E-ISSN: 2775-6750 Print ISSN: 2774-2652
209
RESPON PEMBERIAN ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) ALAMI TERHADAP
PERKECAMBAHAN BIJI TANAMAN JERNANG (Daemonorops sp)
RESPONSE OF NATURAL GROWTH REGULATORS (ZPT) TO THE GERMINATION OF JERNANG PLANT SEEDS (Daemonorops sp)
Yolva Mawaddah1)*, Santi Diana Putri2)*, Yummama Karmaita3)
1) Mahasiswa Agroteknologi Departemen Agroindustri Universitas Negeri Padang, Sumatera Barat, Indonesia
2) Dosen Agroteknologi Departemen Agroindustri Fakultas MIPA Universitas Negeri Padang, Sumatera Barat, Indonesia
3) Dosen Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat, Indonesia
*penulis korespondensi
1)[email protected], 2)[email protected]
Abstrak
Penelitian Respon Pemberian Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) Alami Terhadap Perkecambahan Biji Tanaman Jernang (Daemonorops sp) telah dilaksanakan di rumah kawat departemen Agroindustri FMIPA Universitas Negeri Padang kampus Sijunjung pada bulan Desember 2021 sampai dengan bulan April 2022. Tujuan penelitian adalah mengetahui respon pertumbuhan perkecambahan biji jernang dengan pemberian beberapa zat pengatur tumbuh alami. Metode penelitian rancangan acak lengkap (RAL) dengan 5 taraf perlakuan yaitu A (Kontrol), B (50% ZPT Air Kelapa), C (50% ZPT Tauge), D (50% ZPT Tomat) dan E (50% ZPT Jagung). Data dianalisis dengan uji F pada taraf 5% dan apabila nilai F hitung > F tabel 5%, maka dilanjutkan dengan uji Duncans New Multiple Range Test (DNMRT) pada taraf 5%. Variabel yang diamati adalah waktu muncul tunas, waktu muncul daun pertama, tinggi tanaman, panjang daun, lebar daun, jumlah akar, panjang akar dan persentase kecambah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa respon pemberian ZPT terbaik terdapat pada pemberian 50% ZPT air kelapa yaitu pada veriabel tinggi tanaman, panjang daun, dan lebar daun.
Kata kunci: biji tanaman jernang, perkecambahan, ZPT alami
Abstract
Research on the Response of Natural Growth Regulators (ZPT) to Germination of Jernang Plant Seeds (Daemonorops sp) has been carried out at the wire house of the Agroindustry department of FMIPA Padang State University, Sijunjung campus from December 2021 to April 2022. The purpose of the study was to determine the growth response of jernang seed germination by administering several natural growth regulators. Complete randomized design research method (RAL) with 5 treatment levels, namely A (Control), B (50% ZPT Coconut Water), C (50% ZPT Bean Sprouts), D (50% ZPT Tomato) and E (50% ZPT Corn). The data were analyzed with the F test at the level of 5% and if the F value was calculated > F table 5%, then continued with the Duncans New Multiple Range Test (DNMRT) test at the level of 5%. The variable observed is the time of emergence of shoots. the time of appearance of the first leaves, plant height, leaf length, leaf width, number of roots, root length and percentage of sprouts. The results showed that the best ZPT response was found in giving 50% ZPT of coconut water, namely in the veriabel of plant height, leaf length, and leaf width.
Keywords: germination, jernang plant seeds, natural ZPT
210 Pendahuluan
Indonesia merupakan wilayah tropis yang memiliki keanekaragaman tumbuhan baik itu hasil hutan berupa kayu maupun hasil hutan bukan kayu seperti berbagai jenis rotan yang ada, salah satunya adalah rotan jernang (Daemonorops sp). Jernang adalah salah satu produk hasil hutan bukan kayu yang memiliki banyak manfaat, jernang menghasilkan getah/resin yang digunakan dalam berbagai bidang, resin tersebut menempel dan menutupi bagian luar buah jernang yang diperoleh dari buah jernang betina.
Tanaman jernang merupakan salah satu tanaman yang tumbuh merambat dan membutuhkan tanaman kayu kayuan sebagai media tegaknya. Memiliki panjang ruas batang 18–35 cm, warna coklat kekuningan dan mengkilap, hati berwarna putih, sedangkan daunnya majemuk menyirip dengan anak daun berbentuk lanset seperti pita. Bagian atas anak daun dan tulang daun tumbuh duri halus, duduk daun berhadap-hadapan, bunganya mempunyai malai yang tersusun dalam tandan kuncup diselubungi selundang yang berduri, buahnya berbentuk bulat coklat merah dan berbiji tunggal (Sahwalita, 2014).
