• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembangunan Berwawasan Gender

N/A
N/A
Neta Armita

Academic year: 2024

Membagikan "Pembangunan Berwawasan Gender"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

KULIAH KE 9

PEMBANGUNAN

BERWAWASAN GENDER

(2)

LATAR BELAKANG

 Hasil Sensus Penduduk 2020 yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, jumlah penduduk Indonesia pada 2020 mencapai 270.203.917 jiwa.

 Jumlah penduduk laki-laki yakni sekitar 136,66 juta orang atau setara 50,58 persen total penduduk.

 Sementara jumlah penduduk perempuan sebanyak 133,54 juta orang atau setara 49,42 persen

penduduk.

(3)

LATAR BELAKANG, lanjutan…

Dengan jumlah tersebut, apabila didukung oleh kualitas yang tinggi, maka perempuan Indonesia akan menjadi potensi produktif dan merupakan modal bagi pembangunan.

Dalam UUD 45 Bab XA tentang Hak Asasi Manusia, dengan tegas menyatakan persamaan hak dan kewajiban bagi setiap warga negara (baik pria maupun wanita).

Selain itu, pemerintah juga telah meratifikasi (mengesahkan) konvensi penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap wanita dalam UU No. 7 Tahun 1984

(4)

LATAR BELAKANG, lanjutan…

 Kenyataan sekarang ini adalah kedudukan dan peran perempuan Indonesia walaupun telah diupayakan, belum memadai dan menggembirakan.

 Wanita mengalami ketertinggalan atau

ketidakberuntungan lebih banyak dibandingkan

dengan laki-laki di antaranya di bidang pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, penguasaan dan

pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi

(5)

LATAR BELAKANG, lanjutan…

 Hal ini disebabkan karena selama ini pendekatan pembangunan belum secara merata

mempertimbangkan manfaat pembanguan secara adil bagi perempuan dan laki-laki, sehingga hal

tersebut turut memberi kontribusi terhadap

timbulnya ketimpangan dan ketidakadilan gender.

 Ketidaksetaraan dan ketidakadilan gender dikenal

dengan istilah kesenjangan gender (gender gap) yang pada gilirannya menimbulkan masalah gender

(6)

KONSEP GENDER

 Istilah gender dikemukakan oleh para ilmuwan sosial untuk menjelaskan mana perbedaan perempuan dan laki-laki yang bersifat bawaan sebagai ciptaan Tuhan dan yang merupakan bentukan budaya yang

dikonstruksikan , dipelajari, dan disosialisasikan.

 Perbedaan ini sangat penting karena selama ini

sering sekali mencampur adukkan ciri-ciri manusia yang bersifat kodrati dan tidak berubah dengan yang sifat non kodrat (gender) yang sebenarnya bisa

berubah atau diubah.

(7)

PENGERTIAN GENDER

 Gender berasal dari kata “gender” (bahasa Inggris) yang diartikan sebagai jenis kelamin. Namun jenis kelamin di sini bukan seks secara biologis, melainkan secara sosial budaya dan psikologis.

 Pada prinsipnya konsep gender memfokuskan perbedaan peranan antara pria dengan wanita, yang dibentuk oleh masyarakat sesuai dengan norma sosial dan nilai sosial budaya masyarakat yang bersangkutan.

(8)

PENGERTIAN GENDER, lanjutan…

Oakley (1972) memberi makna gender sebagai

perbedaan jenis kelamin yang bukan biologis dan bukan kodrat Tuhan. Perbedaan biologis jenis kelamin (seks) merupakan kodrat Tuhan dan oleh karenanya secara permanen dan universal berbeda.

Sementara gender adalah behavioral differences antara lelaki dan perempuan yang socially constructed, yakni perbedaan yang bukan kodrat atau bukan ciptaan

Tuhan, melainkan diciptakan oleh kaum lelaki dan perempuan melalui proses sosial dan budaya yang panjang.

