• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pembelajaran Terdiferensiasi Menggunakan Model Discovery Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa pada Materi Perbandingan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Pengaruh Pembelajaran Terdiferensiasi Menggunakan Model Discovery Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa pada Materi Perbandingan"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Pengaruh Pembelajaran Terdiferensiasi Menggunakan Model Discovery Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa

Lulu Sulistian1), Nur Izzati2), Alona Dwinata3)

1)Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Maritim Raja Ali Haji [email protected]

2)Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Maritim Raja Ali Haji [email protected]

3)Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Maritim Raja Ali Haji [email protected]

ABSTRAK

Berpikir kreatif memiliki peranan yang penting namun, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kreatif siswa terutama dalam pembelajaran matematika masih tergolong rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pembelajaran terdiferensiasi menggunakan model discovery learning untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa pada materi perbandingan. Jenis penelitian ini menggunakan kuasi-eksperimen dengan desain pretest-posttest control group. Populasi penelitian mencakup seluruh siswa MTs Hang Nadim Batam pada tahun ajaran 2023-2024. Teknik pengambilan sampel menggunakan cluster sampling. Pengumpulan data dilakukan melalui instrumen tes soal uraian yang dirancang untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif matematis siswa pada materi perbandingan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata- rata nilaiposttest kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah 66,40 dan 55,32, dengan nilai Signifikansi (2-tailed) sebesar 0,001. Dikarenakan uji yang dilakukan merupakan uji satu pihak (uji pihak kanan), maka nilai signifikansi =

× 0,001 = 0,0005 dan nilai 0,0005 < 0,05. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa rata-rataposttestkemampuan berpikir kreatif matematis siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol. Berdasarkan temuan ini, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran terdiferensiasi menggunakan model discovery learning berpengaruh untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa pada materi perbandingan.

Kata kunci:Pembelajaran Terdiferensiasi, Discovery Learning, Berpikir Kreatif Matematis ABSTRACT

Creative thinking has an important role, however, the reality in the field shows that students' creative thinking abilities, especially in learning mathematics, are still relatively low. This research aims to determine the effect of differentiated learning using models discovery learning to improve students' creative mathematical thinking abilities on comparative material. This type of research uses a quasi-experimental design pretest-posttest control group. The research population includes all MTs Hang Nadim Batam students in the 2023-2024 academic year. The sampling technique uses cluster sampling. Data collection was carried out through a description test instrument designed to measure students' mathematical creative thinking abilities on comparative material. The research results show that the average valueposttest the experimental class and control class were 66.40 and 55.32, with a significance value (2-tailed) of 0.001. Because the test carried out is a one-sided test (right-sided test), the significance value = × 0.001 = 0.0005 and the value 0.0005 < 0.05. Therefore, it can be concluded that the averageposttest students' mathematical creative thinking abilities in the experimental class were higher than those in the control class. Based on these findings, it can be concluded that differentiated learning uses models discovery learning has an effect on improving students' mathematical creative thinking abilities on comparative material.

Keywords:Differentiated Learning, Discovery Learning, Mathematical Creative Thinking

(2)

PENDAHULUAN

Peranan yang sangat vital dalam kemajuan suatu negara dipegang oleh kualitas SDM, yang dapat terlihat melalui kualitas pendidikan yang diterapkan oleh negara tersebut. Peningkatan mutu pendidikan memiliki dampak langsung terhadap berkualitasnya sumber daya manusia.

Permasalahan sistem pendidikan harus diselesaikan sebagai prioritas. Pendidikan merupakan landasan awal yang dapat menentukan kemajuan dan arah suatu bangsa (Pane dkk., 2022). Setiap orang memiliki kesempatan terhadap pendidikan untuk mencapai potensi maksimalnya (Oviyanti, 2017). Pendidikan yang baik harus didukung dengan perbaikan kurikulum.

Kurikulum merupakan gabungan pengalaman pendidikan, ilmu sosial, budaya, atletik, dan seni yang diberikan lembaga pendidikan kepada siswa baik dari dalam atau luar lembaga pendidikan dengan tujuan untuk mengembangkan sepenuhnya dan mengubah perilakunya sesuai dengan tujuan pendidikan (Muttaqin, 2021). Pada saat ini, pemerintah Indonesia menerapkan dua kurikulum di sekolah yaitu kurikulum 2013 dan kurikulum merdeka. Kurikulum 2013 mulai diterapkan pada tahun 2014 hingga saat ini, sedangkan kurikulum merdeka mulai diterapkan pada

tahun 2021.

