• Tidak ada hasil yang ditemukan

pemanfaatan tumbuhan obat berbasis masyarakat pada

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "pemanfaatan tumbuhan obat berbasis masyarakat pada"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

Pemanfaatan tanaman obat berbasis masyarakat di kawasan hutan khusus Diklat Desa Tabo-Tabo Kecamatan Bungoro Kabupaten Pangkep dibimbing oleh Husnah Latifah dan Hasanuddin. Pemanfaatan tanaman obat berbasis masyarakat di kawasan hutan dengan tujuan khusus Diklat Hutan Tabo-Tabo Desa Tabo-Tabo Kecamatan Bungoro Kabupaten Pangkep” Sebagai syarat untuk menyelesaikan Program Strata 1 pada Program Studi Kehutanan Fakultas Ilmu Kehutanan. Pertanian, Universitas Muhammadiyah Makassar.Masyarakat Desa Tabo-Tabo Kecamatan Bungoro Kabupaten Pangkep khususnya para responden yang memberikan informasi yang dibutuhkan penulis.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Cara pengolahannya masih sangat sederhana, hanya didasarkan pada kebiasaan sehari-hari dan pengalaman yang diwariskan nenek moyang secara turun temurun (Efremila, Wardenaar dan Sisillia, 2015). Hidayat, 2008) menyebutkan ada tiga hal yang dapat menjadi alasan kuat mengapa tumbuhan disebut tumbuhan obat, yaitu: tumbuhan atau bagian tumbuhan dapat meningkatkan fungsi organ tubuh, tumbuhan atau bagian tumbuhan dapat menghilangkan racun atau penyakit, dan tumbuhan. atau bagian tanamannya dapat membangun sistem imun tubuh. Berdasarkan latar belakang di atas maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat di Kawasan Hutan Tujuan Khusus (KHDTK) Hutan Diklat Desa Tabo-Tabo.

Rumusan Masalah

Identifikasi jenis tumbuhan obat dan bagian-bagiannya yang dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Tabo-tabo Kecamatan Bungoro Kabupaten Pangkep. Untuk mengetahui cara pengolahan dan pemanfaatan tanaman obat yang digunakan masyarakat Desa Tabo-tabo Kecamatan Bungoro Kabupaten Pangkep.

Manfaat Penelitian

Hutan

Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) adalah kawasan hutan yang diperuntukkan bagi penelitian dan pengembangan, kepentingan pendidikan dan diperuntukkan bagi kepentingan penelitian dan pengembangan, pendidikan dan pelatihan serta kepentingan keagamaan dan budaya setempat, sesuai dengan amanat Undang-undang No. KHDTK tersebar di Pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur dengan luas wilayah kurang lebih 37.000 ha, mencakup berbagai tipe hutan dan kondisi sosial budaya (Puslitbang). untuk Peningkatan Produktivitas Hutan, 2010). Penetapan KHDTK sesuai amanat undang-undang nomor 41 tahun 1999 tentang kehutanan diperlukan untuk kepentingan umum sebagai: a) penelitian dan pengembangan, b) pendidikan dan pelatihan, dan c) agama dan budaya. Pengelolaan KHDTK bertujuan untuk menghasilkan hutan sebagai syarat sebagai laboratorium alam untuk menunjang kegiatan penelitian dan pengembangan serta pelatihan.

Keterkaitan Masyarakat Dengan Hutan

Keadaan ini dapat dan akan selalu berubah sesuai dengan perkembangan budaya dan ekonomi serta keterbukaan daerah sebagai akibat dari pembangunan. Hutan merupakan sumber daya alam yang memberikan manfaat bagi kesejahteraan manusia, baik manfaat nyata yang dirasakan secara langsung maupun manfaat tidak nyata yang dirasakan secara tidak langsung. Hubungan hutan dengan masyarakat lokal tidak lepas dari konsep ekosistem, yaitu suatu sistem ekologi yang terbentuk dari hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya (Soemarwoto, 2004).

Tumbuhan obat

Tumbuhan mengandung puluhan bahkan ratusan komponen kimia, namun fungsi atau peran masing-masing komponen tersebut belum terungkap sepenuhnya. Food and Drug Administration (FDA) membagi penggunaan tanaman obat menjadi tiga tingkatan, yaitu obat herbal, obat herbal terstandar, dan fitofarmaka. Lapisan di atas obat herbal adalah obat alami atau obat herbal terstandar yang bahan bakunya berupa ekstrak dan telah diuji aspek keamanan dan khasiatnya pada hewan percobaan yang disebut dengan uji praklinis.