Jernang memiliki banyak buah yang digunakan sebagai obat, batangnya untuk bahan furniture serta getahnya untuk bahan pewarna Jernang juga dimanfaatkan dibidang industri diantaranya sebagai pewarna vernis, keramik, alat-alat dari batu, kayu, rotan, kertas, cat, dan bahan obat-obatan. Dalam pemanfaatan dunia medis, getah jernang dimanfaatkan sebagai obat anti nyeri,obat penyembuhan luka, obat sakit gigi, dan obat sehabis melahirkan (Yetti dkk., 2013). Selain itu jernang juga bermanfaat dalam menjaga kondisi tanah di sekitar aliran sungai. Jernang memiliki perakaran yang kuat dan banyak ditemui didekat aliran sungai.
Jernang memiliki nilai ekonomis yang tinggi sehingga dapat memberikan peluang yang besar bagi masyarakat khususnya petani dalam meningkatkan perekonomiannya. Menurut Kementerian Kehutanan (2014) dalam (Savita dkk., 2016), harga jual getah jernang dipengaruhi oleh nilai dolar AS, karena merupakan salah satu produk ekspor.
Harga getah jernang di tingkat petani di pasar lokal berkisar sekitar Rp. 400.000-800.000 per kg, sedangkan di pasaran luar negeri seperti Singapura dikenakan sebesar US $ 300 per kg. Namun, polulasi jernang semakin menurun akibat berbagai faktor seperti panen bersifat terbuka, alih fungsi lahan, kebakaran hutan, dan pola panen dilakukan dengan cara menebang pohonnya. Buah jernang yang menghasilkan getah/resin yaitu buah jernang muda, sehingga makin sedikit buah jernang masak yang dihasilkan benih untuk perkembangan populasi berikutnya. Selain itu proses perkecambahan dan petumbuhan jernang membutuhkan waktu yang lama untuk menghasilkan buah.
Budidaya jernang untuk saat ini masih belum banyak dilakukan dibandingkan dengan pemanfaatannya, untuk menghasilkan bibit dalam jumlah banyak dapat dilakukan dengan melalui pembiakan generatif yaitu menggunakan biji. Namun perkecambahan biji jernang secara alamiah membutuhkan waktu yang lama untuk berkecambah karena memiliki cangkang biji yang sangat keras sehingga perlu perlakuan tambahan guna meningkatkan daya kecambahnya, salah satunya dengan menggunakan zat pengatur tumbuh (ZPT).
Zat pengatur tumbuh (ZPT) merupakan senyawa organik bukan hara baik yang terbentuk alami maupun dibuat oleh manusia yang dalam jumlah sedikit dapat mendukung, merangsang, menghambat dan mengubah pertumbuhan, perkembangan, dan pergerakan. Penggunaan ZPT secara langsung dapat meningkatkan daya kecambah dan kualitas bibit serta mengurangi jumlah bibit yang tumbuh abnormal (Emilda, 2020). Penggunaan ZPT alami merupakan alternatif yang mudah diperoleh di sekitar kita, harga relatif murah dan aman digunakan. Beberapa ZPT yang dapat
211 digunakan sebagai ZPT alami adalah seperti air kelapa, tauge, tomat, dan jagung. ZPT tersebut mempunyai fungsi yang sangat berguna dalam menunjang perkecambahan.
Air kelapa mengandung fitohormon sitokinin, auksin, dan giberelin. Kandungan hormon tersebut berperan dalam memicu terjadinya pembelahan sel, pemanjangan sel dan diferensiasi jaringan terutama dalam pertumbuhan tunas pucuk (Ariyanti dkk., 2018). Pada kecambah kacang hijau (tauge) mengandung fitohormon seperti auksin, giberelin, dan sitokinin berfungsi mempercepat proses pembelahan sel, perkembangan embrio, serta memacu pertumbuhan tunas dan akar (Emilda, 2020). Selanjutnya pada ekstrak tomat terkandung zat pengatur tumbuh dari golongan sitokinin yang berfungsi dalam pembentukan klorofil (Heriansyah, dan Elfi, 2020). Dan pada biji jagung juga mengandung vitamin dan unsur hara seperti K, Na, P, Ca, dan Fe yang penting untuk pertumbuhan (Herawati dkk., 2021). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon pertumbuhan perkecambahan biji jernang dengan pemberian beberapa zat pengatur tumbuh alami.
