• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY (TEFA) BERBASIS UNIT PRODUKSI UNTUK MENINGKATKAN SEMANGAT KEWIRAUSAHAAN SISWA KELAS XI SMK N 6 SEMARANG

N/A
N/A
Debi Fitria

Academic year: 2023

Membagikan "PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY (TEFA) BERBASIS UNIT PRODUKSI UNTUK MENINGKATKAN SEMANGAT KEWIRAUSAHAAN SISWA KELAS XI SMK N 6 SEMARANG"

Copied!
219
0
0

Teks penuh

Pj Kepala Learning Factory SMK N 6 Semarang yang telah meluangkan waktu dan membantu pelaksanaan penelitian. Teaching Factory Learning (TEFA) berbasis unit produksi untuk meningkatkan jiwa kewirausahaan siswa kelas XI SMK Negeri 6 Semarang.”

Identifikasi Masalah

Untuk saat ini Teaching Factory hanya menjual door to door yang artinya penjualannya dilakukan secara langsung. Penerapan teaching factory di sekolah diharapkan dapat meningkatkan kompetensi peserta didik, sehingga kedepannya sekolah dapat menghasilkan tenaga kerja yang berkompeten sesuai profesinya.

Cakupan Masalah

Dalam pembelajaran berbasis teaching factory, masih terdapat kekurangan Sumber Daya Manusia (SDM), baik dari kalangan peserta didik maupun tenaga pengajar. Unit produksi adalah kegiatan yang menghasilkan barang atau jasa dengan menggunakan seluruh sumber daya yang ada di sekolah.

Pertanyaan Penelitian

Kewirausahaan merupakan suatu sikap, semangat dan kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru yang bernilai tinggi dan berguna bagi diri sendiri dan orang lain guna meningkatkan pendapatan dalam rangka kegiatan usaha.

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

Manfaat Teoritis

Manfaat Praktis 1. Bagi siswa

Sebagai masukan bagi sekolah untuk mengetahui kekurangan atau faktor penghambat dan juga manfaat penerapan learning factory, sehingga dapat diambil suatu keputusan. Penelitian ini dapat membantu guru meningkatkan jiwa kewirausahaan siswanya dengan model pembelajaran education factory.

Orisinalitas Penelitian

Pengertian Sekolah Menengah Kejuruan

Pendidikan Kejuruan Widiatna merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja di bidang tertentu. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan menengah kejuruan merupakan pendidikan pada jenjang pendidikan menengah yang mendapat prioritas.

Tujuan Penyelenggaraan Sekolah Menengah Kejuruan

Menyiapkan peserta didik menjadi manusia yang produktif, mampu bekerja secara mandiri, mengisi lowongan di dunia usaha dan dunia industri sebagai tenaga kerja menengah sesuai dengan kompetensi pada program keterampilan yang dipilihnya. Mempersiapkan mahasiswa agar mampu memilih karir, ulet dan gigih dalam kompetensinya, beradaptasi dengan lingkungan kerja dan mengembangkan sikap profesional di bidang yang diminati.

Teaching Factory

  • Konsep Factory (Industri/Pabrik)
  • Teaching Factory
  • Tujuan Teaching Factory
  • Proses Penerapan Teaching Factory
    • Pembentukan Manajemen Teaching Factory
    • Proses Produksi
    • Proses Pemasaran
    • Proses Evaluasi
  • Faktor Pendukung Teaching Factory
    • Faktor Guru
    • Faktor Sekolah
  • Elemen Teaching Factory

Sekolah kejuruan berbasis industri yang dikembangkan dalam bentuk learning factory sebagai tempat belajar lebih dikenal dengan istilah learning factory. Standar kompetensi yang dikembangkan di teaching factory merupakan kompetensi yang dibutuhkan dalam dunia industri.

Unit Produksi

  • Pengertian Unit Produksi
  • Tujuan Unit Produksi
  • Manfaat Unit Produksi
  • Prinsip-prinsip Unit Produksi

Unit produksi di SMK akan mendatangkan keuntungan bagi sekolah yang dapat menunjang pendanaan penyelenggaraan pendidikan vokasi. Kegiatan unit produksi yang tepat dapat dijadikan sebagai sarana belajar dan bekerja (learning by doing).

Kewirausahaan

  • Konsep Kewirausahaan (Entrepreneurship)
  • Nilai-nilai Pokok dalam Pendidikan Kewirausahaan
    • Nilai-nilai Hakiki Kewirausahaan
  • Prinsip-prinsip Kewirausahaan
  • Tujuan Berwirausaha
  • Semangat Kewirausahaan

Memiliki dedikasi dalam bekerja berarti seorang wirausaha harus menaruh komitmen yang kuat terhadap pekerjaannya, karena jika tidak maka akan berakibat fatal terhadap segala sesuatu yang telah dimulainya. Memiliki dedikasi dalam bekerja berarti seorang wirausaha harus menaruh komitmen yang kuat terhadap pekerjaannya, karena jika tidak maka akan berakibat fatal terhadap segala sesuatu yang telah dimulainya.

