MAKALAH LOMBA ESTIMASI BIAYA PROYEK
PEMANFAATAN BIM SEBAGAI APLIKASI DIGITAL YANG EFEKTIF UNTUK ESTIMASI BIAYA PEMBANGUNAN
KANTOR 4 LANTAI
Dosen Pembimbing :
Ir. Gina Cynthia Raphita Hasibuan ST, M.Sc, Ph.D
Anggota Kelompok:
1. Hepdyantama Simarmata (210404062) 2. Syahirah Dalila Harahap (210404045) 3. Margharetha Yolanda Nainggolan (210404054)
PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2023/2024
LEMBAR PENGESAHAN Lomba Estimasi Biaya Proyek
Civil National Expo 2024
1. Judul : Pemanfaatan BIM Sebagai Aplikasi Digital Yang Efektif Untuk Estimasi Biaya Pembangunan Kantor 4 Lantai
2. Nama Perguruan Tinggi : Universitas Sumatera Utara
3. Nama Dosen Pembimbing : Ir. Gina Cynthia Raphita Hasibuan ST, M.Sc, Ph.D 4. Nama Anggota Tim :
a. Nama, NIM : Hepdyantama Simarmata (210404062)
b. Nama, NIM : Syahirah Dalila Harahap (210404045) c. Nama, NIM : Margharetha Yolanda Nainggolan (210404054) 5. Alamat Perguruan Tinggi : Jalan Dr. T. Mansur No.9, Padang Bulan, Kec. Medan
Baru, Kota Medan, Sumatera Utara 20155
6. Telepon : 061-8214033, 8214210
7. Faksimile : 061-8211822, 8211633
8. Email : [email protected]
Jakarta, 12 April 2024 Menyetujui,
Dosen Pembimbing Ketua Tim
Ir. Gina Cynthia Raphita Hasibuan ST, M.Sc, Ph.D Hepdyantama Simarmata
NIP. 198910102021022001 NIM. 210404062
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya makalah ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Sehingga, makalah ini dapat memenuhi lomba yang diberikan.
Makalah yang berjudul “Pemanfaatan BIM Sebagai Aplikasi Digital Yang Efektif Untuk Estimasi Biaya PembangunanKantor 4 Lantai” memiliki tujuan untuk mengetahui kemampuan BIM dalam mengestimasi biaya pembangunan secara akurat dan efisien untuk pengambilan keputusan terkait kelayakan finansial proyek dan memberikan rekomendasi tentang pemanfaatan penggunaan Autodesk Revit sebagai alat bantu dalam perencanaan dan pengendalian biaya selama proyek berlangsung serta mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan penggunaan Autodesk Revit dalam proses estimasi biaya.
Makalah ini kami susun berdasarkan soal dan data yang kami peroleh dari Panitia Civil National Expo 2024 dan juga didukung teori perkuliahan serta bantuan dan bimbingan juga pengarahan dari dosen pembimbing.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan perlu pendalaman lebih lanjut. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun yang dapat memperbaiki makalah ini di masa yang akan datang.
Kami juga berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca supaya dapat membangun dan menambah wawasan dan berguna bagi kehidupan pembaca.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat berguna bagi ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya pada bidang teknik sipil.
Jakarta, 12 April 2024 Penulis :
1. Hepdyantama Simarmata (21 0404 062) 2. Syahirah Dalila Harahap (21 0404 045) 3. Margharetha Yolanda Nainggolan (21 0404 054)
Daftar Isi
LEMBAR PENGESAHAN...ii
KATA PENGANTAR...iii
Daftar Isi...iv
Daftar Gambar...vii
Daftar Tabel...viii
BAB 1 PENDAHULUAN...1
1.1 Umum...1
1.2 Latar Belakang...2
1.3 Maksud dan Tujuan...3
1.3.1 Maksud...3
1.3.2 Tujuan...4
BAB 2 METODE PELAKSANAAN DAN VOLUME PEKERJAAN...5
2.1 Metode Pelaksanaan Konstruksi...5
2.1.1 Pekerjaan Persiapan...5
2.1.1.1 Perencanaan Site Plan...5
2.1.1.2 Perhitungan Kebutuhan Sumber Daya...8
2.1.1.3 Pembuatan Shop Drawing...9
2.1.1.4 Pengadaan Material untuk Pekerjaan Persiapan...9
2.1.1.5 Mobilisasi Peralatan...10
2.1.1.6 Pelaksanaan di Lapangan...10
2.1.2 Pekerjaan Pondasi, Poer, dan Sloof...10
2.1.2.1 Pekerjaan Pondasi Tiang Pancang...10
2.1.2.2 Pekerjaan Poer...15
2.1.2.3 Pekerjaan Sloof...22
2.1.3 Pekerjaan Struktur (Kolom, Balok, Lantai)...24
2.1.3.1 Pekerjaan Kolom...24
2.1.3.2 Pekerjaan Balok dan Pelat Lantai...27
2.1.4.1 Pekerjaan Kusen Pintu dan Jendela...31
2.1.4.2 Pekerjaan Pasang Daun Pintu dan Jendela Rangka Aluminium...34
2.1.4.3 Pekerjaan Pemasangan Kaca Tebal 5 mm...35
2.1.8.1 Pekerjaan Pasangan Dinding Bata...41
2.1.8.2 Pekerjaan Plesteran Dinding...42
2.1.8.3 Pekerjaan Acian...43
2.1.11.1 Pekerjaan Pemasangan Instalasi Titik Lampu...48
2.1.11.2 Pekerjaan Pemasangan Saklar Double...49
2.1.11.3 Pekerjaan Pemasangan Saklar Single...50
2.1.11.4 Pekerjaan Pemasangan Stop Kontak...51
2.1.11.5 Pekerjaan Pemasangan Lampu + Lengkap Fitting...51
2.1.13.1 Pekerjaan Pengecatan...56
2.1.13.2 Pekerjaan Waterproofing...59
2.2 Daftar Harga Satuan, Upah, dan Bahan...60
2.3 Volume Pekerjaan (Bill of Quantity)...63
BAB 3 Analisis dan Rencana Anggaran Biaya...71
3.1 Analisis Harga Satuan...71
3.2 RAB (Rencana Anggaran Biaya)...105
3.3 Rekap RAB (Rencana Anggaran Biaya)...115
3.4 Durasi Proyek...116
3.5 Master Schedule (Kurva S)...117
PENUTUP...118
1. Kesimpulan...118
2. Saran...118
Daftar Pustaka...119
Daftar Gambar
Gambar 2.3.1 Gambar Kerja 3D Balok dan Kolom Bangunan Kantor 4 Lantai... 63 Gambar 2.3.2 Structural Colum and Framing Schedule pada Autodesk Revit 2024...64 Gambar 3.5 Kurva S ...117
Daftar Tabel
Tabel 2.2.1 Daftar Harga Satuan Upah...60
Tabel 2.2.2 Daftar Harga Satuan Bahan...60
Tabel 2.3.1 Tabel Volume Pekerjaan (Bill of Quantity)...64
Tabel 3.1.1 Tabel Analisis Harga Satuan Pekerjaan Persiapan...70
Tabel 3.1.2 Tabel Analisis Harga Satuan Pekerjaan Tanah...78
Tabel 3.1.3 Tabel Analisis Harga Satuan Pekerjaan Pondasi...82
Tabel 3.1.4 Tabel Analisis Harga Satuan Pekerjaan Pondasi Bor Pile...83
Tabel 3.1.5 Tabel Analisis Harga Satuan Pekerjaan Beton...84
Tabel 3.1.6 Tabel Analisis Harga Satuan Pekerjaan Dinding ...100
Tabel 3.1.7 Tabel Analisis Harga Satuan Pekerjaan Plesteran...101
Tabel 3.1.7 Tabel Analisis Harga Satuan Pekerjaan Instalasi...102
Tabel 3.2.1 Tabel RAB (Rencana Anggaran Biaya)...106
Tabel 3.3.2 Tabel Rekapitulasi Rencana Anggaran Biaya...115
BAB 1
PENDAHULUAN 1.1 Umum
Menurut H, Andi Asnur Pranata M (2011), Dalam dunia konstruksi, memperkirakan biaya konstruksi merupakan hal yang penting. Perkiraan yang tidak akurat dapat berdampak negatif terhadap keseluruhan proses konstruksi dan semua orang yang terlibat. Perkiraan biaya berdasarkan spesifikasi/pedoman dan gambar kerja klien harus memastikan bahwa pekerjaan dilaksanakan dengan benar dan kontraktor dapat memperoleh keuntungan yang sesuai. Estimasi biaya konstruksi dilakukan sebelum pelaksanaan sebenarnya dan memerlukan analisis rinci serta kompilasi penawaran dan dokumen lainnya. Estimasi biaya berdampak pada keberhasilan baik proyek maupun perusahaan secara keseluruhan. Keakuratan perkiraan biaya bergantung pada keakuratan dan kemampuan estimator dengan seluruh proses pekerjaan dan mendasarkan perkiraan pada informasi terkini. Dan, menurut Minawati et al (2017) secara konvensional, pertukaran informasi yang dilakukan antara pihak-pihak terlibat dalam suatu proyek linear umumnya informasi menjadi kurang akurat untuk diinterpretasikan dan diklarifikasi. Di mana, hal ini terkadang menimbulkan kesalahpahaman yang berujung pada perubahan rencana. Tetapi, teknologi informasi dapat membantu meminimalisir permasalahan dalam proses perencanaan. Salah satu teknologi informasi yang terkenal adalah Building Information Modeling (BIM), yang mana dapat mendukung dalam proses perencanaan desain proyek, jadwal, anggaran, dan informasi lainnya. Penerapan BIM telah menjadi prasyarat untuk meningkatkan keberlanjutan dan produktivitas dalam industri konstruksi.