(9)

PENGERTIAN GENDER, lanjutan…

 Caplan (1987) menegaskan bahwa perbedaan prilaku antara lelaki dan perempuan selain

secara biologis, sebagian besar justru

terbentuk melalui proses sosial dan kultural.

 Oleh karena itu, gender berubah dari waktu ke waktu, dari tempat ke tempat, bahkan dari

kelas ke kelas, sementara jenis kelamin

biologis (seks) akan tetap tidak berubah.

(10)

GENDER DAN SOSIALISASI

 Gender tidak bersifat biologis melainkan dikonstruksikan secara sosial. gender tidak

dibawa sejak lahir melainkan dipelajari melalui sosialisasi, oleh karena itu peran gender dapat berubah;

 Proses sosialisasi yang membentuk persepsi

diri dan aspirasi gender disebut sosialisasi

gender (gender socialization)

(11)

AGEN SOSIALISASI GENDER

Agen sosialisasi gender yang utama adalah:

 Keluarga

 Kelompok Bermain

 Sekolah atau lembaga pendidikan

 Media Massa

(12)

KELUARGA

 Gender learning: yaitu proses pembelajaran feminitas dan maskulinitas yang berlangsung sejak dini

 Gender role: seseorang mempelajari peran

gender yang oleh masyarakat dianggap sesuai

dengan jenis kelaminnya

(13)

KELOMPOK BERMAIN

 Kelompok bermain menerapkan kontrol sosial bagi anggota yang tidak mematuhinya

 Seorang laki-laki yang bermain dengan mainan perempuan diangap “banci”,

sedangkan anak perempuan yang cenderung menyukai permainan laki-laki akan dinggap

“tomboy)

(14)

SEKOLAH

 Sekolah menerapkan pembelajaran gender melalui media uatamanya yaitu kurikulum formal, seperti mata pelajaran keterampilan

 Hidden curriculum: para guru sering

memperlakukan siswi secara berbeda dengan

siswa.

(15)

MEDIA MASSA

 Gender-stereotype advertising : iklan yang

cenderung menampilkan perenpuan untuk

produk tertentu (keperluan rumah tangga)

dan memampilkan laki-laki untuk produk

mewah yang merupakan simbol status dan

kesuksesan dalam bidang pekerjaan

(16)

GENDER DAN STRATIFIKASI

 Stratifikasi gender merupakan ketimpangan dalam pembagian kekayan, kekuasan, dan privilese antara laki-laki dan perempuan;

 Adanya stratifikasi gender telah medorong

lahirnya gerakan sosial di kalangan kaum

perempuan yang bertujuan membela dan

memperluas hak-hak perempuan, yaitu

gerakan feminisme

(17)

KETIMPANGAN GENDER

Ketimpangan gender dapat dijumpai dalam berbagai bidang:

 Pendidikan;

 Pekerjaan;

 Penghasilan;

 Kekuasaan;

(18)

GENDER DAN PENDIDIKAN

 Di berbagai kalangan masyarakat ada nilai dan aturan agama atau adat yang tidak

mendukung dan bahkan melarang

keikutsertaan anak perempuan dalam pendidikan formal

 Ada pandangan “anak perempuan tidak perlu

sekolah tinggi-tinggi karena akhirnya akan ke

dapur juga”.

(19)

GENDER DAN PEKERJAAN

Segregasi jenis kelamin dalam angkatan kerja:

 segregasi vertikal: terkonsentrasinya pekerja perempuan pada jenjang rendah dalam

organisasi,

 segregasi horizontal: pekerja perempuan

sering terkonsentrasi di jenis pekerjaan yang

berbeda dengan laki-laki

(20)

GENDER DAN PENGHASILAN

Sex-based wage discrimination: pekerja laki-laki

memperoleh upah lebih tinggi dari pada upah

pekerja perempuan walaupun pekerjaan yang

dilakukan sama.