Kajian Penelitian Terdahulu

Penelitian Dwi Hartanto (2016) tentang pengajaran model perencanaan sekolah berbasis pabrik di Jalan Khatolik. Sekolah Menengah Kejuruan. Mikael Surakarta.. menunjukkan bahwa: Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) St. Sekolah Kejuruan Katolik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Berdasarkan hasil penelitian, teaching factory di SMK Negeri 1 Magelang merupakan program keterampilan teknik kendaraan ringan yang terdiri dari jasa-jasa yang dihasilkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Hasil analisis yang dilakukan menunjukkan bahwa penerapan teaching factory berpengaruh positif terhadap uji kompetensi praktik, dengan persamaan garis regresi Y x.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Hasil penelitian menunjukkan bahwa teaching factory sebagai sarana pembelajaran cukup efektif dalam meningkatkan kompetensi kewirausahaan siswa SMK.

Kerangka Berfikir

Hubungan dan komunikasi yang baik antara sekolah dan dunia industri tentunya membuat siswa dapat benar-benar mengetahui kondisi dan suasana dunia industri yang sebenarnya. Jika pengajaran factory learning dapat dilaksanakan dengan baik maka diharapkan lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) mampu menjadi wirausaha, lulusan SMK dengan kualitas kelulusan yang baik tentunya akan mampu mengurangi angka pengangguran SMK ( Lulusan SMK) dan dapat meningkatkan perekonomian Indonesia. semoga lekas membaik Krik dan Miller dalam Moleong mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai sebuah tradisi berbeda dalam ilmu-ilmu sosial yang pada dasarnya mengandalkan observasi manusia baik dalam domainnya sendiri maupun dalam istilahnya sendiri.

Penelitian ini berupaya menggambarkan atau menggambarkan keadaan obyek penelitian saat ini berdasarkan fakta yang nyata atau apa adanya mengenai penerapan pengajaran pabrik berbasis unit manufaktur untuk meningkatkan jiwa kewirausahaan siswa pada Program Keterampilan Tata Busana Butik Kelas XI di SMK. N 6Semarang.

Fokus dan Lokasi Penelitian

Sumber data sekunder

Sumber data sekunder molong adalah sumber data di luar perkataan dan tindakan merupakan sumber kedua. Dilihat dari sumber datanya, materi tambahan berasal dari sumber tertulis seperti dokumen dan arsip sekolah.

Teknik Pengumpulan Data

  • Observasi
  • Wawancara
  • Dokumentasi
  • Angket atau kuesioner
  • Sampel

Kuesioner digunakan untuk memperoleh data dan informasi terkait dengan jiwa kewirausahaan siswa kelas XI program keterampilan butik fashion di SMK Negeri 6 Semarang. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas berdasarkan rumus Slovin sebanyak 81 siswa.

Berdasarkan Tabel 3.3 diperoleh besar sampel tiap kelas yaitu butik fashion kelas 1

Tabel 3.1. Skala Likert
Tabel 3.1. Skala Likert

Uji Instrumen

  • Analisis Uji Instrumen Penelitian
  • Uji Validitas
  • Uji Reliabilitas
  • Uji Kredibilitas (Credibility)
  • Keteralihan (Transferability)
  • Kebergantungan (Dependability)
  • Kriteria Kepastian (Confirmability)

Sugiyono menjelaskan, triangulasi adalah teknik memeriksa keabsahan data dengan memadukan berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang ada. Triangulasi ini menggunakan sesuatu selain data penelitian, dengan tujuan untuk memeriksa atau membandingkan data penelitian yang diperoleh. Pengujian konfirmatori penelitian kualitatif berarti menguji hasil penelitian yang dikaitkan dengan proses yang dilakukan. Jika hasil penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan, maka penelitian tersebut memenuhi standar konfirmatori.

Keabsahan data adalah data yang tidak berbeda antara data yang diperoleh peneliti dengan data yang sebenarnya terjadi pada objek penelitian sehingga dapat diperhitungkan keabsahan data yang disajikan.

Teknik Analisis Data

Gambaran Umum Objek Penelitian

SMK Negeri 6 Semarang dipilih sebagai lokasi penelitian karena menerapkan model pembelajaran sekolah berbasis industri atau teaching factory. Teaching Factory merupakan salah satu inovasi pembelajaran SMK termasuk SMK Negeri 6 Semarang yang saat ini terus dikembangkan sesuai dengan terbitnya Inpres No. Program Keterampilan Butik Busana mempunyai visi yaitu mewujudkan SMK Negeri 6 Semarang sebagai pencipta sumber daya manusia profesional di bidang fesyen yang berkomitmen terhadap era globalisasi.

