PENGARUH DOSIS DOLOMIT DAN PUPUK KANDANG
TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN
KEDELAI (Glycine max
(L.) Merill)
PADA LAHAN GAMBUT
SKRIPSI
OLEH
RAHMANSYAH ASMI
08C10407047
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH, ACEH BARAT
TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN
KEDELAI (Glycine max
(L.) Merill)
PADA LAHAN GAMBUT
SKRIPSI
OLEH
RAHMANSYAH ASMI
08C10407047
Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas Teuku Umar
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH, ACEH BARAT
LEMBARAN PENGESAHAN
Judul : Pengaruh Dosis Dolomit dan Pupuk Kandang
terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merill) pada Lahan Gambut
Nama Mahasiswa : Rahmansyah Asmi
N I M : 08C10407047
Program Studi : Agroteknologi
Menyetujui : Komisi Pembimbing
Pembimbing Utama, Pembimbing Anggota,
Muhammad Jalil, SP., M.P
NIDN 0115068302
Iwandikasyah Putra, SP., M.P
NIDN 0120048105
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian, Ketua Prodi Agroteknologi,
Diswandi Nurba, S.TP., M.Si
NIDN 0128048202
Jasmi, SP., M.Sc
NIDN 0127088002
Skripsi/tugas akhir dengan judul:
Pengaruh Dosis Dolomit dan Pupuk Kandang terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kedelai (Glycine max(L.) Merill) pada Lahan Gambut
Yang disusun oleh:
Nama : RAHMANSYAH ASMI
N I M : 08C10407047
Fakultas : Pertanian
Program Studi : Agroteknologi
Telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 03 September 2013 dan dinyatakan memenuhi syarat untuk diterima.
SUSUNAN DEWAN PENGUJI :
1 Muhammad Jalil, SP., M.P
Pembimbing I/ Ketua TIM Penguji
2 Iwandikasyah Putra, SP., M.P
Pembimbing II
3 Irvan Subandar, SP., M.P
Penguji Utama
4 Chairudin, SP
Penguji Anggota
Meulaboh, 03 September 2013
Ketua Prodi Agroteknologi,
Ya Allah…..
Sepercik ilmu telah Engkau karuniakan kepadaku, hanya saja aku mengetahui sebagian kecil dari yang Engkau miliki sebagaimana firman-Mu :
“sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)”
(Al-Kahfi : 109) Alhamdulillah…..
Hari ini telah Engkau penuhi harapanku
Harapan untuk membahagiakan orang-orang tercinta Walau hari depan masih sebuah tanda tanya
Ayahanda...
Dengan iringan do’amu hari ini telah ku gapai cita-citaku yang engkau amanahkan dan harapkan. Ayah…. hari ini ku buktikan segala usahamu, terima kasih ayah Do’aku selalu mengiringi langkahmu...
Ibunda...
Lelahmu menanti keberhasilanku, do’amu membuat aku semangat, kasih sayangmu menjadikan aku tegar, hingga ku dapatkan hidup dengan penuh kesabaran walaupun beragam cobaan yang menghalangi...
Ibunda….tiada lagi yang tersisa dariku selain terus berdo’a dan berusaha untuk selalu bisa membahagiakanmu...
Dengan penuh keikhlasan dan segenap kasih sayang yang diiringi tulusnya do’a, kupersembahkan karya tulis ini kepada yang mulia Ayahanda Abu Syakri dan Ibunda tercinta Mariyani. Juga orang-orang yang kusayangi: Abangku Ridwan Asmi. Adikku Rudi Irawan Asmi, Rahmat Hidayat Asmi, Ilham Siddiq Asmi. Kekekku Sarmin dan Nenekku Mariah (Makasih atas canda tawa dan do’a kalian s’lama ini, semoga Allah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya untuk kita semua).
Terima Kasih yang tak terhingga ku ucapkan kepada rekan-rekan seperjuangan yang selalu setia dalam mengisi hari-hariku; Patahati Laia, Iswanto, Abdul Mukti, Irwan Syatari, Faisal, Wildan, Amirruddin, Monasir, Angkasah, Arjuna, Yusri, Husaini, Suhemi, Cut salmiah, Salmiah, Lilis Suriani, Azizah, Ani, Irma Yuliani, Suriani, Mustafa, Nur Hayati, Siswandi, SP, Risna, Novi, Nur Afsah, Cut Wismanidar, Imam Salman, Dewi, Nur Haji, Hasan, Erwin CM, Nopan Bg mus, serta Teman-teman yang tidak bisa saya sebutkan namanya satu persatu, Thank’s for Attention.
Ya Allah...
Teguhkan Imanku, Tetapkanlah Hati dan Jiwaku Agar Selalu Melangkah di Jalan Mu...Amin...
Rahmansyah Asmi
Ya Allah…..
Sepercik ilmu telah Engkau karuniakan kepadaku, hanya saja aku mengetahui sebagian kecil dari yang Engkau miliki sebagaimana firman-Mu :
“sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)”
(Al-Kahfi : 109) Alhamdulillah…..
Hari ini telah Engkau penuhi harapanku
Harapan untuk membahagiakan orang-orang tercinta Walau hari depan masih sebuah tanda tanya
Ayahanda...
Dengan iringan do’amu hari ini telah ku gapai cita-citaku yang engkau amanahkan dan harapkan. Ayah…. hari ini ku buktikan segala usahamu, terima kasih ayah Do’aku selalu mengiringi langkahmu...
Ibunda...
Lelahmu menanti keberhasilanku, do’amu membuat aku semangat, kasih sayangmu menjadikan aku tegar, hingga ku dapatkan hidup dengan penuh kesabaran walaupun beragam cobaan yang menghalangi...
Ibunda….tiada lagi yang tersisa dariku selain terus berdo’a dan berusaha untuk selalu bisa membahagiakanmu...
Dengan penuh keikhlasan dan segenap kasih sayang yang diiringi tulusnya do’a, kupersembahkan karya tulis ini kepada yang mulia Ayahanda Abu Syakri dan Ibunda tercinta Mariyani. Juga orang-orang yang kusayangi: Abangku Ridwan Asmi. Adikku Rudi Irawan Asmi, Rahmat Hidayat Asmi, Ilham Siddiq Asmi. Kekekku Sarmin dan Nenekku Mariah (Makasih atas canda tawa dan do’a kalian s’lama ini, semoga Allah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya untuk kita semua).
