• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBERIAN MOL KEONG MAS DAN PUPUK KANDANG AYAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG NAGARA DI LAHAN GAMBUT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "PEMBERIAN MOL KEONG MAS DAN PUPUK KANDANG AYAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG NAGARA DI LAHAN GAMBUT"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBERIAN MOL KEONG MAS DAN PUPUK KANDANG AYAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG NAGARA DI LAHAN GAMBUT (Application of Local Microorganisme (LMo) of Golden Snail and Chicken Manure on the

Growth and Yield of Nagara Beans in Peatlands) Toria Magistra1, Raihani Wahdah2, Noor Aidawati3

1Program Studi Magister Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Lambung Magkurat

2 Program Studi Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat

3 Program Studi Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lambung Magkurat

*Penulis koresponden: [email protected] Naskah Diterima : 30-10-2023

Naskah Disetujui : 19-01-2024 Naskah Diterbitkan: 08-02-2024

This is an open-access article under the CC-BY 4.0 License. Copyright © 2023 by authors

ABSTRACT

This research aims to examine the effect of the interaction of golden snail MOL with chicken manure on the growth and yield of nagara bean plants and to examine the best combination of golden snail MOL and chicken manure on the growth and yield of nagara bean plants. This research used a factorial randomized block design (RAK) consisting of 2 factors and 3 replications.

The first factor of the MOL dose for golden snails consists of 4 levels, m1 = 5 ml L-1 : m2 = 10 ml L-1 : m3 = 15 ml L-1 : m4 = 20 ml L-1. The second factor of chicken manure dosage (K) consists of 4 levels, k0 = 0 t ha-1 :k1 = 5 t ha-1 :k2 = 10 t ha-1 :k3 = 15 t ha-1. The results of the study showed that there was no interaction between golden snail MOL and chicken manure on all observed parameters. The single factor of giving MOL golden snails had a significant effect on the variable height of plants aged 4, 7, 13, and 14 WAP. Providing higher concentrations of golden snail MOL (20 and 15 ml L-1) had a good effect on the growth of nagara bean plants. The single factor of giving chicken manure had a significant effect on the variables of plant height aged 11, 12, 13, and 14 WAP, weight of 100 seeds, seed yield per plant, and plant yield per hectare. Providing chicken manure at a rate of 15 t ha-1 had a good effect on plant height, number of seeds, weight of 100 seeds, seed yield, yield per plant, and yield per hectare.

Keywords: Nagara nuts, MOL, chicken manure.

ABSTRAK

Tujuan penelitian adalah menganalisis pengaruh interaksi MOL keong mas dengan pupuk kandang ayam pada pertumbuhan dan hasil tanaman kacang nagara dan menganalisis kombinasi terbaik antara MOL keong mas dan pupuk kandang ayam pada pertumbuhan dan hasil tanaman kacang nagara. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial terdiri 2 faktor dan 3 ulangan. Faktor kesatu dosis MOL keong mas terdiri 4 taraf, m1 = 5 ml L-1 : m2

= 10 ml L-1 : m3 = 15 ml L-1 : m4 = 20 ml L-1. Faktor kedua takaran pupuk kandang ayam (K) terdiri 4 taraf, k0 = 0 t ha-1 :k1 = 5 t ha-1 :k2 = 10 t ha-1 :k3 = 15 t ha-1. Hasil penelitian membuktikan bahwa

(2)

tidak terdapat interaksi antara MOL keong mas dengan pupuk kandang ayam pada semua parameter pengamatan. Faktor tunggal aplikasi MOL keong mas berdampak jelas terhadap peubah tinggi tanaman 4, 7, 13, dan 14 MST. Pemberian MOL keong mas konsentrasi yang lebih tinggi (20 dan 15 ml L-1) memberikan efek yang bagus pada pertumbuhan tanaman kacang nagara. Faktor tunggal aplikasi pupuk kandang ayam berdampak jelas pada peubah tinggi tanaman umur 11, 12, 13, dan 14 MST, berat 100 biji, hasil biji per tanaman dan hasil tanaman per hektar. Pemberian pupuk kandang ayam takaran 15 t ha-1 memberi pengaruh yang baik pada tinggi tanaman, jumlah biji, berat100 biji, hasil biji, hasil per tanaman, dan hasil per hektar.

Kata kunci : Kacang nagara, MOL, pupuk kandang ayam.

PENDAHULUAN

Tanaman kacang nagara (Vigna unguiculata ssp) adalah sub spesies kacang tunggak plasma nutfah di Kalimantan Selatan. Menurut Susi (2012), kandungan protein tempe kacang nagara mencapai 25,37%, hampir mendekati kandungan protein tempe kedelai yang berkisar 27,70 – 30,60 % (Ginting et al., 2009).

Budidaya kacang nagara di lahan lebak memberikan peluang sangat besar untuk budidaya kacang nagara di lahan gambut.

Meskipun demikian, perlu ada beberapa perlakuan supaya tanah gambut dapat optimal digunakan sebagai media tumbuh tanaman. Pemanfaatan lahan gambut untuk pertanian menurut Sabiham & Maswar (2016) hanya berkisar 15 % dari total luas lahan gambut Indonesia. Lahan produktif yang semakin langka memberikan peluang untuk meningkatkan pemanfaatan lahan gambut di Indonesia

Komoditas pangan dan hortikultura yang bisa dibudidayakan pada daerah gambut yaitu, padi, palawija, jeruk, lidah buaya, dan berbagai sayuran (Maftu’ah et al., 2016). Di antara tanaman palawija salah satunya dapat di tanam pada lahan gambut adalah kacang tunggak (Ritung & Sukarman, 2016). Pada dasarnya tingkat kesuburan yang rendah dimiliki oleh tanah gambut yang ditandai dengan pH rendah, antara 3 – 5,1 (Najiyati et al. 2005). Menurut Noor (2001), Kemasaman (pH rendah) akibat adanya oksidasi terhadap pirit (FeS2), endapan dari marin dapat juga disebut

dengan pirit, apabila teroksidasi akan menjadi ion H+ yang mengakibatkan pH berkurang. Najiyati et al. (2005) menyatakan bahwa, selain tanah yang masam, permasalahan tanah gambut yaitu rendahnya ketersediaan unsur hara makro berupa unsur P berkisar 11 – 14,5%, unsur N berkisar 1,33 – 1,95%, dan unsur K berkisar 28 – 30%. Kapasitas tukar kation lahan gambut tergolong tinggi, 100-300 mempunyai kisaran 100-300 me 100 g-1 (Hartatik & Suriadikarta, 2006). Tanah gambut memiliki kejenuhan basa rata-rata kurang dari 10% (Masganti, 2003).

