• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemanfaatan Wilayah dalam Penataan Ruang di Kawasan Pesisir dan Estuari Teluk Semangka

N/A
N/A
Rio Faldi Tarihoran

Academic year: 2025

Membagikan "Pemanfaatan Wilayah dalam Penataan Ruang di Kawasan Pesisir dan Estuari Teluk Semangka"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH PENGELOLAAN ESTUARI DAN TATA RUANG KELAUTAN PEMANFAATAN WILAYAH PENATAAN RUANG DI TELUK SEMANGKA

PROVINSI BANDAR LAMPUNG KABUPATEN TANGGAMUS

OLEH :

Reno Apriliandi 2210716310004 Maulana Rifky Erahman 2210716310016 Rio Faldi Tarihoran 2210716110003

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARBARU

2025

(2)

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Pengelolaan Estuari dan Tata Ruang Kelautan dengan judul "Pemanfaatan Wilayah dalam Penataan Ruang di Kawasan Pesisir dan Estuari" ini dengan baik dan tepat waktu.

Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memahami lebih dalam mengenai konsep, prinsip, dan praktik penataan ruang wilayah pesisir dan estuari, serta pemanfaatannya secara berkelanjutan. Dalam makalah ini, kami berusaha mengintegrasikan teori yang telah dipelajari dengan analisis permasalahan nyata di lapangan guna memberikan pemahaman yang aplikatif dan relevan.

Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh anggota kelompok yang telah bekerja sama dengan baik dalam penyusunan makalah ini. Tak lupa, kami juga menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu memberikan informasi dan data yang mendukung kelengkapan isi makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki kekurangan, baik dari segi isi maupun penyajiannya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi penyempurnaan di masa mendatang. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan kontribusi bagi pengembangan wawasan di bidang pengelolaan wilayah pesisir dan tata ruang kelautan.

Banjarbaru, Desember 2024

Kelompok 1

(3)

ii

DAFTAR ISI

HALAMAN

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI... ii

DAFTAR GAMBAR ... Error! Bookmark not defined. BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

BAB 2. ISI ... 2

2.1. IDENTIFIKASI LOKASI ... 2

2.2. Interpretasi Citra zonasi ... 4

2.3.Regulasi dan Kebijakan ... 5

2.4.Solusi Permasalahan ... 6

BAB 3 KESIMPULAN ... 8

3.1. Kesimpulan ... 8

3.2. Saran ... 8

DAFTAR PUSTAKA ... 9

(4)

iii

DAFTAR GAMBAR

HALAMAN Gambar 2.1.Teluk Semangka ... 2 Gambar 2.1.Peta Pemanfaatan Wilayah ... 4

(5)

1

BAB 1. PENDAHULUAN

Teluk Semangka terletak di pesisir barat Provinsi Lampung dan merupakan bagian dari wilayah administratif Kabupaten Tanggamus. Kawasan ini berbentuk teluk yang memanjang dari selatan ke utara, dengan Kota Agung sebagai pusat aktivitas sosial dan ekonomi masyarakat pesisir. Letaknya yang strategis membuat Teluk Semangka menjadi salah satu kawasan penting dalam perencanaan tata ruang laut dan pesisir di wilayah Lampung. (Bappeda Kabupaten Tanggamus, 2019)

Secara fisik, kawasan Teluk Semangka didominasi oleh perbukitan yang merupakan bagian dari Pegunungan Bukit Barisan. Geomorfologi teluk dipengaruhi oleh keberadaan Sesar Semangko yang aktif secara tektonik, sehingga kawasan ini rawan terhadap gempa bumi.