Kurikulum Merdeka adalah kurikulum yang mencakup berbagai pilihan pembelajaran ekstrakurikuler dan konten yang disusun lebih baik untuk memberi siswa lebih banyak waktu untuk mengeksplorasi konsep dan membangun keterampilan. Kurikulum ini dibuat untuk menumbuhkan kreativitas dan fleksibilitas guru agar dapat menyesuaikan diri dengan keadaan satuan pendidikan (Aditomo, 2022). Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan (Kemendikbudristek), Wartanto mengatakan pada tahun ajaran 2024 setiap, sekolah harus mampu untuk menerapkan kurikulum merdeka.

Penerapan kurikulum merdeka di setiap sekolah tentu harus disesuaikan dengan kondisi sekolah dan kemampuan guru masing- masing. Hasil wawancara didapatkan informasi bahwa sekolah MTs Hang Nadim Batam akan memulai menerapkan kurikulum merdeka pada tahun ajaran 2024-2025 dengan menerapkan mandiri belajar.

Pada kurikulum merdeka ditekankan pada pelaksanan pembelajaran harus berpusat kepada siswa. Guru tidak menjadi pusat informasi bagi siswa, melainkan guru hanya sebagai fasilitator untuk siswa. Salah satu metode pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai pusatnya dan dapat dimanfaatkan oleh guru untuk memenuhi

(3)

kebutuhan siswa adalah pembelajaran terdiferensiasi. Menghadirkan pembelajaran terdiferensiasi dapat dilakukan dengan memperhatikan gaya belajar siswa. Aspek- aspek pembelajaran terdiferensiasi yaitu konten, proses, dan produk. Dalam melakukan pembelajaran terdiferensiasi guru dapat memilih salah satu atau kombinasi dari ketiga aspek pada pembelajaran terdiferensiasi. Gaya belajar termasuk kedalam aspek proses, gaya belajar preferensi sensori, yaitu visual, auditorial, dan kinestetik (VAK) sebagai fokus utamanya (Pratama, 2020).

Sebagai seorang guru sangat penting untuk melatih kemampuan siswa untuk menyelesaikan suatu permasalahan yang rumit. Salah satu kemampuan yang perlu dilatih atau ditingkatkan yaitu kemampuan berpikir kreatifnya. Menurut Anggraeni dkk.

(2018) berpikir kreatif memiliki peran penting namun, kenyataannya kemampuan berpikir kreatif siswa terutama dalam pembelajaran matematika masih tergolong rendah. Temuan dari penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Amelia & Pujiastuti (2020) yang menunjukkan bahwa salah satu penyebab rendahnya kemampuan berpikir kreatif yaitu karena penerapan langkah-langkah pembelajaran di SMP secara umum yang masih berpusat pada peran guru. Langkah- langkah tersebut melibatkan penyampaian

definisi, pemberian contoh, dan pemberian latihan soal.

Menurut Darwanto (2019) Berpikir kreatif merupakan suatu proses berpikir yang bertujuan untuk mengeksplorasi dan meningkatkan variasi kemungkinan, menciptakan solusi yang baru dan tidak umum, mengaplikasikan daya imajinasi dan pemahaman, serta memiliki berbagai solusi untuk merespons suatu permasalahan.

Menurut Kadir dkk. (2022) indikator kemampuan berpikir kreatif yaitu fluency, flexibility,originality, danelaboration.

Hasil pengamatan dan wawancara dengan guru matematika di MTs Hang Nadim Batam, ditemukan bahwa pembelajaran di kelas masih menggunakan model konvensional di mana guru berperan sebagai sumber informasi utama dalam setiap kegiatan pembelajaran. Mata pelajaran matematika kurang diminati oleh siswa dan mereka menganggapnya sebagai mata pelajaran yang kurang menarik. Siswa tidak aktif dalam pembelajaran matematika, sehingga pembelajaran yang dilaksanakan tidak bermakna bagi siswa. Selain itu, peneliti melakukan pra observasi dengan tes kemampuan berpikir kreatif matematis untuk materi bilangan bulat yang dilakukan pada bulan November di MTs Hang Nadim Batam menunjukkan masih rendahnya kemampuan

(4)

berpikir kreatif matematis siswa. Ketika diberikan soal kontekstual siswa masih belum terbiasa merinci secara lengkap mengenai soal yang diberikan dan masih belum terbiasa dalam memberikan penyelesaian atau jawaban bervariasi.