1.2 Latar Belakang
Menurut Eman et al (2018), estimasi biaya adalah langkah awal yang harus dilakukan untuk mengetahui berapa besar biaya yang dibutuhkan untuk merealisasikan proyek tersebut. Proyek konstruksi umumnya memakan biaya yang tidak sedikit. Eksekusi yang tidak akurat dapat memberikan dampak buruk bagi pihak-pihak terlibat. Perkiraan biaya diperlukan untuk memandu pemilik proyek dalam menetapkan kebijakan yang menentukan tingkat investasi yang akan dilakukan. Saat melakukan praktik konstruksi, diperlukan berbagai jenis perkiraan berdasarkan tujuan penggunaan dan peruntukannya.
Menurut Musyafa (2016), estimasi atau perkiraan biaya dalam manajemen konstruksi memegang peranan penting sebagai bahan masukan dalam perencanaan, studi kelayakan, penawaran pada lelang, kontrak kerja, pengendalian mutu dan biaya, pemantauan kebutuhan, seperti bahan dan alat, penentuan harga jual/beli, penentuan pekerja, dan perkiraan keuntungan, sehingga perkiraan biaya harus dilakukan dengan hati-hati.
Menurut Bakar (2014), perkiraan awal biaya pelaksanaan ini diperlukan oleh pihak-pihak yang terlibat dalam proyek, seperti konsultan, kontraktor, developer, bank, dan pihak lain yang digunakan untuk berbagai tujuan. Hal ini termasuk perbandingan ketika mengevaluasi alternatif perencanaan dan alat pengendali pada tahap pengembangan desain.
Menurut Suardika et al (2019), dalam perhitungan biaya konstruksi, terlebih lagi estimasi detail memerlukan tingkat ketelitian yang tinggi dan waktu yang relatif lama, tergantung dari besar kecilnya proyek, jumlah estimator yang terlibat, serta keahlian dan pengalaman para estimator.
Menurut Onibala et al (2018), suatu proyek konstruksi memerlukan metode pelaksanaan konstruksi selain dari estimasi yang harus dilakukan untuk mengoptimalkan biaya yang diperlukan untuk konstruksi. Ketika melaksanakan suatu proyek konstruksi, diperlukan sejumlah besar kegiatan yang saling terkait. Dengan menggunakan cara yang tepat, praktis, cepat, dan aman akan sangat membantu dalam menyelesaikan pekerjaan proyek konstruksi. Maka, tujuan dari suatu proyek dapat dicapai melalui
implementasi waktu, biaya, dan mutu. Keterlambatan dan penyimpangan mutu yang terjadi pada saat pelaksanaan proyek pada pekerjaan konstruksi seringkali disebabkan oleh ketidaksesuaian pengadaan barang dan material serta faktor alam, seperti fluktuasi cuaca (hujan lebat) yang mempengaruhi intensitas pekerjaan. Jika ketepatan waktu pekerjaan terganggu, misalnya setelah suatu pekerjaan selesai dan pekerjaan lain akan segera dimulai, pekerjaan dapat tertunda karena pasokan material untuk pekerjaan tersebut tertunda atau tidak selesai sesuai jadwal. Faktor lain yang menyebabkan tertundanya waktu pelaksanaan adalah kurangnya peralatan yang digunakan.
Selain itu, keterlambatan waktu pelaksanaan juga dipengaruhi oleh kurang optimalnya sumber daya manusia.
Menurut Reista et al (2022), Building Information Modeling (BIM) adalah suatu konsep atau cara kerja yang memodelkan bangunan baik dari segi desain, konstruksi, maupun opersional, yang terstruktur dalam informasi digital (3D) yang terintegrasi dan bekerja sama. Selama ini, perhitungan volumetrik masih dilakukan secara manual menggunakan Microsoft Excel.
Hal ini menimbulkan kesalahan (error) akibat ketidaktepatan penafsiran dan perhitungan pada saat menghitung kompleksitas bangunan yang sedang dibangun. Saat ini, kesalahan tersebut dapat diminimalkan dengan menerapkan pemodelan informasi bangunan menggunakan Software Autodesk Revit. Hal ini dikarenakan perhitungan volume secara akurat dan real time sesuai dengan model bangunan yang dimodelkan.
1.3 Maksud dan Tujuan 1.3.1 Maksud
Makalah ini dimaksudkan untuk memberikan analisis mendalam tentang bagaimana pemanfaatan teknologi Building Information Modeling (BIM) yang ada pada Autodesk Revit dapat digunakan untuk mengestimasi biaya proyek pembangunan kantor 4 lantai, sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan akurasi dalam perhitungan biaya proyek.
1.3.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui kemampuan Autodesk Revit dalam mengestimasi biaya pembangunan secara akurat dan efisien untuk pengambilan keputusan terkait kelayakan finansial proyek.
2. Untuk memberikan rekomendasi tentang pemanfaatan penggunaan Autodesk Revit sebagai alat bantu dalam perencanaan dan pengendalian biaya selama proyek berlangsung.
3. Untuk mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan penggunaan Autodesk Revit dalam proses estimasi biaya.
BAB 2
METODE PELAKSANAAN DAN VOLUME PEKERJAAN
2.1 Metode Pelaksanaan Konstruksi 2.1.1 Pekerjaan Persiapan
Menurut Metode Pelaksanaan Konstruksi ABIPRAYA (1-20), pekerjaan persiapan adalah pekerjaan pertama yang dilakukan sebelum pelaksanaan pekerjaan pokok suatu proyek konstruksi.
Pekerjaan persiapan ini dilakukan baik untuk proyek-proyek pembangunan gedung bertingkat, proyek pembangunan airport, jembatan jalan, pelabuhan dermaga, maupun proyek lainnya secara umum tidak banyak berbeda. Besar kecilnya mudah atau sulitnya tergantung pada masing-masing proyek yang akan dikerjakan.
Pekerjaan persiapan yang harus dilakukan dalam pelaksanaan proyek konstruksi antara lain:
 Perencanaan Site Plan
 Perhitungan Kebutuhan Sumber Daya
 Pembuatan Shop Drawing
 Pengadaaan Material untuk Pekerjaan Persiapan
 Mobilisasi Peralatan
 Pelaksanaan di Lapangan.
2.1.1.1 Perencanaan Site Plan
Pada prinsipnya adalah perencanaan tata letak atau layout dari fasilitas-fasilitas yang di-perlukan selama pelaksanaan proyek. Seluruh fasilitas dan sarana yang dibangun untuk pekerjaan persiapan ini adalah sementara.
Fasilitas-fasilitas proyek yang dimaksud antara lain:
 Kantor Proyek / Direksi Keet
Ini adalah tempat untuk pengawasan, pengendalian pekerjaan, dan administrasi proyek.
Di sini, Anda akan menemukan gambar jadwal proyek, gambar bestek, komputer, arsip, dan kadang-kadang bahan bangunan serta peralatan yang digunakan dalam proyek konstruksi. Besar kecilnya kantor proyek ini tergantung pada jenis proyek maupun jumlah staf yang bekerja.
 Gudang Material dan Peralatan
Tempat penyimpanan material dan peralatan yang diperlukan untuk proyek. Penting untuk memastikan gudang ini mudah diakses dan aman.
 Base Camp Staf Proyek dan Barak Pekerja Menyediakan akomodasi yang layak untuk staf dan pekerja. Ini harus mencakup fasilitas sanitasi yang memadai dan akses ke air bersih.
 Los Kerja Besi dan Kayu
Area khusus untuk pekerjaan pengolahan besi dan kayu, dilengkapi dengan peralatan dan alat keselamatan kerja.
 Pos Jaga dan Pagar Kerja
Pembuatan pagar di sekeliling area konstruksi untuk keamanan dan untuk menandai batas area kerja. Pos jaga diperlukan untuk mengontrol akses ke lokasi.
 Pengukuran Dan Pemasangan Bouwplank Bouwplank adalah patok kayu yang berfungsi untuk membuat titik-titik as bangunan sesuai dengan gambar denah bangunan. Titik-titik as digunakan untuk menentukan jalur/arah pondasi dan juga sebagai dasar untuk mengukur ketinggian
lantai dalam rumah dengan permukaan jalan.
Metode pelaksanaan pengukuran dan pemasangan bouwplank sebagai berikut :
1. Sebelum memulai, koordinasi dengan pihak direksi proyek untuk mengonfirmasi lokasi kerja dan titik-titik pengukuran.
2. Melakukan pengukuran lokasi proyek menggunakan theodolit atau waterpass untuk menentukan batas luas lahan, batas bangunan, as bangunan, dan peil bangunan berdasarkan titik ukur tetap yang telah ditentukan.