Terima Kasih yang tak terhingga ku ucapkan kepada rekan-rekan seperjuangan yang selalu setia dalam mengisi hari-hariku; Patahati Laia, Iswanto, Abdul Mukti, Irwan Syatari, Faisal, Wildan, Amirruddin, Monasir, Angkasah, Arjuna, Yusri, Husaini, Suhemi, Cut salmiah, Salmiah, Lilis Suriani, Azizah, Ani, Irma Yuliani, Suriani, Mustafa, Nur Hayati, Siswandi, SP, Risna, Novi, Nur Afsah, Cut Wismanidar, Imam Salman, Dewi, Nur Haji, Hasan, Erwin CM, Nopan Bg mus, serta Teman-teman yang tidak bisa saya sebutkan namanya satu persatu, Thank’s for Attention.
Ya Allah...
Teguhkan Imanku, Tetapkanlah Hati dan Jiwaku Agar Selalu Melangkah di Jalan Mu...Amin...
Rahmansyah Asmi
Ya Allah…..
Sepercik ilmu telah Engkau karuniakan kepadaku, hanya saja aku mengetahui sebagian kecil dari yang Engkau miliki sebagaimana firman-Mu :
“sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)”
(Al-Kahfi : 109) Alhamdulillah…..
Hari ini telah Engkau penuhi harapanku
Harapan untuk membahagiakan orang-orang tercinta Walau hari depan masih sebuah tanda tanya
Ayahanda...
Dengan iringan do’amu hari ini telah ku gapai cita-citaku yang engkau amanahkan dan harapkan. Ayah…. hari ini ku buktikan segala usahamu, terima kasih ayah Do’aku selalu mengiringi langkahmu...
Ibunda...
Lelahmu menanti keberhasilanku, do’amu membuat aku semangat, kasih sayangmu menjadikan aku tegar, hingga ku dapatkan hidup dengan penuh kesabaran walaupun beragam cobaan yang menghalangi...
Ibunda….tiada lagi yang tersisa dariku selain terus berdo’a dan berusaha untuk selalu bisa membahagiakanmu...
Dengan penuh keikhlasan dan segenap kasih sayang yang diiringi tulusnya do’a, kupersembahkan karya tulis ini kepada yang mulia Ayahanda Abu Syakri dan Ibunda tercinta Mariyani. Juga orang-orang yang kusayangi: Abangku Ridwan Asmi. Adikku Rudi Irawan Asmi, Rahmat Hidayat Asmi, Ilham Siddiq Asmi. Kekekku Sarmin dan Nenekku Mariah (Makasih atas canda tawa dan do’a kalian s’lama ini, semoga Allah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya untuk kita semua).
Terima Kasih yang tak terhingga ku ucapkan kepada rekan-rekan seperjuangan yang selalu setia dalam mengisi hari-hariku; Patahati Laia, Iswanto, Abdul Mukti, Irwan Syatari, Faisal, Wildan, Amirruddin, Monasir, Angkasah, Arjuna, Yusri, Husaini, Suhemi, Cut salmiah, Salmiah, Lilis Suriani, Azizah, Ani, Irma Yuliani, Suriani, Mustafa, Nur Hayati, Siswandi, SP, Risna, Novi, Nur Afsah, Cut Wismanidar, Imam Salman, Dewi, Nur Haji, Hasan, Erwin CM, Nopan Bg mus, serta Teman-teman yang tidak bisa saya sebutkan namanya satu persatu, Thank’s for Attention.
Ya Allah...
Teguhkan Imanku, Tetapkanlah Hati dan Jiwaku Agar Selalu Melangkah di Jalan Mu...Amin...
iii
RAHMANSYAH ASMI ”Pengaruh Dosis Dolomit dan Pupuk Kandang
terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kedelai
(Glycine max
(L.) Merril)”(dibawah bimbingan Muhammad Jalil sebagai pembimbing utama dan
Iwandikasyah Putra sebagai pembimbing anggota).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dosis dolomit dan dosis pupuk
kandang terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai, serta nyata tidaknya
interaksi antara kedua faktor.
Penelitian ini dilaksanakan di kebun percobaan Fakultas Pertanian,
Universitas Teuku Umar, Meulaboh Aceh Barat dari tanggal 8 Januari sampai
dengan 5 April 2013.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini berupa benih kedelai varietas
Anjasmoro, dolomit, pupuk kandang, pupuk kimia Urea, SP-36, KCl, dan
insektisida Curacron. Sedangkan alat yang digunakan adalah, timbangan analitik,
parang, cangkul,hand sprayer, meteran, gembor, dan alat-alat tulis.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola
faktorial 3 x 4 dengan 3 ulangan. Faktor yang diteliti adalah faktor dosis dolomit
yang terdiri dari tiga taraf, yaitu: 2,5 ton ha-1, 3,5 ton ha-1 dan 4,5 ton ha-1. Faktor
dosis pupuk kandang yang terdiri dari empat taraf, yaitu: 0 ton ha-1, 5 ton ha-1, 10 ton ha-1, dan 15 ton ha-1.
Perameter yang diamati adalah tinggi tanaman 15, 30 dan 45 HST, jumlah
polong umur 65 dan 75 HST, persentase polong bernas dan persentase polong
hampa, berat 100 biji kering, berat biji kering per plot netto dan produksi per
hektar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dosis dolomit berpengaruh sangat
nyata terhadap 100 biji kering. Berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman
umur 15, 30 dan 45 HST, jumlah polong 65 dan 45 HST, persentase polong
bernas dan persentase polong hampa, berat biji kering per plot netto serta produksi
per hektar.
Dosis pupuk kandang berpengaruh nyata terhadap berat biji kering per plot
netto dan produksi per hektar. Berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman umur 15, 30 dan 45 HST, jumlah polong umur 65 dan 75 HST, persentase polong
bernas dan persentase polong hampa, berat 100 biji kering.
