KULIAH KE 9
PEMBANGUNAN
BERWAWASAN GENDER
LATAR BELAKANG
Hasil Sensus Penduduk 2020 yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, jumlah penduduk Indonesia pada 2020 mencapai 270.203.917 jiwa.
Jumlah penduduk laki-laki yakni sekitar 136,66 juta orang atau setara 50,58 persen total penduduk.
Sementara jumlah penduduk perempuan sebanyak 133,54 juta orang atau setara 49,42 persen
penduduk.
LATAR BELAKANG, lanjutan…
Dengan jumlah tersebut, apabila didukung oleh kualitas yang tinggi, maka perempuan Indonesia akan menjadi potensi produktif dan merupakan modal bagi pembangunan.
Dalam UUD 45 Bab XA tentang Hak Asasi Manusia, dengan tegas menyatakan persamaan hak dan kewajiban bagi setiap warga negara (baik pria maupun wanita).
Selain itu, pemerintah juga telah meratifikasi (mengesahkan) konvensi penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap wanita dalam UU No. 7 Tahun 1984
LATAR BELAKANG, lanjutan…
Kenyataan sekarang ini adalah kedudukan dan peran perempuan Indonesia walaupun telah diupayakan, belum memadai dan menggembirakan.
Wanita mengalami ketertinggalan atau
ketidakberuntungan lebih banyak dibandingkan
dengan laki-laki di antaranya di bidang pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, penguasaan dan
pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi
LATAR BELAKANG, lanjutan…
Hal ini disebabkan karena selama ini pendekatan pembangunan belum secara merata
mempertimbangkan manfaat pembanguan secara adil bagi perempuan dan laki-laki, sehingga hal
tersebut turut memberi kontribusi terhadap
timbulnya ketimpangan dan ketidakadilan gender.
Ketidaksetaraan dan ketidakadilan gender dikenal
dengan istilah kesenjangan gender (gender gap) yang pada gilirannya menimbulkan masalah gender
KONSEP GENDER
Istilah gender dikemukakan oleh para ilmuwan sosial untuk menjelaskan mana perbedaan perempuan dan laki-laki yang bersifat bawaan sebagai ciptaan Tuhan dan yang merupakan bentukan budaya yang
dikonstruksikan , dipelajari, dan disosialisasikan.
Perbedaan ini sangat penting karena selama ini
sering sekali mencampur adukkan ciri-ciri manusia yang bersifat kodrati dan tidak berubah dengan yang sifat non kodrat (gender) yang sebenarnya bisa
berubah atau diubah.
PENGERTIAN GENDER
Gender berasal dari kata “gender” (bahasa Inggris) yang diartikan sebagai jenis kelamin. Namun jenis kelamin di sini bukan seks secara biologis, melainkan secara sosial budaya dan psikologis.
Pada prinsipnya konsep gender memfokuskan perbedaan peranan antara pria dengan wanita, yang dibentuk oleh masyarakat sesuai dengan norma sosial dan nilai sosial budaya masyarakat yang bersangkutan.
PENGERTIAN GENDER, lanjutan…
Oakley (1972) memberi makna gender sebagai
perbedaan jenis kelamin yang bukan biologis dan bukan kodrat Tuhan. Perbedaan biologis jenis kelamin (seks) merupakan kodrat Tuhan dan oleh karenanya secara permanen dan universal berbeda.
Sementara gender adalah behavioral differences antara lelaki dan perempuan yang socially constructed, yakni perbedaan yang bukan kodrat atau bukan ciptaan
Tuhan, melainkan diciptakan oleh kaum lelaki dan perempuan melalui proses sosial dan budaya yang panjang.
PENGERTIAN GENDER, lanjutan…
Caplan (1987) menegaskan bahwa perbedaan prilaku antara lelaki dan perempuan selain
secara biologis, sebagian besar justru
terbentuk melalui proses sosial dan kultural.
Oleh karena itu, gender berubah dari waktu ke waktu, dari tempat ke tempat, bahkan dari
kelas ke kelas, sementara jenis kelamin
biologis (seks) akan tetap tidak berubah.