3. Membuat patok acuan setiap 2 meter atau sesuai petunjuk dari Direksi. Patok dibuat dari kayu ukuran 5/7 cm, ditanam sedalam 40 cm dan diberi cat warna merah untuk memudahkan pandangan.
4. Pemasangan bouwplank dilakukan pada jarak minimal 1 meter dan maksimal 2 meter dari struktur terluar bangunan yang akan dibangun.
Bouwplank dibuat dari papan atau kaso dan dipasang untuk membantu membuat sudut 90°
dan ketinggian/elevasi lantai.
5. Menyesuaikan posisi bouwplank dengan hasil pekerjaan setting out, memastikan bahwa semua sudut dan elevasi sesuai dengan rencana.
6. Membuat peta situasi beserta cross section dan long section, serta plotting data ukur ke dalam konstruksi.
 Jalan Kerja
Pembuatan jalan sementara yang memungkinkan akses dan transportasi material ke dalam area konstruksi.
 Penempatan Alat Berat Tower Crane dan Lift Bahan
Menentukan lokasi yang strategis untuk penempatan tower crane dan lift bahan yang akan mendukung efisiensi pekerjaan konstruksi.
 Lokasi Pembuatan Komponen Precast
Menyiapkan area khusus untuk pembuatan komponen precast, yang harus cukup luas dan rata untuk memudahkan proses produksi dan penyimpanan.
2.1.1.2 Perhitungan Kebutuhan Sumber Daya
Tahap ini melibatkan identifikasi dan perhitungan jumlah material, tenaga kerja, dan peralatan yang diperlukan untuk proyek. Ini termasuk analisis biaya dan waktu yang dibutuhkan untuk setiap sumber daya. Tahap perhitungan kebutuhan sumber daya dalam proyek konstruksi adalah sebagai berikut :
1. Langkah pertama adalah mengidentifikasi semua sumber daya yang diperlukan untuk proyek, termasuk tenaga kerja, material, dan peralatan.
2. Menghitung volume pekerjaan dari setiap item dalam proyek berdasarkan gambar kerja dan spesifikasi teknis.
3. Estimasi kebutuhan tenaga kerja dengan menentukan jumlah tenaga kerja yang diperlukan berdasarkan volume pekerjaan dan produktivitas rata-rata tenaga kerja.
4. Estimasi kebutuhan material dengan menghitung jumlah material yang diperlukan dengan
mempertimbangkan faktor-faktor seperti kehilangan material selama transportasi dan pengerjaan.
5. Estimasi kebutuhan peralatan dengan menentukan jenis dan jumlah peralatan yang diperlukan untuk mendukung proses konstruksi, termasuk pertimbangan untuk efisiensi dan kapasitas peralatan.
6. Menyusun jadwal pengadaan tenaga kerja, material, dan peralatan agar tersedia tepat waktu sesuai dengan jadwal pelaksanaan proyek.
7. Memantau dan mengendalikan biaya sumber daya untuk memastikan bahwa penggunaan sumber daya sesuai dengan anggaran yang telah ditetapkan.
8. Optimasi Sumber Daya dengan melakukan penyesuaian dan perataan sumber daya jika diperlukan untuk menghindari pemborosan dan meningkatkan efisiensi.
2.1.1.3 Pembuatan Shop Drawing
Shop drawing adalah gambar detail yang dibuat oleh kontraktor, subkontraktor, pemasok, atau produsen yang harus sudah disiapkan dalam tahap awal proyek dan mendapatkan pengesahan dari pihak Pengawas atau Konsultan Perencana sebelum dilaksanakan di lapangan.
Gambar ini menunjukkan informasi lebih rinci dibandingkan dengan gambar kerja dan digunakan untuk memandu proses pembuatan dan pemasangan di lapangan.
2.1.1.4 Pengadaan Material untuk Pekerjaan Persiapan
Setelah kebutuhan material ditentukan, langkah selanjutnya adalah pengadaan material tersebut. Ini meliputi pemilihan pemasok, pembelian, dan pengaturan logistik untuk pengiriman material ke lokasi proyek.
2.1.1.5 Mobilisasi Peralatan
Tahap ini melibatkan pengiriman, pemasangan, dan kalibrasi peralatan yang diperlukan untuk konstruksi.
Peralatan harus siap digunakan sebelum pekerjaan lapangan dimulai. Peralatan yang dimobilisasi pada tahap awal, adalah peralatan yang diperlukan untuk membangun fasilitas-fasilitas proyek, seperti: kantor proyek, gudang, stockyard (gudang terbuka), dan bangunan-bangunan sementara lainnya. Pada tahap ini, peralatan yang dibutuhkan masih terbatas pada peralatan-peralatan ringan, seperti alat-alat untuk pengukuran.
2.1.1.6 Pelaksanaan di Lapangan
Ini adalah tahap eksekusi di mana semua persiapan sebelumnya diimplementasikan. Pekerjaan dimulai sesuai dengan rencana proyek, dan meliputi pengawasan, penyesuaian jika diperlukan, dan koordinasi antara berbagai tim.
2.1.2 Pekerjaan Pondasi, Poer, dan Sloof
2.1.2.1 Pekerjaan Pondasi Tiang Pancang
Menurut Jawat (2016), sistem hidrolik merupakan suatu metode pembangunan pondasi tiang pancang dengan menggunakan mekanisme hydraulic jacking foundation system, di mana sistem ini telah dipatenkan di United States, United Kingdom, China dan New Zealand. Sistem ini terdiri atas hydraulic ram yang ditempatkan pararel dengan tiang yang akan dipancang, di mana untuk menekan tiang tersebut diletakkan sebuah mekanisme seperti plat penekan berada
pada puncak tiang dan juga diletakkan sebuah mekanisme pemegang (grip) tiang, nantinya tiang akan ditekan ke dalam tanah. Dengan sistem ini, tiang pancang akan dipancangkan secara terus menerus ke dalam tanah, tanpa menimbulkan kebisingan, guncangan, atau getaran. Dengan memasang sistem penekan hydraulic senyawa dan menjepit kedua sisi tiang, maka dapat diperoleh letak titik tiang yang cukup presisi dan akurat. Diameter piston mesin hydraulic jack tergantung pada kapasitas daya dukung mesin.
Sedangkan untuk bebannya, dipasang balok-balok beton atau plat-plat besi yang sesuai dengan beban yang dibutuhkan tiang di kedua sisi bantalan alat.
a) Spesifikasi Pengiriman, Penyimpanan, Pengangkatan, dan Pemindahan (Jawat, 2016, 46-47) 1. Setelah panjang tiang diveritifikasi, kirim tiang-
tiang ke proyek dalam suatu jumlah dan suatu waktu untuk menjamin kontuinitas operasi pemancangan tiang dan sesuai jadwal proyek.
2. Setiap tiang harus dengan jelas ditandai untuk menunjukan nomor, tanggal pengecoran dan titik angkat. Sebelum pemancangan setiap tiang harus ditandai dengan nomornya, panjang keseluruhan, dan pada interval 0.5 meter, dengan kumulatif diukur dari nol pada ujung tiang.
3. Tiang harus diangkat dengan hati-hati untuk menghindari retak atau kerusakan lain. Tiang boleh diangkat setelah kekuatan tekan yang disyaratkan.
4. Simpan tiang dalam urutan kelompok di atas tanah dan diganjal untuk mencegah distorsi tiang.
b) Pemancangan Tiang (Jawat, 2016, 47-48)
1. Spesifikasi teknis peralatan pancang yang akan digunakan dan set pukulan selama penetrasi terakhir yang direncanakan harus diserahkan kepada pengawas/perencana paling sedikit 2 minggu sebelum permulaan pemancangan, dan harus disetujui oleh pengawas/perencana.
2. Sebelum permulaan pemancangan tiang, kontraktor harus sudah melengkapi set out posisi tiang pada site. Kontraktor juga harus melaporkan lokasi tiang dengan tepat secara tertulis kepada pengawas/perencana.
3. Jangan memancang tiang sampai pekerjaan tanah di daerah yang akan dipancang tiang diselesaikan.
4. Secara kontinu pemancangan tiang pada lokasi yang dinyatakan sampai mencapai kedalaman yang diperlukan dan driving resistance yang ditentukan berdasarkan pemancangan dan pembebanan used test pile.
5. Jika terdapat lapisan keras dekat permukaan yang harus ditembus, maka preboring harus dilakukan untuk menembus tanah keras menggukanan continous flying auger dengan diameter lubang sedikit lebih kecil dari penampang tiang. Speed pile dapat digunakan untuk mengurangi hard driving tiang pancang selama tahap awal operasi pemancangan.
6. Jika sambungan diperlukan maka sambungan tiang terdiri bagian plat penyambung dapat digunakan.
Kedua bagian disambung bersama dengan las dilapangan, setelah modul tiang dipaskan pada as yang sama. Plat baja male dan female dicor pada
ujung setiap tiang yang akan disambung. Plat diangkur kedalam bagian beton menggunakan batang tulangan, dilas ke plat kedalam kolom.