Tidak terdapat interaksi yang nyata antara dosis dolomit dan dosis pupuk
kandang terhadap semua parameter pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai yang
Puji syukur ke
penulis telah dapat
Dolomit dan Pupuk
Kedelai
(
Glycine maxsalam kepada janjunga
pat menyelesaikan skripsi dengan judul ”Pe
uk Kandang terhadap Pertumbuhan dan H
max (L.) Merill) pada Lahan Gambut”. S ungan alam Nabi Besar Muhammad SAW yang
alam kebodohan ke alam yang berilmu pengetahua
ma kasih penulis sampaikan kepada :
lil, SP, M.P. selaku pembimbing utama dan
. selaku pembimbing anggota.
M.Sc selaku Ketua Program Studi Agroteknol
versitas Teuku Umar.
ba S.TP,. M.Si. selaku Dekan Fakultas Pertani
dan Civitas Akademika yang telah menyediaka
a penulis terdaftar sebagai mahasiswa pada Fa
uku Umar.
bu Syakri dan Ibunda Mariyani, serta saudara-sauda
pengorbanan dan dorongan semangat sehingga
n studi hingga selesai.
dengan segala kerendahan hati penulis berharap
n mereka mendapat balasan yang setimpal da
diakan sarana dan
Fakultas Pertanian
saudaraku atas doa,
gga penulis dapat
rap semoga segala
dari Allah SWT.
eptember 2013
v
RINGKASAN ... iii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iv
DAFTAR ISI... v
1.2. Tujuan Penelitian ... 3
1.3. Hipotesis ... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Kedelai ... 5
2.2. Syarat Tumbuh Tanaman Kedelai ... 6
2.3. Peranan Dolomit ... 7
2.4. Pupuk Kandang... 8
2.5. Tanah Gambut ... 9
III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian... 13
3.2. Bahan dan Alat Penelitian ... 13
3.3. Rancangan Percobaan... 14
3.4. Pelaksanaan Penelitian... 16
3.5. Pengamatan... 17
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Dosis Dolomit ... 19
4.2. Pengaruh Dosis Pupuk Kandang ... 25
vi
DAFTAR TABEL
Nomor Teks Halaman
1. Susunan Kombinasi Perlakuan Dosis Dolomit dan Dosis Pupuk Kandang ... 15
2. Rata-rata Tinggi Tanaman Kedelai pada Berbagai Dosis Dolomit Umur 15, 30 dan 45 HST ... 19
3. Rata-rata Jumlah Polong pada Berbagai Dosis Dolomit Umur 65 dan 75 HST ... 20
4. Rata-rata Persentase Polong Bernas dan Hampa pada Beberapa Dosis Dolomit ... 21
5. Rata-rata Berat 100 Biji Kering pada Berbagai Dosis Dolomit... 22
6. Rata-rata Berat Biji Kering Per Plot Netto pada Berbagai Dosis Dolomit ... 23
7. Rata-rata Produktifitas pada Berbagai Dosis Dolomit ... 24
8. Rata-rata Tinggi Tanaman Kedelai pada Berbagai Dosis Pupuk Kandang Umur 15, 30 dan 45 HST ... 26
9. Rata-rata Jumlah Polong pada Berbagai Dosis Pupuk Kandang Umur 65 dan 75 HST ... 27
10. Rata-rata Persentase Polong Bernas dan Hampa pada Berbagai Dosis Pupuk Kandang ... 28
11. Rata-rata Berat 100 Biji Kering pada Berbagai Pupuk Kandang... 29
12. Rata-rata Berat Biji Kering Per Plot Netto pada Berbagai Pupuk Kandang ... 30
vii
Nomor Teks Halaman
1. Berat 100 Biji Kering Tanaman Kedelai Berbagai Dosis Dolomit... 23
2. Berat Biji Kering Per Plot Netto Tanaman Kedelai pada Berbagai Dosis Pupuk Kandang ... 31
3. Produksi Per Hektar Tanaman Kedelai pada Berbagai Dosis Pupuk Kandang ... 32
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Teks Halaman
1. Rata – rata Tinggi Tanaman Kedelai Umur 15 HST Akibat Perlakuan Dosis Dolomit dan Pupuk Kandang (cm) ... 38
2. Analisis Ragam Tinggi Tanaman Kedelai pada Umur 15 HST Akibat Perlakuan Dosis Dolomit dan Pupuk Kandang... 38
3. Rata – rata Tinggi Tanaman Kedelai Umur 30 HST Akibat Perlakuan Dosis Dolomit dan Pupuk Kandang (cm) ... 39
4. Analisis Ragam Tinggi Tanaman Kedelai pada Umur 30 HST Akibat Perlakuan Dosis Dolomit dan Pupuk Kandang ... 39
5. Rata – rata Tinggi Tanaman Kedelai Umur 45 HST Akibat Perlakuan Dosis Dolomit dan Pupuk Kandang (cm) ... 40
6. Analisis Ragam Tinggi Tanaman Kedelai pada Umur 45 HST Akibat Perlakuan Dosis Dolomit dan Pupuk Kandang... 40
7. Rata – rata Jumlah Polong Tanaman Kedelai Umur 65 HST Akibat Perlakuan Dosis Dolomit dan Pupuk Kandang (buah) ... 41
8. Analisis Ragam Jumlah Polong Tanaman Kedelai pada Umur 65 HST Akibat Perlakuan Dosis Dolomit dan Pupuk Kandang... 41
9. Rata – rata Jumlah Polong Tanaman Kedelai Umur 75 HST Akibat Perlakuan Dosis Dolomit dan Pupuk Kandang (buah) ... 42
10. Analisis Ragam Jumlah Polong Tanaman Kedelai pada Umur 75 HST Akibat Perlakuan Dosis Dolomit dan Pupuk Kandang... 42
11. Rata – rata Persentase Polong Bernas Tanaman Kedelai Akibat Perlakuan Dosis Dolomit dan Pupuk Kandang (%)... 43
12. Analisis Ragam Persentase Polong Bernas Tanaman Kedelai pada Akibat Perlakuan Dosis Dolomit dan Pupuk Kandang... 43
13. Rata – rata Persentase Polong Hampa Tanaman Kedelai Akibat Perlakuan Dosis Dolomit dan Pupuk Kandang (%)... 44
ix
15. Rata – rata Berat 100 Biji Kering Tanaman Kedelai Akibat Perlakuan Dosis Dolomit dan Pupuk Kandang (g) ... 45
16. Analisis Ragam Berat 100 biji Kering Tanaman Kedelai pada Akibat Perlakuan Dosis Dolomit dan Pupuk Kandang... 45
17. Rata – rata Berat Biji Kering Per Plot Netto Tanaman Kedelai Akibat Perlakuan Dosis Dolomit dan Pupuk Kandang (g) ... 46
18. Analisis Ragam Berat biji Per Plot Netto Tanaman Kedelai pada Akibat Perlakuan Dosis Dolomit dan Pupuk Kandang... 46
19. Rata – rata Produksi Per Hektar Tanaman Kedelai Akibat Perlakuan Dosis Dolomit dan Pupuk Kandang (ton) ... 47
20. Analisis Ragam Produksi Per Hektar Tanaman Kedelai pada Akibat Perlakuan Dosis Dolomit dan Pupuk Kandang... 47
21. Deskripsi Varietas ... 48
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kedelai (Glycine max(L.) Merill) merupakan salah satu komoditas pangan
yang penting dalam rangka ketahanan pangan penduduk Indonesia. Permintaan
kedelai meningkat pesat seiring dengan laju pertambahan penduduk (Pitojo,
2007).
