C. Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus dan Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus
1. Pengertian Pembelajaran
Definisi pembelajaran dalam dunia pendidikan, dihubungkan dengan proses belajar mengajar, kegiatan guru dan anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan.
Berikut pengertian pembelajaran menurut para ahli :
1. Sanjaya, Wina (2007) pola umum perbuatan guru-peserta didik di dalam perwujudan kegiatan belajar-mengajar. Sifat pola umum maksudnya macam dan urutan perbuatan yang dimaksud nampak dipergunakan dan/atau dipercayakan guru-peserta didik di dalam bermacam-macam peristiwa belajar.
Sehingga strategi menunjuk kepada karakteristik abstrak rentetan perbuatan guru-peserta didik di dalam peristiwa belajar-mengajar.
2. Gerlach dan Ely (1990): Strategi merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan metode pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu.
Selanjutnya mereka menjabarkan bahwa strategi pembelajaran dimaksudkan meliputi sifat, lingkup, dan urutan kegiatan pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik.
3. Gropper di dalam Wiryawan dan Noorhadi (1998): Strategi pembelajaran merupakan pemilihan atas berbagai jenis latihan tertentu yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Mereka menegaskan bahwa setiap tingkah laku yang diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik dalam kegiatan belajarnya harus dapat dipraktekkan.
4. Dick dan Carey (1990 dalam Sanjaya, 2007): Strategi Pembelajaran terdiri atas seluruh komponen materi pembelajaran dan prosedur atau tahapan kegiatan belajar yang digunakan oleh guru dalam rangka membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Strategi pembelajaran bukan hanya sebatas pada prosedur atau tahapan kegiatan belajar saja, melainkan termasuk juga pengaturan materi atau paket program pembelajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik.
Pembelajaran pada anak berkebutuhan khusus diharapkan dapat menerapkan model pembelajaran berdiferensiasi. Pembelajaran berdiferensiasi adalah strategi proses belajar mengajar yang mengakomodir, melayani, dan mengakui keberagaman peserta didik dalam belajar sesuai dengan kesiapan, minat dan preferensi belajarnya.
Pada pembelajaran berdiferensiasi siswa dapat mempelajari materi pelajaran sesuai dengan kemampuan, apa yang disukai dan kebutuhannya sehingga mereka tidak frustrasi dan merasa gagal dalam pengalaman belajar-nya.
2. Strategi Pembelajaran Berdiferensiasi A. Pengertian Pembelajaran Berdiferensiasi
Pembelajaran berdiferensiasi adalah proses pembelajaran yang memperhatikan kegiatan pembelajaran agar dapat mengakomodasi peserta didik sesuai dengan
1
kebutuhan dan profil belajar-nya. Menurut Bayumi, dkk (2021), terdapat tiga strategi yang dilakukan dalam pelaksanaan pembelajaran berdiferensiasi, yaitu:
a. Diferensiasi Konten
Isi atau konten, mencangkup tentang kurikulum dan materi pembelajaran yang dipelajari peserta didik. Dalam aspek ini pendidik melakukan perubahan kurikulum dan materi pembelajaran yang mendasar pada model pembelajaran. Isi kurikulum akan disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan peserta didik. Melakukan perubahan kurikulum tidak semua peserta didik dapat mengerti, melainkan dengan penyesuaian yang tepat peserta didik dapat beradaptasi dengan materi dan gaya belajar.
b. Diferensiasi Proses
Diferensiasi proses menekankan pada pendidik terkait dengan pemahaman proses belajar peserta didik secara berkelompok atau mandiri. Dalam aspek ini berhubungan dengan cara peserta didik memproses ide dan informasi, bagaimana peserta didik berinteraksi melalui proses. Peserta didik memproses ide dan informasi melalui aktivitas belajar, kegiatan belajar, dan kegiatan pengelompokan.
c. Diferensiasi Produk
Produk merupakan hasil akhir dalam pembelajaran dengan menunjukkan kemampuan peserta didik melalui pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman dalam menyelesaikan pembelajaran. Dalam aspek ini pendidik mengevaluasi materi dan memberikan materi pada peserta didik sesuai dengan gaya belajar yang menentukan hasil belajar.
d. Lingkungan Belajar
Lingkungan belajar ini harus disesuaikan dengan kesiapan peserta didik untuk belajar, minat, dan profil belajar dalam meningkatkan motivasi belajar. Dalam aspek ini pendidik harus menciptakan suasana dan lingkungan belajar yang menyenangkan bagi peserta didik.
B. Prinsip-prinsip Pembelajaran Berdiferensiasi
Menurut Bayumi, dkk (2021), prinsip-prinsip pembelajaran berdiferensiasi adalah sebagai berikut:
Asesmen yang berkesinambungan dalam pembelajaran. Guru secara terus menerus mengumpulkan informasi tentang bagaimana siswa belajar sehingga dapat menyusun rencana pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa.
Guru menjamin proses pembelajaran yang mengakui keberadaan semua siswa.
Siswa dibelajarkan berdasarkan kesamaan minat, merangkul semua siswa. Guru memandang tugas siswa berharga dan bermanfaat.