Misinya adalah membentuk lulusan yang berkepribadian unggul dan dapat mengembangkan diri, menyiapkan tenaga terampil di bidang desain fesyen, menyiapkan wirausaha dan menjadikan SMK Negeri 6 Semarang mandiri dan menjadi sumber informasi fesyen.

Deskripsi Data Penelitian

  • Pelaksanaan Program Pembelajaran Teaching factory di SMK Negeri 6 Semarang Program Keahlian Busana Butik

Kegiatan ketiga dilaksanakan pada tanggal 10 Maret 2020 dengan agenda wawancara kepada Ibu Dra.Siti Isminingsih selaku pengajar industri pembuatan garmen dan Ibu Noor Aida Rahmiati, M. Kegiatan keempat dilaksanakan pada tanggal 11 Maret 2020 dengan wawancara agenda dengan dua orang mahasiswa (Adzkia Bintang Lailatuzahra dan Bunga Asa Chantika) serta pengumpulan data observasi. Kegiatan kelima dilaksanakan pada tanggal 12 Maret 2020 dengan agenda wawancara kepada mahasiswa (Antika Septiani) dan pengumpulan data melalui angket dan dokumentasi penelitian.

Implementering af Teaching Factory Learning Program på SMK Negeri 6 Semarang, Semarang State 6 Boutique Fashion Skills Program, Boutique Fashion Skills Program.

Konsep Teaching factory

Variabel pelaksanaan teaching factory terdiri dari indikator konsep teaching factory, proses pelaksanaan teaching factory, dan unsur-unsur teaching factory. Berdasarkan hasil pendataan lapangan pelaksanaan program pengajaran factory learning di SMK Negeri 6 Semarang program keterampilan butik fashion dapat digambarkan menurut subindikator pengajaran factory learning sebagai berikut. Proses pembelajaran factory teaching melibatkan langsung siswa seperti penerimaan pesanan, proses pembuatan pesanan dan memasarkannya ke konsumen.

Pembelajaran teaching factory di SMK Negeri 6 Semarang mengikuti aturan yang ditetapkan pemerintah dan memenuhi standar.

Proses Penerapan Teaching factory

Pembelajaran Teaching factory Berbasis Unit Produksi di SMK Negeri 6 Semarang Program Keahlian Busana Butik

Berdasarkan hasil pendataan lapangan pendidikan pabrik berbasis unit produksi di SMK Negeri 6 Semarang program keterampilan tata busana butik dapat digambarkan sebagai berikut menurut subindikator pendidikan pabrik berbasis unit produksi.

Manfaat Unit Produksi

Kualitas produk yang dihasilkan oleh pabrik edukasi pada program butik fashion cukup baik dan mampu bersaing dengan DU/DI yang ada di semarang, walaupun demikian perlu adanya pengawasan ekstra dari guru untuk menjaga kualitas produk. Anggaran pembiayaan yang diperoleh untuk menjalankan program teaching factory pada produksi unit produksi tentunya bersumber dari anggaran sekolah dan pelanggan yang memesan disini. Cara menentukan biaya produksi dalam pelaksanaan teaching factory tentunya dirinci dengan pengeluaran untuk pembelian bahan baku, dll. dan juga memikirkan uang jajan untuk pelajar.

Tujuan dari unit produksi adalah untuk melatih siswa dan memfasilitasi mereka untuk memaksimalkan bakat dan minat mereka.

Gambar 4.3 Hasil Produk yang Dihasilkan dalam Teaching factory  2.  Tujuan Unit Produksi
Gambar 4.3 Hasil Produk yang Dihasilkan dalam Teaching factory 2. Tujuan Unit Produksi

Prinsip-prinsip Unit Produksi

Pelaksanaan Pembelajaran Teaching factory dalam Meningkatkan Semangat Kewirausahaan Siswa SMK Negeri 6

Motivasi untuk Maju

Pembelajaran teaching factory dengan datang langsung ke pabrik memudahkan siswa dalam belajar, karena siswa belajar menerima pesanan produksi dan juga memasarkan produk dari awal sehingga menjadikan siswa mandiri. Dampak atau perubahan yang dirasakan setelah mengikuti program pengajaran pembelajaran pabrik adalah siswa lebih tertarik untuk membuka usaha sendiri karena lebih mudah mendapatkan keuntungan yang diinginkan.