Kedelai termasuk bahan pangan yang bermanfaat sebagai bahan makanan
manusia, pengobatan (terapi), dan bahan pakan ternak. Kedelai dapat diolah
menjadi berbagai macam bahan makanan seperti toge, susu kedelai, kembang
tahu, tahu, tepung kedelai, es krim, yoghurt, tempe, oncom, kecap, minyak
goreng, taucoh dan bahan penyedap serta sebagai bahan pengobatan berkhasiat
mencegah penyakit jantung, osteoporosis, kanker payudara, obesitas, dan
melancarkan metabolisme tubuh (Cahyono, 2007).
Kebutuhan kedelai di dalam negeri tiap tahun cenderung terus meningkat,
sedangkan persediaan produksi belum mampu mengimbangi permintaan.
Berdasarkan perkiraan Depertemen Pertanian (2010) kebutuhan produksi kedelai
di Indonesia pada tahun 2010 diproyeksikan sekitar 2.800.000 ton, sedangkan
produksi kedelai nasional hanya mencapai 1.200.000 ton sehigga permintaan
kedelai dalam negeri terpaksa diimpor (Najiyati dan Danarti, 1998).
Rendahnya hasil rata – rata kedelai di Indonesia disebabkan oleh banyak
faktor, namun yang paling menonjol adalah pemberian pupuk yang belum tepat,
penentuan populasi tanaman yang belum tepat, penggunaan varietas yang belum
tepat, pengendalian hama dan penyakit yang belum dilakukan dengan baik serta
Ketersediaan lahan pertanian yang semakin sempit yang disebabkan oleh
alih fungsi lahan pertanain menjadi tempat pemukiman, lokasi industri dan sarana
umum. Hal ini mengakibatkan berkurangnya lahan pertanian sehingga diperlukan
pembukaan lahan-lahan baru yang umumnya merupakan lahan marginal seperti
tanah gambut untuk meningkatkan produksi tanaman kedelai (Noor, 2001).
Tanah gambut merupakan lahan alternatif sebagai lahan bukaan baru
walaupun dari segi pemanfaatannya baik untuk tanaman hortikultura maupun
tanaman perkebunan memiliki berbagai kendala serta dibutuhkan biaya reklamasi
yang relatif mahal dibandingkan dengan tanah mineral. Namun lahan gambut
mempunyai potensi yang cukup besar mengingat arealnya yang cukup luas
tersebar di seluruh Indonesia (Agus dan Hidayat, 2008).
Tanah gambut merupakan tanah dengan tingkat kesuburan yang rendah.
Tanah ini memiliki kandungan bahan organik yang tinggi tetapi sangat bertolak
belakang dengan kandungan unsur hara tanahnya. Hal ini diakibatkan belum
sempurnanya proses dekomposisi bahan organik sehingga hara-hara tersebut
terbentuk tidak tersedia bagi tanaman (Rahamdhani, 2007).
Tanah gambut memiliki kadar fosfor (P) yang rendah, maka dari itu
dilakukan pengapuran dengan antara lain menggunakan dolomit (Noor, 2001).
Selain itu juga dapat dilakukan dengan pemberian pupuk kandang untuk
meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai serta meningkatkan
kualitas lahan secara berkelanjutan (Sutejo, 1995).
Dolomit merupakan pupuk yang berasal dari endapan mineral sekunder
yang banyak mengandung unsur Ca dan Mg dengan rumus kimia CaMg (CO3)2
3
meningkatkan pH tanah juga mengurangi keracunan Fe, Al, dan Mn serta
meningkatkan ketersediaan unsur hara yang lebih baik (Sutejo, 1995).
Pupuk kandang merupakan bahan organik yang dapat memperbaiki
kesuburan, memperbaiki struktur tanah, meningkatkan daya ikat air dan memacu
aktivitas mikroorganisme tanah (Muhidin, 2000). Pupuk kandang memiliki
kandungan unsur hara yang berbeda - beda tergantung dari jenis ternak, umur
ternak, macam pakan, cara penanganan dan penyimpanan pupuk kandang tersebut
sebelum digunakan (Lingga, 1999).
Pupuk kandang mempunyai pengaruh positif terhadap sifat fisik dan
kimiawi tanah serta mendorong kehidupan jazat renik yang dapat memperbaiki
struktur tanah sehingga dapat meningkatkan kesuburan tanah (Sutejo, 1995).
Pemberian pupuk kandang perlu diperhatikan kebutuhan tanaman guna
menghindari pemberian yang berlebihan atau terlalu sedikit yang akan berdampak
pada pertumbuhan dan produksi tanaman (Rachim, 1996).
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas maka perlu
dilakukan penelitian untuk mengetahui dosis dolomit dan pupuk kandang yang
tepat agar diperoleh pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai yang optimal.
1.2. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dosis dolomit dan
pupuk kandang terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai pada lahan
1.3. Hipotesis
1. Dosis dolomit berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman
kedelai pada lahan gambut.
2. Dosis pupuk kandang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil
tanaman kedelai pada lahan gambut.