Metode Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2021 sampai dengan bulan April 2022 di rumah kawat Departemen Agroindustri FMIPA Universitas Negeri Padang kampus sijunjung, Kecamatan Sijunjung, Kabupaten Sijunjung. Alat yang digunakan pada penelitian adalah alat tulis, kamera handphone, polibag, meteran, ember, label, cangkul, dan jangka sorong.Bahan yang digunakan adalah benih tanaman jernang, air, air kelapa, tauge, tomat, dan jagung sebagai ZPT alami serta tanah dan sekam sebagai media tanam.
Rancangan yang digunakan pada penelitian adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan yang terdiri dari A= Kontrol, B= ZPT Air Kelapa 50%, C= ZPT Tauge 50%, D= ZPT Tomat 50%, dan E= ZPT Jagung 50%. Dengan 5 perlakuan dan 5 ulangan sehingga terdapat 25 percobaan. Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan Tabel anova 5%. Apabila F hitung lebih besar dari F tabel 5% dilakukan uji lanjut dengan menggunakan Duncan New Multiple Range Test (DNMRT) pada taraf 5%.
Pelaksanaan penelitian diawali dengan persiapan media tanam yang terdiri campuran tanah dan sekam padi dengan perbandingan 1: 1 yang di masukkan kedalam polibag, selanjutnya persiapan benih jernang dengan menggunakan benih dari buah yang telah masak fisiologis ditandai dengan buah dengan ukuran besar, kadar resin tipis/tidak ada, warna kulit buah kuning mengkilat atau coklat muda hingga merah. Kemudian biji yang telah disiapkan diberi masing-masing perlakuan dengan waktu perendaman 24 jam dan setelah dilakukan perendanam biji ditanam ke dalam media tanam.
Pengamatan dilakukan 3 minggu setelah tanam dengan variabel pengamatan terdiri dari hari muncul tunas, hari muncul daun pertama, tinggi tunas, panjang daun, lebar daun, jumlah akar, panjang akar, dan persentase kecambah.Penelitian dikontrol setiap hari untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan tanaman jernang
212 Hasil dan Pembahasan
Waktu Muncul Tunas (hari)
Pengamatan dilakukan setiap hari, sejak benih disemai pada media tanam, hasil pengamatan dianalisis secara statistik dengan menghitung jumlah hari yang dibutuhkan oleh benih untuk bertunas. Hasil perhitungan rata-rata dari waktu muncul tunas dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Rata-rata waktu muncul tunas (hari)
Taraf Perlakuan Rata-rata waktu muncul tunas
A= perendaman dengan air biasa (Kontrol) 12.33 B= Perendaman dengan ZPT air kelapa 50% 11.67
C= Perendaman dengan ZPT tauge 50% 11.33
D= Perendaman dengan ZPT tomat 50% 13.00
E= Perendaman dengan ZPT jagung 50% 13.67
Koefisien Keragaman= 14.58%
Sumber: Hasil olahan data pribadi
Tabel 1 menunjukkan secara angka bahwa rata-rata waktu muncul tunas (hari) setelah diberi perlakuan dengan rata-rata waktu tercepat adalah pada perlakuan C (11, 33 hari) dibandingkan dengan perlakuan A (12,33 hari), B (11,67 hari), D (13,00 hari) dan perlakuan E (13,67 hari). Hal ini terjadi karena pemecahan/pematahan dormansi biji membutuhkan energi baik yang berasal dari cadangan makanan yang terdapat didalam biji maupun yang diberikan.
Salah satu zpt yang memberikan pengaruh baik untuk pertumbuhan tunas jernang yaitu seperti ekstrak kecambah kacang hijau karena memiliki konsentrasi senyawa zat pengatur tumbuh auksin 1,68 ppm, giberelin 39,94 ppm dan sitokinin 96,26 ppm yang sangat dibutuhkan tanaman (Ulfa, 2014).
Ekstrak tauge merupakan salah satu zat pengatur tumbuh yang mengandung hormon auksin dan giberelin yang sangat berperan dalam proses perkecambahan yaitu dalam pemecahan dormansi. Perendaman benih dengan menggunakan ekstrak tauge memicu terjadi proses imbibisi yang menyebabkan terjadinya pelepasan giberelin dari embrio untuk mengaktifkan enzim-enzim yang berperan dalam memecah cadangan makanan dalam biji seperti amylase, protease, lipase yang kemudian memberikan energi bagi perkembangan embrio diantaranya radikula yang akan menembus endosperm, kulit biji atau buah yang menjadi pembatas perkecambahan (Nurmiati dan Gazali, 2019).