Topografi pantainya terdiri atas pantai berpasir, tebing terjal, dan dataran sempit, menjadikan kawasan ini bervariasi dari segi bentuk dan kemiringan lahan. (Rudy, A., 2009. Kajian Geologi Sesar Semangko, Universitas Indonesia)

Kondisi oseanografi Teluk Semangka dipengaruhi oleh angin muson barat dan timur yang menciptakan arus laut musiman. Curah hujan tahunan berkisar antara 2.500 hingga 3.000 mm, menciptakan aliran sungai yang membawa sedimen ke perairan pesisir. Teluk ini memiliki ekosistem laut yang cukup kaya seperti padang lamun, mangrove, dan terumbu karang yang menjadi tempat hidup berbagai spesies ikan dan organisme laut lainnya. (Renstra RZWP3K Provinsi Lampung 2018–2038, CRC Indonesia)

Secara sosial ekonomi, masyarakat sekitar Teluk Semangka sebagian besar bermata pencaharian sebagai nelayan, petani, dan pelaku budidaya laut. Budidaya ikan laut seperti kerapu dalam karamba jaring apung (KJA) berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir.

Namun, aktivitas ini sering menghadapi kendala seperti perubahan kualitas air, konversi lahan pesisir, dan keterbatasan akses infrastruktur serta teknologi. (Susilowati, R. et al., 2020.)

Permasalahan lingkungan seperti penurunan kualitas air laut, degradasi habitat pesisir, dan peningkatan aktivitas manusia yang tidak berkelanjutan menjadi tantangan utama bagi pengelolaan kawasan ini. Oleh karena itu, pendekatan pengelolaan berbasis ekosistem yang mencakup konservasi, pemanfaatan berkelanjutan, serta pelibatan masyarakat lokal menjadi sangat penting untuk diterapkan. (DLHK Provinsi Lampung, 2022. Status Lingkungan Hidup Daerah)

(6)

2

BAB 2. ISI

2.1. IDENTIFIKASI LOKASI

Gambar 2.1.Teluk Semangka

Teluk Semangka merupakan salah satu wilayah perairan pesisir yang terletak di Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung. Secara geografis, Teluk Semangka berada di bagian barat daya Pulau Sumatra dan menghadap langsung ke perairan Samudera Hindia melalui Selat Sunda. Kawasan ini mencakup beberapa kecamatan pesisir seperti Kecamatan Kota Agung, Kota Agung Barat, dan Kota Agung Timur, yang memiliki garis pantai yang panjang dan beragam ekosistem pesisir.

Teluk ini memiliki karakteristik fisik berupa perairan yang relatif tenang dengan kedalaman bervariasi, serta dikelilingi oleh kawasan pegunungan yang merupakan bagian dari Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Dari sisi oseanografi, wilayah ini dipengaruhi oleh arus dan pasang surut dari Selat Sunda, menjadikan ekosistem pesisirnya kaya akan keanekaragaman hayati, seperti terumbu karang, padang lamun, dan hutan mangrove (Darmawan et al., 2020).

Secara lingkungan, Teluk Semangka menghadapi berbagai tantangan seperti sedimentasi, degradasi habitat pesisir, dan aktivitas budidaya perikanan yang intensif. Namun demikian, kawasan ini memiliki potensi besar untuk dikembangkan dalam konteks pengelolaan

(7)

3

wilayah pesisir yang berkelanjutan, termasuk pengembangan ekowisata bahari dan konservasi kawasan penting seperti habitat ikan karang.

Kawasan Teluk Semangka, yang terletak di Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung, merupakan wilayah pesisir yang memiliki beragam potensi sumber daya alam dan jasa lingkungan. Namun, kawasan ini juga menghadapi sejumlah tantangan lingkungan dan tata kelola ruang yang kompleks. Salah satu isu strategis yang menonjol adalah kerusakan ekosistem mangrove akibat konversi lahan menjadi tambak dan pemukiman. Kondisi ini menyebabkan penurunan fungsi ekologis mangrove sebagai pelindung pesisir dan tempat pembesaran biota laut seperti ikan dan udang (CRC Indonesia, 2018).