3. Terdapat interaksi antara pemberian dosis dolomit dan pupuk kandang
5
II. TINJUAN PUSTAKA
2.1. Botani Tanaman Kedelai
2.1.1. Sistematika
Klasifikasi tanaman kedelai menurut Adisarwanto (2005) adalah sebagai
berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Rosales
Famili : Leguminosae
Tribe : Phaseoleae
Genus : Glycine
Spesies :Glycine max(L.)Merill
2.1.2. Morfologi
Sistem perakaran kedelai terdiri dari akar tunggang yang pertumbuhannya
lurus masuk kedalam tanah dan akar serabut yang tumbuh dari akar tunggang,
pada akar-akar serabut terdapat bintil-bintil akar berisi bakteri Rhizobium
javonicum, yang mempunyai kemampuan mengikat N dari udara yang dapat
digunakan untuk menyuburkan tanah (Andrianto dan Indarto, 2004)
Kedelai berbatang semak, dengan tinggi batang antara 30–100 cm, batang
dapat membentuk 3–6 cabang, jarak antara tanaman dalam barisan rapat, cabang
menjadi berkurang atau tidak bercabang sama sekali (Suprapto,1994). Tipe
melilit) yaitu pertumbuhan yang ujung batangnya tidak berakhir dengan rangkaian
bunga atau cabang-cabangnya tumbuh melilit, sedangkan literminate (tipe batang
tegak) ujung batangnya berakhir dengan rangkaian bunga dan lurus tegak ke atas
(AAK, 2007).
Daun kedelai termasuk daun majemuk dengan tiga helaian daun berbentuk
oval dengan ujung lancip. Apabila sudah tua, daun-daun ini akan mulai
menguning dan berguguran mulai dari bawah (Najiyati dan Danarti, 1998).
Tanaman kedelai memiliki bunga sempurna, yaitu dalam satu bunga
terdapat alat kelamin jantan (benang sari) dan alat kelamain betina (putik). Bunga
berwarna ungu dan putih. Buah kedelai berbentuk polong. Sekitar 60 % bunga
rontok sebelum berbentuk polong (Sugeng, 2000)
Biji kedelai bentuknya ada yang bulat lonjong, bulat, bulat agak pipih, dan
berkeping dua dan terbungkus oleh kulit bagian – bagian biji terdiri dari kulit,
keping biji, pusar biji (hylum) dan embrio yang terletak di antara keping biji
(Cahyono, 2007).
2.2. Syarat Tumbuh Tanaman Kedelai
2.2.1. Iklim
Keadaan iklim sangat mempengaruhi produktifitas tanaman berproduksi
menurut Cahyono (2007), yang perlu diperhatikan untuk pertumbuhan dan
produksi tanaman kedelai adalah sebagai berikut:
a. Suhu udara tanaman kedelai memerlukan suhu berkisar 25ºC-28ºC. Akan
tetapi tanaman kedelai masih bisa tumbuh baik dan produksinya masih
tinggi pada suhu udara di atas 28ºC hingga 30ºC.
7
c. Curah hujan,jumlah curah hujan yang sesuai dalam pembudidayaan
tanaman kedelai berkisar 1.500-2.500 mm/tahun atau curah hujan selama
musim tanam berkisar antara 300 -400 mm/3 bulan.
2.2.2. Tanah
Tanaman kedelai dapat tumbuh pada tanah yang gembur dan tanah yang
sifat mudah mengikat air dan banyak mengandung humus, subur, serta
pembuangan air baik, derajat keasaman (pH Tanah) yang optimal untuk
pertumbuhan tanaman kedelai berkisar 5,8–6,9 (Cahyono, 2007).
Tanaman kedelai tidak menghendaki keadaan air yang tergenang, keadaan
ini dapat menyebabkan akar tanaman mudah busuk dan tidak mampu menyerap
unsur hara dan dalam tanah yang dapat menyebabkan tanaman layu dan mati.
Cahyono (2007) menyatakan tanaman kedelai dapat ditanam diberbagai
ketinggian tempat dataran rendah, dataran medium, dan dataran tinggi pada
ketinggian 1 - 1.300 m dpl.
2.3. Peranan Dolomit
Dolomit berwarna putih keabu-abu atau kebiru-biruan dengan kekerasan
lebih lunak dari batu gamping, berbutir halus, bersifat mudah menyerap air,
mudah dihancurkan, cepat larut dalam air dan mengadung unsur hara (Kartono,
2010). Cara penggunaan dolomit adalah dengan disebar di tanah atau diaduk
dengan tanah. Apabila tanahnya masam dan pH nya 5,5 maka dosis anjuran
penggunaannya adalah 3,12 ton/ha (Lingga, 1990). Dolomit berfungsi untuk
menetralkan pH tanah, mematikan beberapa jenis jamur atau bakteri pada tanah,
Dolomit diproduksi menggunakan bahan baku kapur yang memiliki kadar
atau persentase kalsium (CaO) dan Magnesium (MgO) yang tinggi. Dolomit
mengadung MgO 18-24%, CaO 30%, Air 0,19%, A12O3+ Fe2O3 <3%, dan SiO2
<3% (Kartono, 2010). Keuntungan menggunakan dolomit dapat menetralkan pH
tanah, meningkatkan pertumbuhan akar, dan memperbaiki struktur tanah,
meningkatkan mutu seperti hasil yang tinggi dan buah yang berat, serta dapat
digunakan sebagai pupuk dasar dan pupuk susulan (Kartono, 2010).
Tujuan utama pengapuran adalah menetralkan pH tanah hingga tingkat
yang diinginkan, disamping itu juga untuk meniadakan unsur hara Al, Fe dan Mn,
serta menyediakan hara Ca dan Mg kebutuhan kapur dapat ditentukan dengan
berbagai cara tetapi untuk tanah gambut dapat dilihat berdasarkan Al-dd
(Naibaho, 2003). Apabila pemberian kapur melebihi pH tanah yang diperlukan
akan berpengaruh buruk terhadap pertumbuhan optimum tanaman dan tidak
efisien (ekonomis) juga waktu dan cara pengapuran harus diperhatikan
(Leiwakabessy dan Sutandi, 1998).
2.4. Pupuk Kandang
Pemupukan bertujuan menambah unsur hara yang dibutuhkan oleh
tanaman, sebagai unsur hara yang terdapat di dalam tanah tidak dapat diandalkan
untuk memacu pertumbuhan tanaman secara optimal terutama system yang
intensif (Lingga, 1990).