Menghadapi permasalahan tersebut, peneliti hadir untuk memberikan contoh pembelajaran yang berpusat pada siswa dan sesuai dengan kebutuhan mereka. Melibatkan proses pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan individu siswa akan memberikan makna pada pembelajaran, sehingga siswa dapat dengan mudah memahami materi yang dipelajarinya. Salah satu pendekatan yang bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan siswa dan diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa adalah pembelajaran terdiferensiasi, khususnya dengan menggunakan discovery learning. Peran penting siswa dalam penerapan model discovery learning adalah untuk memahami materi yang sedang dipelajari, sehingga materi tersebut tidak mudah terlupakan (Surur dkk., 2019)

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif. Menurut Ahyar dkk. (2020) penelitian kuantitatif adalah penelitian ilmiah yang sistematis terhadap bagian-bagian dan

fenomena serta hubungan-hubungannya.

Desain penelitian yang digunakan yaitu pretest- posttest control group desain. Lokasi penelitian ini dilakukan di MTs Hang Nadim Batam. Poulasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa/i MTS Hang Nadim Batam. Teknik pengambilan sampel menggunakan cluster sampling.

Menurut Ary et al. (2010) cluster sampling adalah pengambilan sampel secara acak, dimana sampel yang di acak adalah kelompok bukan individu di dalam kelompok tersebut.

Pada penelitian ini sampel yang dipilih secara acak adalah jenjang kelas. Peneliti memilih secara acak jenjang kelas VII, VIII, IX. Sampel yang terpilih adalah jenjang kelas VII.

Setiap ketua kelas VII kemudian melakukan pengundian menggunakan kertas yang telah disiapkan oleh peneliti untuk menentukan kelas yang akan menjadi kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil pengundian menunjukkan bahwa kelas VIII-A menjadi kelas kontrol yang menjalani pembelajaran konvensional, sementara kelas VIII-B menjadi kelas eksperimen dengan menerapkan pembelajaran terdiferensiasi menggunakan modeldiscovery learning.

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen tes soal uraian untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif matematis siswa pada materi perbandingan.

Analisis yang digunakan yaitu menggunakan uji

(5)

independent sample T-test untuk mengetahui pengaruh pembelajaran terdiferensiasi menggunakan model discovery learning untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis pada materi perbandingan.

Sebelum melakukan uji statistik uji prasyarat terlebih dahulu dilakukan baik pada pretest maupun posttest yaitu menguji normalitas dan homogenitasnya. Pengujian ini menggunakan SPSS 23 sebagaimana untuk pengajuan hipotesis pada kemampuan awal sebagai berikut :

Sedangkan untuk pengajuan hipotesis pada kemampuan akhir sebagai berikut :

HASIL

1. Pelaksanaan Pembelajaran

Pertemuan pertama dilakukan pada tanggal 4 Desember 2023 di kelas VII-B sebagai kelas eksperimen dengan alokasi waktu 3 Jam Pelajaran (JP). Tujuan dari pembelajaran pada pertemuan pertama adalah menciptakan strategi untuk menyelesaikan masalah yang terkait dengan perbandingan senilai. Pada kelas eksperimen, peneliti menerapkan pembelajaran terdiferensiasi menggunakan model discovery learning. Pada kegiatan pembelajaran, peneliti sudah membagikan 4 kelompok siswa berdasarkan gaya belajar yang terdiri atas 1 kelompok visual setiap kelompok beranggotakan 6 orang, 2 kelompok auditori setiap kelompok beranggotakan 6-7 orang, dan 1 kelompok kinestetik yang terdiri dari 6 orang. Dalam membentuk kelompok belajar, peneliti memperhatikan aspek gaya belajar dengan

= Tidak terdapat perbedaan rata-rata pretest kemampuan berpikir kreatif matematis siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol

Terdapat perbedaan rata- rata pretest kemampuan berpikir kreatif matematis siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol

∶ ≤ Rata-rata posttest

kemampuan berpikir kreatif matematis siswa pada kelas eksperimen lebih kecil atau sama dengan kelas kontrol

∶ > Rata-rata posttest

kemampuan berpikir kreatif matematis siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol

(6)

tujuan menciptakan suasana yang nyaman bagi siswa saat menerima informasi dari guru.

