton Ringan Dengan Agregat Ringan, berikut adalah Langkah pembuatan beton ringan:
Tabel 4.7 Perencanaan campuran beton N
o Uraian Tabel Grafik
Perhitungan Nilai 1 Kuat tekan yang diisyarakatkan
(benda uji silinder) MPa 20
2 Deviasi standar (s) - -
3 Nilai tambah (m) - -
4 Kuat tekan rata-rata yang
direncanakan - -
5 Jenis semen PCC Tipe 1
6 Jenis agregat (HALUS/KASAR) Diketahui Alami/Peca h
7 Faktor air semen Grafik 1 0.64
8 Faktor air semen maksimum - -
9 Slump Ditetapkan 60-180 mm
10 Ukuran agregat maksimum Ditetapkan 20 mm
11 Kadar air bebas Diketahui 205
12 Jumlah semen Diketahui 320.31
13 Jumlah Semen maksimum - -
14 Jumlah semen minimum - -
15 Faktor air semen yang disesuaikan - - 16 Susunan besar butir agregat halus Ditetapkan Zona 2 17 Susunan agregat kasar atau gabungan - - 18
Persen agregat
Grafik 2
Agreagat Halus 40%
Agregat Kasar 60%
19 Berat jenus relative, agregat (kering
permukaan) Ditetapkan 2.54
20 Berat isi beton Grafik 3 2300
21 Kadar agregat gabungan 20 - 12 - 11 1774.69
22 Kadar agregat halus 18 x 21 709.88
23 Kadar agregat kasar 21 - 22 1064.81
24 Proporsi campuran
Volume/ Silinder 0.0053
Semen (kg)
Air (L)
Agregat Kondisi Jenuh Kering Jumlah Silinder 3
Agregat Halus (kg) Agregat Kasar (kg) Volume / Adukan 0.0053
x 3 = 0,0159 0,0159 x 1,2
25 Tiap m3 320.31 205 709.88 1064.81
Tiap campuran uji
0.0159 6.11 3.91 13.54 16.93
26 Koreksi proporsi
campuran - - - -
Dalam hal ini peneliti akan menganalisis data – data yang telah diperoleh saat penelitian berlangsung sehingga didapatkan campuran beton yang diinginkan sesuai persentase limbah ban yang direncanakan yaitu 0%, 20%, 25%, 30%.
Adapun data dapat dilihat pada tabel :
Tabel 4.8 Perencanaan Campuran Beton Dengan Persentase Limbah Ban 0%
Pesentase 0 % ban
Nama material Berat Material yang dibutuhkan (Kg)
Batu Laterit 14,612
Limbah ban 0
Pasir 13,54
Semen 6,11
Air 3,91
Tabel 4.9 Perencanaan Campuran Beton Dengan Persentase Limbah Ban 20%
Pesentase 20 % ban
Nama material Berat Material yang dibutuhkan (Kg)
Batu Laterit 11,689
Limbah ban 1,644
Pasir 13,54
Semen 6,11
Air 3,91
Tabel 4.10 Perencanaan Campuran Beton Dengan Persentase Limbah Ban 25%
Pesentase 25 % ban
Nama material Berat Material yang dibutuhkan (Kg)
Batu Laterit 10,959
Limbah ban 2,055
Pasir 13,54
Semen 6,11
Pesentase 25 % ban
Air 3,91
Tabel 4.11 Perencanaan Campuran Beton Dengan Persentase Limbah Ban 30%
Pesentase 30 % ban
Nama material Berat Material yang dibutuhkan (Kg)
Batu Laterit 10,228
Limbah ban 2,466
Pasir 13,54
Semen 6,11
Air 3,91
Adapun perencanaan campuran beton diatas merupakan pembuatan 3 benda uji untuk sekali pencampuran bahan material. Maka, dilakukan 5 kali pencampuran disetiap persentase material.
4.7. Pembuatan Benda Uji
Pembuatan benda uji menggunakan cetakan silinder sebagai media cetak benda uji dengan ukuran 15 x 30 cm, dengan jumlah yang dibuat sebanyak 60 buah.
Beberapa tahapan yang dilakukan saat pembuatan benda uji : 1. Pengadukan beton
Beton diaduk menggunakan mesin molen. Yang pertama dilakukan memasukan material agregat halus, dilanjutkan dengan memasukan agregat kasar, setelah tercampur rata maka dilanjutkan dengan memasukan semen, selanjutnya untuk penggunaan air dituangkan secara berkala dengan cara 1/3 agar campuran teraduk dengan rata dan homogen.
