• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tampilan Pemanfaatan Tanaman Obat Oleh Masyarakat Sekitar Kawasan Hutan Koa, Desa Linamnutu, Kecamatan Amanuban Selatan, Kabupaten Timor Tengah Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Tampilan Pemanfaatan Tanaman Obat Oleh Masyarakat Sekitar Kawasan Hutan Koa, Desa Linamnutu, Kecamatan Amanuban Selatan, Kabupaten Timor Tengah Selatan"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Pemanfaatan Tanaman Obat Oleh Masyarakat Sekitar Kawasan Hutan Koa, Desa Linamnutu, Kecamatan Amanuban Selatan, Kabupaten Timor Tengah Selatan

The Utilization Of Medicinal Plants By Communities Around The Koa Forest Area, Linamnutu Village, South Amanuban, Timor Tengah Selatan District

Aderia Wewo1), Ludji Michael Riwu Kaho 2), Astin Elise Mau 2)

1) Mahasiswa Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian Universitas Nusa Cendana

2) Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian Universitas Nusa Cendana Email : aderiawewo98@gmail.com

ABSTRACT

This study was conducted to determine the types of medicinal plants, and how to process the medicinal plants whice used by the community around the Koa Forets, Linamnutu Village, South of Amanuban Districts, South Central Timor Regency. This research was conducted from November 2019 to October 2019. This research was conducted with qualitative descriptive data collection techiques, with primary data in the form of interview, observations and documentation. The data processing stage is carnied out by compiling, identification, classification and data analysis the parts of the plant used, presentation of parts used, how to concoch and how to use. The result of the study and the result of interview with respondents showed that there were is thypes of medicinal plants used by community around the Koa Forest, Linamnutu Village, South of Amanuban Districts, South Central Timor Regency.Thypes of medicinal plants consist of Bunga Putih/Sufmuti (chromolaena odorata L. ), Mahoni ( Swietenia mahagoni ), Kesambi/ Usapi(schleicheraoleosa), JambuBiji ( Psidium guajava L.), Atta/

Srikaya (Annona Squamosa), PariaHutan(Momordica balsamina), Sambiloto (Andrographis paniculata), Marungga/Kelor (Moringa oleifera), Flolo/ Faloak ( Sterculia quadrifida) Alang-Alang (Impereta cylindrical), Kayu Merah (Pinus Sylvestris), Delima(Punica granatum), Kiu/ Asam (Tamarindus indica), Feu / Kemiri (Aleurites moluccana), and Damar (Agathis dammara). Medicinal plants parts whice used were Leaf, Fruits, Seed, Outher shell, Sap, and Root and the highest usage presentation is on the leaf of plant that is 32% and the lowest presentation was in the sap part that is 4 %. The process of making medicine is still using a simple method, that is : pound or grind and boil with water. While the method of using the medicinal plans is to be smeared or sprinkled on the part that hurts, Or drink and consumed directly.

Key words : Medicinal Plants, Medicinal Plants Parts, Process of Making

1. PENDAHULUAN

Terdapat sekitar 40 ribu jenis tumbuhan di dunia dengan kurang lebih 30 ribunya berada di Indonesia. Sekitar 26% telah dibudidayakan dan sisanya sekitar 74% masih tumbuh liar di hutan. Lebih dari 8000 jenis merupakan tumbuhan yang berkhasiat obat dan baru 800-1200 jenis saja yang telah dimanfaatkan oleh masyarakat untuk obat tradisional atau jamu (Hidayat, 2006). Hal ini mendorong berkembangnya upaya penelitian dan eksplorasi jenis-jenis tumbuhan obat.

Indonesia memiliki sekitar 1000 spesies tumbuhan obatan, tetapi hanya sekitar 350 spesies tumbuhan yang digunakan sebagai bahan baku obat oleh masyarakat dan industri jamu dan obat Indonesia (Heyne, 1987).

Menurut Zuhud (2009), Hasil inventarisasi potensi keanekaragaman spesies tumbuhan obat di berbagai kawasan Taman Nasional di Indonesia menunjukkan bahwa dalam setiap unit kawasan Taman Nasional ditemukan berbagai spesies tumbuhan obat yang dapat mengobati 25 kelompok penyakit

(2)

yang diderita masyarakat. Melalui berbagai penelitian etnomedika yang dilakukan oleh peneliti Indonesia, diketahui sebanyak 78 spesies tumbuhan yang digunakan oleh 34 etnis untuk mengobati penyakit malaria, 30 etnis memanfaatkan 133 spesies tumbuhan untuk mengobati gejala demam, 30 etnis memanfaatkan 110 spesies tumbuhan untuk mengobati gangguan pencernaan dan 27 etnis memanfaatkan 98 spesies tumbuhan untuk mengobati penyakit kulit. Banyak pengetahuan tradisional tentang penggunaan tumbuhan obat dari berbagai jenis etnis telah dikembangkan oleh pengusaha industri jamu dan farmasi (Supriadi, 2001).