7. Apabila pemancangan dihentikan sebelum penetrasi akhir tercapai, maka pencatatan penetrasi tidak boleh diambil sebelum penetrasi mencapai sedikitnya 300 mm pemancangan ulang (redriving).
8. Setiap tiang yang harus dipancang vertikal dan tepat pada posisi yang benar seperti dinyatakan dalam gambar.
9. Tiang tidak boleh menyimpang lebih dari 1.0%
dalam arah vertikal atau ketegakan.
10. Semua tiang harus dipancang secara kontinu tanpa terputus sampai penetrasi yang disyaratkan tercapai. Jumlah pukulan untuk setiap penetrasi 0.5 m harus dicatat.
11. Jika tiang dicabut karena kesalahan pemancangan, maka lubang yang terbentuk harus diurug dengan gravel atau pasir tanpa tambahan biaya.
12. Kontraktor harus menyerahkan denah tiang as- built, dalam 4 copy dalam jangka waktu 10 hari kerja sejak pemancangan tiang terakhir.
13. Laporan pemancangan tiang harus diserahkan dalam jangka waktu 24 jam setelah pemancangan, dan laporan ini harus disetujui oleh pengawas/perencana. Laporan pemancangan tiang ini mencangkup hal-hal sebagai berikut:
a. Lokasi tiang, nomor identifikasi, elevasi tanah.
b. Data tiang.
c. Data hammer.
d. Jenis driving cap tiang yang digunakan.
14. Kriteria penerimaan adalah sebagai berikut:
a. Rate of settlement maksimum 1.27 mm/ton.
b. Total settlement maksimum 25.4 mm.
c. Permanent settlement (rebound) maksimum 6.35 mm.
d. Analisa berdasarkan beberapa metode, seperti metode chin, Davidson, de Beer, Mazukiewics.
15. Peningkatan beban harus dilakukann secara gradual bertahap sebesar 50%, 100%, 150% dan 200% dari beban kerja rencana, berdasarkan schedule ASTM D-1143-81 section 5.2. (Cyclic loading procedure).
c) Metode Pelaksanaan Tiang Pancang (Jawat, 2016, 49) Bahan:
 Jenis Tiang Mini Pile 200 x 200
 Besi Tulangan Utama 4D13
 Daya Dukung Vertikal 25 ton
 Panjang Tiang 6 m
 Mutu Beton f’c 37 MPa
 Berat Hammer 1.5 ton
 Keldering 10 Pukulan Terakhir < 10 mm Metode Pelaksanaan:
1. Persiapan Lokasi Pemancangan
Mempersiapkan lokasi di mana alat pemancang akan diletakan, tanah haruslah dapat menopang berat alat. Bilamana elevasi akhir kepala tiang pancang berada di bawah permukaan tanah asli, maka galian harus dilaksanakan terlebih dahulu sebelum
pemancangan. Perhatian khusus harus diberikan agar dasar pondasi tidak terganggu oleh penggalian diluar batas-batas yang ditunjukan oleh gambar kerja.
2. Persiapan Alat Pemancang
Pelaksana harus menyediakan alat untuk memancang tiang yang sesuai dengan jenis tanah dan jenis tiang pancang sehingga tiang pancang tersebut dapat menembus masuk pada kedalaman yang telah ditentukan atau mencapai daya dukung yang telah ditentukan, tanpa kerusakan. Bila diperlukan, pelaksana dapat melakukan penyelidikan tanah terlebih dahulu.
3. Penyimpanan Tiang Pancang
Tiang pancang disimpan di sekitar lokasi yang akan dilakukan pemancangan. Tiang pancang disusun seperti piramida, dan dialasi dengan kayu 5/10. Penyimpanan dikelompokan sesuai dengan type, diameter, dimensi yang sama.
4. Pemancangan
Kepala tiang pancang harus dilindungi dengan bantalan topi atau mandrel. Tiang pancang diikatkan pada sling yang terdapat pada alat, lalu ditarik sehingga tiang pancang masuk pada bagian alat. Setelah melakukan pemancangan, dilakukan monitoring pancang sesuai dengan form yang ditelah disetujui.
Kemudian dilakukan test PDA (Pile Driving Analyzer).
2.1.2.2 Pekerjaan Poer
a) Pekerjaan Persiapan (Sinaga et al., 2021, 29)
1. Persiapan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)
Merupakan tahapan langkah awal yang harus dilakukan suatu perusahaan sebelum memulai pekerjaan.
2. Pembacaan Gambar
Shop Drawing yang menjadi dasar pelaksanaan pekerjaan. Dengan shop drawing dapat diketahui detail karakteristik konstruksi, spesifikasi elemen struktural yang akan dibangun, menunjukkan dimensi dari sebuah konstruksi.
3. Pekerjaan Pembersihan Lapangan
Pekerjaan permbersihan lapangan terdiri dari pembersihan lahan dari sisa galian, besi, sampah, dan bahan lainnya yang tidak dikehendaki dan mengganggu keberadaannya.
4. Pekerjaan Pengukuran
Pengukuruan bertujuan untuk mengatur titik as pile cap berdasarkan shop drawing yang dilanjutkan dengan pemasangan patok as pile cap untuk mendapatkan posisi yang benar pada saat pengeboran. Digunakan theodolite dan waterpas. Setelah dibaca dilakukan pemberi tanda as pada lantai kerja.
5. Persiapan Alat dan Bahan
Alat-alat berat di cek keadaan mesinnya, agar saat pekerjaan berlangsung tidak terjadi
kendala seperti keruskan mesinnya dan pada bahan tulangan juga dapat dirakit.
b) Pekerjaan Galian (Sinaga et al., 2021, 29-30) Alat: Excavator
Langkah kerja:
1. Setelah dilakukan pengukuran, maka dilakukan penggalian untuk pile cap sesuai dengan rencana.
2. Galian pada pekerjaan pile cap dilaksanakan dengan kedalaman sesuai yang sudah ditentukan.
3. Penggalian dilakukan dengan menggunakan alat berat excavator. Penggalian harus dilakukan dengan rapi untuk mempermudah dalam pemasangan bekisting, pembobokan bore pile dan pemasangan lantai kerja.
c) Pekerjaan Pembobokan (Sinaga et al., 2021, 30) Alat:
1. Theodolite 2. Gergaji Besi 3. Martil 4. Bor Beton 5. Meteran 6. Pahat
Langkah kerja pembobokan:
1. Setelah melakukan penggalian tanah, maka langkah selanjutnya lakukan pemotongan (pembobokan) kepala bore pile. Pemotongan bore pile hanya boleh dilakukan setelah tiang tesebut stabil, dan tidak menunjukkan lagi indikasi pergerakan.
2. Pembobokan tiang pancang ini dilakukan dengan menggunakan alat tangan (hands tool).
3. Pembobokan bore pile dilakukan pada bagian betonnya hingga tersisa tulangan besinya, Tulangan pondasi sumuran yang tersisa digunakan sebagai stake (panjang penyaluran).
Stake ini berfungsi sebagai pengikat pondasi sumuran terhadap pondasi beton di atasnya.
pembobokan hanya sampai elevasi dasar pile cap saja.
d) Pekerjaan Urugan dan Lantai Kerja (Sinaga et al., 2021, 30)
Alat: Pompa air Bahan:
1. Beton ready mix 2. Pasir
Langkah kerja pekerjaan urugan dan lantai kerja adalah:
1. Dilakukan penyedotan air menggunakan pompa air, dasar lubang harus kering agar dilakukan pekerjaan pengurugan pasir di atas permukaan tanah asli. Guna urugan pasir dibawah pile cap untuk perbaikan dan perataan tanah.
2. Pembuatan lantai kerja dilakukan setelah tanah galian selesai diurug dengan pasir.
3. Pengurugan dengan pasir setebal 100 mm kemudian dipadatkan dan diratakan. Lalu, di atasnya di taruh ayaman bambu sebelum pembuatan lantai kerja.
4. Selanjutnya dibuat lantai kerja dengan tebal 10 cm diatas urugan pasir. Lantai kerja dibuat dari beton ready mix.
e) Pekerjaan Pembesian (Sinaga et al., 2021, 31) Bahan:
1. Besi tulangan (Besi Atas, Besi Tengah, Besi Bawah)
2. Kawat pengikat 1 mm Alat:
1. Steel bander
2. Bantalan pembengkok baja tulangan 3. Kunci pembengkok baja
4. Martil Langkah kerja:
1. Pemotongan tulangan 2. Pembengkokan tulangan
Menggunakan kunci pembengkok dan steel bander. Pada pembengkokan menggunakan kunci pembengkok dibuat di suatu bantalan kemudian dipasang pena-pena penegak dari baja tulangan. Jarak-jarak tergantung pada diameter tulangan yang akan dibengkokkan. Ujung tulangan dibengkokkan sampai 135°.
3. Pemasangan tulangan
a. Mempersiapkan bahan-bahan ke lokasi pembesian.
b. Mengatur posisi tulangan pile cap.