Pupuk kandang berasal dari kotoran padat dan cair (urin) ternak yang
telah bercampur dengan sisa-sisa makanan (Rosmarkam dan Yuwono, 2002).
9
makro maupun unsur hara mikro walaupun jumlahnya lebih rendah jika
dibandingkan dengan pupuk anorganik (Musnamar, 2004).
Pupuk kandang sapi sebagai sumber bahan organik memiliki kelebihan
jika dibandingkan dengan pupuk anorganik seperti pupuk kandang dapat
meningkatkan kadar bahan organik tanah, meningkatkan nilai tukar kation,
memperbaiki strutur tanah, meningkatkan aerasi dan kemampuan tanah dalam
memegang air dan menyediakan lebih banyak macam unsur hara seperti nitrogen,
fosfor, kalium dan unsur mikro lainnya (Tisdale dan Nelson, 1991 ).
Kandungan unsur hara dalam pupuk kandang sapi sangat bervariasi
tergantung pada jenis pakan sapi dan cara penyimpanan pupuk kandang tersebut.
Pada umumnya pupuk kandang sapi mengandung nitrogen (N) 2 - 8 %, fosfor (P2
- O5) 0,2-1 %, kalium (K2O) 1 - 3 %, magnesium (Mg) 1,0 - 1,5 % dan unsur
mikro (Donahue et al., 1977). Pupuk kandang sapi mengandung unsur mikro
yang diperlukan tanaman seperti Bo, Cu, Fe, Mo dan Zn (Benneet al., 1961).
Pupuk kandang yang dapat digunakan dapat dilihat dari sifat kimia
diantaranya mengandung hara karbon (C) lebih dari 10 %, nisbah C/N dibawah 20
%, pH sekitar netral (6 - 8) dan tidak mengandung garam serta kandungan unsur
mikro dalam jumlah yang berlebihan (Hadisumitro, 2002).
2.5. Tanah Gambut
Dalam klafikasi tanah gambut (soil taxonomy) dikelompokkan kedalam
ordo Histosol (histosdari bahasa Yunani = jaringan) atau sebelumnya dinamakan
Organosol yang mempunyai sifat dan ciri yang berbeda dengan jenis tanah
Inggris, antara lain disebutpeat, bog, moodataufen(Rahamdhani, 2007).
Istilah-istilah ini berkenaan dengan perbedaan jenis atau sifat gambut antara satu tempat
dan tempat lainnya. Gambut diartikan sebagai material atau bahan organik yang
tertimbun secara alami dalam keadaan basah berlebihan dan tidak sedikitpun
mengalami perombakan (Noor, 2001).
Bahan induk Histosol adalah sisa tanaman dan binatang yang bercampuran
dengan lapisan mineral yang diendapkan oleh proses alluvial selama banjir
Pembentukan timbunan bahan organik biasa dipandang sebagai proses kumpulan
bahan induk, jika proses pelapukannya diabaikan (Foth, 1994). Proses
pembentukan histosol bahan organik yang masih kasar mengalami dekomposisi
menjadi lebih luas. Dekomposisi bahan organik dipengaruhi beberapa faktor yaitu
kelembaban, susunan bahan organik, kemasaman tanah, aktivitas mikroorganisme
dan waktu (Munir, 1996).
Lahan gambut mengadung lapisan bahan organik yang belum
terhumifikasi lanjut. Lapisan atasnya adalah gambut yang tebalnya bervariasi
20-40 cm, terdiri atas partikel halus yang bukan mineral, berstruktur remah dan
berkonsistensi gembur (Rahamdhani, 2007). Lapisan kedua adalah lempung
berpasir berwarna hitam dan bercampur dengan humus konsistensi teguh dan
berstruktur gumpal serta selalu berada dibawah permukaan air tanah dan dalam
suasana reduksi total (Risza, 1997)
Tanah gambut adalah tanah yang umumnya terdapat di daerah pasang
surut yang berasal dari bahan organik yeng mengendap dan kemudian menjadi
11
sedikit terdekomposisi yang terakumulasi pada keadaan kelembaban yang
berlebihan ( Anonymous, 2010 ).
Menurut (Wahyuntoet al., 2005) gambut dibagi kedalam 3 jenis yaitu :
a. Gambut berserat adalah gambut yang banyak mengandung serat,
umumnya berasal dari rumput dan herba darat baik digunakan untuk media
tumbuh tanaman di rumah kaca, persemaian, dan kebun bunga.
b. Gambut endapan adalah jenis gambut yang biasanya tertimbun di dalam
air yang relatif dalam. Bahan organiknya berasal dari campuran leli air,
heba empang plankton, dan tumbuhan air lainnya. Tidak cocok untuk
pertumbuhan tanaman.
c. Gambut kayu adalah jenis gambut yang banyak mengandung kayu,
umumnya terbentuk dari semak dan tumbuhan lain yang menutupi hutan
paya. Daya mengikat airnya rendah, cocok untuk kebun sayur dan
lapangan rumput.
Lahan gambut mempunyai potensi yang cukup baik untuk usaha budidaya
pertanian tetapi memiliki kendala yang cukup banyak seperti tingkat kesuburan
yang rendah, miskin unsur hara, dan sangat masam sehingga memerlukan
penambahan pupuk untuk memperbaiki kondisi lahan menjadi baik bagi
pertumbuhan tanaman (Najiyatiet al., 2005).
Tanah gambut merupakan salah satu tanah yang banyak kita jumpai dan
belum diusahakan dengan baik di Aceh Barat mencakup areal seluas 105.000 ha.
Luas lahan gambut di Kabupaten Aceh Barat berdasarkan ketebalannya, diurutkan
dari yang terluas yaitu gambut sedang (antara 1,0-2 m) seluas 47.852 ha; gambut
16.403 ha; dan gambut dangkal (antar 0,5-1 m) seluas 4.591 ha (Wahyunto et al.,
2005).
Menurut Noor (2001) bahwa tanah gambut memiliki unsur hara P dan K
yang sangat rendah, oleh karena itu perlu dilakuan pengapuran yang diharapkan
13
III. BAHAN DAN METODE
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kebun percobaan Fakultas Pertanian
Universitas Teuku Umar Meulaboh Aceh Barat. Pelaksanaan penelitian ini
dimulai dari tanggal 8 Januari sampai dengan 5 April 2013.