(21)

GENDER DAN POLITIK

Masih relatif terbatasnya jumlah posisi di dalam ranah publik yang berhasil diraih kaum

perempuan, seperti misalnya di bidang

eksekutif, legislatif, dan yudikatif di tingkat lokal,

regional, maupun nasional merupakan indikasi

mengenai besarnya kesenjangan antara status

perempuan dan laki-laki dalam bidang politik

(22)

GENDER DAN KELUARGA

 Dalam banyak rumah tangga dapat ditemukan ketimpangan antara kekuasaan suami dan istri

 Indikator untuk mengukur pembagian kerja

dan kekuasaan antara suami-istri dalam rumah tangga dapat dilihat dari segi pengambilan

keputusan, pengelolaan keuangan, dan surat-

surat berkaitan dengan aset keluarga.

(23)

TEORI FEMINIS

Teori Feminis adalah sebuah generalisasi dari berbagai sistem gagasan mengenai kehidupan sosial dan pengalaman manusia yang

dikembangkan dari perspektif yang berpusat

pada wanita.

(24)

PERBEDAAN JENDER

 Perbedaan gender dijelaskan oleh teori

Feminisme Kultural, Institusional, Eksistensi, dan Fenomenologi;

 Menurut teori tersebut, bahwa posisi wanita dan pengalamannya di dalam kebanyakan

situasi dan posisi yang berbeda dengan laki-

laki;

(25)

KETIMPANGAN JENDER

 Ketimpangan gender dijelaskan oleh teori:

Feminisme Liberal dan Marxian;

 Menurut teori tersebut bahwa posisi wanita

dikebanyakan satuasi, tidak hanya berbeda,

tetapi juga kurang beruntung, atau tak setara

dengan posisi laki-laki;

(26)

PENINDASAN JENDER

 Penindasan gender dijelaskan oleh teori:

Feminisme Psikoanalisis, Feminisme Radikal;

dan Feminisme Sosialis;

 Menurut terori tersebut bahwa wanita

ditindas, tak hanya dibedakan atau tak setara,

tetapi secara aktif dikekang, disubordinasikan,

dibentuk dan digunakan, dan disalahgunakan

oleh lelaki;

(27)

PENINDASAN STRUKTURAL

 Penindasan struktural dijelaskan oleh teori:

Feminisme Sosialis dan Teori Interseksional;

 Menurut teori tersebut bahwa pengalaman

wanita tentang pembedaan, ketimpangan dan

berbagai penindasan menurut /berdasarkan

posisi sosial mereka (perempuan);

(28)

JENIS KELAMIN

Istilah seks dapat diartikan jenis kelamin secara biologis, yakni jenis kelamin pria dan jenis kelamin wanita .

Sejak lahir sampai meninggal dunia, pria akan tetap berjenis kelamin pria dan wanita akan tetap berjenis kelamin wanita (kecuali dioperasi untuk berganti jenis kelamin). Jenis kelamin itu tidak dapat ditukarkan antara pria dengan wanita.

Kodrat adalah sifat bawaan biologis sebagai anugerah Tuhan, yang tidak dapat berubah sepanjang masa dan tidak dapat ditukarkan yang melekat pada pria dan wanita.

(29)

JENIS KELAMIN, lanjutan…

Konsekuensi dari anugerah itu, manusia yang berjenis kelamin wanita, diberikan peran kodrati yang berbeda dengan manusia yang berjenis kelamin pria.

Wanita/perempuan diberikan peran kodrati: (1) menstruasi, (2) mengandung, (3) melahirkan, (4) menyusui dengan air susu ibu dan (5) menopause, dikenal dengan sebutan lima M.

Sedangkan pria diberikan peran kodrati membuahi sel telur wanita dikenal dengan sebutan satu M. Jadi, peran kodrati wanita dengan pria berkaitan erat dengan jenis kelamin dalam artian ini.

(30)

PERAN GENDER

 Peran gender adalah peran sosial yang tidak ditentukan oleh perbedaan kelamin seperti halnya peran kodrati. Oleh karena itu, pembagian peranan antara pria dengan wanita dapat berbeda di antara satu masyarakat dengan masyarakat yang lainnya sesuai dengan lingkungan.