Petani di Kalampangan (Kalteng) telah lama menggunakan pupuk kandang sebagai upaya agar tanah gambut menjadi lebih subur (Maftu’ah et al., 2016). Menurut Hartatik & Widowati (2006) Komposisi hara pada pupuk kandang yaitu N (1,50%), P (1,97%), K (0,68%). Terdapat kelemahan pupuk kandang yaitu rendanya komposisi hara makro dan mikro sehingga keperluan pupuk yang diberikan dalam jumlah banyak.

Ketersediaan hara juga dipengaruhi oleh tingkat kematangan pupuk kandang, dekomposisi yang masih berlangsung pada pupuk kandang menjadi faktor pembatas pupuk kandang sebagai bahan amelioran untuk menaikkan pH (Hartatik & Widowati, 2006). Rendahnya kemampuan pupuk kandang dalam meningkatkan pH tanah dapat diatasi dengan kombinasi bahan lain yang dapat berfungsi juga sebagai pupuk bagi lahan gambut. Palupi &

Kesumaningwati (2017) menerangkan bahwa pemberian Mikroorganisme lokal

(3)

(MOL) yang dikombinasikan dengan limbah organik dapat meningkatkan pH media tanam.

Menurut Yeremia (2016), kearifan lokal yang dimanfaatkan sebagai teknologi yaitu memanfaatkan mikroorganisme dari berbagai sumberdaya tersedia di lingkungan pertanian setempat. Kelompok mikroorganisme tersebut dimanfaatkan untuk meningkatkan produksi pertanian dan mewujudkan pertanian yang ramah lingkungan. MOL biasanya berupa larutan hasil fermentasi, yaitu memiliki hara mikro, makro, dan bakteri yang berperan sebagai penghasil bahan organik, hormon pertumbuhan, dan berperan sebagai biokontrol organisme pengganggu tanaman.

MOL juga berperan sebagai perombak bahan organik, biofertilizer, dan pestisida organik. Salah satu bahan MOL yang dapat digunakan adalah keong mas.

Permasalahan yang terjadi oleh keong mas dapat diatasi dengan pemanfaatan potensi keong mas sebagai MOL. Menurut Suhastyo et al. (2013), kandungan MOL keong mas yaitu bakteri Aspergillus niger yang dapat melarutkan unsur posfor.

Menurut Masganti et al. (2003) Permasalahan lahan gambut yaitu ketersediaan unsur hara P dan rendahnya daya simpan P. Pemberian MOL keong mas diharapkan dapat meningkatkan ketersediaan P di lahan gambut.

Kacang nagara dapat dibudidayakan pada lahan gambut di Kalimantan Tengah berdasarkan potensi kesesuaian lahan yang cukup luas. Kendala lahan gambut berupa kesuburan tanah yang rendah dapat diatasi dengan pemberian amelioran dan pemupukan. Pupuk kandang kotoran ayam dan MOL keong mas merupakan kombinasi bahan organik yang dapat berperan sebagai amelioran dan pupuk untuk meningkatkan kesuburan tanah. Oleh karena itu, kombinasi pupuk kandang kotoran ayam dan MOL keong mas merupakan salah satu upaya untuk pengembangan budidaya kacang nagara di lahan gambut.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilakukan dari Mei – Agustus 2021 di lahan SMKN-1 Raren Batuah Kecamatan Raren Batuah, Kabupaten Barito Timur, Kalimantan Tengah.

Bahan pada penelitian ini adalah benih kacang nagara, MOL keong mas, pupuk kandang ayam, pestisida. Alat dalam penelitian yaitu traktor, cangkul, alat pembuatan MOL berupa penumbuk, drum, botol air mineral, meteran, selang, gembor, ajir, tali rafia, timbangan analitik, oven, pelubang, papan nama, alat tulis, kamera.

Metode pada penelitian ini yaitu, RAK Faktorial tiga ulangan. Faktor satu adalah dosis MOL keong mas (M), yaitu m1

(5 ml L-1), m2 (10 ml L-1), m3 (15 ml L-1), dan m4 (20 ml L-1). Faktor dua adalah takaran pupuk kandang ayam (K), yaitu k0 (0 t ha-1), k1 (5 t ha-1), k2 (10 t ha-1), k3 (15 t ha-1).

Adapun tahapan pelaksanaan dalam penelitian ini yaitu:

1. Pengolahan tanah dengan traktor bajak singkal, kemudian membuat 48 petak percobaan ukurannya 2,2 m x 2 m.

Selanjutnya membuat bedengan dengan cangkul yang tingginya berkisar 20 cm dan jarak antarbedengan 50 cm.

2. Aplikasi pupuk kandang kotoran ayam dilakukan 7 hari sebelum tanam sesuai takaran masing-masing peubah, yaitu 0 t ha-1, 5 t ha-1, 10 t ha-1, dan 15 t ha-1. Aplikasi pupuk kandang kotoran ayam yaitu mencampurkan pupuk ke dalam tanah per lubang tanaman.

3. Pemberian MOL keong mas sebanyak 3 (tiga) kali yaitu : (1) seminggu sebelum tanam, (2) seminggu sesudah tanam untuk menyediakan hara bagi tanaman muda, (3) tiga minggu setelah tanam untuk menyediakan unsur hara. Larutan MOL keong mas diberikan sebanyak 200 ml pada setiap lubang tanam.