Untuk memberi jarak pada tulangan maka tulangan ditandai dengan kapur agar mempermudah saat pengikatan dengan kawat.
c. Selanjutnya tulangan diikat dengan kawat antara tulangan utama dan
tulangan geser agar pada saat pengecoran berlangsung tulangan tidak bergeser.
d. Pemasangan beton decking pada rangkaian tulangan pile cap. Beton decking yang dibuat berbentuk silinder.
Pekerjaan pembuatan beton decking ini bisa dilakukan bersamaan dengan pekerjaan penulangan.
f) Pekerjaan Bekisting (Sinaga et al., 2021, 31-32) Bahan:
1. Kayu 2. Mutiplek Alat:
1. Gergaji 2. Siku Langkah kerja:
1. Mempelajari gambar kerja.
2. Pemotongan multiplek dengan ukuran yang sesuai pada galian pile cap yang ada di lapangan menggunakan gergaji. Kemudian dibentuk sesuai dengan perencanaan, dan dikontrol pada kesikuannya dengan menggunakan alat penyiku.
3. Setelah bekisting pada pile cap terbentuk pada tulangan yang telah terpasang sebelumnya, perlu diperhatikan kebersihan pada cetakan area pile cap diusahakan sedapat mungkin area tersebut dalam keadaan bersih.
g) Pekerjaan Pengecoran Pile Cap Langkah kerja:
1. Persiapan alat dan bahan
Alat dan bahan haruslah dalam keadaan bersih agar kualitas beton terjaga. Selanjutnya kembali memeriksa kondisi bekisting agar saat dilakukan pengecoran tidak terjadi kebocoran.
2. Pemeriksaan slump dan pembuatan uji tekan Sebelum pengecoran dilakukan tes uji slump. Pemeriksaan dilakukan di lokasi langsung.
3. Pengangkutan
Setelah pengadukan beton ready mix dan penambahan sika selesai, campuran beton dari ready mix lansung disalurkan/dituangkan ke area pile cap dari mesin pengaduk pada Concrete Mixer Truck dengan Concrete Pump.
Langkah kerja pengecoran:
1. Segala jenis sampah kawat atau sampah lainnya terlebih dibersihkan agar tiak menganggu kualitas beton.
2. Campuran beton dari ready mix lansung disalurkan/dituangkan ke area pile cap dari mesin pengaduk pada Concrete Mixer Truck dengan Concrete Pump.
3. Kemudian dilakukan pemadatan campuran beton dengan menggunakan alat vibrator, tujuan dari pemadatan adalah untuk mengurangi rongga udara dalam beton dan mencapai kepadatan maksimum.
4. Setelah campuran beton terpenuhi pada cetakan pile cap maka selanjutnya lakukan perataan campuran.
h) Pekerjaan Perawatan Beton
Setelah selesai pengecoran, beton dilindungi dan dirawat (concrete curing) selama berlangsungnya proses pengerasan, terutama terhadap panas matahari, cuaca atau aliran air dan juga pengeringan sebelum waktunya.
Pada proyek ini, perawatan dilakukan dengan membasahi permukaan pile cap dengan air agar tetap lembab.
Gunanya yaitu untuk menghindari kehilangan air semen akibat penguapan. Perawatan beton dilakukan agar beton tersebut dapat mengikat dengan sempurna, tidak terjadi retak dan cacat pada beton yang dapat mengurangi mutu betonnya. Setelah terjadinya setting time (ikat awal), beton dirawat dengan cara disiram air bersih selama sekitar 7 hari. Dalam sehari, penyiraman air bersih dapat dilakukan 2 kali, yaitu saat siang dan sore hari. Namun, bila cuaca dalam keadaan panas terus menerus, ada cara lain yang dapat dilakukan yaitu dengan menutup beton dengan goni untuk memperlambat pengeringan atau penguapannya.
2.1.2.3 Pekerjaan Sloof (Sutanto et al., 2021, 1-8)
Alat:
1. Excavator
2. Concrete Mixer Truck 3. Concrete Pump 4. Vibrator
5. Waterpass 6. Bar Bender Langkah Kerja:
1. Galian tanah dan leveling
Pekerjaan galian tanah dilakukan dengan memakai alat berat, yaitu excavator. Pada saat penggalian juga dilakukan leveling. Leveling merupakan pekerjaan menggunakan waterpas untuk menentukan elevasi dari galian sloof.
2. Urugan Pasir 3. Lantai Kerja
Setelah galian diurug dengan pasir urug, selanjutnya dilaksanakan pekerjaan lantai kerja (rabatan beton tanpa tulangan). Dan campuran beton untuk lantai kerja sudah sesuai dengan RKS dan shop drawing.
4. Pekerjaan Bekisting
Bekisting yaitu wadah cetakan atau kontruksi penyangga yang memiliki fungsi sebagai penampungan dan menumpu beton basah saat dicor disesuaikan dengan tempat dan bentuk yang diharapkan. Bekisting yang sudah terpasang diberi balok kayu, agar tidak goyah dan menunggu mengeras, setelah itu balok kayu dapat dilepas.
5. Pembesian Sloof
Proses pembuatan tulangan sloof diawali dengan pengukuran besi tulangan agar potongan dapat memenuhi kebutuhan, potongan dilakukan dengan memperhatikan panjang tulangan utama ditambah dengan kait dan lewatan serta panjang besi tulangan pada sengkang yang dipakai. Pada saat pengecoran, tulangan harus terbebas dari minyak, lumpur ataupun lapisan bukan logam yang mampu menurunkan daya lekat. Pemasangan tulangan dengan sedemikian rupa yang dilakukan
sebelum dan selama pengecoran tidak berubah tempatnya. Tulangan sengkang atau begel yang sudah tertata sesuai jaraknya kemudian diikat dengan kawat bendrat. Pengikatan dilakukan agar tulangan utama dan sengkang menyatu dan tidak berpindah posisi pada saat pengecoran.
6. Pekerjaan Pengecoran
Pengecoran sloof dilakukan bersamaan dengan pengecoran pile cap dan plat lantai.
Pekerjaan pengecoran di kontraktor harus sudah sesuai dengan RKS dan SNI. Perawatan beton dimulai sejak 24 jam sampai 7 hari setelah beton dituang dalam cetakan.
2.1.3 Pekerjaan Struktur (Kolom, Balok, Lantai)
2.1.3.1 Pekerjaan Kolom (Nasikhin, M.K., & Triarso, A., 2023, 120-122)
a. Lingkup pekerjaan - Kolom K1 - Kolom K3 - Kolom K4 - Kolom K5 - Kolom K7 - Kolom K8 - Kolom K9 - Kolom kp b. Metode Pelaksanaan
Tahap Persiapan
1. Menentukan titik as kolom
Penentuan titik as kolom menggunakan alat theodolite dan waterpass dengan acuan titik
BM (benchmark). Posisi as kolom harus simetris dengan kedudukannya terhadap as pile cap.
2. Fabrikasi tulangan kolom
Tulangan kolom terlebih dahulu diukur dan dipotong sesuai dengan shop drawing di area fabrikasi besi
3. Fabrikasi bekisting
Bekisting yang digunakan yaitu bekisting berjenis Knokdown System, di mana bekisting terbuat dari bahan besi. Bekisting terlebih dahulu dirakit pada area fabrikasi bekisting dibantu dengan tower crane.
Tahap pembesian
1. Pembesian kolom berdasarkan gambar kerja joint pertama dipasang terhadap tulangan pile cap dengan panjang 15d.
Panjang tumpuan pada kolom bawah yaitu H/4 dan panjang lapangan yaitu 40d.
Kemudian dimasukkan tulangan sengkang yang berukuran D13 dari bagian atas tulangan utama yang telah tersusun serta panjang tempat tulangan sengkang pengekang yaitu 1/6 H atau memilih ukuran sisi kolom yang paling besar.
2. Tulangan joint ke dua dirakit ditempat fabrikasi besi dimana untuk sambungan yaitu 11 d2 40 cm dengan menggunakan tulangan ulir serta untuk panjang bengkokan 15d.
3. Tulangan joint ke dua diangkat menggunakan tower crane kemudian
disambungkan dengan tulangan joint pertama yang telah dipasang sebelumnya.
4. Pada bagian luar penulangan akan diberi beton decking 5 cm untuk
5. Surveyor memberikan garis marking kolom berfungsi untuk menunjukkan dimensi masing-masing kolom.
Tahap pemasangan bekisting
Proses pemasangan bekisting dilakukan setalah proses pembesian kolom telah selesai dan telah mendapatkan proses persetujuan dari konsultan pengawas. Tahap yang dilakukan pada proses pemasangan bekistingnya adalah:
1. Bekisting dilakukan checklist terlebih dahulu kemudian bagian permukaan dalam akan dilapisi minyak/pelumas bekisisting agar beton tidak menempat pada permukaan bekisting sehingga memudahkan pada saat pembongkaran bekisitng.
2. Setelah proses checklist selesai, panel bekisting diangkat dari lokasi fabrikasi bekisting menggunakan tower crane menuju posisi kolom yang akan dicor.
3. Pada bagian bawah bekisting diberi busa, busa dapat mencegah kebocoran pada saat pengecoran.
4. Setelah bekisiting telah diposisikan pada garis marking yang telah disiapkan, selanjutnya kickers, push, dan pushprop dipasang pada base plate yang sudah terpasang lalu dilakukan pengencangan tie rod dan penyesuaian adjustable kickers pada bekisting.