Pengobatan tradisional dengan menggunakan tumbuhan telah dilakukan sejak dahulu secara turun temurun oleh masyarakat Indonesia. Meskipun pengobatan modern telah berkembang hingga kedaerah terpencil, namun penggunaan tumbuhan sebagai obat masih tetap diminati masyarakat. Tumbuhan obat semakin intensif dipelajari bukan hanya karena tradisi tetapi terutama nilainya dalam bidang farmasi.

Eksplorasi tumbuhan obat semakin meningkat dan menjadi salah satu sumber daya alam Indonesia yang memiliki nilai ekonomi yang penting. Studi etnobotani bermanfaat bagi manusia dan lingkungan, melalui perlindungan jenis-jenis tumbuhan yang digunakan.

Etnobotani meliputi sebuah kegiatan pemanfaatan tumbuh-tumbuhan sebagai salah satu penunjang kehidupan masyarakat dalam suatu komunitas.

Salah satu kawasan yang memiliki potensi obat-obatan tradisional dan yang digunakan oleh masyarakat adalah kawasan Hutan Koa di Kecamatan Amanuban Selatan.

Kawasan Hutan Koa merupakan salah satu kawasan Hutan Lindung yang berada di Kabupaten Timor Tengah Selatan yang ditunjuk dengan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 89/KPTS-II/1983 Tanggal 2 Desember 1983 tentang Tata Guna Hutan Kesepakatan di Provinsi Nusa Tenggara Timur seluas 2599,17 Ha, terletak pada beberapa desa sebagai penyokong utama yaitu Desa Mio, Desa Pollo, Desa Linamnutu dan Desa Eno Neten. Desa Linamnutu merupakan salah satu desa yang terletak disekitar kawasan Hutan Koa

yang terdiri dari tiga dusun yaitu Oetaman, Hausunaf dan Linamnutu.

Potensi kekayaan dan manfaat tanaman obat yang dapat digunakan oleh masyarakat ini sangatlah penting untuk dijaga, baik pelestarian tanamannya dan juga pengetahuan tentang cara menggunakan tanaman obat itu sendiri didalam menyembuhkan berbagai penyakit. Oleh karena itu, penulis menganggap penting untuk melakukan penelitian dilaksanakan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis tumbuhan obat yang digunakan oleh masyarakat sekitar kawasan Hutan Koa, Desa Linamnutu, Kecamatan Amanuban Selatan, mengetahui bagian tanaman obat yang digunakan oleh masyarakat sekitar kawasan Hutan Koa, Desa Linamnutu, Kecamatan Amanuban Selatan, bagaimana cara pengolahan tanaman obat oleh masyarakat sekitar kawasan Hutan Koa, Desa Linamnutu, Kecamatan Amanuban Selatan.

2. METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Oktober-November 2019 di Hutan Koa, Desa Linamnutu, Kecamatan Amanuban Selatan, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kamera, Kuisioner, Alat Recorder, Laptop dan Buku Taksonomi Tumbuhan Obat- Obatan (Tjirosoepomo, 2005). Sedangkan bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Kawasan Hutan Koa khususnya Desa Linamnutu.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif.

Metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan pengamatan langsung terhadap dukun serta masyarakat yang ada di Desa Linamnutu, Kecamatan Amanuban Selatan, Kabupaten Timor Tengah Selatan serta pengamatan di lapangan.

2.1 Tahap Pengolahan dan Analisis Data Menyusun data, meneliti kembali kelengkapan keterangan untuk proses selanjutnya; Identifikasi data, terdiri dari nama lokal dan nama ilmiah.