4. Penanaman dilakukan 1 (satu) minggu sesudah pemberian pupuk kandang kotoran ayam. Penanaman benih kacang nagara dilakukan dengan cara di tugal ± 3

(4)

cm. Penggunaan jarak tanam yaitu 50 cm x 60 cm. Setiap lubang tanam diberi dua biji kacang nagara.

5. Umur seminggu setelah tanam dilakukan penyulaman pada tanaman mati dengan menanam kembali biji kacang nagara pada lubang tanam.

6. Pemasangan ajir (turus) dilakukan pada hari ke 5 setelah tanam supaya tidak mengganggu perakaran kacang nagara.

Ajir berfungsi memudahkan pemeliharaan dan merambatkan tanaman, ajir pada penelitian berupa cabang-cabang kayu. Tiap tanaman dipasangi ajir dan tiga buah turus digabungkan diikat menjadi satu pada bagian ujung atasnya.

7. Pemeliharaan, meliputi Penyiraman, penyiangan gulma, pengendalian hama dan penyakit.

8. Panen kacang nagara pada umur sekitar 65 HST. Ciri polong yang siap panen yaitu, berwarna hijau kekuning- kuningan pada kulit polong atau

kecoklatan, wrna daun menguning dan berjatuhan (rontok). Panen dilakukan 2 hari sekali hingga selesai keseluruhan petak penelitian.

Pengamatan pada penelitian ini meliputi: tinggi tanaman, jumlah polong per tanaman, jumlah biji per polong. jumlah biji per polong, jumlah biji per tanaman. berat biji 100 butir, hasil per tanaman, dan hasil tanaman per hektar.

HASIL DAN PEMBAHASAN Tinggi Tanaman

Hasil sidik ragam membuktikan bahwa interaksi pemberian mikroorganisme lokal keong mas dan pupuk kandang ayam tidak memberikan berpengaruh nyata pada tinggi tanaman kacang nagara dari pengamatan 1 MST – 14 MST. Namun faktor tunggal MOL keong mas berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada 4 MST, 7 MST, 13 MST, dan 14 MST seperti disajikan di Tabel 1.

Tabel 1. Efek faktor tunggal MOL keong mas terhadap rata-rata pertumbuhan tinggi tanaman kacang nagara

(MOL)

Tinggi tanaman (cm)

4 MST 7 MST 13 MST 14 MST

m1 (0 ml L1) 39,86ab 80,78a 147,40a 155,20a

m2 (5 ml L1) 35,78a 77,75a 159,50b 164,80b

m3 (10 ml L1) 44,14b 87,44b 159,90b 167,40b

m4 (15 ml L1) 39,94ab 81,53a 159,10b 171,20b

Keterangan : Rata-rata pada tanda superskrip sama di kolom lajur menyatakan tidak berbeda nyata berdasarkan DMRT pada taraf α = 0,05

Hasil uji nilai tengah terhadap rerata tinggi tanaman kacang nagara pada peubah (13 dan 14 MST) menunjukkan bahwa perlakuan pemberian MOL keong mas pada konsentrasi yang lebih tinggi, yaitu 10 ml L-1 (m2), 15 ml L-1 (m3), dan 20 ml L-1 (m4) dibandingkan dengan konsentrasi yang lebih rendah 5 ml L-1 (m1). Hal ini membuktikan bahwa aplikasi MOL keong mas konsentrasi yang lebih tinggi dapat memperbaiki pertumbuhan tanaman seperti diperlihatkan pada peningkatan pertumbuhan tinggi

tanaman kacang nagara pada penelitian ini.

Sesuai pendapat Augustien et al. (2012), bahwa mekanisme MOL keong mas dapat memperbaiki kapasitas tukar kation akibatnya mampu mengikat kation lebih tinggi sehingga hara yang diberikan tidak mudah tercuci, meningkatkan daya sangga (buffering capacity) pada goncangan perubahan sifat tanah sehingga pertumbuhan tanaman dapat normal. Rahardjo (2013) menambahkan, bahwa MOL keong mas sebagai bahan organik yang memiliki peran meningkatkan

(5)

kapasitas tukar kation KTK tanah. Semakin tinggi KTK maka hara makin mudah dan banyak yang diabsorbsi oleh akar. Peranan bahan organik juga dapat meningkatkanan pH tanah. Meningkatnya pH tanah (±6,5) berakibat unsur hara makro dan mikro yang tersedia dalam tanah meningkat. Menurut Mulyanto & Surono (2013), pada umumnya mikroorganisme tanah memerlukan senyawa organik untuk sumber energi dan karbon sebagai pertumbuhannya. MOL keong mas memiliki kandungan bahan organik pada tanah, merangsang pertumbuhan mikroorganisme, akibatnya penguraian senyawa sederhana menjadi bentuk ion dapat diserap akar dan untuk merangsang pertumbuhan serta hasil tanaman. Kandungan pupuk organik cair yaitu N, P, K, Mg, Ca, S unsur hara mikro Na, Zn, Fe, dan hamikroba yang mendukung pertumbuhan tanaman.

Peran bahan organik memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologis tanah. Tanah gembur, daya

simpan air, kapasitas tukar kation dan pH tanah meningkat, mikroba pengurai berkembang cepat. Unsur hara yang ada semakin cepat terionisasi dan tersedia bagi tanaman (Hayani et al., 2013).

Hasil analisis pH gambut dalam penelitian ini menunjukkan pH rendah 4,69 (pH H2O) dan 4,40 (pH KCl) ini tergolong masam. Menurut Fajarditta et al. (2012), ketersediaan unsur hara dalam tanah dipengaruhi oleh pH tanah. pH tanah berpengaruh dalam menentukan mudah atau tidak unsur hara yang diserap tanaman (Karamina et al., 2017). Unsur hara akan mudah diserap tanaman pada pH 6-7, pada pH tersebut unsur hara dapat larut dalam air (Martin et al., 2015).