Waktu Muncul Daun Pertama (hari)
Pengamatan terhadap waktu muncul daun pertama dilakukan setiap hari dengan menghitung jumlah hari yang dibutuhkan oleh tanaman jernang dari mulai tanam hingga muncul daun pertama dari benih tersebut.Hasil perhitungan yang telah dianalisis secara statistik menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata yang dapat dilihat pada Tabel 2.
213 Tabel 2. Rata-rata hari muncul daun pertama (hari)
Taraf Perlakuan Rata-rata hari muncul daun pertama
A= perendaman dengan air biasa (Kontrol) 83.00 B= Perendaman dengan ZPT air kelapa 50% 83.33
C= Perendaman dengan ZPT tauge 50% 84.33
D= Perendaman dengan ZPT tomat 50% 80.33
E = Perendaman dengan ZPT jagung 50% 82.33
Koefisien Keragaman = 6.98%
Sumber: Hasil olahan data pribadi
Tabel 2 menunjukkan secara angka bahwa rata-rata umur munculnya daun pertama dengan perlakuan perendaman berbagai ZPT selama 24 jam terlihat bahwa perlakuan D (80,33 hari) lebih cepat muncul daun pertamanya di bandingkan dengan perlakuan lainnya yaitu pada perlakuan A (83,00 hari), perlakuan B (83,33 hari), perlakuan C (84,33 hari) dan pada perlakuan E (82,33). Perbedaan ini terjadi dikarenakan kandungan zpt yang terdapat didalam ekstrak tomat dengan konsentrasi 50% memiliki kandungan yang sesuai untuk perkecambahan dan pertumbuhan awal daun pada jernang.
Menurut Dewi dkk., (2021) kandungan zpt pada ekstrak tomat berperan dalam pembentukan klorofil pada tanaman, ekstrak tomat mengandung hormon auksin, sitokinin yang berperan dalam pengatur tumbuh yang dalam konsentrasi yang sesuai hormon tersebut dapat menstimulasi sel tanaman sehingga pertumbuhan dapat berlangsung dengan optimal, namun jika dalam konsentrasi tinggi justru dapat menghambat pertumbuhan itu sendiri. Heriansyah dan Elfi, (2020) juga menambahkan bahwa kandungan auksin pada buah tomat matang juga dapat menstimulasi organogenesis, embryogenesis, pertumbuhan dan perkembangan tunas, serta penting dalam pengaturan pembelahan sel daun sehingga jumlah daun bertambah.
Tinggi Tanaman (cm)
Hasil analisis statistik terhadap pengamatan tinggi tanaman (cm) jernang menunjukan bahwa pemberian zpt alami memberikan pengaruh tidak berbeda nyata terhadap pertumbuhan tinggi tanaman (cm) jernang yang dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Rata-rata tinggi tanaman (cm) jernang
Taraf Perlakuan Rata-Rata Tinggi Tanaman (cm)
A= perendaman dengan air biasa (Kontrol) 7.33 B= Perendaman dengan ZPT air kelapa 50% 8.63
C= Perendaman dengan ZPT tauge 50% 8.13
D= Perendaman dengan ZPT tomat 50% 7.83
E= Perendaman dengan ZPT jagung 50% 7.33 Koefisien Keragaman = 13.39%
Sumber: Hasil olahan data pribadi
Berdasarkan Tabel 3, dapat dilihat bahwa pertumbuhan tinggi tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan B (8,63 cm) Kemudian diikuti oleh pemberian perlakuan C (8,13 cm), D (7,83 cm) pada pemberian perlakuan E dan A memberikan hasil dengan rata-rata tinggi tanaman yang sama yaitu (7,33 cm). Terjadinya perbedaan pada tinggi tanaman jernang ini disebabkan air kelapa adalah salah satu hara yang mudah diserap oleh tanaman dan memiliki banyak kandungan yang sangat bermanfaat bagi tanaman sehingga memberikan pengaruh yang baik bagi pertumbuhan tinggi tanaman.