Kreatif dan Inovatif

Komitmen

Pembahasan

  • Pelaksanaan Program Pembelajaran Teaching factory di SMK Negeri 6 Semarang Program Keahlian Busana Butik
  • Pembelajaran Teaching factory Berbasis Unit Produksi di SMK Negeri 6 Semarang Program Keahlian Busana Butik
  • Pelaksanaan Pembelajaran Teaching factory dalam Meningkatkan Semangat Kewirausaha Siswa SMK Negeri 6 Semarang Program

Implementasi Program Pembelajaran Teaching Factory di SMK Negeri 6 Semarang Program Keterampilan Busana Butik 6 Program Keterampilan Busana Butik Semarang. Tujuan pembelajaran teaching factory di SMK Negeri 6 Semarang adalah untuk membekali siswa dengan pengalaman kerja dan keterampilan. Pembelajaran pembelajaran pabrik di SMK Negeri 6 Semarang tentu saja tidak terlepas dari kendala-kendala yang dihadapi.

Teaching factory leather berbasis unit produksi di SMK Negeri 6 Semarang, Program Keterampilan Busana Butik Negeri 6 Semarang, Program Keterampilan Busana Butik.

PENUTUP

Simpulan

Tujuan dari unit produksi adalah untuk melatih dan memfasilitasi mahasiswa untuk memaksimalkan bakat dan minatnya serta melatih mahasiswa agar siap bersaing dalam dunia bisnis. Prinsip yang digunakan dalam penciptaan unit produksi memberdayakan mahasiswa dengan menanamkan pola pikir kewirausahaan. Pembelajaran teaching factory dalam meningkatkan jiwa kewirausahaan siswa di SMK Negeri 6 Semarang, Program Keterampilan Tata Busana Butik dalam kaitannya dengan motivasi maju, kreatifitas dan inovasi serta dedikasi mempunyai persentase yang cukup tinggi, hal ini menggambarkan peningkatan jiwa kewirausahaan siswa dengan adanya dari pabrik pembelajaran berdasarkan unit produksi.

Saran

Penerapan model pembelajaran factory learning 6 langkah (Model Tf-6M) untuk meningkatkan motivasi berprestasi siswa di sekolah kejuruan. Implementasi Learning Factory di SMK N 1 Magelang Program Keterampilan Teknik Kendaraan Ringan Implementasi Learning Factory di SMK 1. Implementasi Learning Factory di SMK N 2 Pengasih Kulon Progo Implementasi Learning Factory di SMK 2.

Pembelajaran teaching factory berbasis unit produksi untuk meningkatkan jiwa kewirausahaan siswa Kelas XI SMK N 6 Semarang.”

Waktu dan Lokasi Wawancara 3. Waktu

Identitas Responden

Waktu dan Lokasi Wawancara

Daftar Pertanyaan

Dalam pembelajarannya, learning factory bekerjasama dengan dunia usaha dan dunia industri (DU/DI). Untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai, tindakan apa saja yang direncanakan dalam pelaksanaan teaching factory. Bagaimana dengan tujuan learning factory yaitu melatih peserta didik mempunyai jiwa wirausaha yang handal, apakah tujuan tersebut tercapai dan apakah berdampak pada peserta didik?

Waktu dan Lokasi Wawancara 4. Waktu

Mohon dijawab dengan jujur ​​dan sebenar-benarnya karena kuesioner ini tidak berpengaruh terhadap nilai mata pelajaran apapun. Bacalah pernyataan berikut dengan cermat, kemudian pilihlah jawaban yang sesuai dengan pilihan Anda. Jika kamu ingin mengganti jawabanmu dengan jawaban yang baru, berilah dua garis mendatar (=) pada jawaban yang salah, lalu tandai (√) pada jawaban yang baru.

HASIL IDENTIFIKASI KECENDERUNGAN

15 Apakah peserta didik yang terlibat dalam pelaksanaan learning factory mempunyai kualitas akademik dan bakat yang baik? 12 Apakah peserta didik yang terlibat dalam pelaksanaan learning factory mempunyai kualitas akademik dan bakat yang baik? Peralatan dan fasilitas dalam pelaksanaan learning factory dapat kita manfaatkan dengan baik dan kita maksimalkan untuk meningkatkan keterampilan siswa.

Peralatan dan fasilitas dalam pelaksanaan learning factory dapat dimanfaatkan dengan baik dan maksimal untuk meningkatkan keterampilan siswa, saat ini keadaannya masih baik.

Gambar

Tabel 3.1. Skala Likert
Gambar 4.3 Hasil Produk yang Dihasilkan dalam Teaching factory  2.  Tujuan Unit Produksi

Referensi

Dokumen terkait

Although schools of nursing are focused on the scholarship and science of nursing as top priorities, and graduate degrees in nursing have become more common, doctoral-prepared nursing