Dilihat dari hukum Islam, anak angkat tidak boleh menggunakan nama ayah angkatnya, sebagaimana dijelaskan dalam surat al-Ahzab ayat 4 dan 5. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengangkat judul tersebut sehubungan dengan analisis hukum terhadap anak angkat. hak-hak Anak Angkat yang diperoleh dari harta orang tua angkatnya menurut hukum Islam di Indonesia (Keputusan Studi No. 70/Pdt.G/2020/PTA.Sby) B. Bagaimana Konsep Hak Anak Angkat? diperoleh dari harta orang tua angkatnya menurut hukum Islam di Indonesia.
Bagaimana Kumpulan Hukum Islam Mengatur Hak-Hak Anak Angkat yang Diperoleh dari Dana Orang Tua Angkatnya Menurut Hukum Islam di Indonesia dalam Kajian Putusan No. Jika ingin mengetahui lebih jauh tentang Kumpulan Hukum Islam dalam mengatur hak anak angkat atas harta benda orang tua angkatnya dalam kajian putusan no. 70/Pdt.G/2020/PTA.Sby. Sebagai acuan bagi penelitian selanjutnya terkait peningkatan peluang anak angkat untuk memperoleh hak atas harta benda orang tua angkatnya.
Hal ini dapat menjadi masukan bagi masyarakat untuk memahami pembagian harta kekayaan anak angkat yang ditelantarkan oleh orang tua angkatnya dalam konstitusi hukum Islam. Hal ini dapat menjadi masukan bagi masyarakat untuk mengetahui bagaimana pembagian harta warisan anak angkat dan ahli waris yang benar menurut syariat Islam. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat khususnya umat Islam tentang bagaimana pembagian harta warisan anak angkat menurut hukum Islam dan KUHPerdata.
Pengangkatan anak adalah suatu perbuatan hukum yang mengalihkan seorang anak dari kekuasaan orang tua, wali yang sah, atau orang lain yang bertanggung jawab atas pengasuhan, pendidikan, dan pengasuhan anak tersebut kepada lingkungan orang tua angkat. anak tersebut merupakan anak angkat atau bukan anak kandungnya. keturunan.
Hak dan Kewajiban Orangtua dan Anak Angkat
Kewajiban-kewajiban orang tua sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini berlaku sampai anak itu kawin atau mandiri, dan kewajiban-kewajiban itu tetap berlaku meskipun perkawinan antara kedua orang tuanya putus. Berdasarkan ketentuan pasal di atas terlihat bahwa tanggung jawab dan kewajiban orang tua terhadap anaknya untuk mengasuh, memelihara, dan mendidik serta hal-hal lain tetap ada sampai mereka mencapai kedewasaan atau mampu bertindak sendiri. 15. Anak angkat dan anak-anak lain pada umumnya merupakan amanah dan anugerah Tuhan Yang Maha Esa, yang di dalamnya melekat hak-hak sebagai anak serta kehormatan dan harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya, melekat pada hak-hak yang dihormati oleh orang tua angkatnya dan wajib dijaga. dan masyarakat Secara umum hak-hak anak angkat meliputi: 16.