Setiap pertemuan akan dilakukan kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup. Dalam kegiatan pendahuluan, peneliti bersiap-siap memulai pembelajaran dengan mengucapkan salam dan berdoa. Selanjutnya, peneliti melakukan pemeriksaan kehadiran siswa, menyampaikan tujuan pembelajaran, dan menjelaskan langkah-langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan.

Pada kegiatan inti, peneliti memulai dengan memberikan stimulus melalui video pembelajaran mengenai manfaat mempelajari materi perbandingan dalam kehidupan sehari- hari, siswa diberi kesempatan untuk bertanya mengenai video yang telah ditampilkan. Setelah itu peneliti memberikan pertanyaa pemantik yang harus dijawab oleh siswa. Peneliti membimbing siswa agar duduk sesuai dengan kelompoknya masing-masing. Selanjutnya peneliti menyampaikan beberapa petunjuk dalam pelaksanan pembelajaran yaitu pertama waktu untuk berdiskusi adalah 60 menit dan 20 menit waktu untuk presentasi, yang kedua yaitu setiap pertanyaan terdapat di LKS di kerjakan sesuai dengan instruksi yang ada, yang ketiga yaitu untuk presentasi dilakukan oleh 2 orang untuk setiap kelompok.

Selanjutnya, peneliti menjelaskan mekanisme khusus untuk masing-masing

kelompok, kelompok pertama yaitu kelompok visual, kelompok visual mengidentifikasi permasalahan kontekstual yang terdapat didalam LKS, kemudian mengumpulkan data atau informasi dari permasalahan kontektual yang diberikan pada LKS. Sumber referensi yang dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan dapat melalui modul yang telah disediakan oleh peneliti.

Selanjutnya peneliti menjelaskan untuk kelompok kedua yaitu kelompok audio, kelompok audio mengidentifikasi permasalahan dari video pembelajaran yang terdapat pada kode QR di LKS nya, kemudian siswa mengumpulkan data atau informasi dari permasalahan pada video pembelajaran.

Sumber referensi yang dapat digunakan untuk menyelesaikan yang diberikan yaitu dapat melalui menonton video pembelajaran yang telah disediakan oleh peneliti. Selanjutnya peneliti menjelaskan untuk kelompok terakhir yaitu kelompok kinestetik, kelompok kinestetik mengidentifikasi permasalahan yang dari LKS dengan tambahan berupa uang mainan dan buku untuk simulasi jual beli. kemudian siswa mengumpulkan data atau informasi dari permasalahan pada LKS. Sumber referensi yang dapat digunakan untuk menyelesaikan yang diberikan dapat melalui berbagai sumber berupa e-modul atau video pembelajaran yang terdapat diyoutube

(7)

Setelah itu, peneliti memberikan dorongan dan bimbingan kepada siswa untuk dapat mengenali masalah yang diberikan. Setiap kelompok melanjutkan diskusi mereka untuk mengolah data sesuai dengan kemampuan berpikir kreatif individu masing-masing. Setelah menyelesaikan Lembar Kerja Siswa (LKS), peneliti meminta perwakilan dari tiap kelompok untuk menyampaikan hasil diskusi mereka.

Kelompok lain memberikan kesempatan siswa untuk saling menanggapi hasil yang disampaikan oleh tiap kelompok. Setelah diskusi, peneliti memberikan konfirmasi dan umpan balik serta penguatan terkait tugas yang diberikan. Dalam kegiatan penutupan, peneliti melakukan refleksi untuk mengevaluasi sejauh mana pemahaman siswa setelah mengikuti pembelajaran; peneliti membimbing siswa untuk merangkum materi yang telah dipelajari; dan peneliti menyimpulkan pembelajaran.