GENDER DAN SOSIALISASI
Gender tidak bersifat biologis melainkan dikonstruksikan secara sosial. gender tidak
dibawa sejak lahir melainkan dipelajari melalui sosialisasi, oleh karena itu peran gender dapat berubah;
Proses sosialisasi yang membentuk persepsi
diri dan aspirasi gender disebut sosialisasi
gender (gender socialization)
AGEN SOSIALISASI GENDER
Agen sosialisasi gender yang utama adalah:
Keluarga
Kelompok Bermain
Sekolah atau lembaga pendidikan
Media Massa
KELUARGA
Gender learning: yaitu proses pembelajaran feminitas dan maskulinitas yang berlangsung sejak dini
Gender role: seseorang mempelajari peran
gender yang oleh masyarakat dianggap sesuai
dengan jenis kelaminnya
KELOMPOK BERMAIN
Kelompok bermain menerapkan kontrol sosial bagi anggota yang tidak mematuhinya
Seorang laki-laki yang bermain dengan mainan perempuan diangap “banci”,
sedangkan anak perempuan yang cenderung menyukai permainan laki-laki akan dinggap
“tomboy)
SEKOLAH
Sekolah menerapkan pembelajaran gender melalui media uatamanya yaitu kurikulum formal, seperti mata pelajaran keterampilan
Hidden curriculum: para guru sering
memperlakukan siswi secara berbeda dengan
siswa.
MEDIA MASSA
Gender-stereotype advertising : iklan yang
cenderung menampilkan perenpuan untuk
produk tertentu (keperluan rumah tangga)
dan memampilkan laki-laki untuk produk
mewah yang merupakan simbol status dan
kesuksesan dalam bidang pekerjaan
GENDER DAN STRATIFIKASI
Stratifikasi gender merupakan ketimpangan dalam pembagian kekayan, kekuasan, dan privilese antara laki-laki dan perempuan;
Adanya stratifikasi gender telah medorong
lahirnya gerakan sosial di kalangan kaum
perempuan yang bertujuan membela dan
memperluas hak-hak perempuan, yaitu
gerakan feminisme
KETIMPANGAN GENDER
Ketimpangan gender dapat dijumpai dalam berbagai bidang:
Pendidikan;
Pekerjaan;
Penghasilan;
Kekuasaan;
GENDER DAN PENDIDIKAN
Di berbagai kalangan masyarakat ada nilai dan aturan agama atau adat yang tidak
mendukung dan bahkan melarang
keikutsertaan anak perempuan dalam pendidikan formal
Ada pandangan “anak perempuan tidak perlu
sekolah tinggi-tinggi karena akhirnya akan ke
dapur juga”.
GENDER DAN PEKERJAAN
Segregasi jenis kelamin dalam angkatan kerja:
segregasi vertikal: terkonsentrasinya pekerja perempuan pada jenjang rendah dalam
organisasi,
segregasi horizontal: pekerja perempuan
sering terkonsentrasi di jenis pekerjaan yang
berbeda dengan laki-laki
GENDER DAN PENGHASILAN
Sex-based wage discrimination: pekerja laki-laki
memperoleh upah lebih tinggi dari pada upah
pekerja perempuan walaupun pekerjaan yang
dilakukan sama.
GENDER DAN POLITIK
Masih relatif terbatasnya jumlah posisi di dalam ranah publik yang berhasil diraih kaum
perempuan, seperti misalnya di bidang
eksekutif, legislatif, dan yudikatif di tingkat lokal,
regional, maupun nasional merupakan indikasi
mengenai besarnya kesenjangan antara status
perempuan dan laki-laki dalam bidang politik
GENDER DAN KELUARGA
Dalam banyak rumah tangga dapat ditemukan ketimpangan antara kekuasaan suami dan istri
Indikator untuk mengukur pembagian kerja
dan kekuasaan antara suami-istri dalam rumah tangga dapat dilihat dari segi pengambilan
keputusan, pengelolaan keuangan, dan surat-
surat berkaitan dengan aset keluarga.
TEORI FEMINIS
Teori Feminis adalah sebuah generalisasi dari berbagai sistem gagasan mengenai kehidupan sosial dan pengalaman manusia yang
dikembangkan dari perspektif yang berpusat
pada wanita.