Adapun hasil uji nilai tengah pengaruh faktor tunggal pupuk kandang ayam pada rerata pertumbuhan tinggi tanaman kacang nagara menurut DMRT 0,05 disajikan di Tabel 2.

Tabel 2. Pengaruh faktor tunggal pupuk kandang ayam pada rata- rata pertumbuhan tinggi tanaman kacang nagara

Pupuk kendang

Ayam(K) Tinggi tanaman (cm)

11 MST 12 MST 13 MST 14 MST

k0 (0 t ha-1) 99,80a 110,00a 143,70a 152,60a

k1 (5 t ha-1) 105,00ab 119,40ab 151,40a 160,30b

k2 (10 t ha-1) 111,70b 125,50bc 162,00b 169,10c k3 (15 t ha-1) 114,70 b 135,10c 168,90b 176,70d Keterangan : Rata-rata pada tanda superskrip sama di kolom lajur menyatakan tidak berbeda nyata

berdasarkan DMRT pada taraf α = 0,05 Secara bertahap sesuai penambahan umur tanaman kacang nagara, pengaruh peningkatan takaran pemberian pupuk kandang ayam dari 5 t ha-1 ke 10 t dan 15 t ha-

1 menunjukkan kecenderungan peningkatan pertumbuhan tinggi tanaman yang lebih baik bahkan pada akhir pengamatan umur 14 MST pemberian takaran 15 t ha-1 (k3) merupakan perlakuan yang terbaik dibandingkan takaran yang lebih rendah 5 t ha-1 dan 10 t ha-1 (k1 dan k2) dan kontrol atau 0 ton ha-1 (k0). Dengan ini menunjukkan bahwa peningkatan dosis pupuk

kandang ayam sampai 15 t ha-1 (k3) dapat menghasilakan hara lebih banyak bagi tanaman khususnya unsur nitrogen (N) yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan vegetatif seperti tinggi tanaman. Menurut Yuliana et al. (2015), dosis pupuk kandang yang ditambahkan akan menghasilkan tinggi tanaman lebih baik untuk tanaman sebab pupuk bisa meningkatkan bahan organik tanah dan tersedianya unsur hara akibatnya berpengaruh pada tinggi tanaman. Menurut Baherta (2002), fungsi pupuk kandang adalah

(6)

untuk memperbaiki agregat tanah, tekstur tanah, daya ikat air, KTK, dan menyediakan kandungan hara untuk tanaman. Netrogen merupakan unsur hara yang terjandung pada pupuk kandang yang berfungsi untuk membentuk asimilat seperti karbohidrat dan protein serta untuk penyusun klorofil yang diperlukan pada proses fotosintesis. Nitrogen yang ada di tanaman akan mempercepat proses pembelahan sel karena nitrogen berperan dalam meningkatkan pertumbuhan secara keseluruhan terutama pertumbuhan batang yang akan memicu tinggi tanaman (Syarif. 1985).

Jumlah Polong dan Jumlah Biji Per tanaman

Hasil analisis ragam membuktikan, tidak terdapat interaksi pemberian MOL keong mas dengan pupuk kandang ayam pada jumlah polong dan jumlah biji per tanaman kacang nagara. Tidak ada dampak nyata terhadap faktor tunggal MOL keong mas, namun ada pengaruh nyata terhadap faktor tunggal pupuk kandang ayam secara mandiri.

Pengaruh faktor pupuk kandang ayam terhadap rata-rata jumlah polong dan jumlah biji per tanaman sebagai komponen hasil tanaman kacang nagara dapat dilihat di Tabel 3.

Tabel 3. Rata-rata dampak pupuk kandang ayam pada jumlah polong dan total biji per tanaman kacang nagara

Pupuk Kandang Ayam (K) Jumlah polong/

Tanaman (polong)

Jumlah Biji/

Tanaman (biji) k0 (0 t ha-1) 56,33 a 871a

k1 (5 t ha-1) 61,75 ab 971ab

k2 (15 t ha-1) 67,17 bc 1089bc

k3 (20 t ha-1) 72,44 c 1210c

Keterangan : Rata-rata pada tanda superskrip sama di kolom lajur menyatakan tidak berbeda nyata berdasarkan DMRT pada taraf α = 0,05

Jumlah polong dan jumlah biji per tanaman kacang nagara yang lebih tinggi diperlihatkan pupuk kotoran ayam 15 t ha-1 membuktikan, bahwa takaran tersebut mampu memberikan pertumbuhan yang baik saat fase vegetatif dan hal ini terkait dengan fase generatif yang baik. Pertumbuhan baik yang ditandai dengan tersedianya fotosintat yang banyak saat fase pertumbuhan vegetatif dan dialokasikan ke bagian generatif untuk pembentukan polong dan biji tanaman kacang nagara. Menurut Goldsworthy & Fisher (1996), perkembangan polong dan biji sangat ditentukan oleh tersediaanya fotosintat yang banyak dan terpenting adalah jumlah fotosintat yang mencapai polong dan biji yang sedang berkembang.

Berat 100 Biji

Hasil sidik ragam membuktikan, bahwa interaksi pemberian MOL keong mas dan pupuk kandang ayam tidak berdampak

nyata pada berat 100 biji tanaman kacang negara. Tidak ada dampak nyata terhadap faktor tunggal MOL keong mas, namun ada dampak jelas pada faktor tunggal pupuk kandang ayam secara mandiri. Pengaruh faktor pupuk kandang ayam pada berat 100 biji tanaman sebagai komponen hasil tanaman kacang nagara disajikan di Tabel 4.

Berat 100 biji tanaman kacang nagara yang lebih berat pada perlakuan pemberian pupuk kandang ayam 15 t ha-1 dan juga 10 t ha-1 diduga dapat menyediakan sejumlah unsur hara lebih tinggi yang diperlukan dalam pengisian biji pada polong tanaman kacang nagara. Sesuai pernyataan Asrori.et al (2019), pupuk kandang kotoran ayam menghasilkan hara yang dapat mencukupi proses pematangan biji karena adanya unsur P pada pupuk kandang tersebut. Sutejo (2002) menambahkan, bahwa peran P untuk meningkatkan pengisian biji tanaman sehingga dengan aplikasi P dapat

(7)

meningkatkan berat 100 biji tanaman kacang nagara.