214 Air kelapa mampu merangsang pertumbuhan tanaman apabila digunakan pada konsentrasi yang tepat.
(Amsyahputra dkk., 2016) Konsentrasi air kelapa 50% menunjukkan pertambahan tinggi tanaman, pertambahan lingkar batang, luas daun, sedangkan konsentrasi lebih tinggi dari 75% - 100% kurang efektif bagi pertumbuhan tanaman. Konsentrasi ini sesuai dengan yang dibutuhkan oleh benih jernang dalam proses perkecambahannya karena pada perlakuan air kelapa 50% ini memberikan hasil yang paling baik pada pertumbuhan tinggi tanaman jernang.
Air kelapa mengandung zat tumbuh seperti auksin, sitokinin dan giberelin yang berfungsi sebagai pemicu terjadinya metabolisme dan respirasi sel. Selanjutnya menurut Shiddiqi dkk., (2012), Auksin yang diserap akan mengaktifkan energi cadangan makanan sehingga meningkatkan pembelahan sel, pemanjangan dan diferensiasi sel yang pada akhirnya terjadi pemanjangan batang. Cara kerja auksin yaitu mempengaruhi pengendoran/pelenturan dinding sel, sehingga pada konsentrasi yang tepat diberikan pada suatu tanaman maka semakin baik hasilnya.
Panjang Daun (cm)
Hasil analisis statistik terhadap pengamatan panjang daun (cm) tanaman jernang menunjukkan bahwa pemberian beberapa ZPT alami berpengaruh tidak berbeda nyata terhadap panjang daun (cm) tanaman jernang tersebut, hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Rata-rata panjang daun (cm) tanaman jernang
Taraf Perlakuan Rata-Rata Panjang daun (cm)
A= perendaman dengan air biasa (Kontrol) 4.10 B= Perendaman dengan ZPT air kelapa 50% 4.83
C= Perendaman dengan ZPT tauge 50% 4.27
D= Perendaman dengan ZPT tomat 50% 4.10
E= Perendaman dengan ZPT jagung 50% 3.77
Koefisien Keragaman = 13.21%
Sumber: Hasil olahan data pribadi
Tabel 4 menunjukkan rata-rata pertumbuhan panjang daun terpanjang adalah pada perlakuan perendaman dengan ZPT air kelapa 50% dengan rata-rata panjang daun yaitu (4,83 cm). Diikuti oleh pemberian perlakuan perendaman dengan ZPT tauge 50% dengan rata-rata panjang daun yaitu (4,27 cm), selanjutnya oleh perlakuan ZPT tomat dan kontrol yang memiliki nilai rata-rata yang sama yaitu (4,10 cm), dan pertumbuhan panjang daun terendah terdapat pada pemberian perlakuan ZPT jagung dengan rata-rata (3,77 cm). Pemberian ZPT air kelapa 50%
memberikan hasil terbaik pada pertumbuhan panjang daun , hal ini terjadi karena kandungan ZPT dalam air kelapa seperti auksin, giberelin serta peran nitrogen yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Nitrogen merupakan unsur yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan daun tanaman.
Air kelapa mengandung hormon sitokinin yang merupakan hormon pertumbuhan yang banyak digunakan untuk merangsang pertumbuhan tanaman pada vase vegetatif. Selain berpengaruh pada peningkatan sitokinesis dan pembesaran sel, sitokinin juga berfungsi dalam pembentukan organ, penunda penuaan, meningkatkan aktivitas limbung, memacu perkembangan kuncup samping tumbuhan dikotil, memacu perkembangan kloroplas dan sintesis klorofil (Amsyahputra dkk., 2016).
215 Lebar Daun Tanaman Jernang (cm)
Hasil pengamatan terhadap pertumbuhan lebar daun (cm) tanaman jernang yang telah dianalisis statistik menunjukan bahwa pemberian beberapa ZPT pada perkecambahan jernang berpengaruh tidak nyata terhadap pertumbuhan lebar daun pada tanaman jernang, hal tersebut dapat dilihat dari Tabel 5.