Manfaat Tumbuhan Obat

9 Keunggulan obat tradisional yang langsung dirasakan oleh masyarakat adalah mudah didapat, bahan bakunya bisa ditanam bahkan di pekarangan rumah, harganya murah dan bisa diracik di rumah, sehingga hampir setiap orang Indonesia sudah memanfaatkan tanaman obat untuk mengobati. penyakit atau kelainan yang timbul pada tubuh semasa hidupnya, seperti pada saat masih bayi, anak-anak, dan setelah dewasa. Pemanfaatan tanaman obat masih besar di masyarakat karena manfaatnya dapat langsung dirasakan secara turun-temurun, walaupun mekanisme kerjanya secara ilmiah masih belum diketahui secara luas (Zein, 2005). Tanaman obat yang ditanam di pekarangan rumah masyarakat mempunyai banyak manfaat, selain digunakan sebagai obat kuno yang dapat diracik dan dijadikan obat, tanaman tersebut juga dapat dimanfaatkan untuk menambah pendapatan keluarga.

Pengolahan dan Pemanfaatan Bagian Tumbuhan Obat

Misalnya tanaman obat yang mengandung minyak atsiri atau glikosida tidak dapat dibuat dalam bentuk rebusan karena bersifat termobalit (Dewoto, 2007). Bagian-bagian yang digunakan sebagai obat antara lain daun (folium), akar (radix), batang (caulis), rimpang (rhizome), bunga (flos), buah (fructus) dan biji (sperma) (Tudjuka & Ningsih, 2014). Selain itu daun juga mengandung klorofil yang mengandung antioksidan, anti inflamasi dan zat penyembuh (Tudjuka & Ningsih, 2014).

Macam-macam Tumbuhan Obat Tradisional dan Khasiatnya

Jenis tanaman obat dibudidayakan di sekitar tempat tinggalnya, dan masyarakat sudah mengetahui khasiat dan kegunaan tanaman obat tersebut. Air jeruk nipis dapat digunakan sebagai obat penurun berat badan, ekspektoran (eksspektron), penurun demam (antipiretik), demam dan mencret (diare). Kunyit dapat dimanfaatkan sebagai bahan tanaman obat tradisional, bahan baku industri jamu, kosmetika, dan bumbu masakan.

Penelitian Tentang Pemanfaatan Tumbuhan Obat

Hasil penelitian yang dilakukan adalah sekitar 16 jenis tumbuhan yang dimanfaatkan masyarakat desa Bawadobora sebagai tanaman obat menjadi tumpuan kehidupan masyarakat desa Bawdobora yang menjadi tradisi leluhur dan merupakan arisan yang diwariskan secara turun temurun. Namun yang membedakan adalah pada penelitian yang akan dilakukan, kajian mengenai habitat tanaman obat dan persentase tanaman budidaya/liar, termasuk fasilitasnya. Berdasarkan uraian kerangka identifikasi tumbuhan obat, maka penelitian ini akan mengidentifikasi tumbuhan obat.

Gambar 1. Kerangka Pikir Pemanfaatan Tumbuhan
Gambar 1. Kerangka Pikir Pemanfaatan Tumbuhan

Waktu dan Tempat Penelitian

Alat dan Bahan Penelitian

Metode Pelaksanaan

Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang mengetahui tentang tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai tanaman obat di Desa Tabo-tabo Kecamatan Bungoro Kabupaten Pangkep. Pemilihan responden dilakukan dengan metode purposive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 30 responden yang dapat mewakili masyarakat desa Tabo-tabo. Purposive sampling merupakan salah satu jenis teknik pengambilan sampel yang biasa digunakan dalam penelitian ilmiah. Purposive sampling merupakan teknik pengambilan sampel dengan menentukan kriteria tertentu (Sugiyono, 2008).

Metode Pengumpulan Data

Kuesioner merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan cara menanyakan kepada setiap responden melalui daftar pertanyaan untuk memperoleh informasi yang diperlukan agar penelitian dapat terstruktur.

Sumber Data

Metode Analisis Data

Pendokumentasian tanaman obat menggunakan kamera sedangkan perekam suara digunakan pada saat narasumber menyampaikan informasi terkait tanaman obat tradisional.

Penyajian Data

Letak dan Luas Kawasan

22 Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan melakukan sinkronisasi wilayah Pelatihan Kehutanan Tabo-tabo KHDTK. Berdasarkan lembar kerja Kawasan Diklat Kehutanan dan Kehutanan Tabo-tabo, skalanya dibagi menjadi beberapa blok sesuai dengan pemanfaatan sarana pendidikan dan pelatihan, yaitu: 1) Blok Arboretum: 26,5 ha;.