Tabel 4. Rata-rata dampak pupuk kandang ayam pada berat 100 biji tanaman kacang nagara

Pupuk Kandang Ayam (K) Berat100 biji (g)

k0 (0 t ha-1) 12,00 a

k1 (5 t ha-1) 12,00 a

k2 (10 t ha-1) 12,11 ab

k3 (15 t ha-1) 12,14 b

Keterangan : Rata-rata pada tanda superskrip sama di kolom lajur menyatakan tidak berbeda nyata berdasarkan DMRT pada taraf α = 0,05

Hasil Per Tanaman

Dari sidik ragam membuktikan, bahwa tidak ada interaksi pemberian MOL keong mas dengan pupuk kandang ayam pada hasil per tanaman kacang negara. Tidak ada dampak nyata pada faktor tunggal MOL keong mas,

namun terdapat dampak jelas pada faktor tunggal pupuk kandang ayam secara mandiri.

Pengaruh faktor pupuk kandang ayam pada hasil per tanaman sebagai komponen hasil tanaman kacang nagara dapat dilihat di Tabel 5.

Tabel 5. Rata-rata pengaruh pupuk kandang ayam terhadap hasil (berat biji per tanaman) tanaman kacang nagara

Pupuk kandang ayam (K) Hasil biji/tanaman (g)

k0 (0 t ha-1) 104,50 a

k1 (5t ha-1) 116,50 ab

k2 (10 t ha-1) 131,70 bc

k3 (15 t ha-1) 146,90 c

Keterangan : Rata-rata pada tanda superskrip sama di kolom lajur menyatakan tidak berbeda nyata berdasarkan DMRT pada taraf α = 0,05

Tersedianya N, P dan K yang tinggi dan adanya perbaikan pH tanah gambut menjadi sangat baik akibat aplikasi pupuk ayam di takaran 15 dan 10 t ha-1 menjadikan pertumbuhan tanaman kacang nagara khususnya pertumbuhan vegetatif menjadi lebih baik, hal ini akan menentukan hasil akhir tahap generatif yaitu pertumbuhan dan masaknya biji. Sebagaimana yang dilaporkan oleh Huda (2005), bahwa hasil yang dibentuk pada fase generatif sangat dipengaruhi oleh keadaan pertumbuhan pada fase vegetatif, bila pada fase vegetatif pertumbuhan tanamannya tumbuh dengan baik maka akan berdampak baik pada fase generatif. Keadaan ini diperlihatkan pula dengan berat biji per tanaman yang tinggi pada perlakuan aplikasi pupuk ayam pada

dosis 15 dan 10 t ha-1 dibandingkan perlakuan lainnya.

Nilai ekonomi tanaman kacang nagara terletak di berat bijinya dan aplikasi pupuk memiliki tujuan menghasilkan hasil yang banyak. Aplikasi pupuk kandang dapat menyediakan unsur hara yang baik juga bisa memperbaiki sifat kimia, fisik, dan biologis tanah, akibatnya akar dapat bertambah banyak dan bisa menyerap hara dan air dengan baik bagi pertumbuhan dan produksi tanaman. Sesuai pernyataan Sutedjo (1995 dalam Pantie., Atikah., & Widiastuti, 2017) bahwa pemberian pupuk kotoran ayam pada tanah dapat memperbaiki sifat fisik tanah yaitu merubah struktur dan permeabilitas tanah dan memperbaiki kesuburan kimia tanah memiliki N, P, K, Ca, Mg dan Cl, juga

(8)

mengandung mikroorganisme tanah yang bisa meningkatkan kesuburan tanah.

Dampak pemberian pupuk kandang kotoran ayam pada kesuburan gambut yang baik karena memiliki hara yang lengkap juga mengandung mikroorganisme yang dapat menguraikan gambut jadi matang akhirnya beberapa unsur hara pada gambut seperti P tersedia bagi tanaman (Najiyati et al., 2005). Menurut Rasyad & Wardati (2014), fosfor adalah unsur penting untuk tanaman karena dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan tanaman seperti menstimulasi perakaran, hingga tanaman mampu bertahan saat kekeringan, mempercepat masa vegetatif dan panen.

Menurut Lestari (2010), unsur P dalam tanaman antara lain digunakan untuk pembungaan, pembuahan dan perkembangan akar, pembelahan sel, pembentukan lemak, memperkuat batang, dan kekebalan terhadap penyakit. Sehingga peningkatan kandungan P pada tanah gambut akibat aplikasi pupuk kandang ayam

dapat meningkatkan berat biji per tanaman kacang nagara, yang berarti peningkatan hasil per tanaman. Menurut Nurvitha (2016) menyatakan,bahwa ketersediaan unsur P akibat aplikasi pupuk kandang kotoran ayam sangat penting bagi tanaman pada pembentukan buah, biji dan hasil tanaman, unsur P berfungsi untuk mendorong pembentukan akar, buah, dan pemasakan biji.

Hasil Tanaman per Hektar

Hasil sidik ragam membuktikan, bahwa tidak ada interaksi aplikasi MOL keong mas dan pupuk kandang ayam pada hasil tanaman kacang negara per hektar.

Tidak ada efek nyata terhadap faktor tunggal MOL keong mas, namun terdapat efek nyata terhadap faktor tunggal pupuk kandang ayam secara mandiri. Pengaruh faktor pupuk kandang ayam pada hasil tanaman kacang nagara per hektar dapat dilihat di Tabel 6.