Selain itu, kawasan Teluk Semangka juga mengalami tekanan dari fenomena banjir rob dan kenaikan muka air laut, khususnya di sekitar wilayah permukiman pesisir seperti Kota Agung. Genangan air laut yang terjadi secara musiman ini disebabkan oleh kombinasi pasang laut dan penurunan permukaan tanah, yang semakin diperparah oleh perubahan iklim global.

Hal ini berdampak langsung pada infrastruktur, perikanan, dan pemukiman masyarakat pesisir (DLHK Provinsi Lampung, 2022).

Masalah lain yang cukup krusial adalah aktivitas reklamasi yang tidak terencana dan tidak berbasis kajian daya dukung lingkungan. Reklamasi pantai untuk pembangunan pelabuhan, fasilitas wisata, atau pemukiman telah menyebabkan perubahan garis pantai, pola arus, dan sedimentasi, yang pada akhirnya berdampak negatif terhadap habitat perairan dangkal seperti padang lamun dan terumbu karang (Bappeda Tanggamus, 2019).

Konflik ruang juga menjadi salah satu isu strategis di kawasan ini. Terjadi tumpang tindih dalam pemanfaatan ruang laut, antara zona perikanan budidaya dengan kawasan konservasi dan jalur transportasi laut. Minimnya pemahaman serta lemahnya pengawasan terhadap implementasi Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) turut memperparah kondisi tersebut (Renstra RZWP3K Lampung 2018–2038).

Namun di balik berbagai tantangan tersebut, Teluk Semangka menyimpan potensi sumber daya kelautan dan pesisir yang sangat besar. Sektor perikanan tangkap dan budidaya laut, khususnya budidaya ikan kerapu dalam Karamba Jaring Apung (KJA), berkembang pesat berkat dukungan perairan yang relatif tenang dan produktif (Susilowati et al., 2020). Selain itu, kawasan ini juga berpotensi dikembangkan sebagai destinasi ekowisata bahari, mengingat kekayaan terumbu karang, hutan mangrove, serta keindahan bentang alamnya. Potensi ini dapat dimanfaatkan untuk wisata berbasis konservasi seperti snorkeling, wisata mangrove edukatif, dan pengamatan satwa laut (DKP Provinsi Lampung, 2021).

(8)

4

Keberadaan Pelabuhan Perikanan Kota Agung juga memberikan peluang besar untuk pengembangan rantai pasok hasil laut dan konektivitas antarwilayah. Sementara itu, kawasan konservasi lokal yang telah ditetapkan di beberapa titik dapat dimaksimalkan sebagai pusat pendidikan lingkungan dan pemberdayaan masyarakat berbasis konservasi (DLHK Lampung, 2022).

2.2. Interpretasi Citra zonasi

Gambar 2.1.Peta Pemanfaatan Wilayah

Peta yang ditampilkan merupakan peta pemanfaatan wilayah Kecamatan Kota Agung, Kabupaten Tanggamus, Provinsi Bandar Lampung, yang disusun oleh mahasiswa Program Studi Ilmu Kelautan, Universitas Lambung Mangkurat. Peta ini menggunakan sistem koordinat WGS 1984 dan proyeksi Transverse Mercator. Peta menunjukkan distribusi penggunaan lahan serta zonasi pemanfaatan wilayah pesisir dan laut, dengan skala 1:13.575. Beberapa kategori lahan yang ditampilkan termasuk sawah, perkebunan/kebun, fasilitas budidaya perairan laut, dan wilayah permukiman. Di laut, terdapat zonasi khusus seperti “Zona Penangkapan” yang berada di perairan selatan wilayah tersebut.