Ahmad Kamil dan H.M.Fauzan, Hukum Perlindungan dan Pengangkatan Anak di Indonesia, Rajawali Pers, Jakarta, 2010, hal. mempunyai hak untuk hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi; 17. Mempunyai hak untuk beribadah menurut agamanya, berpikir dan menyatakan diri sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya, di bawah bimbingan orang tuanya;
Apabila karena suatu sebab orang tua tidak dapat menjamin tumbuh kembang anak, atau anak ditelantarkan, maka anak tersebut berhak untuk diasuh atau diangkat menjadi anak angkat atau diangkat menjadi anak angkat atau anak angkat. diadopsi oleh orang lain. orang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku; Berhak memperoleh manfaat pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai dengan kebutuhan jasmani, mental, spiritual, dan sosial; berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadi dan tingkat kecerdasan sesuai dengan minat dan bakatnya;
Secara khusus, anak penyandang disabilitas juga berhak mendapatkan pendidikan khusus, sedangkan anak penyandang disabilitas juga berhak mendapatkan pendidikan khusus. Setiap anak berhak untuk berekspresi dan didengarkan, menerima, mencari dan memberikan informasi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan kecerdasannya. Setiap anak berhak untuk beristirahat dan memanfaatkan waktu luang, bersosialisasi dengan anak seusianya, bermain dan berkreasi sesuai minat, bakat dan tingkat kecerdasannya demi pengembangan pribadi;
Selain hak-hak yang dijamin oleh undang-undang, anak dan/atau juga anak angkat mempunyai kewajiban sebagai kewajiban pokok yang juga harus dipenuhi oleh seorang anak, yaitu setiap anak wajib;
Dasar Hukum dan Alasan Pengangkatan Anak
Dalam hukum keluarga yang diatur dalam hukum positif di Indonesia, anak dibedakan menjadi 3 (tiga), yaitu anak sah, anak tidak sah, dan anak angkat/angkat. Mengenai anak/anak angkat dalam hukum Islam dapat kita lihat pada surat al-Ahzab 4-5 dan 33 masing-masing: Allah tidak pernah menciptakan dua anak bagi seseorang dalam kandungannya; dan Dia tidak menjadikan ibumu istri-istrimu, yang kamu zihar, dan Dia tidak menjadikan anak-anakmu angkat secara biologis, itu hanya perkataanmu yang ada di mulutmu, dan Allah mengucapkan kebenaran dan Dia menunjukkan kepadamu (kebenaran). ) caranya.. Menurut Tafsir At-Tabari, yang dimaksud dengan menjadikan anak angkat sebagai anak kandung adalah larangan dari Allah SWT.
Sementara itu, Ibnu Katsir menyatakan, julukan “anak” diberikan kepada mereka yang mengangkatnya sebagai anak angkat. Firman Tuhan mengenai anak angkat berbentuk nafi (menghilangkan atau melarang) status anak angkat. 18 Tafsir At-Tabari dikutip dari Keajaiban Al-Qur'an Referensi, 2011, Bandung: Syamil al-Qur'an, hal.834.
Adanya hubungan kekeluargaan, karena tidak mempunyai anak, maka orang tua kandung dari anak dalam keluarga tersebut diminta untuk menjadikan anaknya sebagai anak angkat.
Syarat dan Tata Cara Pengangkatan Anak
Akibat Pengangkatan Anak
Dalam prakteknya, pengadilan telah merintis akibat hukum pengangkatan anak antara anak dengan orang tua sebagai berikut: 21.
Tinjauan Umum Hukum Waris 1. Pengertian Hukum Waris
- Unsur-Unsur Hukum Waris Islam
- Kelompok Pembagian Harta Warisan Dalam Hukum Islam
- Ahli waris kelompok pertama a) Garis pokok keutamaan
- Ahli waris kelompok ketiga
Sebagaimana diatur dalam hukum waris, pada dasarnya ada tiga unsur dalam pelaksanaan suatu warisan, yaitu (1) ahli waris, (2) harta warisan, dan (3) ahli waris. Ahli waris adalah orang yang beragama Islam pada saat meninggal dunia dan meninggalkan harta warisan serta ahli waris yang masih hidup. Dalam ayat dan 176 Al-Quran surat An-Nissa diketahui bahwa ahli waris terdiri dari orang tua/bapak atau ibu (al-walidaini) dan sanak saudara (al-aqrabin).
Sisa harta setelah dipenuhinya berbagai kewajiban tersebut wajib dibagikan sebagai warisan oleh ahli waris. Namun jika harta yang ditinggalkan ahli waris hanya sedikit, maka ulama menentukan urutan kewajiban yang harus dipenuhi oleh ahli waris mengenai harta peninggalan ahli waris. Ahli waris adalah orang yang berhak mewarisi berdasarkan hubungan kekerabatan (nasab) atau perkawinan (nikah) dengan ahli waris, beragama Islam, dan tidak dilarang oleh hukum untuk menjadi ahli waris.