Tabel 6. Rerata efek pupuk kandang ayam terhadap hasil tanaman kacang nagara (t ha-1)

Pukan Ayam (K) Hasil tanaman (ton ha-1)

k0 (0t ha-1) 3,48a

k1 (5t ha-1) 3,91ab

k2 (10t ha-1) 4,31bc

k3 (15t ha-1) 4,84c

Keterangan : Rata-rata pada tanda superskrip sama di kolom lajur menyatakan tidak berbeda nyata berdasarkan DMRT pada taraf α = 0,05

Hasil tanaman per hektar yang lebih baik untuk aplikasi pupuk kandang ayam takaran 15 dan 10 ton ha-1, dikarenakan hal ini berkaitan dengan peubah sebelumnya hasil biji kering per tanaman yang juga lebih baik pada pada perlakuan tersebut. Artinya ada hubungan yang berbanding lurus antara peubah-peubah pertumbuhan, komponen hasil dan hasil tanaman kacang nagara akibat aplikasi pupuk kandang ayam dengan takaran yang sesuai. Kondisi ini akibat peran pupuk kandang tersebut yang dapat mengembalikan sifat gambut yang marginal jadi baik dan dapat menghasilkan kandungan

hara makro dan mikro bagi tanaman kacang nagara saat pertumbuhan dan berdampak terhadap peningkatan hasil tanaman yang lebih baik. Menurut Dalimunthe & Rizal (2018), kandungan unsur hara makro dan mikro pada pupuk kandang yaitu N, P, K, Ca, Mg, dan S, sehingga dapat membantu pertumbuhan dan hasil tanaman. Musnawar (2003), dalam Dalimunthe & Rizal, 2018) menambahkan bahwa pemberian pupuk kandang bisa mengembalikan sifat fisik tanah sehingga dapat menyerap air, porositas, dan bobot volume tanah. Sebagai bahan organik, pupuk kandang dapat

(9)

menyuburkan tanah, struktur tanah lebih baik, memacu kegiatan mikroorganisme tanah dan menghasilkan sejumlah hara makro dan mikro yang diperlukan tanaman.

Apabila dibandingkan dengan deskripsi tanaman kacang nagara varietas Papan yaitu dengan hasil biji kering sebesar 175,98 t ha-1 , maka hasil tanaman kacang nagara yang pada penelitian ini adalah 4,14 t ha-1 maka hasil ini masih sangat rendah.

Hasil tanaman kacang nagara yang lebih rendah dari potensi hasil pada deskripsi tanaman kacang nagara varietas Papan ini diduga karena kedua perlakuan yang dicobakan dalam penelitian ini yaitu pemberian MOL keong masa dan aplikasi pupuk kandang ayam belum dapat bersinergi untuk menambah pertumbuhan dan hasil kacang nagara yang tinggi seperti potensi hasil deskripsi yang diharapkan. Selain itu kedua faktor perlakuan yang dicoba yaitu MOL keong mas dan pupuk kandang memiliki sifat yang sama-sama perlahan dalam menyediakan unsur hara, sehingga pengaruhnya terhadap tanaman belum dapat dilihat dengan cepat. Artinya baik MOL keong mas maupun pupuk kandang ayam dalam menyediakan unsur hara berjalan lambat dan umumnya didahului oleh proses dekomposisi bahan organik tanah menjadi kandungan hara yang memerlukan waktu yang lebih lama untuk dapat tersedia dan diserap oleh akar tanaman. Menurut Sagala (2018), pupuk slow release adalah pupuk dengan pelepasan unsur hara yang berjalan lambat. Sarief (1989), dalam Arifah., Astiningrum., & Susilowati (2019) menyatakan bahwa unsur hara yang dilepas pada pupuk kandang berjalan dengan lambat.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Tidak ada interaksi antara aplikasi mikrooranisme (MOL) keong mas dengan pupuk kandang kotoran ayam pada semua peubah pertumbuhan dan hasil tanaman kacang nagara.

2. Faktor tunggal aplikasi MOL keong mas memberikan efek nyata terhadap peubah tinggi tanaman 4, 7, 13 dan 14 MST, pemberian MOL keong mas konsentrasi 10 ml L-1 memberikan efek yang lebih baik pada tinggi tanaman kacang nagara.

3. Faktor tunggal aplikasi pupuk kandang ayam memberikan efek nyata pada tinggi tanaman umur 11, 12, 13 HST, hasil berat biji per tanaman, berat 100 biji, hasil per tanaman dan hasil tanaman per hektar.

Pemberian pupuk kandang ayam takaran 20 t ha-1 memberikan efek yang terbaik pada jumlah polong dan jumlah biji per tanaman. Aplikasi pupuk kandang ayam takaran 15 t ha-1 memberikan efek yang terbaik pada berat 100 biji, hasil per tanaman, dan hasil tanaman per hektar.

Saran

1. Pemanfaatan pupuk kandang ayam pada tanaman kacang nagara di lahan gambut disarankan menggunakan takaran 15 dan 20 t ha-1.

2. Diperlukan penelitian lebih lanjut terkait takaran pupuk kandang ayam dan konsentrasi MOL keong mas pada pertumbuhan dan hasil kacang nagara varietas yang lain.

DAFTAR PUSTAKA

Augustien, N. K., & Suhardjono, H. (2016).

Peranan berbagai komposisi media tanam organik terhadap tanaman sawi (Brasica Junea L.) di Polybag.

Ilmu-ilmu Pertanian.

Asrori, H., Siswadi,. & Sumarni. (2019).

Kajian macam pupuk kandang terhadap pertumbuhan dan hasil tiga varietas kedelai. Jurnal Inovasi Pertanian, 21(1), 17-18.

Baherta. (2002). Respon Bibit Kopi Arabika Pada Beberapa Takaran Pupuk Kandang Kotoran Ayam. Jurnal Ilmiah Tambua, 8 (1), 1-13.

(10)

Basri, A.B. (2010). Pengendalian dan pemanfaatan keong mas. Serambi Pertanian, 4(8), 01-02.

Dalimunthe, B.A. K. & Rizal. (2018).