2. Pencetakan
Sebelum beton dimasukan kedalam cetakan silinder terlebih dahulu maka dilakukan slump test. Setelah itu adukan beton dimasukan kedalam cetakan silinder yang sudah disediakan dan permukaan silinder yang sudah diberi oli,
masukan adukan beton kedalam cetakan dengan cara mengisi cetakan silinder 1/3 lalu dirojok / ditusuk menggunakan besi dengan jumlah rojokan / tusukan 25 kali untuk pemadatan campuran beton, lakukan hal ini hingga pengisian cetakan silinder 2/3 dan 3/3 atau sampai dengan cetakan silinder terisi penuh, kemudian bagian luar cetakan dipukul – pukul menggunakan palu karet agar udara yang terperangkap didalam adukan dapat keluar, setelah itu ratakan bagian permukaan cetakan dan ditunggu mengering selama ±20 jam.
3. Pemeliharaan beton
Untuk menghindari ketiadaan air pada beton, dilakukan perawatan dengan SNI 2493:2011. Setelah pekerjaan terakhir selesai, selanjutnya dilakukan perendaman pada masing-masing benda uji sesuai dengan umur rencana.
Perawatan sebaiknya dilakukan secara basah dengan cara merendam benda uji hingga tenggelam sepenuhnya. Waktu perendaman mengikuti umur rendaman yang diatur yaitu 3 hari, 7 hari, 14 hari, 21 hari dan 28 hari rendaman. Dengan memanfaatkan air biasa PDAM yang dialirkan menggunakan penampung/kolam untuk menggenangi benda uji. Pemeliharaan beton dilakukan dengan cara menggenangi beton sampai diturunkan seluruhnya dan mengangkatnya untuk dikeringkan 1-3 hari sebelum pengujian.
4.8. Pengujian Slump
Pengujian slump dilakukan menggunakan kerucut abrams dengan cara mengisi kerucut abrams dengan beton segar pengisian tersebut dilakukan 3 lapisan disetiap lapisan diperkirakan 1/3 dari isi kerucut pada taip lapisan dilakukan rojokan sebanyak 25 kali, besi rojokan harus masuk sampai bagian bawah setiap lapisan, setelah kerucut abrams penuh ratakan permukaan kerucut kemudian kerucut diangkat perlahan, jika kerucut sudah terlepas ukur tinggi adukan dengan tinggi kerucut. Maka nilai slump didapat dari selisih adukan dengan tinggi kerucut.
Tabel 4.12 Hasil Pengujian Nilai Slump
Persentase Nilai Slump (cm) dan Umur Beton 3 hari 7 hari 14 hari 21 hari 28 hari
Beton Normal 10 cm 9 cm 10 cm 9 cm 10 cm
Beton dengan campuran 20% 11 cm 11 cm 10 cm 10 cm 9 cm Beton dengan campuran 25% 11 cm 11 cm 11 cm 9 cm 10 cm Beton dengan campuran 30% 11 cm 11 cm 10 cm 10 cm 11 cm
Berdasarkan tabel 4.16 bahwa perbedaan nilai slump antara beton dengan persentase 0%, beton dengan persentase limbah ban 20%, beton dengan persentase limbah ban 25%, beton dengan persentase limbah ban 30%, dimana didapatkan nilai slump tertinggi yaitu 11 cm
4.9. Pengujian Berat Beton
Tabel 4.13 Pengujian Keseluruhan Berat Volume Beton
4.9.1. Pengujian berat beton normal
Tabel 4.14 Pengujian Berat Volume Beton Persentase 0%
Presentase Umur Kode Berat Volume Beton
Persentase 0% Rata- rata
0% 3
B1 2114,2
2105,7
B2 2111,3
B3 2091,5
7 B4 1906,6 2049,1
Presentase Umur Kode Berat Volume Beton
Persentase 0% Rata- rata
B5 2130,2
B6 2110,4
14
B7 2117,9
2116,6
B8 2124,5
B9 2107,5
21
B10 2089,6
2090,9
B11 2094,3
B12 2088,7
28
B13 2122,6
2339,3
