PENDAHULUAN
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, masalah utama yang akan dibincangkan dalam pernyataan masalah dalam kajian ini ialah Apakah pandangan Maslahah Mursalah terhadap pembahagian wasiat wajib kepada anak angkat dalam penyusunan syariat Islam?
Tujuan Penelitian
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman dan informasi mengenai pembagian wasiat pengikat anak angkat berdasarkan perspektif maslahah murlah. Selain itu, dengan adanya penelitian ini peneliti berharap dapat menambah koleksi karya ilmiah dengan memberikan sumbangan pemikiran mengenai pembagian wasiat pengikat pada anak angkat dalam perspektif masalah murlah. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan pihak-pihak yang memerlukan informasi mengenai pembagian wasiat pengikatan anak angkat.
Dan diharapkan pula penelitian ini dapat menjadi bahan bacaan, referensi atau pedoman bagi penelitian selanjutnya.
Penelitian Terdahulu
Penelitian ini juga menyinggung tentang ketentuan wasiat wajib bagi anak angkat di KHI. Penelitian terdahulu telah membahas pembagian warisan bagi anak angkat berdasarkan adat istiadat yang ada di Kabupaten Muara Enim. Tinjauan Hukum Islam tentang Praktek Pembagian Warisan kepada Anak Angkat Melalui Wasiat Wajibah (Studi Kasus di Desa Jimbe Kecamata n.
Penelitian sebelumnya melihat adanya praktik pembagian harta kepada anak angkat melalui wasiat wajib yang tidak sesuai dengan syariat Islam.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode normatif, penelitian hukum normatif merupakan penelitian hukum yang dilakukan dengan mempelajari data-data sekunder.16. Jenis pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan hukum normatif, yaitu pendekatan yang didasarkan pada bahan-bahan hukum pokok dengan mempelajari teori-teori, konsep-konsep, asas-asas hukum dan peraturan-peraturan hukum yang berkaitan dengan penelitian ini.17 2. Dalam penelitian ini kami menggunakan sumber-sumber primer berupa kitab-kitab yang mereka pelajari Wasiat Wajibah dan juga Maslahah Mursaya yang meliputi Hukum Waris oleh Amir Syarifudin, Fiqh Mawaris Suparman dan Ilmu Waris oleh Fathur.
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif yaitu analisis data dengan cara mendeskripsikan hasil penelitian dengan uraian.
Sistematika Penulisan
Dalam bahagian bab ini, secara amnya akan merangkumi teori wasiat wajib dan anak angkat. Dalam bab ini kita akan menerangkan teori berkaitan dalam Hukum Syarak dan Maslahah Mursalah. Bab ini memuatkan hasil penelitian dan perbincangan mengenai pembahagian wasiat wajib bagi anak angkat dalam penggubalan syariat Islam dan kaitannya dengan maslahah mursalah.
Bagian bab ini merupakan kesimpulan sebagai hasil akhir penelitian serta kesimpulan dari serangkaian tulisan yang terdiri atas simpulan dan saran.
WASIAT WAJIBAH DAN ANAK ANGKAT
Dasar Hukum Wasiat Wajibah
Sebagai sebahagian daripada undang-undang pusaka Islam, wasiat mempunyai asas yang sah daripada al-Quran dan hadis Nabi saw, manakala ayat yang menunjukkan menghalalkan wasiat adalah seperti dalam Surah al- Ma'idah (5. ) ayat 106. bermaksud: Wahai orang-orang yang beriman, apabila salah seorang di antara kamu sebelum mati, sedang dia hendak berwasiat, maka (wasiat itu) hendaklah disaksikan oleh dua orang yang soleh di antara kamu, atau dua orang yang berlainan agama. daripada kamu jika kamu bepergian di darat dan kamu dalam bahaya kematian. Namun, menurut sebahagian ahli fiqh Tabi'in dan ahli hadis, seperti Said bin al-Musayyab, al-Hasan al-Basri, Imam Ahmad bin Hanbal, Thawus, Ishaq bin Rahawaih dan Ibn Hazm, mewasiatkan harta kerabat yang tidak mengambil bahagian dalam harta pusaka adalah wajib berdasarkan firman Allah dalam surah al-Baqarah ayat 180:28.
Maksudnya: Diwajibkan atas kamu, apabila salah seorang di antara kamu datang (tanda-tanda) kematian, jika ia meninggalkan harta yang banyak, hendaklah berwasiat secara ma'ruf untuk ibu bapa dan kaum kerabatnya, (ini adalah) kewajipan atas bertaqwa. Jika ayat tentang waris dikhususkan untuk kerabat yang mendapat harta pusaka, sedangkan ayat wasiat dikhaskan kepada kerabat yang tidak mendapat harta pusaka kerana dihalang oleh syarak, seperti waris dan hamba bukan Islam, juga. sebagai anak angkat 29. Maksudnya: Dari Abi Umamah al Bahiliy dia pernah berkata: “Aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda dalam khutbahnya semasa Wada Haji: Sesungguhnya Allah Tabaraka wa Taala telah memberikan kepada setiap orang apa yang menjadi haknya. kepada, maka tidak ada wasiat bagi ahli waris." (HR al Turmudziy dan Abu Dawud).