Pengaruh aplikasi pupuk kandang ayam cair terhadap pertumbuhan tanaman kacang tanah (Arachis hypogea L.) Pada lahan gambut di desa tetap jaya kecamatan marbau kabupaten labuhanbatu utara. Jurnal Agroplasma, 5 (1), 21-30.

Fajarditta, F., Sumarsono, S., & Kusmiyati F. (2012). Serapan unsur hara nitrogen dan phospor beberapa tanaman legum pada jenis tanah yang berbeda, Animal Agriculture Journal, 1 (2), 41-50.

Ginting, E., Antarlina, S.S., & Widowati, S.

(2009). Varietas unggul kedelai untuk bahan baku industri pangan.

Jurnal Litbang Pertanian, 28(3),79 – 87.

Goldsworthy & Fisher. (1996). Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik. Gadja Mada University Press. Yogyakarta . Ginting, O.E., Pratomo, B., Anggraini, S., Fachrial, E. & Novita, A. (2020).

Pengaruh Keong Mas (Pomacea canaliculata) Sebagai MOL dan Lama Perendaman Terhadap Pertumbuhan Mucuna bracteata.

Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal ke-8 Tahun 2020, PaMOL keong maslembang 20 Oktober 2020. Komoditas Sumber Pangan untuk Meningkatkan Kualitas Kesehatan di Era Pandemi Covid -19. Universitas Sriwijaya.

Palembang.

Hartatik, W. & Suriadikarta, D.A. (2006).

Teknologi Pengelolaan Hara Gambut. Dalam D.A. Suriadikarta,

U. Kurnia, H.S. Mamat, W. Hartatik,

& D. Setyorini. (eds.) Karakteristik dan Pengelolaan Lahan Rawa. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian.

Bogor.

Hartatik, W. & Widowati, L.R. (2006).

Pupuk Kandang. Dalam R.D.M.

Simanungkalit, D.A. Suriadikarta, R.

Saraswati, D. Setyorini & W.

Hartatik (eds). Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Bogor.

Hayani, Rizki, dan Novi. 2013. Efektivitas pupuk bio organik terhadap produksi tanaman semangka (Citrullus vulgaris L.) di Desa Sungai Tunu Barat Kecamatan Ranah Pesisir Kabupaten Pesisir Selatan. Laporan Penelitian Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI. Sumatera Barat.

Huda, M. (2005). Pengaruh Inokulasi Rhizobium, Dosis, dan Waktu Pemberian Urea Terhadap Produktivitas kacang Tanah (Aranchis hypogaea L.) pada Tanah Alfisol Blora Jawa Tengah. Skripsi.

Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi UIN, Malang. (diakses 10 Juni 2023).

Iska, F. R., Purnamawati, H., & Kartika, J.G.

(2018). Evaluasi produktivitas kacang tunggak (Vigna unguiculata (L.) Walp) pada dataran menengah.

Bul. Agrohorti, 6(2), 171 – 178.

Joosten, H. & Clarke, D. (2002). Wise Use of Mires and Peatlands – Backgrounds and Principles, Including A Framework for Decision-Making. International Mire

(11)

Conservation Group/International Peat Society. Jyväskylä.

Karamina, H., Fikrinda, W., & Murti, A.T.

(2017). Kompleksitas pengaruh temperatur dan kelembaban tanah terhadap nilai pH tanah di perkebunan jambu biji varietas kristal Kota Batu, Jurnal Kultivasi, 16 (3), 430-434.

Lestari, R.A. (2010). Pengaruh Pupuk P Terhadap Hasil dan Mutu Beberapa Hasil Kedelai (Glycine max L.

Merril). (Skripsi). Fakultas Pertanian, UNS Surakarta.

www.uns.ac.id (diakses : 19 Juni 2023).

Lingga, P. & Marsono. (2008). Petunjuk Penggunaan Pupuk. Jakarta. Penebar Swadaya.

Maftuh’ah, E., Noor, M., Hartatik, W., &

Nursyamsi, D. (2016). Pengelolaan dan Produktivitas Lahan Gambut untuk Berbagai Komoditas Tanaman.

Dalam F. Agus, M. Anda, A. Jamil &

Masganti (eds.) Lahan Gambut Indonesia : Pembentukan, Karaktersitik, dan Potensi Mendukung Ketahanan Pangan.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. IAARD Press. Jakarta.

Masganti, Notohadikusumo, Maas, A., &

Radjagukguk, B. (2003). Efektivitas Pemupukan P pada Tanah Gambut.

Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan, 3(2), 38 – 48.

Martin, J., Susanto, E., & Sunarya, U.

(2015). Kendali pH dan Kelembaban Tanah Berbasis Logika Fuzzy Menggunakan Mikrokontroler, Jurnal e-proceeding of engineering, 2 (2), 2236-2245.

Mulyanto. & Surono. (2013). Pengaruh pemberian pupuk organik cair keong mas (pomacea canaliculata) dan penggunaan mulsa plastik hitam perak terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman terung unggu (Solanum Melongena L). Jurnal Ilmiah Rhizobia, 1(1), 41-52.

Musnamar, E. I. (2003). Pupuk Organik Padat Pembuatan dan Aplikasi.

Jakarta. Penebar Swadaya.

Najiyati, S., Muslihat, L., & Suryadiputra. I.

N. N. (2005). Panduan Pengelolaan Lahan Gambut untuk Pertanian Berkelanjutan. Proyek Climate Change, Forest and Peatlands in Indonesia. Wetlands International – Indonesia Programmed and Wildlife Habitat Canada. Bogor. Indonesia.

Noor, M. (2001). Pertanian Lahan Gambut:

Potensi dan Kendala. Yogyakarta.

Kanisius.

Noor, M. (2012). Sejarah Pembukaan Lahan Gambut untuk Pertanian di Indonesia. Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Lahan Gambut Berkelanjutan. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Lahan Pertanian. 4 Mei 2012. Bogor.

Nurvitha, L. (2016). Pengaruh abu dan pupuk kandang terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman ciplukan (Physalis Angulata l.) pada media gambut. Agrovigor 9 (1), 82- 94.