3.2. Bahan dan Alat Penelitian
3.2.1. Bahan
Bahan–bahan yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut :
a. Benih
Benih kedelai yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kedelai
varietas Anjasmoro yang didapat dari BPTP Banda Aceh.
b. Tanah
Tanah yang digunakan dalam penelitan ini tanah gambut di kebun percobaan
Fakultas Pertanian Universitas Teuku Umar Meulaboh Aceh Barat.
c. Pupuk Kandang
Pupuk kandang yang digunakan adalah kotoran sapi yang sudah
terdekomposisi dengan sempurna sebagai perlakuan. Pupuk kandang diambil
di Gampong Jokja, Kecamatan Kuala, Kabupaten Nagan Raya.
d. Pupuk Kimia
Pupuk kimia yang digunakan dalam penelitian ini adalah pupuk Urea 50 kg
ha-1(15 gram plot -1), SP-36 128 kg ha-1 (38,4 gram plot-1), KCl 164 kg ha-1
(49,2 gram plot-1)
e. Kapur
Kapur yang digunakan dalam penelitian ini adalah dolomit sebagai perlakuan.
f. Pestisida
Pestisida yang digunakan dalam penelitian ini adalah pestisida anorganik
Curacron 500 EC.
3.2.2. Alat
Alat – alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah parang, cangkul,
gembor, hand spayer, timbangan analitik, meteran, ember, pamplet nama, tali,
sekop dan alat tulis.
3.3. Rancangan Percobaan
Penelitian ini mengunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial
3 x 4 perlakuan, yang terdiri dari dua faktor yaitu :
1. Dosis dolomit (D) yang terdiri dari 3 taraf yaitu :
D1 = 2,5 ton ha-1(0,75 kg plot-1)
D2 = 3,5 ton ha-1(1,05 kg plot-1)
D3 = 4,5 ton ha-1( 1,35 kg plot-1)
2. Dosis pupuk kandang dengan (K) yang terdiri dari 4 taraf yaitu :
K0 = 0 ton ha-1(Kontrol)
K1 = 5 ton ha-1(1,5 kg plot-1)
K2 = 10 ton ha-1(3 kg plot-1)
K3 = 15 ton ha-1(4,5 kg plot-1)
Dengan demikian terdapat 12 kombinasi perlakuan, masing - masing
15
Susunan kombinasi perlakuan antara dosis dolomit dan pupuk kandang dapat
dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Susunan Kombinasi Perlakuan Antara Dosis Dolomit dan Pupuk Kandang.
Model matematis rancangan penelitan tersebut adalah sebagai berikut :
Yijk =
µ
+β
i + Dj+ Kk+ (DK)jk+ε
ijkKeterangan :
Yijk = Nilai pengamatan untuk faktor dosis dolomit taraf ke-j, faktor pupuk kandang taraf ke-k dan ulangan ke-i.
µ = Nilai tengah umum
βi = Pengaruh ulangan ke-i ( i = 1,2 dan 3) Dj = Pengaruh dolomit ke-j ( j = 1,2 dan 3).
Kk = Pengaruh pupuk kandang ke-k ( k = 1, 2, 3 dan 4)
(DK)jk = Interaksi dosis dolomit dan pupuk kandang taraf ke-j, faktor pupuk kandang pada taraf ke-k
ε
ijk = Galat percobaan untuk ulangan ke-i, faktor dolomit taraf ke-j, faktor pupuk kandang taraf ke-k.Apabila uji F menunjukkan pengaruh yang nyata maka dilanjutkan dengan
uji lanjutan yaitu uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5 %. Dengan persamaan
BNJ0,05=
q0.05
(p;dbg) xKeterangan :
BNJ0,05 = Beda Nyata Jujur pada taraf 5 %
q0.05
= Nilai baku q pada taraf 5 %; (jumlah perlakuan p dan derajat bebas galat)KT galat = Kuadrat Tengah galat
r = Jumlah ulangan.
3.4 Pelaksanaan Penelitian
3.4.1. Seleksi Benih
Sebelum penanaman biji kedelai terlebih dahulu dipilih yang relatif sama
ukurannya dengan cara memilih satu per satu sebanyak 1728 biji.
3.4.2. Pengolahan lahan
Pengolahan tanah bertujuan untuk membuat tanah menjadi gembur dan
membersihkannya dari sisa gulma, kayu dengan cara dicangkul dan digaru secara
merata. Plot percobaan dibuat dengan ukuran 150 cm x 200 cm sebanyak 36 plot
dengan ketinggian plot 30 cm.
3.4.3. Pemupukan
Pupuk kandang diberikan 1 minggu sebelum tanam, dengan dosis
perlakuan sesuai dengan Tabel 1. Pupuk dasar yang digunakan dalam penelitian
ini menggunakan pupuk kimia yaitu pupuk Urea dengan dosis 15,3 gr plot-1,
pupuk SP-36 dengan dosis 38, 4 gr plot-1, pupuk KCl dengan dosis 49,2 gr plot-1
17
3.4.4. Penanaman
Penanaman dilakukan pada sore hari dengan jarak tanah 40 cm x 30 cm,
penanaman benih kedelai dengan cara tanah dilubangi dengan tugal, lalu benih
dimasukan ke dalam lubang dan ditutup tanah.
3.4.5. Pemeliharaan
Pemeliharaan bibit sampai dewasa meliputi penyiraman, penyiangan
gulma, penyulaman, pengendalian hama dan penyakit. Penyiraman dilakukan dua
kali sehari pagi dan sore atau disesuai dengan keadaan cuaca. pencegahan
serangan hama ulat daun menggunakan Insektisida Curacron 500 EC dengan
konsentrasi 2 cc/air-1.
3.4.6. Panen
Pemanenan tanaman kedelai dilakukan pada umur 85 HST dengan kriteria
daun sudah mulai menguning dan polong buah sudah nampak kehitam –hitaman.
Pemanenan dilakukan dengan cara memotong batang kedelai kemudian dilakukan
pengeringan selama 3 hari selanjutnya dilakukan perontokan.