(3)

Klasifikasi data dan Analisis data dilakukan dengan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara yang akan disajikan berupa deskripsi masing- masing spesies tanaman berupa

1. Jenis tumbuhan obat, 2. Bagian yang digunakan

3. Persentase bagian tumbuhan yang digunakan dengan rumus (Hidayat et al, 2010):

 𝐁𝐚𝐠𝐢𝐚𝐧 𝐓𝐞𝐫𝐭𝐞𝐧𝐭𝐮 𝐘𝐚𝐧𝐠 𝐃𝐢𝐠𝐮𝐧𝐚𝐤𝐚𝐧

 𝐒𝐞𝐥𝐮𝐫𝐮𝐡 𝐓𝐮𝐦𝐛𝐮𝐡𝐚𝐧 𝐘𝐚𝐧𝐠 𝐃𝐢𝐦𝐚𝐧𝐟𝐚𝐚𝐭𝐤𝐚𝐧𝐱𝟏𝟎𝟎%

4. Cara meramu 5. Cara penggunaan

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Pengetahuan Responden Mengenai Tanaman Obat

Berdasarkan hasil wawancara, maka dapat dijelaskan bahwa jenis tanaman obat yang ditemukan responden didalam kawasan Hutan Koa sangat banyak dan beragam. Jenis tanaman obat yang dimanfaatkan adalah jenis Sufmuti (Bunga Putih/Kirinyuh (Chromolaena odorata L.)), Mahoni (Swietenia mahagoni), Usapi/Kesambi (Schleichera oleosa), Jambu Biji (Psidium guajava L.), Atta/Srikaya (Annona squamosa), Paria Hutan (Momordica balsamina), Sambiloto (Andrographis paniculata), Marungga/Kelor (Moringa oleifera), Flolo/Faloak (Sterculia quadrifida), Alang-alang (Impereta cylindrical), Kayu Merah (Pinus sylvestris), Delima (Punica granatum), Feu/Kemiri (Aleurites moluccana), Kiu/Asam (Tamarindus indica) dan Damar (Agathis dammara).

Cara-cara pengolahan tanaman hutan dan tanaman lainnya sebagai obat sudah diturunkan dari nenek moyang sehingga telah menjadi kearifan lokal yang tidak dapat ditinggalkan. Masyarakat juga merasa bahwa pengobatan dengan cara tradisional lebih efektif dibandingkan dengan obat rumah sakit dengan tingkat efek samping semakin kecil.

3.2 Persentase Bagian Tanaman Obat yang Dimanfaatkan Masyarakat Sekitar Kawasan Hutan Koa.

Bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan baku obat adalah dedaunan, akar, buah, biji, getah dan kulit batang pohon. Jenis-jenis tumbuhan obat yang diambil oleh masyarakat sebagian besar berasal dari Kawasan Hutan Koa dan sebagian kecil dari sekitar pekarangan rumah. Adapun jenis tanaman yang ditemukan di pinggiran jalan seperti tanaman Bunga Putih/Kirinyuh. Jenis tanaman obat tersebut kemudian diolah menggunakan teknik-teknik yang sederhana dan mudah untuk dilakukan sehingga penggunaan tanaman obat dengan cepat dapat digunakan.

Penggunaaan tanaman obat dan cara meramu juga masih dilakukan dengan cara-cara tradisional yang dipercaya secara turun-temurun.

Hasil wawancara terhadap responden penelitian menunjukkan bahwa proses meramu atau mengolah tanaman- tanaman menjadi obatan tradisional hanya dilakukan oleh beberapa orang yang telah ahli yang dianggap mewarisi cara meramu obat tradisional tersebut dan merupakan rahasia keluarga yang harus dijaga kerahasiaannya. Cara meramu sebaiknya dilakukan oleh orang yang lebih paham mengenai obatan tradisional agar dapat menghindari resiko efek samping yang ditimbulkan dari penggunaan obat tradisional yang salah dan menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan, karena cara meramu yang salah justru dapat menimbulkan tanaman obat tersebut berbahaya untuk dikonsumsi.

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat dijelaskan bahwa bagian tanaman yang paling banyak dimanfaatkan sebagai obat adalah bagian daun dengan jumlah yang dimanfaatkan adalah 8 jenis tumbuhan dengan persentase sebesar 32%

dan bagian tanaman yang paling sedikit dimanfaatkan sebagai obat adalah bagian getah dengan jumlah yang dimanfaatkan adalah 1 jenis tumbuhan dengan