 Peran gender juga dapat berubah dari masa ke masa, karena pengaruh kemajuan : pendidikan, teknologi, ekonomi, dan lain-lain. Hal itu berarti, peran gender dapat ditukarkan antara pria dengan wanita.

(31)

PERAN GENDER, lanjutan…

Contoh peran gender berbeda antara satu masyarakat dengan masyarakat yang lain:

1) Masyarakat Bali menganut sistem kekerabatan

patrilineal, berarti hubungan keluarga dengan garis pria (ayah) lebih penting atau diutamakan dari pada hubungan keluarga dengan garis wanita (ibu).

2) Masyarakat Sumatera Barat menganut sistem kekerabatan matrilineal, berarti hubungan keluarga dengan garis wanita (ibu) lebih penting dari pada hubungan keluarga dengan garis pria (ayah)

(32)

PERAN GENDER, lanjutan…

 3) Masyarakat Jawa menganut sistem kekerabatan

parental/ bilateral, berarti hubungan keluarga dengan garis pria (ayah) sama pentingnya dengan hubungan keluarga dengan garis wanita (ibu).

 Jadi status dan peran pria dan wanita berbeda antara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lain, yang disebabkan oleh perbedaan norma sosial dan nilai sosial budaya

(33)

PERAN GENDER, lanjutan…

 Contoh :

 1). Peran gender berubah dari waktu ke waktu sesuai dengan perkembangan jaman sebagai berikut.

 Pada masa lalu, menyetir mobil hanya dianggap pantas dilakukan oleh pria, tetapi sekarang wanita menyetir mobil sudah dianggap hal yang biasa.

 pada masa silam, jika wanita ke luar rumah sendiri (tanpa ada yang menemani) apalagi pada waktu malam hari, dianggap tidak pantas, tetapi sekarang sudah dianggap hal yang biasa.

(34)

PERAN GENDER, lanjutan…

 2) peran gender yang dapat ditukarkan antara pria dengan wanita sebagai berikut.

 Mengasuh anak, mencuci pakaian dan lain- lain, yang biasanya dilakukan oleh wanita (ibu) dapat digantikan oleh pria (ayah).

 mencangkul, menyembelih ayam dan lain-lain

yang biasa dilakukan oleh pria (ayah) dapat

digantikan oleh wanita (ibu)

(35)

PERAN GENDER, lanjutan…

 Dikemukakan oleh Bemmelen (2002), beberapa ciri gender yang dilekatkan oleh masyarakat pada pria dan wanita sebagai berikut. Perempuan memiliki ciri- ciri: lemah, halus atau lembut, emosional dan lain- lain. Sedangkan pria memiliki ciriciri: kuat, kasar, rasional dan lain-lain.

 Namun dalam kenyataannya ada wanita yang kuat, kasar dan rasional, sebaliknya ada pula pria yang lemah, lembut dan emosional.

(36)

PERAN GENDER, lanjutan…

 Beberapa status dan peran yang dicap cocok atau pantas oleh masyarakat untuk pria dan wanita

sebagai berikut

 Perempuan: 1. ibu rumah tangga. 2. bukan pewaris. 3.

tenaga kerja domestik (urusan rumah tangga). 4.

pramugari. 5. panen padi.

 Pria: 1. kepala keluarga/ rumah tangga. 2. pewaris. 3.

tenaga kerja publik (pencari nafkah). 4. pilot. 5.

pencangkul lahan

(37)

PERAN GENDER, lanjutan…

 Dalam kenyataannya, ada pria yang mengambil

pekerjaan urusan rumah tangga, dan ada pula wanita sebagai pencari nafkah utama dalam rumah tangga mereka, sebagai pilot, pencangkul lahan dan lain-lain.

 Dengan kata lain, peran gender tidak statis, tetapi dinamis (dapat berubah atau diubah, sesuai dengan perkembangan situasi dan kondisi)

(38)

JENIS PERAN GENDER

1. Peran produktif adalah peran yang dilakukan oleh seseorang, menyangkut pekerjaan yang menghasilkan barang dan jasa, baik untuk dikonsumsi maupun untuk diperdagangkan. Peran ini sering pula disebut dengan peran di sektor publik.