Tahap Pengecoran
Pengecoran dilakukan setelah proses pemasangan bekisiting selesai dan setelah mendapat pesetujuan dari konsultan pengawas. Pengecoran dilakukan menggunakan concrete bucket dengan bantuan tower crane. Tahapan pengecoran kolom adalah sebagai berikut:
1. Peralatan pengecoran terlebih dahulu dipersiapkan seperti concrete bucket, senter, pipa tremi, concrete vibrator.
2. Selanjutnya, setelah truck mixer yang membawa ready mix datang, dilakukan tes slump dan pengambilan beton uji sample silinder sebelum dituangkan ke concrete bucket.
3. Beton dituang ke dalam concrete bucket kemudian diangkat menggunakan toer bucket menuju titik lokasi pengecoran kolom.
4. Pada saat beton dituang bersamaan dilakukan pemadatan beton menggunakan concrete vibrator.
Hal ini berfungsi agar beton cor yang dituangkan dapat terpadatkan dengan baik dan coran dapat mengisi rongga-rongga udara yang kosong.
5. Setelah pengecoran selesai, dilakukan cek verticalty untuk memastikan bekisting tetap tegak dan vertical.
6. Pembongkaran bekisting dilakukan 1x24 jam setelah pengeoran dengan persetujuan konsultan pengawas/quality control.
2.1.3.2 Pekerjaan Balok dan Pelat Lantai (Puspita, R.R., 2017, 243-249)
Alat:
1. Tower Crane 2. Concrete Bucket 3. Concrete Vibrator Metode pelaksanaan:
1. Pemasangan Bekisting dan Perancah (Shoring) Balok - Sebelum bekisting dipasang, pastikan bahwa
dudukan bekisiting cukup kuat untuk menahan beban setelah pengecoran beton.
- Selanjutnya menentukan titik elevasi lantai yang akan dipasang bekisiting balok.
- Pasang perancah untuk balok searah dengan balok yang akan dicor,dengan cara:
1. pasang base jack
2. pasang scafolding/main frame 3. pasang cross brace sesuai
- Pasang head jack sesuai pasang bekisting balok kayu 8/12 searah balok yang akan dicor.
- Pasang suri 6/12 dengan jarak 60 cm.
- Pasang bekisting untuk tembereng bagian bawah balok.
- Pasang bekisiting untuk tembereng bagian samping balok.
2. Pemasangan perancah dan bekisiting plat lantai Pada bekisting tetap digunakan steel deck dan penulangan positif satu arah. Gunakan bahan dengan ketebalan 0.75 mm. Adapun langkah yang dilakukan untuk pemasangan steel deck, yaitu:
a. Pasang steel deck di atas papan bekisiting balok pemikul atau dinding dengan jarak 2.5 cm dari sisi balok atau dinding dicor.
b. Lubangi steel deck sesuai dengan jarak angkur-angkur atau stek besi yang akan diangkur. Lalu letakkan steel deck.
c. Lembaran steel deck dipasang searah sumbu pendek batang plat (x) diatas beberapa balok pemikul, lalu stek besi yang akan bersamaan dicor dipersiapkan.
d. Pasang wiremesh di atas steel deck yang telah disusun.
e. Angkur-angkur besi sebagai penahan geser dibengkokkan.
- Penahan geser
Penahan geser yaitu pengikat antara lantai beton dengan balok pemikul dibawahnya.
- Cara pemasangan perancah steel deck
Steel deck memerlukan penyangga sementara sebelum plat dicor. Jenis penyangga dapat berupa kayu dolken atau perancah (shoring). Pelepasan penyangga dilakukan setelah umur beton 7-14 hari.
3. Pemasangan Tulangan Struktur Balok
Besi yang digunakan pada struktu balok yaitu besi ulir dengan kekuatan Fy = 400 Mpa. Pemasangan besi balok pada bekisting yang sudah difabrikasi dengan cara pembesian, yaitu:
- Pasang tulangan lapangan sesuai dengan jumlah penulangan pada setiap balok dengan panjang ½ L.
- Pasang tulangan sengkang dengan jumlah sesuai dengan ketentuan gambar kerja.
- Pasang tulangan tumpaun dengan jumlah penulangan pada setiap balok dengan ketentuan panjang yaitu ¼ L.
- Lanjutkan pemasangan tulangan sengkang sepanjang L yang sudah ditentukan.
4. Pemasangan Tulangan struktur Plat
Tulangan plat yang digunakan adalah wiremesh dengan jenis M12-150 dan M12-200 dengan kekuatan fy
= 500 Mpa. Fungsi dari tulangan ini yaitu mampu mengurangi bahaya keretakan lantai akibat perubahan temperatur dan menyebarkan pembebanan.
5. Pengecoran Balok dan Plat lantai - Persiapan peralatan dan pengecoran
Pada pelaksanaan pengecoran perlu dipersiapkan peralatan dan lokasi pengecoran agar pekerjaan dapat dilakukan tanpa hambatan.
Khususnya campuran beton yang memiliki waktu yang tertentu ketika campurannya akan mengeras.
- Pengecoran
Setelah perancah, bekisting, dan tulangan untuk balok dan plat lantai sudah terpasang. Selanjutnya tahap pengecoran dapat dilaksanakan. Pengecoran balok terlebih dahulu dilakukan kemudian mengecor bagian plat lantai. Mutu beton yang digunakan pada plat lantai yaitu fc’ = 25 Mpa.
6. Perawatan Beton (Curing)
Setelah balok dan plat selesai dicor,beton tersebut perlu dilakukan perawatan yaitu dengan menutupi struktur beton dengan terpal, menyirami struktur dengan air. Proses perawatan dilakukan sepanjang waktu yang telah disesuaikan dengan perencanaan umur beton.
7. Pembongkaran bekisiting dan perancah
Pembongkaran bekisiting dapat dilakukan apabila umur rencana beton telah tercapai, sehingga bekisting
dan perancah tersebut dapat digunakan kembali di tempat pekerjaan struktur yang lain.
8. Pengecekan Elevasi
Pengecekan elevasi dilakukan dengan menggunakan waterpass, setelah lantai kering.
2.1.4 Pekerjaan Kusen, Pintu, dan Jendela
Menurut Metode Teknis Pelaksanaan dari laman SPSE Nasional (2023):
2.1.4.1 Pekerjaan Kusen Pintu dan Jendela
a) Lingkup Pekerjaan
 Adanya penyediaan tenaga kerja, material, peralatan, dan alat bantu lainnya sebagai awal mula dalam pelaksanaan pekerjaan untuk mencapai hasil pekerjaan yang baik dan sesuai dengan gambar kerja serta spesifikasi.
 Lingkup pekerjaannya meliputi seluruh kusen pintu, kusen jendela, dan kusen ventilasi sesuai dengan gambar kerja.
b) Bahan
 Kusen Pintu (Baja Finish Cat)
 Kusen Pintu Aluminium Powder Coating Profil 4* Finish Good
 Kusen Jendela Aluminium Profil ‘U’ Tanam
 Kusen Jendela Baja Finish Cat c) Pelaksanaan
 Sebelum dimulai, kontraktor harus meneliti gambar kerja dan kondisi di lapangan.
 Proses fabrikasi harus sudah selesai terlebih dahulu sebelum pekerjaan dimulai. Lalu, melengkapi shop drawing dari segi gambar denah, lokasi, kualitas, bentuk, dan ukuran dengan petunjuk perencana/konsultan pengawas.
 Keseluruhan kusen pintu, jendela, dan dinding harus dikerjakan secara fabrikasi sesuai ukuran dan kondisi lapangan supaya dapat dipertanggungjawabkan.
 Pada saat pemotongan aluminium harusnya dijauhkan dari material besi untuk menghindarkan terjadinya penempelan debu besi pada permukaannya.
 Penggunaan non-activated gas (argon) saat pengelasan diperbolehkan dari arah bagian dalam supaya sambungannya tidak tampak oleh mata.
 Pada akhir bagian kusen disambung kuat dengan sekrup, rivet, dan stap.
 Untuk mendapatkan kualitas dan bentuk yang sesuai, pengelasan dilakukan dengan rapih.
 Pemasangan sekrup dipasang sedemikian rupa agar tidak terlihat dari luar.
 Celah antara kaca dan kusen aluminium harus ditutup dengan sealant.
 Kusen aluminium dilengkapi oleh kemungkinan-kemungkinan, yaitu:
 Dapat digunakan untuk dinding kaca mati.
 Sesuai untuk jendela geser, jendela putar, dan lain-lain.
 Sistem kusen dapat menampung pintu kaca frameless.
 Dalam sistem partisi, harus mampu moveable dipasang tanpa harus dimatikan secara penuh yang merusak baik lantai maupun langit-langit.
 Adanya accessories untuk mendukung kemungkinan di atas.
 Dalam fitting hardware dan reinforcing materials di mana kusen aluminium berhubungan langsung dengan besi, tembaga atau lainnya, sehingga permukaan metal yang bersangkutan harus diberi lapisan chormium dalam menghindari kontak korosi.