Dalam kitab-kitab klasik selama ini kita hanya menemukan istilah wasiat, tidak ada istilah wasiat yang mengikat. Saat ini istilah wasiat mengikat telah meluas di berbagai belahan dunia Islam, bahkan menjadi hukum positif di negara-negara Islam, termasuk Indonesia.30. Dalam ayat 1 ditegaskan bahwa harta warisan anak angkat itu dibagi berdasarkan pasal 176 sampai dengan 193 tersebut di atas, sedangkan orang tua angkat yang tidak menerima wasiat diberikan wasiat wajib sebanyak sepertiga dari harta warisan anak angkatnya. . , di paragraf.
30 Erniwati, Wajiat Wajibah dari Perspektif Hukum Islam di Indonesia dan Perbandingannya di Negara-negara Muslim, Jurnal Mizani Wacana Hukum, Ekonomi dan Keagamaan, Volume 5, no. 2. Pasal 209 KHI, bagi anak angkat yang tidak mendapat wasiat, harus diwariskan maksimal sepertiga dari harta warisan orang tua angkatnya.
Besaran Bagian Wasiat Wajibah
2 pasal 209 KHI, bagi anak angkat yang tidak menerima wasiat, ia menerima wasiat wajib sebanyak-banyaknya sepertiga dari harta warisan orang tua angkatnya. Bukhari – 2537): Diriwayatkan kepada kami Abu Nu'aim meriwayatkan kepada kami Sufyan atas wewenang Sa'ad bin Ibrahim atas wewenang 'Amir bin Sa'ad atas wewenang Sa'ad bin Abi Waqash berkata; Rasulullah datang menjengukku (ketika aku sakit) ketika aku berada di Makkah.” Pesan yang dapat dipahami dari hadis ini adalah pentingnya mewaspadai keturunan ahli waris yang hanya berhak mewariskan sebuah harta warisan. sebagian kecil yaitu sepertiga harta kekayaan.Dengan demikian wasiat wajib dimaksudkan agar tidak menimbulkan kemalangan bagi ahli waris yang masih hidup, sedangkan meninggalkan wasiat sepertiga harta kekayaan merupakan hak dan kewajiban. orang yang harus menemui ajalnya.
Dapat dipahami juga bahwa hadits tersebut secara tegas mengharamkan wasiat lebih dari sepertiga harta warisan dan sepertiganya dianggap banyak yang diwariskan. Lebih penting lagi untuk mengurangi jumlah ini dalam surat wasiat karena akan menghasilkan lebih banyak lagi. ruang bagi ahli waris yang masih hidup.33 Selain itu, dilarang juga membiarkan ahli waris atau keturunannya menjadi tidak mampu karena hanya melebih-lebihkan harta warisan dalam wasiatnya. Dalam kompilasi hukum Islam, wasiat wajib bagi anak angkat tidak melebihi sepertiga dari harta warisan orang tua angkatnya. Ketentuan ayat ini dengan sendirinya membatalkan ketentuan hukum adat Arab, namun orang tua angkatnya harus meninggalkan wasiat kepada anak angkatnya.34.
Sedangkan anak angkat didasarkan pada adat murni, jika orang tua angkatnya meninggal dunia tanpa meninggalkan anak kandungnya, maka anak angkatnya mewarisi seluruh harta warisan, jika ada anak kandung maka anak angkatnya mendapat bagian yang sama dengan anak kandungnya. anak, atau dengan kata lain: sebagaimana Tradisi Arab Jahiliyya menyamakan anak angkat dengan anak kandungnya. Harta warisan anak angkat dibagi berdasarkan Pasal 176 sampai dengan Pasal 193 tersebut di atas, sedangkan orang tua angkat yang tidak menerima wasiat diberikan surat wasiat wajib sebanyak-banyaknya 1/3 dari harta warisan anak angkatnya. Anak angkat yang tidak menerima wasiat diberikan wasiat pengikat sebanyak-banyaknya 1/3 dari harta warisan orang tua angkatnya.
Berdasarkan bunyi pasal 209 KHI par. 1 dan 2, maka dapat dipahami bahwa wasiat wajib yang dimaksud KHI adalah wasiat yang diwajibkan berdasarkan ketentuan hukum yang diperuntukkan bagi anak angkat atau sebaliknya orang tua angkatnya yang belum pernah diberikan wasiat sebelumnya. Wasiat wajib dibatasi hanya sepertiga dari harta, dengan syarat bagian tersebut sama dengan warisan yang diterima Ashabul Furud sekiranya ia masih hidup.