(39)

JENIS PERAN GENDER, lanjutan…

2. Peran reproduktif adalah peran yang dijalankan oleh seseorang untuk kegiatan yang berkaitan

dengan pemeliharaan sumber daya manusia dan pekerjaan urusan rumah tangga. Peran reproduktif ini disebut juga peran di sektor domestik.

3. Peran sosial adalah peran yang dilaksanakan oleh seseorang untuk berpartisipasi di dalam kegiatan

sosial kemasyarakatan.

(40)

PEMBANGUNAN

BERWAWASAN GENDER

 Pembangunan berwawasan gender tidak dapat dipisahkan dengan peranan wanita dalam

pembangunan

 Peranan wanita dalam pembangunan yang

berwawasan gender, berarti peranan wanita dalam pembangunan Wanita: 1. Menstruasi 2. Mengandung 3. Melahirkan 4. Menyusui dengan air susu ibu 5.

Menopause.

 Pria: 6. Membuahi sel telur wanita

(41)

PERAN GENDER DALAMPEMBANGUNAN

 Peran Gender 1. Mencari nafkah. 2. Memasak.

3. Mengasuh anak. 4. Mencuci pakaian dan alat-alat rumah tangga 5. Tolong-menolong antar tetangga dan gotong-royong dalam menyelesaikan pekerjaan milik bersama. 6.

Dan lain-lain

(42)

PERAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN, lanjutan…

 Peranan Wanita dalam Pembangunan sesuai dengan konsep gender atau peran gender mencakup peran produktif, peran reproduktif dan peran sosial yang sifatnya dinamis.

 Dinamis dalam arti, dapat berubah atau diubah sesuai dengan perkembangan keadaan, dapat ditukarkan antara pria dengan wanita dan bisa berbeda lintas budaya

(43)

MAKSUD DAN TUJUAN

Mengupayakan peranan wanita dalam pembangunan yang berwawasan atau berperspektif gender,

dimaksudkan untuk mewujudkan kesetaraan dan

keadilan gender atau kemitrasejajaran yang harmonis antara pria dengan wanita di dalam pembangunan

Untuk mewujudkan kemitrasejajaran yang harmonis

antara pria dengan wanita tersebut, perlu didukung oleh perilaku saling menghargai atau saling menghormati,

saling membutuhkan, saling membantu, saling peduli dan saling pengertian antara pria dengan wanita.

(44)

KEBIJAKAN

 Agar tidak ada pihak-pihak (pria atau wanita) yang merasa dirugikan dan pembangunan akan menjadi lebih berhasil.

 Pemerintah telah mengambil kebijakan, tentang perlu adanya strategi yang tepat yang dapat

menjangkau ke seluruh instansi pemerintah, swasta, masyarakat kota, masyarakat desa dan sebagainya.

Strategi itu dikenal dengan pengarusutamaan gender, (bahasa Inggris gender mainstreaming).

(45)

KEBIJAKAN, lanjutan…

 Strategi ini tertuang di dalam Instruksi Presiden

(Inpres) No. 9 tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional.

 Dengan pengrusutamaan gender itu, pemerintah dapat bekerja secara lebih efisien dan efektif dalam memproduksi kebijakan-kebijakan publik yang adil dan responsif gender kepada seluruh lapisan

masyarakat, baik pria maupun wanita.

(46)

KEBIJAKAN, lanjutan…

 Program pembangunan yang dilaksanakan akan menjadi lebih sensitif atau responsif gender.

 Hal ini pada gilirannya akan mampu menegakkan hak-hak dan kewajiban-kewajiban pria dan wanita atas kesempatan yang sama, pengakuan yang sama dan penghargaan yang sama di masyarakat.