Pertemuan kedua dilakukan pada tanggal 5 Desember 2023 di kelas VIIB sebagai kelas eksperimen dengan alokasi waktu 3 Jam Pelajaran (JP). Adapun tujuan pembelajaran pada pertemuan kedua menghasilkan strategi dalam menangani masalah yang terkait dengan perbandingan berkebalikan nilai. Dengan demikian, siswa mampu mengidentifikasi dan menjelaskan prinsip perbandingan berbalik nilai.

Pada pertemuan kedua, proses pembelajaran dilakukan dengan cara yang sama seperti pada

pertemuan sebelumnya. Kelompok kinestetik melakukan simulasi pembagian komik sebagai kegiatan simulasi pada pertemuan kedua.

Hasil observer terhadap siswa yakni siswa aktif dalam bertukar pikiran ataupun ide dengan temannya saat diskusi dalam kelompok masing-masing; siswa mengumpulkan data dan menggunakan sumber referensi yang telah disediakan peneliti; siswa sudah berani untuk menjawab pertanyaan dari peneliti atau dari temannya ketika diskusi; bertanya kepada peneliti ketika kelompoknya mengalami kesulitan dan gagal mencari solusi; serta dalam memeriksa pekerjaan kelompok lain yang disajikan di depan kelas; siswa melaksanakan tugas yang diberikan baik tugas kelompok maupun tugas individu; dan membuat rangkuman ketika di akhir pembelajaran.

2. Kemampuan Awal Berpikir Kreatif Matematis

Hasil pretest siswa digunakan untuk menilai kemampuan awal berpikir kreatif matematis. Tujuan dari langkah ini adalah untuk memastikan bahwa kemampuan awal untuk kedua kelas adalah setara. Rincian kemampuan awal siswa dapat ditemukan dalam Tabel 1.

(8)

Tabel 1.Deskripsi Kemampuan Awal Berpikir Kreatif Matematis

Keterangan Kelas Kontrol Kelas Eksperimen

Rata-Rata 32,27 29,72

Minimal 21 16

Maksimal 50 46

Std.Deviasi 7,754 8,701

Tabel 1 menunjukkan bahwa nilai rata- ratapretestdi kelas kontrol lebih tinggi daripada rata-ratapretest di kelas eksperimen. Meskipun terdapat perbedaan nilai pretest, perbedaan ini tidak begitu signifikan. Untuk memastikan bahwa perbedaan ini memiliki signifikansi atau tidak, data pretest kemudian diuji statistik. Sebelum melakukan uji statistik perbedaan rata-rata, dilakukan uji prasyarat.

a. Uji Prasyarat

1) Uji NormalitasPretest

Hasil uji normalitas dengan nilai sig.

untuk kelas kontrol yaitu 0,80 dan kelas ekperimen yaitu 0,234. Dari hasil kedua kelas tersebut nilai sig > 0,05 artinya data pretest dikatakan berdistribusi normal.

2) Uji HomogenitasPretest

Hasil uji homogenitas untuk kedua kelas yaitu 0,577, dimana nilai sig. > 0,05 artinya varians pretest untuk kedua kelas penelitian homogen.

b. Uji Perbedaan Rata-RataPretest

Setelah memastikan bahwa data pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen telah memenuhi uji prasyarat, kemudian dilakukan Uji-t dalam bentuk Independent Sampel T-Test dengan tingkat signifikansi sebesar 0,05. Kesimpulan dari Uji-t terhadap hasil pretest adalah jika signifikansi hasil (2- tailed) > 0,05, maka tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Sebaliknya, jika signifikansi hasil (2-tailed) < 0,05, maka terdapat perbedaan yang signifikan. Perbandingan rata-rata kemampuan awal berpikir kreatif matematis terdapat pada tabel 2.

Tabel 2.Hasil Perbedaan Rata-RataPretest

Dari data pada tabel 2 diperoleh nilai sig yang lebih besar dari 0,05. Oleh karena itu, maka diterima yaitu tidak terdapat perbedaan rata-ratapretestkemampuan berpikir kreatif matematis siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Artinya untuk kemampuan awal siswa pada kedua kelas adalah sama sebelum menerima perlakuan yang berbeda.

(9)

3. Kemampuan Akhir Berpikir Kretaif Matematis

Dataposttestdianalis untuk mengetahui kemampuan berpikir kreatif matematis setelah mendapatkan perlakuan khusus. Adapun tujuannya yaitu memastikan adanya pengaruh dari pembelajaran yang diberikan, adapun untuk melihat pengaruh dapat dilihat berdasarkan perbedaan kemampuan berpikir kreatif matematis pada materi perbandingan antara siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol dalam setelah menerima perlakuan yang berbeda.