PERBEDAAN JENDER
Perbedaan gender dijelaskan oleh teori
Feminisme Kultural, Institusional, Eksistensi, dan Fenomenologi;
Menurut teori tersebut, bahwa posisi wanita dan pengalamannya di dalam kebanyakan
situasi dan posisi yang berbeda dengan laki-
laki;
KETIMPANGAN JENDER
Ketimpangan gender dijelaskan oleh teori:
Feminisme Liberal dan Marxian;
Menurut teori tersebut bahwa posisi wanita
dikebanyakan satuasi, tidak hanya berbeda,
tetapi juga kurang beruntung, atau tak setara
dengan posisi laki-laki;
PENINDASAN JENDER
Penindasan gender dijelaskan oleh teori:
Feminisme Psikoanalisis, Feminisme Radikal;
dan Feminisme Sosialis;
Menurut terori tersebut bahwa wanita
ditindas, tak hanya dibedakan atau tak setara,
tetapi secara aktif dikekang, disubordinasikan,
dibentuk dan digunakan, dan disalahgunakan
oleh lelaki;
PENINDASAN STRUKTURAL
Penindasan struktural dijelaskan oleh teori:
Feminisme Sosialis dan Teori Interseksional;
Menurut teori tersebut bahwa pengalaman
wanita tentang pembedaan, ketimpangan dan
berbagai penindasan menurut /berdasarkan
posisi sosial mereka (perempuan);
JENIS KELAMIN
Istilah seks dapat diartikan jenis kelamin secara biologis, yakni jenis kelamin pria dan jenis kelamin wanita .
Sejak lahir sampai meninggal dunia, pria akan tetap berjenis kelamin pria dan wanita akan tetap berjenis kelamin wanita (kecuali dioperasi untuk berganti jenis kelamin). Jenis kelamin itu tidak dapat ditukarkan antara pria dengan wanita.
Kodrat adalah sifat bawaan biologis sebagai anugerah Tuhan, yang tidak dapat berubah sepanjang masa dan tidak dapat ditukarkan yang melekat pada pria dan wanita.
JENIS KELAMIN, lanjutan…
Konsekuensi dari anugerah itu, manusia yang berjenis kelamin wanita, diberikan peran kodrati yang berbeda dengan manusia yang berjenis kelamin pria.
Wanita/perempuan diberikan peran kodrati: (1) menstruasi, (2) mengandung, (3) melahirkan, (4) menyusui dengan air susu ibu dan (5) menopause, dikenal dengan sebutan lima M.
Sedangkan pria diberikan peran kodrati membuahi sel telur wanita dikenal dengan sebutan satu M. Jadi, peran kodrati wanita dengan pria berkaitan erat dengan jenis kelamin dalam artian ini.
PERAN GENDER
Peran gender adalah peran sosial yang tidak ditentukan oleh perbedaan kelamin seperti halnya peran kodrati. Oleh karena itu, pembagian peranan antara pria dengan wanita dapat berbeda di antara satu masyarakat dengan masyarakat yang lainnya sesuai dengan lingkungan.
Peran gender juga dapat berubah dari masa ke masa, karena pengaruh kemajuan : pendidikan, teknologi, ekonomi, dan lain-lain. Hal itu berarti, peran gender dapat ditukarkan antara pria dengan wanita.
PERAN GENDER, lanjutan…
Contoh peran gender berbeda antara satu masyarakat dengan masyarakat yang lain:
1) Masyarakat Bali menganut sistem kekerabatan
patrilineal, berarti hubungan keluarga dengan garis pria (ayah) lebih penting atau diutamakan dari pada hubungan keluarga dengan garis wanita (ibu).
2) Masyarakat Sumatera Barat menganut sistem kekerabatan matrilineal, berarti hubungan keluarga dengan garis wanita (ibu) lebih penting dari pada hubungan keluarga dengan garis pria (ayah)
PERAN GENDER, lanjutan…
3) Masyarakat Jawa menganut sistem kekerabatan
parental/ bilateral, berarti hubungan keluarga dengan garis pria (ayah) sama pentingnya dengan hubungan keluarga dengan garis wanita (ibu).
Jadi status dan peran pria dan wanita berbeda antara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lain, yang disebabkan oleh perbedaan norma sosial dan nilai sosial budaya
PERAN GENDER, lanjutan…
Contoh :
1). Peran gender berubah dari waktu ke waktu sesuai dengan perkembangan jaman sebagai berikut.