Zona pemanfaatan dibagi dalam beberapa kategori berdasarkan warna: ungu tua untuk Zona Konservasi, ungu muda untuk Zona Intensif, hijau untuk Zona Pemanfaatan Terbatas,

(9)

5

dan kuning muda sebagai Zona Buffer. Zona konservasi mencakup wilayah laut yang luas dan beberapa area daratan. Zona intensif mendominasi wilayah darat yang digunakan sebagai area pertanian dan permukiman. Zona pemanfaatan terbatas terlihat mengalir mengikuti alur sungai yang membelah wilayah. Zona buffer berfungsi sebagai batas transisi antara zona-zona tersebut, terutama pada area pesisir.

Secara ekologis dan sosial, zonasi ini penting untuk memastikan keberlanjutan ekosistem pesisir dan kelautan serta mendukung kegiatan ekonomi masyarakat seperti pertanian, perikanan, dan budidaya laut. Penataan ruang ini sejalan dengan prinsip pengelolaan wilayah pesisir berbasis ekosistem sebagaimana dijelaskan oleh Dahuri (2003) dalam jurnal

“Paradigma Baru Pengelolaan Sumber Daya Laut dan Pesisir Secara Berkelanjutan.”

Pendekatan ini juga mengacu pada prinsip-prinsip Integrated Coastal Zone Management (ICZM) yang menekankan pentingnya sinergi antara konservasi dan pemanfaatan. Studi oleh Riani et al. (2020) dalam Jurnal Ilmu Kelautan Tropis juga menekankan bahwa pemetaan spasial sangat penting dalam mendukung kebijakan tata ruang laut yang adil dan berkelanjutan.

2.3.Regulasi dan Kebijakan

Peta pemanfaatan wilayah Kecamatan Kota Agung, Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung, yang telah Anda interpretasikan sebelumnya, secara langsung berkaitan dengan kebijakan nasional dan daerah mengenai Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K). RZWP3K merupakan instrumen perencanaan ruang laut yang diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau- Pulau Kecil, yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014. Peraturan ini menekankan pentingnya penetapan rencana zonasi melalui peraturan daerah untuk mengatur pemanfaatan ruang laut secara berkelanjutan dan terintegrasi .

Di tingkat provinsi, Pemerintah Provinsi Lampung telah menetapkan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2018 tentang RZWP3K Provinsi Lampung Tahun 2018–2038. Perda ini mengatur alokasi ruang laut untuk berbagai kegiatan, termasuk kawasan konservasi, pemanfaatan umum, dan kawasan strategis nasional tertentu. Dokumen ini juga mencakup arahan pemanfaatan alur laut, ketentuan perizinan, serta mekanisme pengawasan dan pengendalian pemanfaatan ruang laut .

Sebagai tindak lanjut dari Perda tersebut, Pemerintah Provinsi Lampung berencana menerbitkan Peraturan Gubernur (Pergub) yang akan menjadi dasar pelaksanaan pengelolaan wilayah perairan di provinsi tersebut, termasuk terkait perizinan, retribusi, dan sanksi. Pergub

(10)

6

ini bertujuan untuk mendukung implementasi RZWP3K dan mendorong perkembangan ekonomi di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil .

2.4.Solusi Permasalahan

Pengelolaan kawasan estuari Teluk Semangka memerlukan keterlibatan berbagai pemangku kepentingan utama yang memiliki peran strategis dalam menjaga kelestarian dan pemanfaatan sumber daya secara berkelanjutan. Pertama, pemerintah daerah, terutama Dinas Kelautan dan Perikanan, Dinas Lingkungan Hidup, serta Bappeda Kabupaten Tanggamus, berperan sebagai pengambil kebijakan, pelaksana regulasi, dan pengawas pelaksanaan program. Pemerintah dapat dilibatkan melalui forum koordinasi lintas sektor, rapat kerja, dan workshop yang bertujuan menyelaraskan program pengelolaan kawasan serta evaluasi hasil pelaksanaan kebijakan.