Palupi, N. P. & Kesumaningwati, R. (2017).

Karakter Kimia Kompos Limbah Pasar dan Jerami Padi dengan Bioaktivator Larutan Keong Mas dan Trichoderma. Prosiding Seminar Teknologi IV. 9 November 2017.

Samarinda. D47 - D52.

(12)

Rahardjo, D.B. 2013. Klasifikasi dan Morfologi Tanah pada Landform Karst Desa Sitiarjo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan. Skripsi.

Universitas Brawijaya Malang.

Ritung, S. & Sukarman. (2016). Kesesuaian Lahan Gambut untuk Pertanian.

Dalam F. Agus, M. Anda, A. Jamil &

Masganti (eds.) Lahan Gambut Indonesia : Pembentukan, Karaktersitik, dan Potensi Mendukung Ketahanan Pangan.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. IAARD Press. Jakarta.

Ritung S, Wahyunto. & Nugroho, K. (2012).

Karakteristik dan Sebaran Lahan Gambut di Sumatera, Kalimantan dan Papua. Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Lahan Gambut Berkelanjutan. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Lahan Pertanian. 4 Mei 2012. Bogor.

Sabiham, S. & Maswar. (2016). Strategi Pengelolaan Lahan Gambut Terdegradasi untuk Pertanian Berkelanjutan : Landasan Ilmiah.

Dalam F. Agus, M. Anda, A. Jamil &

Masganti (eds.) Lahan Gambut Indonesia : Pembentukan, Karaktersitik, dan Potensi Mendukung Ketahanan Pangan.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. IAARD Press. Jakarta.

Sagala, D. (2018). Teknologi Pupuk Slow Release Sebagai Alternatif

Pemupukan Ramah Lingkungan:

Penggunaan Arang Kayu. Jakarta.

Kanisius.

Suhastyo, A.A., Santoso, A.I. & Lestari, D.A.Y. (2013). Studi mikrobiologi dan sifat kimia mikroorganisme lokal (MOL) yang digunakan pada

budidaya padi metode SRI (System of Rice Intensification). J. Sainteks.

10(2), 29-39.

Susi. (2012). Komposisi kimia dan asam amino pada tempe kacang nagara (Vigna unguiculata ssp. cylindrica).

Agroscientiae, 19(1), 28 – 36.

Syarief, S. (1985). Konservasi Tanah dan Air. Serial Publikasi Ilmu-Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran. Bandung.

196 hal.

Trustinah. (1998). Biologi kacang tunggak.

Dalam A. Kasno & A. Winarto (eds.) Kacang Tunggak. Balai Penelitian Tanaman Kacang- Kacangan dan Umbi-Umbian. Malang.

Trustinah, A. Kasno. & Moedjiono. (2001).

Pembentukan Varietas Unggul Kacang Tunggak. Buletin Palawija.

2, 1 – 14.

Usman. (2013). Introduksi Inokulan Rhizobium Indegenous Asal Nagara Sebagai Substitusi Pupuk Nitrogen Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kacang Nagara pada Media Tanah Gambut. Universitas Lambung Mangkurat. Banjarbaru.

Usman., Hadie, J., & Zulhidiani, R. (2015).

Inokulasi Rhizobium indigenous dan Takaran Pupuk Urea terhadap Nodulasi dan Pertumbuhan Kacang Nagara pada Media Tanah Gambut.

Jurnal Agri Peat, 16(1), 9 – 19.

Wahdah, R. (2019). Variabilitas Genetik dan Heritabilitas Karakter Kacang Nagara (Vigna unguiculata ssp.

cylindrica) Berdasarkan Metode Analisis Komponen Varians.

Prosiding Seminar Nasional

(13)

PERHORTI tanggal 21 – 22 Agustus 2019. Banjarbaru.

Wahdah, R. & Nisa. C. (2011).

Perbandingan galur F7 kacang nagara (Vigna unguiculata ssp. cylindrica) dengan rata-rata tetua dan dengan rata-rata populasi F7. Agroscientiae, 18(2), 78-85.

Yeremia, E. (2016). Pengaruh Konsentrasi Miroorganisme Lokal (MOL) dari Rebung Bambu terhadap

Pertumbuhan Tanaman Sawi Caisim (Brassica juncea L.). Universitas Senata Dharma. Yogyakarta.

Yuliana, E. Rahmadani. & Permanasari, I.

(2015). Aplikasi pupuk kandang sapi dan ayam terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jahe (Zingiber officinale Rosc.) di media gambut.

Jurnal Agroekoteknologi, 5(2), 37- 42.

Referensi

Dokumen terkait

Tabel 4 menunjukkan bahwa dosis pupuk kandang ayam rata-rata menghasilkan bobot tongkol per ubin paling tinggi pada dosis 20 ton/ha namun tidak berbeda nyata

Berdasarkan hasil analisis statistik Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5 % menunjukkan bahwa dosis pupuk kandang ayam 6 ton/ha meperlihatkan hasil tinggi tanaman

Tabel 2 menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan pupuk kandang ayam dosis 15 g/tanaman dengan ZPT giberelin konsentrasi 60 ppm merupakan rata-rata jumlah daun yang paling

Interaksi pemberian konsentrasi MOL kulit nenas dan dosis pupuk kandang ayam diperkaya NPK berpengaruh tidak nyata terhadap parameter tinggi tanaman, diameter batang

terhadap pemberian pupuk kandang ayam pada pengamatan panjang tanaman cm, diameter batang cm, jumlah polong per panen buah, rata-rata panjang polong per tanaman cm, jumlah polong per

Pupuk kandang ayam sangat baik digunakan dalam budidaya tanaman ubi jalar karena pupuk kandang ayam selain dapat memenuhi kebutuhan unsur hara juga dapat

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa pemberian pupuk kandang ayam sampai dengan dosis 6,5 ton/ha memberikan pengaruh terbaik

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, perlakuan dosis pupuk kandang ayam hingga 1.200 g/polybag berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun dan luas daun