Pada masa lalu, menyetir mobil hanya dianggap pantas dilakukan oleh pria, tetapi sekarang wanita menyetir mobil sudah dianggap hal yang biasa.
pada masa silam, jika wanita ke luar rumah sendiri (tanpa ada yang menemani) apalagi pada waktu malam hari, dianggap tidak pantas, tetapi sekarang sudah dianggap hal yang biasa.
PERAN GENDER, lanjutan…
2) peran gender yang dapat ditukarkan antara pria dengan wanita sebagai berikut.
Mengasuh anak, mencuci pakaian dan lain- lain, yang biasanya dilakukan oleh wanita (ibu) dapat digantikan oleh pria (ayah).
mencangkul, menyembelih ayam dan lain-lain
yang biasa dilakukan oleh pria (ayah) dapat
digantikan oleh wanita (ibu)
PERAN GENDER, lanjutan…
Dikemukakan oleh Bemmelen (2002), beberapa ciri gender yang dilekatkan oleh masyarakat pada pria dan wanita sebagai berikut. Perempuan memiliki ciri- ciri: lemah, halus atau lembut, emosional dan lain- lain. Sedangkan pria memiliki ciriciri: kuat, kasar, rasional dan lain-lain.
Namun dalam kenyataannya ada wanita yang kuat, kasar dan rasional, sebaliknya ada pula pria yang lemah, lembut dan emosional.
PERAN GENDER, lanjutan…
Beberapa status dan peran yang dicap cocok atau pantas oleh masyarakat untuk pria dan wanita
sebagai berikut
Perempuan: 1. ibu rumah tangga. 2. bukan pewaris. 3.
tenaga kerja domestik (urusan rumah tangga). 4.
pramugari. 5. panen padi.
Pria: 1. kepala keluarga/ rumah tangga. 2. pewaris. 3.
tenaga kerja publik (pencari nafkah). 4. pilot. 5.
pencangkul lahan
PERAN GENDER, lanjutan…
Dalam kenyataannya, ada pria yang mengambil
pekerjaan urusan rumah tangga, dan ada pula wanita sebagai pencari nafkah utama dalam rumah tangga mereka, sebagai pilot, pencangkul lahan dan lain-lain.
Dengan kata lain, peran gender tidak statis, tetapi dinamis (dapat berubah atau diubah, sesuai dengan perkembangan situasi dan kondisi)
JENIS PERAN GENDER
1. Peran produktif adalah peran yang dilakukan oleh seseorang, menyangkut pekerjaan yang menghasilkan barang dan jasa, baik untuk dikonsumsi maupun untuk diperdagangkan. Peran ini sering pula disebut dengan peran di sektor publik.
JENIS PERAN GENDER, lanjutan…
2. Peran reproduktif adalah peran yang dijalankan oleh seseorang untuk kegiatan yang berkaitan
dengan pemeliharaan sumber daya manusia dan pekerjaan urusan rumah tangga. Peran reproduktif ini disebut juga peran di sektor domestik.
3. Peran sosial adalah peran yang dilaksanakan oleh seseorang untuk berpartisipasi di dalam kegiatan
sosial kemasyarakatan.
PEMBANGUNAN
BERWAWASAN GENDER
Pembangunan berwawasan gender tidak dapat dipisahkan dengan peranan wanita dalam
pembangunan
Peranan wanita dalam pembangunan yang
berwawasan gender, berarti peranan wanita dalam pembangunan Wanita: 1. Menstruasi 2. Mengandung 3. Melahirkan 4. Menyusui dengan air susu ibu 5.
Menopause.
Pria: 6. Membuahi sel telur wanita
PERAN GENDER DALAMPEMBANGUNAN
Peran Gender 1. Mencari nafkah. 2. Memasak.
3. Mengasuh anak. 4. Mencuci pakaian dan alat-alat rumah tangga 5. Tolong-menolong antar tetangga dan gotong-royong dalam menyelesaikan pekerjaan milik bersama. 6.
Dan lain-lain
PERAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN, lanjutan…
Peranan Wanita dalam Pembangunan sesuai dengan konsep gender atau peran gender mencakup peran produktif, peran reproduktif dan peran sosial yang sifatnya dinamis.