B14 2429,2
B15 2466,0
Rata - Rata Keseluruhan 2.140,3
Gambar 4.1 Pengujian Berat Volume Beton Persentase 0%
4.9.2. Pengujian berat beton persentase 20%
Tabel 4.15 Pengujian Berat Volume Beton Persentase 20%
Presentase Umur Kode
Berat Volume Beton Persentase
20%
Rata- rata
20% 3 B1 2028,3
2008,2
B2 2001,9
2114 2111 2092
1907
2130 2110
211820902123 21252094 21082089
2429 2466
0 500 1000 1500 2000 2500 3000
1 2 3
Nilai Kuat Tekan
Pengujian Berat Volume Beton 0 %
3 hari 7 hari 14 hari 21 hari 28 hari
Presentase Umur Kode
Berat Volume Beton Persentase
20%
Rata- rata
B3 1994,3
7
B4 2017,9
2023,0
B5 2032,1
B6 2018,9
14
B7 2069,8
2073,0
B8 2078,3
B9 2070,8
21
B10 2028,3
2070,4
B11 2094,3
B12 2088,7
28
B13 2033,0
2034,3
B14 2027,4
B15 2042,5
Rata - Rata Keseluruhan 2041,8
Gambar 4.2 Pengujian Berat Volume Beton Persentase 20%
2028
2002 1994
2018 2032
2019
2070 2078 2071
2028
2094 2089
2033 2027
2043
1940 1960 1980 2000 2020 2040 2060 2080 2100 2120
1 2 3
Nilai Kuar Tekan
Pengujian Berat Volume Beton 20%
3 hari 7 hari 14 hari 21 hari 28 hari
4.9.3. Pengujian berat beton persentase 25%
Tabel 4.16 Pengujian Berat Volume Beton Persentase 25%
Presentase Umur Kode Berat Volume Beton Persentase 25%
Rata- rata
25%
3
B1 2013,2
2001,9
B2 1992,5
B3 2000,0
7
B4 2007,5
2006,3
B5 2024,5
B6 1986,8
14
B7 2007,5
2000,0
B8 2005,7
B9 1986,8
21
B10 2001,9
1995,9
B11 1975,5
B12 2010,4
28
B13 2007,5
2017,6
B14 2015,1
B15 2030,2
Rata - Rata Keseluruhan 2004,3
Gambar 4.3 Pengujian Berat Volume Beton Persentase 25%
2013
1993 2000
2008
2025
1987
2008 2006
1987 2002
1976 2008 2015 2010
2030
1940 1950 1960 1970 1980 1990 2000 2010 2020 2030 2040
1 2 3
Nilai Kuat Tekan
Nilai Berat Volume Beton 25%
3 hari 7 hari 14 hari 21 hari 28 hari
4.9.4. Pengujian berat beton persentase 30%
Tabel 4.17 Pengujian Berat Volume Beton Persentase 30%
Presentase Umur Kode Berat Volume Beton Persentase
30%
Rata- rata
30%
3
B1 1954,7
1962,0
B2 1962,3
B3 1968,9
7
B4 1964,2
1958,2
B5 1966,0
B6 1944,3
14
B7 1954,7
1972,9
B8 1981,1
B9 1983,0
21
B10 1977,4
1952,5
B11 1952,8
B12 1927,4
28
B13 1958,5
1946,2
B14 1952,8
B15 1927,4
Rata - Rata Keseluruhan 1.958,37
Gambar 4.4 Pengujian Berat Volume Beton Persentase 30%
1955 1962 1969
1964 1966
1944 1955
1981 1983
1977
1953
1927
1959 1953
1927
1890 1900 1910 1920 1930 1940 1950 1960 1970 1980 1990
1 2 3
Nilai Kuat Tekan
Pengujian Berat Volume Beton 30%
3 hari 7 hari 14 hari 21 hari 28 hari
Gambar 4.5 Grafik Pengujian Berat Volume Beton
Dilihat pada grafik dan tabel diatas maka, semakin bertambahnya persentase pada beton maka semakin berkurang berat volume pada beton tersebut. Hasil dari penelitian ini jika menurut SNI 03-3449-2002[5] berat beton pada penelitian ini tidak terpenuhi sebagai beton ringan karena memiliki berat isi melebihi 1850 Kg/m3.
4.10. Pengujian Kuat Tekan Beton
Pengujian kuat tekan beton dapat dilakukan disaat beton berumur 3 , 7 , 14, 21, dan 28 hari menggunakan mesin pengujian kuat tekan dengan kapasitas 3000 KN.
Dengan berupa silinder ukuran 15 x 30 cm sebanyak 60 buah dan mengelompokan benda uji sesuai dengan persentase campurannya.