(4)

persentase sebesar 4%. Daun merupakan bagian yang paling banyak digunakan sebagai obat dikarenakan serat yang terdapat pada daun lebih lunak sehingga lebih mudah diolah. Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Maulidiah, (2019) di Kecamatan Kebun Tebu, Kabupaten Lampung Barat. Dimana, berdasarkan bagian tanaman yang dimanfaatkan dalam mengobati penyakit memperlihatkan bahwa bagian daun merupakan bagian yang paling banyak digunakan dalam pengobatan karena masyarakat menganggap bahwa daun paling banyak mengandung obat dalam mengobati berbagai jenis penyakit. Daun adalah bagian yang paling mudah diperoleh dan mudah diramu sebagai obat dibandingkan dengan akar, kulit batang, buah, biji dan getah. Hal ini dikarenakan daun mengandung klorofil yang didalamnya terdapat senyawa antioksidan, antiperadangan dan zat yang bersifat menyembuhkan penyakit (Hara, 2013).

Jenis tanaman yang dimanfaatkan daunnya sebagai obat adalah jenis tanaman Kirinyuh (Chromolaena odorata L.), Jambu Biji (Psidium guajava L.), Srikaya (Annona squamosa), Paria Hutan (Momordica balsamina), Sambiloto (Andrographis paniculata), Marungga/Kelor (Moringa oleifera), Delima (Punica granatum) dan Asam (Tamarindus indica).

3.3 Sumber Perolehan Tanaman Obat Berdasarkan lokasi ditemukannya tumbuhan obat, maka dapa dijelaskan bahwa masyarakat yang tinggal di sekitar Kawasan Hutan Koa, Desa Linamnutu memperoleh tumbuhan obat dari 3 lokasi yaitu hutan/kebun, pekarangan dan pinggiran jalan. Tumbuhan yang terdapat didalam Kawasan Hutan Koa adalah jenis tanaman kayu dan beberapa tanaman perdu serta tanaman yang merayap. Selain tanaman yang terdapat didalam hutan, ada beberapa jenis tanaman yang tumbuh secara liar di pinggir jalan, di kebun maupun beberapa tanaman yang dibudidaya di pekarangan. Berikut adalah

tabel persentase sumber perolehan tumbuhan obat yang diperoleh masyarakat Desa Linamnutu.

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat dijelaskan bahwa jenis tanaman obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Linamnutu lebih banyak ditemukan didalam Kawasan Hutan Koa dengan persentase sebesar 51,72%

dimana, semua jenis tanaman obat yang dimanfaatkan masyarakat yaitu 15 jenis tanaman, semuanya ditemukan didalam kawasan hutan. Sedangkan yang paling jarang ditemukan adalah didalam kebun dengan persentase sebesar 13,80%. Hasil perhitungan ini menunjukkan bahwa masyarakat Desa Linamnutu menggantungkan hidupnya pada Hutan Koa dalam memenuhi kebutuhan hidup terutama dalam memperoleh tanaman untuk dijadikan sebagai bahan obat.

Titik lokasi sebaran tanaman obat yang ditemukan di lokasi penelitian tersebar didalam kawasan hutan, sekitar kawasan hutan, pekarangan rumah, kebun dan pinggiran jalan.

4. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Jenis tanaman yang digunakan oleh masyarakat sekitar kawasasan Hutan Koa, Desa Linamnutu, Kecamatan Amanuban Selatan yaitu, Bunga Putih/Sufmuti (Chromolaena odorata L.), Mahoni (Swietenia mahagoni), Kesambi/Usapi (Schleichera oleosa), Jambu Biji (Psidium guajava L.), Atta/Srikaya (Annona squamosa), Paria Hutan (Momordica balsamina), Sambiloto (Andrographis paniculata), Marungga/Kelor (Moringa oleifera), Flolo/Faloak (Sterculia quadrifida), Alang-Alang (Impereta cylindrical), Kayu Merah (Pinus sylvestris), Delima (Punica granatum), Kiu/Asam (Tamarindus indica), Feu/Kemiri (Aleurites moluccana) dan Damar (Agathis dammara).

2. Bagian-bagian dari tanaman obat yang dimanfaatkan atau digunakan oleh

(5)

masyarakat sekitar Kawasasan Hutan Koa, Desa Linamnutu, Kecamatan Amanuban Selatan yaitu, Daun, Buah, Biji, Kulit, Getah dan Akar serta persentase penggunaan tertinggi adalah pada bagian Daun yaitu sebesar 32% dan terendah adalah pada bagian Getah yaitu sebesar 4%.