Pengelompokan siswa secara fleksibel. Guru merancang pembelajaran yang memungkinkan semua siswa bekerja sama dengan berbagai teman sebaya pada waktu tertentu. Siswa juga bekerja dengan teman sebaya yang memiliki tingkat kesiapan sama dan berbeda dengan dirinya. Siswa juga bekerja dengan teman sebaya yang sama minatnya, kadang dengan teman sebaya yang berbeda minatnya. Adanya
2
kolaborasi dan koordinasi yang terus menerus antara guru kelas dan guru bidang studi.
Guru dan siswa bekerja bersama membangun komitmen untuk mewujudkan hasil belajar yang diharapkan. Penggunaan waktu yang fleksibel dalam merespon proses dan hasil belajar siswa. Strategi pembelajaran yang bervariasi, seperti pusat belajar, pusat pengembangan bakat dan minat dan lain sebagainya. Siswa dinilai dengan berbagai cara sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan setiap siswa.
Anak berkebutuhan khusus memiliki karakteristik yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Delphie (2006: 1) mengatakan di negara Indonesia, anak berkebutuhan khusus yang mempunyai gangguan perkembangan dan telah diberikan layanan antara lain sebagai berikut:
a. Anak yang mengalami hendaya (impairment) penglihatan (tunanetra), khususnya anak buta dimana seseorang tidak dapat menggunakan indera penglihatannya untuk mengikuti segala kegiatan belajar maupun kehidupan sehari-hari. Umumnya kegiatan belajar dilakukan dengan rabaan atau taktil karena kemampuan indera raba sangat menonjol untuk menggantikan indera penglihatan.
b. Anak dengan hendaya pendengaran dan bicara (tunarungu wicara), pada umumnya mereka mempunyai hambatan pendengaran dan kesulitan melakukan komunikasi secara lisan dengan orang lain.
c. Anak dengan hendaya perkembangan kemampuan (tunagrahita), memiliki problema belajar yang disebabkan adanya hambatan perkembangan inteligensi, mental, emosi, sosial, dan fisik.
d. Anak dengan hendaya kondisi fisik atau motorik (tunadaksa). Secara medis dinyatakan bahwa mereka mengalami kelainan pada tulang, persendian, dan saraf penggerak otot-otot tubuhnya, sehingga digolongkan sebagai anak yang membutuhkan layanan khusus pada gerak anggota tubuhnya.
e. Anak dengan hendaya perilaku maladjustment. Anak yang berperilaku maladjustment sering disebut dengan anak tunalaras. Karakteristik yang menonjol antara lain sering membuat keonaran secara berlebihan, dan bertendensi kearah perilaku kriminal.
f. Anak dengan hendaya autism (autistic children). Anak autistik mempunyai kelainan ketidakmampuan berbahasa. Hal ini diakibatkan oleh adanya cedera pada otak. Kelainan pada anak autistik meliputi kelainan berbicara, kelainan fungsi saraf dan intelektual, serta perilaku ganjil.
g. Anak dengan hendaya hiperaktif (attention deficit disorder with hyperactive).
Hyperactive bukan merupakan penyakit tetapi suatu gejala atau symptoms. Ciri-ciri yang dapat dilihat antara lain selalu berjalan, tidak mau diam, suka mengganggu teman, suka berpindah-pindah, sulit berkonsentrasi, sulit mengikuti perintah atau suruhan, bermasalah dalam belajar, dan kurang atensi terhadap pelajaran.3
h. Anak dengan hendaya belajar (learning disability). Istilah ini ditujukan pada siswa yang mempunyai prestasi rendah dalam bidang akademik tertentu, seperti membaca, menulis dan kemampuan matematika.
i. Anak dengan hendaya kelainan perkembangan ganda (multi handicapped and developmentally disabled children). Sering disebut dengan istilah tunaganda yang mempunyai kelainan perkembangan mencakup hambatan-hambatan perkembangan neurologis.
j. Anak mempunyai tingkat kemampuan intelektual di bawah rerata yaitu penyandang tunagrahita memiliki karakteristik yang berbeda dibanding dengan anak- anak normal seusianya. Dalam beberapa referensi, ada beberapa istilah untuk menyebut anak tunagrahita, diantaranya adalah mental illness, mental retardation, mental retarded, mental deficiency, mentally defective, mentally handicapped, mental sub normality, feeblemindedness, oligophrenia, amentia, gangguan intelektual, dan terbelakang mental, anak dengan hendaya perkembangan kemampuan, dll.
Berikut adalah langkah-langkah yang harus dilakukan seorang guru dalam melayani pembelajaran anak berkebutuhan khusus (Humairo, 2015):
1. Pertama-tama guru harus menguasai karakteristik/strategi pembelajaran yang umum pada anak-anak awas, meliputi tujuan, materi, alat, cara, lingkungan, dan aspek-aspek lainnya.
2. Langkah berikutnya adalah menganalisis komponen- komponen mana saja yang perlu atau tidak perlu diubah/dimodifikasi dan bagaimana serta sejauh mana modifikasi itu dilakukan jika perlu yaitu melalui diferensiasi konten,
3. Pada tahap berikutnya, pemanfaatan indera yang masih berfungsi secara optimal dan terpadu dalam praktek/proses pembelajaran memegang peran yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan pembelajaran.
4