Rata-rata hasil posttest siswa terdapat dalam tabel 3.

Tabel 3.Hasil Kemampuan Akhir Berpikir Kreatif Matematis

Keterangan Kelas

Kontrol Kelas Eksperimen

Rata-Rata 55,32 66,40

Minimal 42 42

Maksimal 75 92

Std.Deviasi 8,55 12,86

Tabel 3 menggambarkan bahwa nilai kelas kontrol lebih rendah dari pada nilai kelas eksperimen. Untuk menguji signifikansi perbedaan ini, uji prasyarat dilakukan sebelum menguji statistik.

a. Uji Prasyarat

1) Uji NormalitasPosttest

Hasil uji normalitas dengan nilai sig.

untuk kelas kontrol yaitu 0,407 dan kelas ekperimen yaitu 0,740. Dari hasil kedua kelas tersebut nilai sig. > 0,05 artinya untuk data postestdikatakan berdistribusi normal.

2) Uji HomogenitasPosttest

Hasil uji homogenitas untuk kedua kelas yaitu 0,51 menunjukan bahwa nilai sig. > 0,05 artinya varians prosttest untuk kedua kelas penelitian homogen.

b. Uji Hipotesis

Setelah dipastikan bahwa data posttest pada kedua kelas memenuhi uji prasyarat, langkah selanjutnya hasil pada hipotesis yang telah dirumuskan dan kesimpulan yaitu melakukan Uji-t berupa Independent Sampel T- Test.Dengan hipotesis sebagai berikut:

Sig. ≤ , pada taraf signifikansi 0,05, maka ditolak. Kondisi sebaliknya, jika sig. >

, maka diterima atau ditolak. Uji yang dilakukan adalah uji satu pihak (uji pihak kanan), sehingga nilai sig. (2-tailed) harus dibagi 2 (Stanislaus, 2009). Hasil uji hipotesis dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4.Hasil Perbedaan Rata-RataPosttest

(10)

Berdasarkan tabel 4 menunjukkan hasil signifikansi (2-tailed) yaitu 0,001. Karena uji yang satu pihak, maka nilai sig. 0,0005.

Sehingga diperoleh bahwa sig. < 0,05 diterima yaitu rata-rata posttestkemampuan berpikir kreatif matematis siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol.

PEMBAHASAN

Berdasarkan Hasil penelitian yang telah diuraikan menunjukkan bahwa kedua kelas yang dipilih memiliki kesamaan yang signifikan atau memiliki kemampuan awal yang serupa. Hal ini diperlihatkan oleh nilai signifikansi (2-tailed) sebesar 0,204 > 0,05, menunjukkan bahwa nilai pretest keduanya normal dan tidak ada perbedaan yang berarti. Berikutnya, setelah menerima perlakuan yang berbeda dan mengikuti posttest, diperoleh hasil signifikan dengan rata-rata kelas eksperimen dan kelas kontrol masing-masing 66,40 dan 55,32, dengan nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,001. Karena uji yang dilakukan merupakan uji satu pihak (uji pihak kanan), maka sig. = × 0,001 = 0,0005, dan ternyata 0,0005 < 0,05. Analisis data dalam penelitian ini mengindikasikan bahwa rata-rata posttest kemampuan berpikir kreatif matematis siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dari pada kelas kontrol.

Berdasarkan hasil analisis data tersebut diketahui bahwa terdapat pengaruh

pembelajaran terdiferensiasi menggunakan model discovery learning untuk meningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis pada materi perbandingan. Hasil dari penelitian ini mendukung hasil penelitian sebelumnya, hasil penelitian oleh Pane dkk. (2022), yang menyimpulkan bahwa pembelajaran differensiasi berpengaruh pada kemampuan berpikir kreatif siswa. Selain itu, temuan ini juga konsisten dengan hasil penelitian Sohilat (2021), yang menyatakan bahwa model discovery learning memiliki pengaruh signifikan terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis.