Tabel 5. Rata-rata lebar daun tanaman Jernang (cm)
Taraf Perlakuan Rata-Rata Lebar Daun (cm)
A= perendaman dengan air biasa (Kontrol) 0.87
B= Perendaman dengan ZPT air kelapa 50% 1.03
C= Perendaman dengan ZPT tauge 50% 1.00
D= Perendaman dengan ZPT tomat 50% 1.00
E= Perendaman dengan ZPT jagung 50% 0.90
Koefisien Keragaman = 7.61%
Sumber: Hasil olahan data pribadi
Pada tabel 5 dapat dilihat bahwa rata-rata pertumbuhan daun terlebar pada perlakuan B (1,03 cm) sedangkan pada perlakuan perendaman dengan C dan D memberikan hasil rata-rata pertumbuhan lebar daun yang sama yaitu (1,00 cm). kemudian pada perlakuan E yaitu (0,90 cm), sedangkan lebar daun terkecil yaitu pada perlakuan kontrol dengan rata-rata (0,87 cm). Hal ini disebabkan kandungan dan manfaat yang dimiliki ZPT berbeda-beda sehingga memberikan respon yang berbeda pada tanaman seperti auksin, giberelin, sitokinin pada air kelapa yang berperan dalam memicu terjadinya pembelahan sel, pemanjangan sel dan diferensiasi jaringan terutama dalam pembelahan tunas pucuk yang akan terus berkembang menghasilkan daun (Ariyanti dkk.,2018), serta kandungan-kandungan lain pada air kelapa seperti seperti nitrogen, phosphor dan kalium
Seperti yang disebutkan (Darlina dkk., 2016) bahwa dalam air kelapa mengandung phosphor yang berguna dalam fotosintesis, respirasi, komponen fosfolipid, merangsan pertumbuhan akar yang kuat sehingga tahan kekeringan. Kalium dalam air kelapa berguna untuk merangsang pertumbuhan dengan cepat, aktivator enzim, mengatur tekanan tugor dalam proses membuka dan menutupnya stomata. Selain itu sulfur adalah komponen penyusun asam amino dan magnesium pada air kelapa merupakan komponen penyusun klorofil yang berguna dalam fotosintesis. Kandungan nitrogen dalam air kelapa dalam jumlah yang cukup dapat berperan dalam mempercepat pertumbuhan tanaman secara keseluruhan, khususnya batang dan daun. Kandungan tersebut yang membantu merangsang pertumbuhan pada awal pertumbuhan tanaman, oleh karena itu pemberian ZPT air kelapa pada perendaman benih jernang ini memberikan pengaruh yang baik terhadap pertumbuhan daun jernang.
Jumlah Akar (helai)
Hasil pengamatan terhadap pertumbuhan jumlah akar tanaman jernang yang telah dianalisis secara statistik menunjukkan bahwa pemberian beberapa ZPT alami terhadap perkecambahan jernang memberikan pengaruh tidak berbeda nyata terhadap pertambahan jumlah akar tanaman jernang. Hasil rata-rata jumlah akar tersebut dapat dilihat pada Tabel 6.
216 Tabel 6. Rata-rata jumlah akar tanaman jernang
Taraf Perlakuan Rata-rata jumlah akar
A= perendaman dengan air biasa (Kontrol) 3.67 B= Perendaman dengan ZPT air kelapa 50% 2.67
C= Perendaman dengan ZPT tauge 50% 3.67
D= Perendaman dengan ZPT tomat 50% 4.33
E= Perendaman dengan ZPT jagung 50% 3.67
Koefisien Keragaman= 20.29%
Sumber: Hasil olahan data pribadi
Tabel 6 menunjukkan secara angka bahwa rata-rata jumlah akar tanaman jernang terbanyak yaitu pada perlakuan D (4,33) lebih besar dibandingkan dengan perlakuan A, C dan E yaitu (3,67), sedangkan rata-rata jumlah akar terendah terdapat pada perlakuan B yaitu (2,67). Rata-rata Jumlah akar paling sedikit pada perlakuan air kelapa karena kandungan zpt yang terdapat di dalam air kelapa, selain untuk mempercepat pertumbuhan tanaman zpt juga dapat menghambat pertumbuhan tanaman yang dalam jumlah tertentu seperti kandungan giberelin air kelapa 50%
terhadap jumlah akar tanaman jernang ini.
Sitanggang, (2015) menyatakan bahwa selain untuk menunjang pertumbuhan seperti pada tunas dan daun giberelin memiliki pengaruh yang kecil terhadap pertumbuhan jumlah akar dan terkadang dapat menghambat pertumbuhan akar. Akar merupakan salah satu bagian yang sangat penting dalam pertumbuhan tanaman, akar berfungsi sebagai penyerap unsur hara bagi tanaman dan sebagai pengokoh tegaknya suatu tanaman, semakin banyak jumlah akar maka kemampuan menyerap unsur hara akan semakin tinggi. Ekstrak tomat matang mengandung hormon auksin dan sitokinin aktif yang dapat menunjang kebutuhan unsur hara yang diperlukan oleh tanaman salak.Sehingga semakin tercukupi kebutuhan hara suatu tanaman semakin baik pula pertumbuhan akar, batang, dan daunnya.