Ketinggian dan Topografi Kawasan

22 Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk melakukan sinkronisasi luas KHDTK Pelatihan Kehutanan Tabo-Tabo. Berdasarkan peta kerja kawasan hutan pelatihan Tabo-Tabo, skalanya dibagi menjadi beberapa blok sesuai dengan kegunaannya untuk sarana pendidikan dan pelatihan, yaitu: 1) Blok Arboretum: 26,5 ha; 2) Base Camp: 4,46 ha; 3) Blok hutan lindung : 212,61 ha; 4) Blok praktik reboisasi; 89,86 ha; 5) Blok praktik eksploitasi: 92,14 ha; 6) Blok praktek reboisasi : 188,81 ha; 7) Blok percontohan: 49,91 ha; 8) Blok persemaian: 0,86 ha.

Jenis Tanah

23 Berdasarkan survei tanah Provinsi Sulawesi Selatan (diukur oleh Balai Penelitian Tanah Bogor), Kawasan Hutan Latihan Tabo-tabo terdiri dari jenis tanah aluvial berwarna abu-abu kekuningan yang tersebar pada daerah miring dan bergelombang serta jenis tanah Mediterania berwarna coklat kemerahan yang tersebar pada daerah miring dan bergelombang. punggung bukit. Bukit.

Iklim dan Curah Hujan

Karakteristik Responden

1 Sisik naga Vyrrosia piloselloides Polypodiaceae 2 Udang Cyperus rotundus L Cyperaceae 3 Daun daun bawang ayam Selaginella doederleinii Selaginellaceae. 20 Rusa ganda Justicia gandarusa burm.f Acanthaceae Sumber : Data Primer Setelah Diolah Tahun 2022 Sumber : Data Primer Setelah Diolah Tahun 2022. Berdasarkan hasil identifikasi lapangan di Desa Tabo-tabo Kecamatan Bungoro Kabupaten Pangkep yang disajikan pada T 2, ada 20 spesies dan 17 famili.

26 Jenis tanaman obat dan jumlah responden yang memanfaatkan tanaman obat tradisional di Desa Tabo-tabo Kecamatan Bungoro Kabupaten Pangkep dapat dilihat pada Tabel 3.

Table 3. Jumlah Responden Yang Menggunakan Tumbuhan Obat
Table 3. Jumlah Responden Yang Menggunakan Tumbuhan Obat

Bagian Tumbuhan Yang digunakan

28 Berdasarkan tabel 4 diperoleh hasil bahwa bagian tanaman obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat desa Tabo-tabo dari 30 responden, terdapat 6 bagian yang dimanfaatkan sebagai tanaman obat, yaitu : daun (20 orang), akar (1 orang) ), akar dan batang (2 orang), umbi-umbian (5 orang), sari (1 orang) dan seluruh bagian tanaman (1 orang). Persentase bagian tanaman obat yang paling banyak dimanfaatkan adalah daun sebesar 67%, sedangkan pemanfaatan terendah ada 3 yaitu akar, biji dan seluruh bagian tanaman sebesar 3%. Hasil pemanfaatan bagian tanaman obat oleh masyarakat sebagai tanaman obat tradisional di Desa Tabo-tabo Kecamatan Bungoro Kabupaten Pangkep dapat dilihat pada Tabel 5.

Berdasarkan Tabel 5 terlihat bahwa bagian tanaman yang dimanfaatkan oleh masyarakat di Desa Tabo-tabo adalah daun, akar, akar dan batang, biji, umbi dan seluruh bagian tanaman. Hasil penelitian selama 1 bulan di Desa Tabo-tabo, Kecamatan Bungoro, Kabupaten Pangkep, menunjukkan terdapat 20 jenis tanaman obat yang dimanfaatkan masyarakat. Terlihat sebagian besar masyarakat di Desa Tabo-tabo memanfaatkan daunnya. sebagai obat tradisional. Berdasarkan hasil wawancara lapangan, cara pengelolaan tanaman obat yang digunakan masyarakat desa Tabo-tabo sebagai obat yang dapat digunakan atau dikonsumsi oleh masyarakat desa Tabo-tabo dapat dilihat pada Tabel 6.