Pembelajaran dengan membentuk kelompok berdasarkan gaya belajar siswa merupakan salah satu cara untuk mendukung terjadinya pembelajaran interaktif yang sesuai dengan karakteristik dari pembelajaran terdiferensiasi dengan model discovery learning dimana siswa diberikan kesempatan untuk belajar dan menemukan pengetahuan baru melalui eksplorasi dan eksperimen. Dengan menghadirkan pembelajaran terdiferensiasi dengan model discovery learning mampu meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis.

Menurut Sari dkk. (2022) menyatakan bahwa pembelajaran dengan menerapkan gaya belajar untuk memenuhi kebutuhan siswa menimbulkan pengaruh yang baik terhadap kemampuan berpikir matematis siswa. Hal ini

(11)

dapat terjadi karena jika siswa mengenali gaya belajarnya dengan baik dan belajar mengikuti gaya belajarnya, maka akan membantu pemahaman siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran matematika dan tidak menghilangkan kemungkingkan bahwa siswa memiliki cara sendiri dalam menyelesaikan permasalahan matematika yang masuk dalam indikator-indikator kemampuan berpikir kreatif matematis. Pembelajaran terdiferensiasi juga dirancang agar siswa memiliki pengalaman belajar yang berarti, interaktif dan kontekstual. Sehingga dalam melaksanakan proses pembelajaran guru dapat menciptakan pembelajaran yang interaktif dan menyenangkan siswa agar berpartisipasi aktif, memberikan ruang bagi kreativitas, kemandirian sesuai bakat, minat (Aditomo, 2022). Selain itu, menurut Vygotsky dalam Izzati (2012) menyatakan bahwa siswa dengan menerapkan pembelajaran dengan bekerja secara kelompok akan mencapai level kognisi lebih tinggi dan menyimpan ingatan lebih lama dari pada siswa yang menerapkan pembelajaran dengan bekerja secara individual.

Model pembelajaran konvensional yang dilaksanakan pada kelas kontrol telah dilaksanakan sesuai dengan tahapan pembelajaran yang telah disusun pada RPP.

Peneliti sebagai pusat dalam pembelajaran bertugas untuk menyampaikan materi secara

langsung sedangkan siswa lebih banyak mendengarkan dan memperhatikan penjelasan dari guru. Penelitian oleh Purnomo dkk. (2018) Juga diungkapkan bahwa dalam model pembelajaran konvensional, penekanan lebih diberikan pada peran guru dalam memberikan arahan atau ceramah selama proses pembelajaran berlangsung. Siswa hanya berperan sebagai objek penerima infromasi dari kegiatan pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran konvensional lebih cenderung didominasi oleh peran guru sebagai penyampai ilmu, dengan siswa berperan lebih pasif sebagai penerima ilmu. Dalam model pembelajaran konvensional, terkadang guru menghadapi kesulitan dalam menilai sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan. Keberhasilan siswa dalam proses belajar dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah kemampuan guru dalam menyelenggarakan pembelajaran. Dengan demikian, peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dapat dicapai melalui pelaksanaan pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa oleh guru.

Kesimpulannya, siswa yang mengikuti pembelajaran terdiferensiasi menggunakan model discovery learningmenunjukkan rata-rata kemampuan berpikir kreatif matematis pada materi perbandingan lebih tinggi dibandingkan

(12)

dengan siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional.

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari keseluruhan hasil penelitian yang dilakukan, dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara rata- rata posttest kemampuan berpikir kreatif matematis siswa kelas eksperimen yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Hal ini dibuktikan dengan nilai sig. yaitu 0,0005.

Sehingga diperoleh bahwasig.< 0,05 Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh pembelajaran terdiferensiasi dengan menggunakan model discovery learning untuk meningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa pada materi perbandingan.

SARAN

Keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran dapat ditingkatkan melalui penerapan model pembelajaran terdiferensiasi menggunakandiscovery learning, dapat melatih kreativitas matematis siswa, dan memberikan pembelajaran yang bermakna bagi siswa. Oleh sebab itu, Guru disarankan untuk mengadopsi model pembelajaran terdiferensiasi menggunakan discovery learning sebagai opsi pembelajaran matematika guna meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa.

Penelitian ini terbatas pada pengaplikasian aspek pembelajaran terdiferensiasinya yaitu hanya menerapkan aspek proses sesuai dengan gaya belajar siswa.