 Toleransi pemasangan kusen aluminium di satu sisi dinding adalah 10 – 25 mm, lalu diisi dengan beton ringan/grout.
 Khusus pekerjaan jendela geser aluminium untuk diperhatikan sebelum rangka kusen terpasang.
 Permukaan bidang dinding horizontal yang melekat pada ambang bawah dan atas harus waterpass.
 Untuk memperoleh kekedapan terhadap kebocoran udara terutama pada ruang yang dikondisikan hendaknya ditempatkan mohair dan jika perlu dapat
digunakan synthetic rubber atau bahan dari synthetic resin.
 Penggunaannya pada swing door dan double door.
 Sekeliling tepi kusen yang terlihat berbatasan dengan dinding agar diberi sealant supaya kedap air dan kedap suara.
 Tepi bawah ambang kusen exterior agar dilengkapi flashing sebagai penahan air hujan.
2.1.4.2 Pekerjaan Pasang Daun Pintu dan Jendela Rangka Aluminium
a) Lingkup Pekerjaan
 Adanya penyediaan tenaga kerja, material, peralatan, dan alat bantu lainnya sebagai awal mula dalam pelaksanaan pekerjaan untuk mencapai hasil pekerjaan yang baik dan sesuai dengan gambar kerja serta spesifikasi.
 Lingkup pekerjaan ini meliputi pembuatan dan pemasangan daun pintu dan jendela.
b) Bahan
 Baja + Engineering Door Solid Full Core Lapis Plywood Finish Duco
 Baja + Engineering Door Honeycomb Core Lapis MDF Finish Duco + LIS
 Engineering Door Honeycomb Core Lapis MDF Finish Duco + LIS
 Engineering Door Honeycomb Core Lapis HMR FIN. PVC Sheet
 Jendela Baja + Kaca Clear T = 5 mm
 Kaca Clear T = 5 mm
 Penjepit Kaca
 Dalam gambar sudah dijelaskan bentuk dan ukurannya
c) Langkah Pelaksanaan
 Sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor harus meneliti gambar kerja.
 Selain itu, hal-hal yang harus diteliti adalah kondisi di lapangan, bentuk, pola, lay-out, cara pemasangan, mekanisme, dan detail- detail sesuai dengan gambar kerja.
 Sebelum pemasangan, dilakukan penimbunan bahan-bahan pintu di tempat pekerjaan harus diletakkan pada ruang dengan sirkulasi udara yang baik dan terlindung dari kerusakan dan kelembaban.
 Untuk semua sambungan harus diperhatikan dalam bentuk siku untuk rangka aluminium dan penguat lain supaya
terjamin kekuatannya dengan
memperhatikan kerapian terutama pada bidang yang tampak agar tidak boleh ada cacat.
 Semua ukuran harus sesuai gambar kerja.
2.1.4.3 Pekerjaan Pemasangan Kaca Tebal 5 mm
a) Lingkup Pekerjaan
Dalam lingkup ini meliputi penyediaan dan pengangkutan ke lokasi pekerjaan serta pemasangan material, angkur, dan perapihan kembali bagian- bagian yang berkaitan dengan pekerjaan kaca.
b) Bahan
Bahan yang digunakan adalah kaca clear dengan tebal 5 mm.
c) Pelaksanaan
 Untuk pekerjaan pemasangan kaca ini dilakukan untuk semua jenis pekerjaan pemasangan kaca yang ada di gambar kerja.
 Ukuran, tebal, dan jenis kaca yang digunakan sesuai dengan uraian dan syarat yang ada di gambar kerja dan disesuaikan juga dengan petunjuk Pengawas dan Konsultan Perencana.
 Pemasangan kaca dalam rangka aluminium sesuai dengan persyaratan pabrik.
 Memperhatikan ukuran dan bentuk profil yang digunakan sesuai dengan gambar kerja dan spesifikasinya.
 Menggunakan bahan lapisan kedap air di bagian luar dan untuk bagian dalam menggunakan sealant (tebal maks 5 mm).
 Pemasangan kaca harus rapih dengan sisi tepi lurus dan rata. Lalu, untuk sealant/tepinya tidak diperkenankan retak atau pecah dan juga harus bebas dari noda dan bekas goresan.
 Menggunakan sealant yang elastis dan bermutu baik.
 Menggunakan back up material yang memiliki tingkat insulasi panas yang tinggi dan 2 buah setting blocks.
2.1.5 Pekerjaan Plafon
Bahan:
 Gypsum Board T = 9 mm
 Gypsum Waterproofing Board T = 9 mm
 Kalsi Board T = 6 mm
 Beton Expose
 Rangka Besi Hollow 40 x 40 x4 mm
 List Plafond Cornice Kayu Profil 20 x 10 mm
 Finish Cat
Menurut (Awuy et al., 2023, 711), langkah-langkah pekerjaan plafond mulai dari lantai 1 – 4 dan atap, sebagai berikut:
a) Pengukuran
 Level plafond diukur dahulu dengan memakai theodolith dan dibantu memakai selang air.
 Untuk mempermudah pemasangan, titik tetap pengukuran dipindahkan ke dinding atau kolom dengan ketinggian 1 m dari lantai.
b) Pasang Rangka Hollow
 Setelah posisi level plafond didapatkan, pekerjaan awal ialah pemasangan rangka hollow pada bab tepi untuk memperoleh titik tetap plafond.
 Dilanjutkan pemasangan rangka hollow pembagi yang digantung ke plat beton dengan memakai paku beton/penggantung. Perkuatan antara rangka hollow dengan memakai sekrup gypsum.
 Penempatan jarak rangka hollow berjarak 120 cm.
 Setalah semua rangka hollow terpasang, lakukan perataan (leveling) dengan memakai tarikan benang, sehabis itu penggantung sanggup dimatikan.
c) Pemasangan Plafon Gypsum
 Setelah rangka hollow terpasang dengan benar, rata dan besar lengan berkuasa serta instalasi sudah terpasang semua, maka lembaran gypsum sanggup mulai dipasang.
 Untuk gypsum, pertemuan diatur secara menyilang.
 Sebelum pemasangan sekrup pastikan bor sekrup disesuaikan dengan benar, sehingga kepala sekrup hanya masuk sedikit kedalam permukaan lembaran gypsum.
 Tekan ujung sekrup perlahan ke dalam permukaan lembaran gypsum sebelum menjalankan mesin bor untuk memasukkan sekrup.
 Sekrup berfungsi sebagai titik perkuatan dipasang pada jarak yang telah ditentukan.
 Setelah lembaran gypsum terpasang semua, cek leveling permukaan plafond.
d) Finishing Plafon Gypsum
 Untuk gypsum, sambungan antara pertemuan diberi textile tape dan di compound kemudian digosok dengan ampelas untuk mendapat permukaan yang rata/flat.
 Tutup semua kepala sekrup dengan compound kemudian gosok dengan ampelas halus. Setelah plafond akibat terpasang, dilanjutkan dengan pemasangan list plafond gypsum.
 Untuk list plafond gypsum dipasang pada pertemuan antara dinding dan plafond dengan perkuatan memakai compound jenis casting + lem.
2.1.6 Pekerjaan Penangkal Petir
Menurut Civil Engineering (2018), berikut langkah pelaksanaan pekerjaan penangkal petir, yaitu:
a) Lingkup Pekerjaan
 Pekerjaan Pemasangan Head Terminal.
 Pekerjaan Pemasangan Grounding System.
 Pekerjaan Pemasangan Bak Control.
 Pekerjaan Perizinan dan Testikom.
b) Pekerjaan Persiapan
 Pembuatan dan pengajuan gambar shop drawing pekerjaan konstruksi rangka atap.
 Approval material yang akan digunakan.
 Persiapan lahan kerja.
c) Pekerjaan Pelaksanaan
 Head Terminal dipasang di atas dengan ketinggian yang mampu melingkup perlindungan terhadap sambaran petir untuk seluruh bangunan (minimal 10 m dari tanah).
 Down Conductor (penghantar) sepanjang high rise building dipasang klemp dengan jarak 1 m.
 Kotak sambung dipasang setinggi 2 m dari tanah.
 Kemudian grounding system dimasukkan ke tanah secara vertikal, batang tembaga harus dilindungi terhadap korosi dengan serbuk arang di sekitar tembaga.
 Letak titik pertahanan ditentukan berdasarkan gambar. Pipa galvanis 1’’ ditanam secara vertikal sampai ke dalam tanah hingga nilai resistensinya bila diukur di bawah 5 ohm. Kemudian pipa dicabut kembali hingga akan meninggalkan lubang. Lubang tersebut diisi dengan serbu karang dan kemudian grounding system ditanam kembali.
 Terminal pertahanan harus terletak di dalam bak control.
 Tahanan pertahanan harus dicek secara periodik dan nilai tahanan pertahanan maksimum 5 ohm.
d) Pemeriksaan dan Pengujian (Testikom)
 Grounding Test. Pengukuran tahanan tanah menggunakan metode standard dan memakai megger. Tahanan maksimum tidak boleh melebihi 5 ohm.