Masyarakat pesisir dan nelayan lokal adalah pelaku utama dalam pemanfaatan sumber daya laut sekaligus mitra dalam konservasi berbasis komunitas. Pelibatan masyarakat dapat dilakukan melalui diskusi kelompok terarah (FGD) untuk mengidentifikasi permasalahan dan solusi lokal, pelatihan budidaya berkelanjutan, penyuluhan konservasi, serta partisipasi aktif dalam kegiatan rehabilitasi seperti penanaman mangrove dan patroli pengawasan bersama.

Selanjutnya, akademisi dan lembaga riset, seperti Universitas Lampung dan lembaga penelitian kelautan, memiliki peran penting dalam menyediakan data ilmiah dan rekomendasi teknis. Bentuk keterlibatan mereka dapat berupa pelaksanaan survei dan penelitian partisipatif, penyelenggaraan workshop dan seminar untuk berbagi hasil riset, serta pendampingan dalam penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) yang berbasis data terbaru.

Selain itu, pelaku usaha perikanan dan budidaya, seperti koperasi nelayan dan pengusaha Karamba Jaring Apung (KJA), berperan sebagai penggerak ekonomi lokal sekaligus mitra dalam penerapan praktik ramah lingkungan. Mereka dapat dilibatkan melalui dialog bisnis untuk merencanakan pengembangan usaha berkelanjutan, pelatihan teknis terkait budidaya dan pemasaran hasil laut, serta penyusunan kode etik dan pedoman operasional yang disepakati bersama.

Terakhir, lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang bergerak di bidang lingkungan dan pemberdayaan masyarakat juga berkontribusi dalam advokasi, pendidikan lingkungan, dan fasilitasi partisipasi masyarakat. LSM dapat berperan dalam memfasilitasi FGD dan sosialisasi kebijakan, melaksanakan program pelatihan kapasitas masyarakat, serta melakukan monitoring pelaksanaan program konservasi dan pengelolaan sumber daya secara berkelanjutan. Melalui

(11)

7

pelibatan terstruktur dan sinergis antara seluruh pemangku kepentingan ini, pengelolaan kawasan estuari Teluk Semangka dapat berjalan secara efektif, inklusif, dan berkelanjutan, sehingga keseimbangan antara konservasi dan pemanfaatan sumber daya dapat terwujud.

(12)

8

BAB 3 KESIMPULAN

3.1. Kesimpulan

Teluk Semangka di Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung, merupakan wilayah pesisir yang memiliki karakteristik ekologis dan sosial ekonomi yang kompleks. Dalam penataan ruang dan pengelolaan wilayahnya, telah dilakukan pembagian zonasi untuk memastikan pemanfaatan sumber daya secara berkelanjutan. Zonasi tersebut terdiri dari Zona Konservasi yang berfokus pada perlindungan ekosistem penting seperti mangrove dan terumbu karang; Zona Intensif yang digunakan untuk aktivitas ekonomi seperti pertanian dan permukiman; Zona Pemanfaatan Terbatas yang berlokasi di wilayah sensitif ekologis seperti alur sungai; serta Zona Buffer sebagai daerah transisi antar zona yang berfungsi meredam potensi konflik pemanfaatan ruang.

Setiap zonasi ini dikembangkan sesuai dengan fungsinya. Misalnya, zona konservasi diarahkan untuk kegiatan pelestarian dan edukasi lingkungan seperti ekowisata bahari. Zona intensif difokuskan untuk mendukung kegiatan ekonomi masyarakat, sementara zona pemanfaatan terbatas dimanfaatkan secara hati-hati agar tetap menjaga fungsi ekologisnya.

Zona buffer diatur untuk memberikan perlindungan tambahan terhadap kawasan inti agar tidak terganggu oleh aktivitas lain yang lebih intensif. Pengembangan ini didasarkan pada prinsip Integrated Coastal Zone Management (ICZM) dan pengelolaan wilayah berbasis ekosistem.