(47)

KEBIJAKAN, lanjutan…

Secara operasional, pengarusutamaan gender dapat diartikan sebagai suatu upaya yang dibangun untuk mengintegrasikan kebijakan gender dalam program pembangunan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pemantauan (monitoring) dan evaluasi.

Pengarusutamaan gender, bertujuan untuk

terselenggaranya perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional yang berperspektif gender.

(48)

KEBIJAKAN, lanjutan…

 Contoh : dalam pembangunan di bidang kesehatan , kalau perencanaannya, pelaksanaannya atau

pelayanannya, pemantauannya dan evaluasinya sudah berwawasan gender, maka dapat dipastikan

bahwa kesehatan yang baik dapat dinikmati oleh baik laki-laki maupun perempuan. Begitu juga

pembangunan di bidang-bidang yang lainnya.

(49)

KESIMPULAN

 Ruang lingkup pengarusutamaan gender meliputi empat hal, yakni perencanaan, pelaksanaan,

pemantauan dan evaluasi.

 Dalam pelaksanaan pengarusutamaan gender, harus mempertimbangkan empat aspek, yaitu peran, akses, manfaat dan kontrol.

 Dalam pelaksanaan pengarusutamaan gender

mempertimbangkan peran pria dan wanita sudah

setara dan adil.

(50)

KESIMPULAN, lanjutan…

 Dalam pelaksanaan pengarusutamaan gender , akses yang diterima oleh pria dan wanita harus setara dan adil.

 Dalam pelaksanaan pengarusutamaan gender manfaat yang langsung dirasakan oleh pria dan wanita harus setara dan adil.

 Dalam pelaksanaan pengarusutamaan gender, pria

dan wanita mempunyai kesempatan yang sama dalam melakukan kontrol dan pengambilan keputusan

(51)

DAFTAR PUSTAKA

Agung Aryani, I Gusti Ayu. 2002. Mengenal Konsep Gender (Permasalahan dan Implementasinya dalam Pendidikan).

Arjani, Ni Luh. 2002. Gender dan Permasalahannya. Pusat Studi Wanita Universitas Udayana. Denpasar.

Bammelan, Sita Van. 2002. Isu Gender di Bidang

Pendidikan. Semiloka Pengarusutamaan Gender Bagi Para Perencana di Lingkungan Pendidikan Nasional Kabupaten Badung dan Kota Denpasar.

Kantor Menteri Negara Peranan Wanita. 1998. Gender dan Permasalahannya. Modul Pelatihan Analisis Gender. Kantor Menteri Negara Peranan Wanita. Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan untuk memperoleh kesempatan dan hak-haknya sebagai manusia, agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan politik, ekonomi,

Konsep dan ruang lingkup gender yang berkaitan dengan kedudukan, peran, hak dan kewajiban antara laki-laki dan perempuan dalam dimensi kesetaraan dan keadilan

Dari sekian ayat maupun hadis yang berbicara tentang perempuan, secara umum Islam tidak mengingkari persamaan antara laki-laki dan perempuan dalam hal memperoleh

Mengingat lahan kering mempunyai potensi yang cukup besar untuk menunjang ketahanan pangan Indonesia baik dari segi ketersediaan lahan maupun potensi produktifitas yang dapat

Walaupun jumlah penduduk baik perempuan maupun laki-laki hampir seimbang / namun kualitas hidup perempuan dalam berbagai bidang / masih tertinggal dibandingkan laki-laki // status

Dari beberapa ayat dan hadis di atas dapat dipahami bahwa, Allah dan Rasulnya menegaskan, baik laki-laki dan perempuan yang konsisten dalam melaksanakan ajaran

Kualitas gender kurang baik dan baik berproporsi sama di Desa Karang Jeruk Kecamatan Jatirejo Kabupaten Mojokerto Tahun 2018 karena masih ada ibu yang hak sebagai perempuan dan

Dukungan sumberdaya yang memadai, baik yang utama maupun penunjang diperlukan agar pembangunan dapat dilakukan secara berkelanjutan, di samping dampak pembangunan