Panjang Akar (cm)
Hasil pengamatan terhadap rata-rata panjang akar tanaman jernang yang telah di analisis secara statistik menunjukkan bahwa pemberian beberapa zpt terhadap perkecambahan jernang memberikan hasil tidak berbeda nyata terhadap pertumbuhan panjang akar jernang yang dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Rata-rata panjang akar tanaman jernang (cm)
Taraf Perlakuan Rata-rata Panjang akar (cm)
A= perendaman dengan air biasa (Kontrol) 8.13
B= Perendaman dengan ZPT air kelapa 50% 8.13
C= Perendaman dengan ZPT tauge 50% 8.50
D= Perendaman dengan ZPT tomat 50% 6.57
E= Perendaman dengan ZPT jagung 50% 8.83
Koefisien Keragaman = 30.26%
Sumber: Hasil olahan data pribadi
Tabel 7 menunjukkan secara angka bahwa rata-rata pertumbuhan akar terpanjang (cm) tanaman jernang terdapat pada perlakuan D (8,3 cm), kemudian diikuti oleh C (8,50 cm), untuk perlakuan A dan B memiliki rata-rata yang sama yaitu (13,00 cm), sedangkan rata-rata panjang akar terpendek yaitu pada perlakuan D (6,57 cm). Ekstrak tomat lebih banyak mempengaruhi pertumbuhan jumlah akar tanaman jernang sedangkan untuk pemanjangan akar tanaman jernang perlakuan zpt jagung lebih memberikan respon yang lebih baik karena jagung memiliki kandungan zpt yaitu sitokinin 53,94 ppm, auksin 1,67 ppm dan giberelin 41,23 ppm, rasio auksin dan sitokinin yang sesuai akan
217 memacu pembelahan dan pembesaran sel-sel akar dan tunas dan akan memacu dan berperan dalam pembesaran dan pemanjangan sel primordial akar Davies, (1995) dalam Herawati dkk., (2021). Penggunaan ekstrak jagung juga memberikan interaksi yang baik dalam peningkatan jumlah plantlet, tunas dan akar pada anggrek (Rosyidah, 2014)
Dalam ekstrak jagung terkandung asam amino, karbohidrat, vitamin, mineral serta hormon pertumbuhan seperti auksin dan sitokinin yang dapat memenuhi kebutuhan hara yang diperlukan oleh tanaman zat-zat yang terdapat di dalam jagung dapat memicu terjadinya pembelahan sel sehingga menstimulir pembentukan akar.
Herawati dkk., (2021) menyatakan bahwa penambahan ekstrak jagung ke dalam media MS memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan akar dan pemanjangan akar anggrek, sehingga auksin pada ekstrak jagung sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan panjang akar tanaman jernang.
Persentase Kecambah (%)
Hasil pengamatan terhadap persentase kecambah bibit yang hidup didapatkan dengan cara menghitung jumlah kecambah yang tumbuh per perlakuan pada hari terakhir penelitian. Persentase kecambah yang hidup dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Persentase kecambah jernang yang hidup (%)
Taraf Perlakuan Persentase kecambah yang Hidup (%)
A = perendaman dengan air biasa (Kontrol) 100 B = Perendaman dengan ZPT air kelapa 50% 100
C = Perendaman dengan ZPT toge 50% 100
D = Perendaman dengan ZPT tomat 50% 100
E = Perendaman dengan ZPT jagung 50% 100 Koefisien Keragaman = 100 %
Sumber: Hasil olahan data pribadi
Berdasarkan Tabel 8 dapat dilihat bahwa hasil pengamatan terhadap persentase kecambah yang hidup pada setiap perlakuan tumbuh 100%, baik benih yang diberi perlakuan perendaman dengan ZPT alami maupun hanya dengan perendaman air biasa (kontrol) saja. Pemilihan biji dari buah yang baik dan masak mampu memberikan pengaruh terhadap persentase kecambah yang akan tumbuh.