Dalam aspek monitoring, perkembangan zonasi konservasi di Teluk Semangka menunjukkan keterlibatan berbagai pemangku kepentingan, baik pemerintah, masyarakat, akademisi, pelaku usaha, hingga LSM. Pemerintah daerah menetapkan kebijakan zonasi melalui RZWP3K, dan pengawasan terhadap implementasinya dilakukan secara kolaboratif dengan masyarakat, seperti melalui kegiatan rehabilitasi mangrove dan pengawasan bersama.

Akademisi dan lembaga riset juga terlibat dalam memberikan data dan rekomendasi berbasis kajian ilmiah. Monitoring zonasi ini penting untuk memastikan bahwa pemanfaatan ruang laut berjalan sesuai rencana dan tetap menjaga keseimbangan antara konservasi dan pemanfaatan sumber daya kelautan.

3.2. Saran

Pada proses pembuatan peta pemanfaatn wilayah diharapkan perbanyak literatur tentang regulasi, kebijakan, serta jurnal yang terkait untuk meningkatkan koreksi wilayah dengan benar.

(13)

DAFTAR PUSTAKA

Bappeda Kabupaten Tanggamus. (2019). Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tanggamus Tahun 2019–2039. Pemerintah Kabupaten Tanggamus.

CRC Indonesia. (2018). Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Provinsi Lampung 2018–2038. Coastal Resources Center Indonesia, Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Provinsi Lampung. (2022). Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Provinsi Lampung Tahun 2022. Bandar Lampung: DLHK Provinsi Lampung.

DKP Provinsi Lampung. (2021). Profil Potensi Ekowisata Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Provinsi Lampung. Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Lampung.

DLHK Provinsi Lampung. (2022). Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Provinsi Lampung Tahun 2022. Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Lampung.

Renstra RZWP3K Lampung. (2018–2038). Rencana Strategis Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Provinsi Lampung. Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Lampung.

Rudy, A. (2009). Kajian Geologi Sesar Semangko. Fakultas Teknik Geologi, Universitas Indonesia.

Susilowati, R., Yulianda, F., & Supriharyono. (2020). Potensi Budidaya Ikan Kerapu di Teluk Semangka, Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung. Jurnal Akuakultur Tropika, 5(1), 15–22.

Referensi

Dokumen terkait

Analisis konsistensi yang dilakukan terhadap Peta Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW Kota Padang 2004-2013), Peta Zonasi Pesisir (MCRMP 2004) dan penggunaan/ tutupan lahan

Oleh karena itu, dalam perumusan kebijaksanaan pengelolaan kawasan Teluk Palabuhanratu ini, aspek utama dari arahan kebijakan pembangunan wilayah pesisir lebih ditekankan pada

Aspek Ekonomi menjadi salah satu faktor pendukung pada Implementasi Pengelolaan wilayah Pesisir pada kawasan Pemanfaatan umum dan juga konservasi Kota Semarang

Keterkaitan pemanfaatan ruang kawasan pesisir terhadap wilayah Kota Tegal adalah pemanfaatan sumberdaya pantai berbagai kegiatan masyarakat pesisir, namun tidak

Pengelolaan Wilayah Pesisir adalah suatu proses perencanaan, pemanfaatan, pengawasan dan pengendalian sumberdaya pesisir secara berkelanjutan yang mengintegrasikan

Dengan masuknya kawasan Teluk Betung, kawasan Teluk Semangka dan Teluk Lampung sebagai kawasan strategis pengembangan perekonomian Kota Bandar Lampung maka dengan

Aspek Ekonomi menjadi salah satu faktor pendukung pada Implementasi Pengelolaan wilayah Pesisir pada kawasan Pemanfaatan umum dan juga konservasi Kota Semarang

Pola pemanfaatan ruang yang terkait dengan wilayah pesisir Teluk Lampung dalam RTRW Provinsi Lampung, Kabupaten Lampung Selatan, Pesawaran, dan Kota Bandar Lampung, secara