Surat Al-Baqarah ayat 240 Al-Qur'an memuat 2 (dua) baris hukum tentang wasiat, yaitu (1) Seseorang yang menjelang ajalnya meninggalkan seorang isteri atau lebih, wajib membuat wasiat kepada isterinya (perempuan). , menafkahi isteri (istrinya) selama satu tahun dan tidak boleh meninggalkan rumah suaminya dimana ia tinggal selama itu; (2) Laki-laki yang mewariskan isterinya untuk menafkahinya selama satu tahun dan menempati rumah suaminya, tetapi isterinya meninggalkan rumah suaminya untuk mencari penghidupan yang lebih baik dan sejahtera, maka suami tidak bersalah. atas perbuatan istrinya.31. Namun bila ahli warisnya semuanya, maka hanya anak, ayah, ibu, janda atau duda saja yang berhak mewaris. Hazairin membagi ahli waris menurut Al-Qur'an menjadi tiga jenis, yaitu: ..ke Xhavu-Lfaraid, Xhau-Lqarabat dan Mevali.
Menurut Fiqih Ulama, ahli waris dibedakan menjadi: dzu-lfaraid, 'asabah dan dzawul-arham. Garis keutamaan dalam pewarisan Islam ditentukan oleh Alqurang Surat An-Nissaa'ayat, yaitu anak ahli waris ditempatkan setingkat dengan orang tuanya sebagai ahli waris golongan utama dan mempunyai pembagian tertentu sesuai dengan rincian harta warisannya. kelompok yang biasa disebut dzawul-lfaraid, sedangkan ahli waris yang lain mempunyai pembagian yang diubah (terbuka) menurut soal (jumlah ahli waris) yang biasa disebut dzawul-qarabat oleh Hazairin dan disebut asabah oleh Ahlus sunnah. Garis besar santunan dalam Al-Qur’an surat An-nisaa’ ayat 33 adalah bahwa hubungan darah antara orang tua (ayah dan ibu) dengan anak-anaknya di satu pihak dan hubungan antara anak dengan orang tuanya di pihak lain adalah terdekat. hubungan (dikenal).
Ahli waris yang termasuk dalam golongan kedua, yang biasa disebut asabah oleh Ahlus Sunnah dan dzawul qarabat oleh Hazairin, ialah mereka yang secara terang-terangan menerima bahagian pusaka dan bahagian mereka secara tersirat disebut dalam ayat-ayat pusaka. Sebagai contoh, Hazairin: Kedua-dua mereka yang dilahirkan melalui perhubungan lelaki dan mereka yang dilahirkan melalui perhubungan perempuan adalah pewaris pengganti dalam sistem penggantian. Golongan ahli waris ketiga disebut dzawul-arham oleh Ahlus Sunnah, mawali atau waris pengganti oleh Hazairin.
Misalnya cucu melalui anak perempuan yang orang tuanya meninggal sebelum kakeknya termasuk dalam kelompok dzawul arham, sedangkan menurut Hazairin, dalam hal demikian kakek dan nenek ke atas, anggota kelompok pertama, kedua, ketiga dan seterusnya beserta keturunannya, baik laki-laki maupun perempuan termasuk dalam kelompok mawali atau wakil, dan ketentuannya, bagian satu orang sama dengan bagian dua orang perempuan. Begitu pula dalam pemilihan kelompok ahli waris, Hazairin menggunakan hukum keutamaan, sedangkan Ahlus Sunnah pada hakikatnya menggunakan hukum selektif dalam mengelompokkan ahli waris.
Jenis Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk membatasi permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini. Ruang lingkup yang akan dibahas adalah mengenai konsep hak anak angkat dalam memperoleh hak-hak orang tua angkatnya menurut hukum Islam di Indonesia dan mengenai kompilasi hukum Islam dalam mengatur hak anak angkat atas harta benda anak angkatnya. . orang tua dalam penyidikan atas putusan Nomor 70/Pdt.G/2020/PTA .Sby.
Metode Pendekatan
Pendekatan ini terwujud ketika peneliti tidak berangkat dari kaidah hukum yang ada, misalnya konsep yang dikembangkannya berangkat dari pandangan dan doktrin yang dikembangkan dalam ilmu hukum.
Sumber Bahan Hukum 1. Bahan hukum primer
Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang digunakan dalam mempelajari kamus ensiklopedia hukum dan bahan hukum tersier lainnya. Bahan hukum tersier digunakan dalam penelitian ini. Bahan hukum tersier yang digunakan adalah Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Hukum dan media lain yang berkaitan dengan ilmu hukum yang diteliti.36.
Metode Penelitian
Analisis Bahan Hukum