Maka dari itu, untuk peneliti selanjutnya agar dapat menerapkan aspek-aspek lain untuk pembelajaran terdiferensiasi agar dapat memperkuat hasil penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Aditomo, A. (2022). Panduan Pembelajaran dan Asesmen Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Menengah. In Seminar Pendidikan IPA Pascasarjana UM.

Ahyar, H., & Dkk. (2020). Buku Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif.

Yogyakarta: Pustaka Ilmu.

Amelia, S. R., & Pujiastuti, H. (2020). Analisis Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Melalui Tugas Open-Ended. Jurnal Pembelajaran Matematika Inovatif, 3(3), 247–258.

https://doi.org/10.22460/jpmi.v3i3.247-258 Anggraeni, I., Zanthy, L. S., & Hendriana, H.

(2018). Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Smp Kelas Viii Pada Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Melalui Pendekatan Open Ended. JPMI (Jurnal Pembelajaran Matematika Inovatif), 1(5), 903.

(13)

https://doi.org/10.22460/jpmi.v1i5.p903- 914

Ary, D., Jacobs, L. ., & Sorensen, C. (2010).

Introduction To Research In Education.

Nelson Education,Ltd.

Darwanto. (2019). Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis (Pengertian dan Indikatornya).

Jurnal Eksponen,9 (2), 20–26.

Kadir, I. A., Machmud, T., Usman, K., & Katili, N.

(2022). Analisis Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Pada Materi Segitiga. Jambura Journal of Mathematics

Education, 3(2), 128–138.

https://doi.org/10.34312/jmathedu.v3i2.163 88

Muhammad Muttaqin. (2021). Konsep Kurikulum Pendidikan Islam. TAUJIH: Jurnal Pendidikan Islam, 3(1), 1–16.

https://doi.org/10.53649/taujih.v3i1.88 Oviyanti, F. (2017). Urgensi Kecerdasan

Interpersonal Bagi Guru. Tadrib: Jurnal Pendidikan Agama Islam, 3(1), 75.

https://doi.org/10.19109/tadrib.v3i1.1384

Pratama, U. (2020). Analisis Gaya Belajar Mahasiswa Pendidikan Seni Pertunjukan Berdasarkan Modalitas Preferensi Sensori.

JINOTEP (Jurnal Inovasi Dan Teknologi Pembelajaran): Kajian Dan Riset Dalam Teknologi Pembelajaran, 7(2), 107–115.

https://doi.org/10.17977/um031v7i22020p1 07

Purnomo, A., Kunusta, M., Fitriyah, Guntur, M.,

& Adawiyah, R. (2018). Pengantar Model Pembelajaran.

Sari et al. (2022). Pengaruh Gaya Belajar terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa SMK Muhammadiyah 4 T.Prosiding Sesiomadika, 168–178.

Stanislaus, U. (2009). Pedoman analisis data dengan SPSS. Edisi Ketiga.Yogyakarta:

Graha Ilmu

Surur, M., Oktavia, S. T., Prodi, D., Ekonomi, P., Prodi, M., & Ekonomi, P. (2019). Pengaruh Model Pembelajaran Discovery Learning.

Jurnal Pendidikan Edutama,6(1), 11–18.

Referensi

Dokumen terkait

2015.. Pengembangan Perangkat Pembelajaran dan Penilaian Otentik Berbasis Model Discovery Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa. Program

Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa model discovery learning praktis, efektif, dan memiliki ukuran pengaruh yang besar dalam meningkatkan kemampuan

mengalami penagruh dari setelah diberikan perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran discovery learning untuk kelas 5A (kelas eksperimen) dan model

Tolak H 0 Ada perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematika yang menggunakan model Discovery Learning dengan model Problem Based Learning materi perbandingan

Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa : (1) Terdapat rata-rata kemampuan pemahaman konsep matematis siswa sesudah diterapkan model pembelajaran discovery learning

discovery learning dengan pendekatan saintifik bermuatan karakter untuk meningkatkan berpikir kreatif yang valid, praktis, dan efektif. Model pengembangan pembelajaran

Perbandingan kemampuan koneksi matematika antara yang menggunakan model pembelajaran Discovery Learning dengan model pembelajaran Knisley Hasil data yang telah diperoleh

Salah satu pendekatan yang bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan siswa dan diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa adalah pembelajaran