3. Proses pembuatan obat yang dilakukan Masyarakat di Kawasan Hutan Koa, Desa Linamnutu, Kecamatan Amanuban Selatan masih menggunakan cara yang sederhana, yaitu dengan: menumbuk/menghaluskan dan merebus dengan air. Sedangkan cara penggunaan obat dari tanaman obat adalah dengan cara dioleskan/ditaburkan pada bagian yang sakit dan atau diminum serta dikonsumsi secara langsung.

5. SARAN

1. Bagi masyarakat agar dapat melestarikan pengetahuan tentang tanaman obat dan penggunaan serta manfaat yang dapat diperoleh, juga sekaligus dapat merawat hutan dan segala isinya sebagai kekayaan alam pada umumnya dan secara khusus melestarikan tanaman-tanaman obat di kawasan hutan, yang sangat bermanfaat bagi kehidupan masyarakat disekitarnya.

2. Bagi Pemerintah Daerah agar mendukung pengetahuan pengobatan tradisional yang ada ditengah masyarakat sebagai kearifan lokal yang harus dilestarikan.

3. Bagi peneliti selanjutnya, agar dapat meneliti tentang kandungan zat aktif dari tanaman obat secara lebih khusus agar dapat memberikan manfaat yang lebih besar kepada masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Hara, B. 2013. Pemanfaatan Tanaman Sebagai Obat Tradisional oleh Masyarakat Suku Maybrat di Kampung Sire Distrik Male Selatan, Kabupaten Maybrat [Skripsi].

Manokwari, Jurusan Kehutanan Fakultas Kehutanan Universitas Negeri Papua Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia.

Terjemahan: Badan Litbang Kehutanan Jakarta. Jilid II dan III. Cetakan Kesatu.

Jakarta: Yayasan Sarana Wana Jaya. 56.

Hidayat, 2006. Konservasi Ex-Situ Tumbuhan Obat di Kebun Raya Bogor, Skripsi. Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Hidayat, A. Alimul. 2010. Metode Penelitian Kesehatan Paradigma Kuantitatif. Jakarta:

Heat Books.

Maulidiah. 2019. Pemanfaatan Organ Tumbuhan Sebagai Obat Yang Diolah Secara Tradisional Di Kecamatan Kebun Tebu Kabupaten Lampung Barat. Skripsi.

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung. 163 Hal.

Supriadi, 2001, Tumbuhan Obat Indonesia:

Penggunaan dan Khasiatnya, 25-27, Pustaka Populer, Jakarta.

Tjirosoepomo. G. 2005. Morfologi Tumbuhan.

Gajah Mada. University Press. Yogyakarta.

Zuhud E. A. M. 2009. Potensi Hutan Tropika Indonesia Sebagai Penyangga Bahan Obat Alam untuk Kesehatan Bangsa. Jurnal Bahan Alam Indonesia. Vol. 6 No. 6, Hal 227-232. Januari 2009. Jakarta:

Perhimpunan Peneliti Bahan Obat Alam.

Referensi

Dokumen terkait

Gambar 4.3 Grafik Analisa Kerusakan Fatik Dan Beban Repetisi Ijin Berdasarkan Rasio Tegangan, Dengan Atau Tanpa Bahu Beton Untuk Strg (T=29cm)

Intsia Pacific Permai dalam melakukan kegiatan ekspor telah didukung dengan dokumen V-Legal yang sah untuk produk yang wajib menggunakan dokumen V-Legal dan telah

• Setelah siswa berlatih menjawab pertanyaan, siswa dapat menyampaikan perkiraan informasi dari teks nonfiksi berdasarkan kata-kata kunci yang terdapat pada judul dengan tepat..

Renstra Diskoperindag Kabupaten Pemalang merupakan dokumen perencanaan periode 5 (lima) tahun, di dalamnya memuat visi, misi Kepala Daerah Terpilih sejalan dengan tujuan,

Sedangkan menurut Zulma, G.W.M (2020), tarif pajak tidak berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan pajak karena dalam masa pandemi covid-19, mengungkapkan bahwa pemerintah cukup

Lembar penilaian performa anak dikembangkan dengan tiga indikator yaitu; menyebutkan lambang bilangan (120), menggunakan lambang bilangan untuk berhitung, dan

Perencanaan, Pertemuan kelima pada siklus III materi pembelajaran diawali dengan sedikit mengulang materi pada siklus II kemudian dilanjutkan pada materi Mencontohkan

Qualitative analysis of FeK EXAFS agreed well with chemical data: In the oligotrophic section Fe(II)–O and Fe(III)–O species were present, whereas a significant fraction of