Pelaksanaan Wasiat Wajibah
Perbuatan yang harus dilakukan ahli waris sebelum hartanya dibagikan kepada ahli warisnya, agar semua ahli waris tidak memakan hak orang lain secara melawan hukum, menurut Allah SWT. Dari ayat di atas terlihat jelas adanya kewajiban melepaskan hak orang lain yang terlibat dalam pewarisan. Apabila harta yang ditinggalkan itu banyak, sehingga setelah segala macam kewajiban yang terkandung di dalamnya telah hilang, masih banyak pula harta yang ditinggalkan, maka tidak perlu dipertanyakan lagi kewajiban mana yang harus dipenuhi terlebih dahulu.
Namun, jika sisa asetnya kecil dan tidak mencukupi untuk memenuhi seluruh kewajiban, sebaiknya pikirkan mana yang harus dipenuhi terlebih dahulu. Untuk itu di sini perlu dijelaskan urutan kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan oleh ahli waris sehubungan dengan harta warisan dari sanak saudara yang telah meninggal. Dalam Al-Qur’an hanya disebutkan secara berturut-turut dua kewajiban sebagai syarat pembagian warisan kepada ahli waris, yaitu wasiat dan hutang.
Yang dikehendaki Allah dalam ayat ini adalah wasiat dan hutang harus dilunasi terlebih dahulu sebelum harta warisan dibagi. Dari ketentuan di atas dapat disimpulkan bahwa untuk melaksanakan wasiat, harta benda harus bebas dari milik orang lain. Dalam wasiat pengikatan terdapat ketentuan tambahan, yaitu pengikatan wasiat dapat dilaksanakan setelah putusan diambil oleh pengadilan.
Selanjutnya penerapan wasiat wajib bagi anak angkat di Indonesia dapat dilihat pada beberapa contoh putusan Mahkamah Agung mengenai hak anak angkat atas harta warisan orang tua angkatnya, antara lain dalam putusan: Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 182 K/Sip/1959, Putusan Mahkamah Agung RI Nomor 679 K/Sip/1968, Putusan Mahkamah Agung RI Nomor 60 K/Sip/1970, Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia. Wasiat wajib bukanlah pengganti ahli waris, tetapi wasiat wajib merupakan obat atas kekecewaan akibat keadaan yang dirasa tidak adil.
Anak Angkat
- Prosedur Pengangkatan Anak
- Kedudukan Anak Angkat Dalam Hal Mewarisi Dalam Hukum Islam
- Hak Dan Kewajiban Anak Angkat Di Indonesia
Namun dalam Ikhtisar Hukum Islam memberikan kedudukan khusus dengan memberikan wasiat wajib kepada anak angkat sebanyak sepertiga dari harta warisan orang tua angkatnya. Namun dalam Ikhtisar Hukum Islam memberikan kedudukan khusus dengan memberikan wasiat wajib kepada anak angkat sebanyak sepertiga dari harta warisan orang tua angkatnya. Adanya putusan pengadilan agama menjadi bukti telah terjadi peristiwa hukum pengangkatan anak antara orang tua angkat dan anak angkat.
Begitu pula sebaliknya, anak angkat yang tidak menerima wasiat mendapat wasiat wajib sebesar 1/3 dari harta warisan orang tua angkatnya (ayat 1 dan 2 Pasal 209 Kumpulan Hukum Islam). Anak angkat yang telah lama mengabdi pada orang tua angkatnya atau sebaliknya, tidak mendapat bagian dalam harta tersebut. Anak angkat dalam keluarga mempunyai hak yang sama dengan anak kandung atau anak yang lahir dari orang tua angkat.
Kewajiban wasiat dalam Pasal 209 Kompilasi Hukum Islam timbul untuk menyelesaikan permasalahan antara ahli waris dengan anak angkatnya dan sebaliknya, anak angkat sebagai ahli waris dengan orang tua angkatnya. Ketentuan mengenai wasiat wajib bagi anak angkat dan orang tua angkat diatur dalam Pasal 209 Kompilasi Hukum Islam. Dari segi hukum formal, ketentuan dalam Kompilasi Hukum Islam khususnya Pasal 209 memahami bahwa wasiat wajib hanya diperuntukkan bagi anak angkat dan orang tua angkat.66.
Anak angkat juga menjaga dan membantu kerja ibu bapa angkat, di rumah atau di syarikat. Oleh itu adalah amat tidak adil sekiranya anak angkat tidak mendapat bahagian harta pusaka ibu bapa angkat. Dengan wasiat wajib, anak angkat boleh dipastikan akan menerima sedikit harta, walaupun ia tidak ditinggalkan terlebih dahulu oleh ibu bapa angkat.
Berdasarkan pertimbangan tersebut maka pembuatan surat wasiat yang mengikat terhadap anak angkat merupakan suatu hal yang mendesak. Dengan ketentuan ini maka persoalan harta benda anak yang diangkat oleh orang tua angkatnya mempunyai kepastian hukum berupa suatu wasiat yang mengikat. Pemberian wasiat yang mengikat oleh orang tua angkat kepada anak angkatnya sangat diperlukan bagi anak angkat.