Kesimpulan dan Saran
Berdasarkan hasil penelitian respon pemberian zat pengatur tumbuh alami terhadap perkecambahan biji tanaman jernang dapat disimpulkan bahwa pemberian konsentrasi ZPT 50% pada semua perlakuan menunjukkan hasil yang tidakberbeda nyata. Namun respon pertumbuhan terbaik yaitu pada perlakuan air kelapa 50% terhadap variabel tinggi tanaman, panjang daun dan lebar daun pada tanaman jernang.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, penggunaan ZPT alami dengan konsentrasi yang lebih ditingkatkan maupun dicampurkan/dikombinasikan dengan ZPT alami lainnya diharapkan memberikan hasil perkecambahan yang lebih signifikan sehingga hasil diperoleh ada yang berbeda nyata.
Daftar Pustaka
Amsyahputra. A., Adiwirman., Nurbaiti. 2016. Pemberian Berbagai Konsentrasi Air Kelapa Pada Bibit Kopi Robusta (Coffea canephora Pierre). Fakultas Pertanian URJOM Faperta, Jurnal Online Mahasiswa. 3(2):1-12 Universitas Riau. Diakses 15 Mei 2018
218 Ariyanti, M., Suherman, C., Maxiselly, Y., Rosniawaty, S. 2018. Pertumbuhan Tanaman Kelapa (Cocos nicifera L.) Dengan Pemberian Air Kelapa.DOI : 10.30598/jhppk.2018.2.2.201 ISSN ONLINE : 2621-8798 hal 201-212 Darlina, Hasanuddin, & Rahmatan, H. 2016. Pengaruh Penyiraman Air Kelapa (Cocos nucifera L.) Terhadap
Pertumbuhan Vegetatif Lada (Piper ningrum L.). Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Biologi, 1(1), 20–28.
Emilda.2020. Potensi Bahan-Bahan Hayati Sebagai Sumber Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) Alami.Jurnal Agroristek, 3(2), 64–72.
Herawati, D., Mukarlina., Zakiah, Z. 2021. Multiplikasi Anggrek (Dendobium sp) Dengan Penambahan Ekstrak Jagung (Zea mays) Dan Napthalaene acetic (NAA) Secara In Vitro. BIOMA. 6(1) : hal 38-47 Januari-Juni 2021
Heriansyah, P. dan Elfi, I. 2020. Uji Tingkat Kontaminasi Eksplan Anggrek Bromheadia finlysoniana L.miq dalam Kultur In-Vitro Dengan Penambahan Ekstrak Tomat.Jurnal Agroqua. 18 (2) : hal 223-232
Nurmiati., dan Gazali. Z. 2019. Pengaruh Konsentrasi dan Lama Perendaman Ekstrak Tauge (Vigna radiata L.) Terhadap Perkecambahan Terung (Solamun melongena L.). Jurnal Pendidikan Biologi dan Sains (PENBIOS). 4(1): hal 41-46
Rosyidah, J, 2014. Respon Pertumbuhan dan Perkembangan Plantlet Anggrek Dendrobium sp. dan Onchidium sp.
Terhadap Macam Ekstrak Bahan Alami Melalui Kultur in vitro. Fakultas Pertanian. Universitas Jember Sahwalita.2014. Budidaya Rotan Jernang.Balai Penelitian Kehutanan Palembang.
Savita, C. E., Sofyan., Irwan, A. Kadir. 2016. Prospek Pengembangan Usahatani Jernang di Kabupaten Aceh Jaya (Farming Development Prospects jernang in Aceh Jaya). Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Unsyiah Volume 1, Nomor 1 : halaman 543-549
Shiddiqi. U. A., Murniati., Sukemi. 2012. Pengaruh Pemberian Zat Pengatur Tumbuh Terhadap Pertumbuhan Bibit Stum Mata Tidur Tanaman Karet (Hevea brasilliensis). Jurnal. Fakultas Pertanian Universitas Riau
Sitanggang, A., Islan, Sukemi, I.S. 2015.Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang Ayam dan Zat Pengatur Tumbuh Giberelin Terhadap Pertumbuhan Bibit Kopi Arabika.JOM Faperta.2(1)
Ulfa, Fachirah. 2014. Peran Senyawa Bioaktif Tanaman Sebagai Zat Pengatur Tumbuh Dalam Memacu Produksi Umbi Mini Kentang Solanum tuberosum L. Pada Sistem Budidaya Aeroponik. Disertasi Program Studi Ilmu Pertanian Pasca Sarjana. Universitas Hasanuddin. Makassar.
Yetty, Y., Hariyadi, B., Murni, P. 2013. Studi Etnobotani Jernang (Daemonorops spp) Pada Masyarakat Desa Lamban Sigatal dan Sepintun Kecamatan Pauh Kabupaten Sarolangun Jambi. Biospecies. 6(3):38-44.