Berdasarkan Tabel 6 terlihat lima cara pengolahan tanaman obat di Desa Tabo-tabo Kecamatan Bungoro Kabupaten Pangkep yaitu : Direbus, ditumbuk, dipanggang, direndam, diremas dan tanpa pengolahan. Pengolahan tanaman obat dengan cara dimasak merupakan yang paling banyak dilakukan selama pengelolaan tanaman obat yaitu 10 spesies. Salah satu responden berpendapat bahwa dalam mengolah tanaman obat ada banyak cara, yaitu: direbus lalu diminum, direbus lalu dicuci, ditumbuk lalu disebar, dibakar lalu disebar, diparut lalu diminum, diparut lalu disebar, dikunyah lalu diminum. uleni lalu minum, potong lalu oles. , ditekan.

Berdasarkan persentase cara pengolahan tanaman obat dapat dilihat pada Gambar 3 yaitu persentase tertinggi jenis dengan cara direbus 10%, ditumbuk 5%, sedangkan digoreng, direndam dan diuleni sebesar 1%.

Gambar 2. Bagian tumbuhan yang dimanfaatkan
Gambar 2. Bagian tumbuhan yang dimanfaatkan

Cara Pemakaian Tumbuhan Obat

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, terdapat beberapa jenis tanaman obat yang kegunaannya berbeda-beda sesuai dengan penyakit yang dialami masyarakat di Desa Tabo-tabo Kecamatan Bungoro Kabupaten Pangkep. Berdasarkan hasil wawancara di atas, alang-alang digunakan untuk mengobati keseleo dengan cara mengambil beberapa potong alang-alang kemudian digosok. Daun kerinyuh diketahui banyak orang untuk mengobati luka akibat sayatan pisau atau parang, namun manfaat daun kerinyuh lainnya adalah untuk mengobati sakit kepala dan sakit maag.

43 Berdasarkan hasil wawancara di atas, menurut Ibu Sani', kunyit dapat digunakan sebagai obat penyakit cacar dengan cara menumbuk kunyit segar kemudian mengoleskannya pada daerah yang terkena penyakit cacar. Namun sirih hutan memiliki banyak manfaat dalam mengobati berbagai penyakit, termasuk membersihkan mata yang terasa kasar atau gatal. Tanaman legundi banyak ditemukan di daerah tropis khususnya Indonesia. Tanaman Legundi memiliki bunga berwarna ungu.

Khasiat tanaman caramunting sebagai obat tradisional adalah dapat menyembuhkan bisul, anti diare, anti sakit perut dan luka bakar. Bagi yang mengalami luka akibat sayatan pisau atau parang, bisa langsung memanfaatkan tanaman ini. Tanaman ini dapat menghentikan aliran darah jika anda memerasnya dan menambahkan sedikit air lalu mengoleskannya pada bagian tubuh yang terluka.

Tanaman rusa ganda belum begitu dikenal oleh penduduk setempat dan tanaman ini dapat dengan mudah ditemukan di berbagai tempat di hutan. Tanaman ini tumbuh di bawah tanaman tinggi di hutan atau di dataran rendah sekitar wilayah masyarakat. Jenis tanaman ini dimanfaatkan oleh penduduk setempat untuk meningkatkan kekuatan dan meningkatkan daya tahan tubuh terhadap cuaca dingin.

Gambar 4. Cara Pemakaian Tanaman Obat
Gambar 4. Cara Pemakaian Tanaman Obat

Kesimpulan

Saran

DAFTAR PUSTAKA

TINGKAT PENGGUNAAN TUMBUHAN OBAT A. Identitas keluarga

Tngkat Penggunaan Tumbuhan Obat

Darimana anda mendapatkan pengetahuan tradisional pengolahan obat dan pengetahuan tanaman obat? Apakah pengetahuan tentang tata cara pengobatan dan pengolahan tanaman obat dalam upaya penyembuhan pasien diturunkan kepada anak Anda?

Gambar 1. Wawancara Dengan Responden
Gambar 1. Wawancara Dengan Responden

Gambar

Gambar 1. Kerangka Pikir Pemanfaatan Tumbuhan
Tabel 1. Identifikasi Responden Berdasarkan Jenis kelamin  No  Jenis Kelamin  Jumlah Responden
Table 3. Jumlah Responden Yang Menggunakan Tumbuhan Obat
Gambar 2. Bagian tumbuhan yang dimanfaatkan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Panduan Wawancara Pemanfaatan dan Kontribusi Usaha Madu Trigona sp terhadap Pendapatan Masyarakat pada Kawasan Hutan Kemasyarakatan di Desa Parombean ,