Dinamis dalam arti, dapat berubah atau diubah sesuai dengan perkembangan keadaan, dapat ditukarkan antara pria dengan wanita dan bisa berbeda lintas budaya
MAKSUD DAN TUJUAN
Mengupayakan peranan wanita dalam pembangunan yang berwawasan atau berperspektif gender,
dimaksudkan untuk mewujudkan kesetaraan dan
keadilan gender atau kemitrasejajaran yang harmonis antara pria dengan wanita di dalam pembangunan
Untuk mewujudkan kemitrasejajaran yang harmonis
antara pria dengan wanita tersebut, perlu didukung oleh perilaku saling menghargai atau saling menghormati,
saling membutuhkan, saling membantu, saling peduli dan saling pengertian antara pria dengan wanita.
KEBIJAKAN
Agar tidak ada pihak-pihak (pria atau wanita) yang merasa dirugikan dan pembangunan akan menjadi lebih berhasil.
Pemerintah telah mengambil kebijakan, tentang perlu adanya strategi yang tepat yang dapat
menjangkau ke seluruh instansi pemerintah, swasta, masyarakat kota, masyarakat desa dan sebagainya.
Strategi itu dikenal dengan pengarusutamaan gender, (bahasa Inggris gender mainstreaming).
KEBIJAKAN, lanjutan…
Strategi ini tertuang di dalam Instruksi Presiden
(Inpres) No. 9 tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional.
Dengan pengrusutamaan gender itu, pemerintah dapat bekerja secara lebih efisien dan efektif dalam memproduksi kebijakan-kebijakan publik yang adil dan responsif gender kepada seluruh lapisan
masyarakat, baik pria maupun wanita.
KEBIJAKAN, lanjutan…
Program pembangunan yang dilaksanakan akan menjadi lebih sensitif atau responsif gender.
Hal ini pada gilirannya akan mampu menegakkan hak-hak dan kewajiban-kewajiban pria dan wanita atas kesempatan yang sama, pengakuan yang sama dan penghargaan yang sama di masyarakat.
KEBIJAKAN, lanjutan…
Secara operasional, pengarusutamaan gender dapat diartikan sebagai suatu upaya yang dibangun untuk mengintegrasikan kebijakan gender dalam program pembangunan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pemantauan (monitoring) dan evaluasi.
Pengarusutamaan gender, bertujuan untuk
terselenggaranya perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional yang berperspektif gender.
KEBIJAKAN, lanjutan…
Contoh : dalam pembangunan di bidang kesehatan , kalau perencanaannya, pelaksanaannya atau
pelayanannya, pemantauannya dan evaluasinya sudah berwawasan gender, maka dapat dipastikan
bahwa kesehatan yang baik dapat dinikmati oleh baik laki-laki maupun perempuan. Begitu juga
pembangunan di bidang-bidang yang lainnya.
KESIMPULAN
Ruang lingkup pengarusutamaan gender meliputi empat hal, yakni perencanaan, pelaksanaan,
pemantauan dan evaluasi.
Dalam pelaksanaan pengarusutamaan gender, harus mempertimbangkan empat aspek, yaitu peran, akses, manfaat dan kontrol.
Dalam pelaksanaan pengarusutamaan gender
mempertimbangkan peran pria dan wanita sudah
setara dan adil.
KESIMPULAN, lanjutan…
Dalam pelaksanaan pengarusutamaan gender , akses yang diterima oleh pria dan wanita harus setara dan adil.
Dalam pelaksanaan pengarusutamaan gender manfaat yang langsung dirasakan oleh pria dan wanita harus setara dan adil.
Dalam pelaksanaan pengarusutamaan gender, pria
dan wanita mempunyai kesempatan yang sama dalam melakukan kontrol dan pengambilan keputusan
DAFTAR PUSTAKA
•Agung Aryani, I Gusti Ayu. 2002. Mengenal Konsep Gender (Permasalahan dan Implementasinya dalam Pendidikan).
•Arjani, Ni Luh. 2002. Gender dan Permasalahannya. Pusat Studi Wanita Universitas Udayana. Denpasar.
•Bammelan, Sita Van. 2002. Isu Gender di Bidang
Pendidikan. Semiloka Pengarusutamaan Gender Bagi Para Perencana di Lingkungan Pendidikan Nasional Kabupaten Badung dan Kota Denpasar.
• Kantor Menteri Negara Peranan Wanita. 1998. Gender dan Permasalahannya. Modul Pelatihan Analisis Gender. Kantor Menteri Negara Peranan Wanita. Jakarta.