Kuat tekan beton dihitung berdasarkan besarnya beban persatuan luas, menurut persamaan berikut:
𝑓 𝑐 =𝑃 𝐴
Dimana: f’C= kuat tekan beton (Mpa) P = beban maksimum (N)
A= luas penampang benda uiji (mm2 ) 2140,3
2041,8
2004,3
1958,4 1850
1900 1950 2000 2050 2100 2150 2200
0 20 25 30
Berat Kg/m3
Persentase
Rata - Rata Berat Volume Beton
Tabel 4.18 Pengujian Keseluruhan Kuat Tekan
4.10.1. Pengujian beton normal
Tabel 4.19 Hasil Pengujian Kuat Beton Persentase 0%
Presentase Umur Kuat Tekan (Mpa) Rata-rata
0%
3
7,41
7,22 7,62
6,64 7
9,45
9,64 9,65
9,82 14
10,63
11,34 12,89
10,50 21
11,40
11,94 12,09
12,32 28
12,71
14,77 16,22
15,38
Gambar 4.6 Grafik Pengujian Kuat Tekan Beton Persentase 0%
4.10.2. Pengujian beton persentase 20%
Tabel 4.20 Hasil Pengujian Kuat Beton Persentase 20%
Presentase Umur Kuat Tekan (Mpa) Rata-rata
20%
3
5,53
5,61 5,22
6,09 7
6,53
6,66 6,66
6,79 14
7,75
7,63 7,86
7,27 21
8,25
8,56 9,34
8,09 28
12,27
10,93 10,57
9,95
7,41 7,62
6,64
9,4510,63 9,65 9,82
12,89
10,50
11,4012,71 12,09 12,32
16,22
15,38
0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 14,00 16,00 18,00
1
Nilai Kuat Tekan
Pengujian Kuat Tekan Beton Persentase 0 %
3 hari 7 hari 14 hari 21 hari 28 hari
Gambar 4.7 Grafik Pengujian Kuat Tekan Beton Persentase 20%
4.10.3. Pengujian beton persentase 25%
Tabel 4.21 Hasil Pengujian Kuat Beton Persentase 25%
Presentase Umur Kuat Tekan (Mpa) Rata-rata
25%
3
4,83
4,91 5,22
4,68 7
5,57
5,52 5,52
5,48 14
6,18
5,93 5,61
6,01 21
7,52
7,58 7,73
7,50 28
8,52
9,13 8,73
10,14
5,536,537,758,25 5,226,667,869,34 6,096,797,27 8,09 12,27
10,57
9,95
0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 14,00
1 2 3
Nilai Kuar Tekan
Pengujian Kuat Tekan Beton Persentase 20%
3 hari 7 hari 14 hari 21 hari 28 hari
Gambar 4.8 Grafik Pengujian Kuat Beton Persentase 25%
4.10.4. Pengujian beton persentase 30%
Tabel 4.22 Hasil Pengujian Kuat Beton Persentase 30%
Presentase Umur Kuat Tekan (Mpa) Rata-rata
30%
3
3,73
3,89 3,60
4,35 7
5,04
4,86 4,94
4,60 14
5,16
5,28 5,15
5,52 21
7,68
7,55 7,60
7,38 28
7,90
8,28 8,14
8,79
4,83 5,22
5,576,18 5,52 4,685,48
5,61 6,01
7,528,52 7,738,73 7,50
10,14
0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00
1 2 3
Nilai Kuat Tekan
Nilai Kuat Tekan Beton 25%
3 hari 7 hari 14 hari 21 hari 28 hari
Gambar 4.9 Grafik Pengujian Kuat Tekan Beton Persentase 30%
Gambar 4.10 Grafik Pengujian Beton Umur 28 Hari
Dari tabel dan grafik diatas menunjukan bahwa pertambahan persentase pada beton mengurangi nilai kuat tekan yang dimana dapat dilihat pada hari 28 umur beton dengan persentase 0% didapatkan hasil 14,77 Mpa dan pada persentase 20%
didapatkan hasil 10,93 Mpa yang dimana penurunan kuat tekan mencapai ± 4 Mpa dan dapat dilihat dari hasil perbedaan kuat tekan pada persentase 20%, 25%, 30%
dengan penurunan ± 1 Mpa. Maka, setiap pertambah 5% persentase akan mengurangi kuat tekan pada beton ± 1 Mpa.
3,735,045,16 3,604,945,15 4,354,605,52 7,687,90 7,608,14 7,388,79
0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00 8,00 9,00 10,00
1 2 3
Nilai Kuat Tekan
Pengujian Kuat Tekan Beton Persentase 30%
3 hari 7 hari 14 hari 21 hari 28 hari
14,77
10,93
9,13 8,28
0 2 4 6 8 10 12 14 16
0 20 25 30
Nilai Kuat Tekan Mpa 28 Hari
Persentase
Pengujian Kuat Tekan Beton
4.11. Pola Keretakan Beton
Persentase 20% ban Persentase 25% ban Persentase 30% ban Gambar 4.11 Pola Keretakan pada Beton Dengan Komposisi Agregat Ban Pada gambar 4.13 yaitu keretakan yang dialami beton dengan menggunakan limbah ban sebagai pengganti agregat kasar dilihat bahwa agregat ban tidak sepenuhnya mengikat pada beton sehingga ban dapat dengan mudah terlepas pada beton. Hal ini bisa disebabkan oleh perbedaan modulus elastisitas agregat ban dan beton. Matrik campuran pasir dan semen tidak dapat membuat lekatan antara agregat ban dan beton menyatu dengan sempurna. Agar dapat menghasilkan hasil yang sempurna sebaiknya terlebih dulu dilakukan coating agar tercapainya ikatan matrik beton yang baik.