 Sistem instalasi penangkal petir harus mendapat rekomendasi.
2.1.7 Pekerjaan Atap
Bahan:
1) Atap beton genteng datar 2) Rangka atap baja ringan 3) Lissplank GRC
Menurut Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis dari laman lpse kemenkeu, adapun metode pelaksanaan pekerjaan atap, sebagai berikut:
1) Untuk pelaksanaan pekerjaan harus mengikuti gambar kerja, persyaratan pekerjaan, spesifikasi teknis, dan petunjuk dari Direksi/Konsultan Pengawas.
2) Terciptanya komunikasi yang baik dalam pelaksanaan pekerjaan pemasangan, mulai dari jadwal pekerjaan sampai
kepada peletakan peralatan, material, dan item pekerjaannya di tempat.
3) Sebelum dan sesudah setiap peralatan yang digunakan akan dipasang harus disetujui terlebih dahulu oleh Direksi/Konsultan Pengawas. Peralatan tersebut juga harus dijaga agar tidak mengalami kerusakan ataupun kehilangan sebelum dikembalikan.
4) Ketika dilakukan pemasangan peralatan, pastikan terlebih dahulu semua ukuran, pola, dan syarat lain untuk pemasangan rangka atap.
5) Semua material dan peralatan dipasang rapih sesuai dengan gambar kerja.
6) Pada saat pemasangan rangka atap dilakukan dengan hati- hati dan sesuai gambar kerja.
7) Untuk sambungan antar pipa menggunakan sambungan las.
8) Ketika rangka atap selesai dipasang, dilanjutkan dengan pemasangan gording sesuai gambar kerja.
9) Lalu, dilakukan pemasangan penutup atap spandek.
2.1.8 Pekerjaan Dinding
Menurut Metode Teknis Pelaksanaan dari laman SPSE Nasional (2023):
2.1.8.1 Pekerjaan Pasangan Dinding Bata
Alat:
 Concrete Mixer
 Lori
 Cangkul
 Sekop
 Ember
 Meteran
 Waterpass
 Scafolding
 Bak Penampung Mortar
 Alat Tukang Lengkap Bahan:
 Semen PC
 Pasir Pasang
 Air
 Batu Bata
 Benang Pelaksanaan:
 Approval bahan.
 Pemasangan benang sebagai acuan.
 Bahan semen PC dan pasir pasang (perbandingan sesuai dengan spesifikasi) dimasukkan ke dalam concrete mixer kemudian diaduk selama 1-2 menit. Setelah tercampur masukkan air ke dalam concrete mixer kemudian diaduk lagi selama 1-2 menit sampai mortar tercampur.
 Kemudian campuran mortar dituang ke dalam bak penampung.
 Rendam batu bata yang akan dipasang.
 Mortar dihampar disetiap landasan batu bata.
 Pasang bata secara silang.
 Pasangan bata mengikuti acuan benang sehingga pasangan bata lebih presisi dan rata.
 Rawat pasangan bata yang sudah selesai dengan melindungi dari sinar matahari secara
langsung, misalnya dengan menggunakan plastik atau penyiraman air.
 Mintakan pengecekan kepada pengawas lapangan, apabila disetujui dilanjutkan dengan pekerjaan selanjutnya.
2.1.8.2 Pekerjaan Plesteran Dinding
Pekerjaan Plesteran adalah pekerjaan untuk menutup pekerjaan Bata Merah yaitu pada dinding bangunan dan Pagar bangunan.
 Dinding yang akan diplester ketebalannya harus sesuai dengan gambar rencana dan mendapat persetujuan dari Direksi.
 Sebelum diplester Dinding harus terlebih dahulu dibasahi dengan air agar mempunyai daya ikat yang baik. Bahan yang digunakan adalah semen,pasir dan air harus mempunyai mutu dan kualitas yang baik.
 Pelaksanan Plesteran harus memperhatikan kelurusan dinding dengan cara di lot/waterpass sehingga didapat hasil yang baik, untuk itu harus dibuat patokan dengan cara membuat Pasangan kepala plesteran dibuat jarak 1 m, dipasang tegak untuk patokan kerataan bidang.
2.1.8.3 Pekerjaan Acian
Persiapan kerja pekerjaan acian:
 Pembuatan dan pengajuan gambar shop drawing pekerjaan acian.
 Approval material yang akan digunakan.
 Persiapan lahan kerja.
 Persiapan material kerja, antara lain: MU 200
 Persiapan alat bantu kerja, antara lain: raskam, benang, kertas gosok, dll.
Langkah kerja Pekerjaan Acian:
 Acian dapat dilaksanakan setelah permukaan plesteran sudah kering (cukup umur).
 Permukaan plesteran sebelum di aci telebih dahulu disiram air. Untuk memperoleh hasil acian yang halus, setelah plesteran diberi lapisan acian MU permukaan acian sebelum mengering digosok dengan menggunakan kertas gosok.
2.1.9 Pekerjaan Tangga (Civil Engineering, 2018)
a) Metode Pelaksanaan:
 Tangga dikerjakan sebagai penghubung antara lantai 1 dengan lantai 2.
 Pekerjaan tangga dilaksanakan setelah pekerjaan penulangan dan pasangan bekistingnya telah selesai.
 Penulangan dikerjakan bersamaan dengan proses penulangan balok lantai, hal ini berguna untuk menjaga struktur tangga agar lebih kuat, karena pada saat pengecoran akan menyatu dengan hasil pengecoran balok.
 Selain itu untuk penulangan plat bordes juga akan disatukan dengan balok lantai.
b) Tahapan Pekerjaan Konstruksi Tangga 1. Pekerjaan pondasi tangga
Pembuatan pondasi tangga bertujuan untuk memberikan pondasi yang kokoh sebagai penopang agar tangga tidak mengalami penurunan atau pergeseran. Pondasi tangga dapat dibuat menggunakan batu kali yang disusun secara pasangan, beton bertulang, atau gabungan dari keduanya. Di bagian bawah tangga, perlu dipasang balok anak sebagai penopang untuk pelat lantai, sehingga lantai tidak menahan beban terpusat yang berat.
2. Pekerjaan bekisting bordes dan badan tangga
Sebelum memulai pekerjaan bekisting bordes tangga, penting untuk memperhatikan elevasi atau ketinggian dari lantai di bawahnya. Hal ini diperlukan agar dapat menentukan kombinasi alat yang diperlukan untuk pekerjaan tersebut.
Apakah akan menggunakan perancah kayu saja atau memerlukan penggunaan scaffolding tergantung pada ketinggian dan kebutuhan spesifik dari proyek tersebut.
Bekisting ini tidak memerlukan pembuatan khusus pada pabrikasi karena dapat dibuat langsung saat penyetelan. Hal yang perlu dipersiapkan adalah posisi kemiringan badan tangga.
Pada bagian bawah bekisting ini, perlu didukung oleh perancah untuk menahan beban dan menjaga posisi kemiringan tangga.
3. Pekerjaan pemasangan tulangan badan dan sengkang badan tangga
Pekerjaan pemasangan tulangan tangga dilakukan setelah bekisting terpasang, Tulangan utama dipasang terlebih dahulu, kemudian dirangkai dengan tulangan sengkang.
Bagian bawah tulangan tangga diberi beton tahu/beton decking, Pemasangan beton decking pada bagian bawah tulangan dengan ketebalan ± 2 cm.
4. Pemasangan tulangan anak tangga
Pemasangan tulangan anak tangga disesuaikan dengan gambar teknis, tulangan ini harus dihubungkan dengan tulangan
badan tangga dengan cara diikat menggunakan kawat, kemudian dipasang tulangan memanjang yang berfungsi untuk memperkuat anak tangga.
Beton decking juga dipasang pada sisi yang akan dipasang bekisting dengan ketebalan ± 2 cm. Sebelum proses pemasangan, bekisting dipasang di salah satu sisi dinding tangga agar tidak terjadi kesalahan dalam pemasangan tulangan.
5. Pemasangan bekisting dinding tangga, bordes, dan trape/dinding anak tangga
Setelah pekerjaan pemasangan tulangan bordes dan badan tangga selesai, langkah selanjutnya adalah memasang dinding tangga di sisi yang lainnya dan dinding bordes di atas badan tangga. Bekisting untuk dinding tangga dipasang dengan menggunakan paku pada bekisting badan tangga untuk menjaga kestabilan dan kelancaran proses pengerjaan.
Trade atau dinding anak tangga dipasang di antara dinding badan tangga sesuai dengan gambar yang telah disediakan pada dinding badan tangga. Proses pemasangan dilakukan dengan memaku dari dinding tangga ke arah dalam. Untuk memudahkan proses pemasangan, disarankan untuk memulai dari bagian bawah dan kemudian melanjutkannya ke bagian atas.
Setelah semua komponen terpasang, langkah selanjutnya adalah merangkai antar anak tangga dengan menggunakan kayu berukuran 5/7 yang diletakkan secara memanjang dari atas ke bawah. Sama seperti dinding badan tangga, dinding anak tangga ini juga telah dipabrikasi sebelumnya untuk memastikan konsistensi dan kualitasnya.
6. Pengecoran
Setelah bekisting tangga terpasang de