3.5. Pengamatan
Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah :
1. Tinggi Tanaman (cm)
Pengamatan tinggi tanaman yang diamati pada umur 15, 30, dan 45 HST.
Pengukuran diamati dari pangkal batang sampai titik tertinggi dengan
2. Jumlah Polong (buah)
Dihitung pada umur 65 dan 75 HST. Penghitungan dilakukan pertanaman
sampel dengan menghitung semua polong.
3. Persentase Polong Bernas (%)
Pengamatan persentase polong bernas dilakukan pada pemanenan dengan
cara menghitung seluruh polong bernas.
4. Persentase Polong Hampa (%)
Pengamatan persentase polong hampa dilakukan pada pemanenan dengan
cara menghitung seluruh polong hampa.
5. Berat 100 Biji Kering (g)
Berat 100 biji kering dilakukan dengan cara menimbang menggunakan
timbangan analitik yang dilakukan setelah biji dikeringkan selama 3 hari yang
diambil secara acak.
6. Berat Biji Kering Per Plot Netto (g)
Berat biji per plot netto dilakukan dengan cara menimbang menggunakan
timbangan analitik yang dilakukan terhadap biji kering per plot netto.
7. Produksi Per Hektar (ton)
Pengamatan biji kering per hektar dilakukan dengan mengkonversikan
19
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Pengaruh Dosis Dolomit
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran bernomor genap 2 sampai 20)
menunjukkan bahwa dosis dolomit berpengaruh sangat nyata terhadap berat 100
biji kering namun berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 15,
30 dan 45 HST serta jumlah polong umur 65 dan 75 HST, persentase polong
bernas, persentase polong hampa, berat biji kering per plot netto dan produksi per
hektar.
4.1.1. Tinggi Tanaman (cm)
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 2, 4 dan 6) menunjukkan bahwa
dosis dolomit berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman umur 15, 30 dan
45 HST. Rata - rata tinggi tanaman kedelai pada berbagai dosis dolomit umur 15,
30, dan 45 HST disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Rata-rata Tinggi Tanaman Kedelai pada Berbagai Dosis Dolomit Umur 15, 30 dan 45 HST
Dosis Dolomit Tinggi Tanaman (cm)
Simbol ton ha-1 15 HST 30 HST 45 HST
D1 2,5 12,21 33,79 61,27
D2 3,5 12,01 29,67 53,03
D3 4,5 12,46 33,46 60,10
Tabel 2 menunjukkan bahwa nilai tertinggi tanaman kedelai umur 15 HST
dijumpai pada dosis dolomit 4,5 ton ha-1 (D3) yang berbeda tidak nyata dengan
dosis dolomit 2,5 ton ha-1(D1) dan 3,5 ton ha-1(D2), sedangkan pada umur 30 dan
45 HST tanaman kedelai tertinggi dijumpai pada dosis dolomit 2,5 ton ha-1 (D1)
(D3). Hal ini diduga bahwa pertumbuhan tanaman kedelai terhambat disebabkan
karena suhu di lokasi penelitian kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas
Teuku Umar yang tinggi dengan kisaran 30oC – 35oC. Hal ini sejalan dengan
pendapat Cahyono (2007) yang menyatakan bahwa suhu yang ideal untuk
pertumbuhan tanaman kedelai berkisar 25ºC–28ºC.
4.1.2. Jumlah Polong (buah)
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 8 dan 10) menunjukkan bahwa
dosis dolomit berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah polong tanaman kedelai
umur 65 dan 75 HST. Rata - rata jumlah polong tanaman kedelai pada berbagai
dosis dolomit umur 65 dan 75 HST setelah disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Rata-rata Jumlah Polong Tanaman Kedelai pada Berbagai Dosis Dolomit Umur 65 dan 75 HST
Dosis Dolomit Jumlah Polong ( buah)
Simbol ton ha-1 65 HST 75 HST
D1 2,5 54,00 53,56
D2 3,5 49,06 45,48
D3 4,5 52,83 54,46
Tabel 3 menunjukkan bahwa jumlah polong tanaman kedelai umur 65
HST terbanyak dijumpai pada dosis dolomit 2,5 ton ha-1 (D1) yang berbeda tidak
nyata dengan dosis dolomit 3,5 ton ha-1(D2) dan 4,5 ton ha-1(D3), sedangkan pada
umur 75 HST jumlah polong tanaman kedelai terbanyak dijumpai pada dosis
dolomit 4,5 ton ha-1 (D3) yang berbeda tidak nyata dengan dosis dolomit 2,5 ton
ha-1(D1) dan dosis dolomit 3,5 ton ha-1(D2). Hal ini diduga karena tanah gambut
memiliki kondisi kimiawi yang berbeda antara plot satu dengan plot lainnya.
21
keberhasilan pengapuran dalam budidaya tanaman kedelai sangat ditentukan oleh
nilai pH tanah.
4.1.2. Persentase Polong Bernas dan Hampa
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 12 dan 14) menunjukkan bahwa
dosis dolomit berpengaruh tidak nyata terhadap persentase polong bernas dan
hampa tanaman kedelai. Rata-rata persentase polong bernas dan hampa per
tanaman kedelai disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Rata-rata Persentase Polong Bernas dan Hampa Tanaman Kedelai pada Berbagai Dosis Dolomit
Dosis Dolomit Persentase Polong ( % )
Simbol ton ha-1 Bernas Hampa
D1 2,5 93,41 Keterangan : ( ) data transformasi ( log(y+1))
Tabel 4 menunjukkan bahwa persentase polong bernas tanaman kedelai
terbanyak dijumpai pada dosis dolomit 2,5 ton ha-1(D1) yang berbeda tidak nyata
dengan dosis dolomit 3,5 ton ha-1 (D2) dan 4,5 ton ha-1 (D3), sedangkan
persentase polong hampa tanaman kedelai terbanyak dijumpai pada dosis dolomit
3,5 ton ha-1(D2) yang berbeda tidak nyata dengan dosis dolomit 2,5 ton ha-1 (D1)
dan 4,5 ton ha-1 (D3). Hal ini disebabkan media tanam yang digunakan adalah
tanah gambut dimana tanah gambut mengandung unsur Al sehingga menghambat
et al.(1986) yang menyatakan bahwa tanah gambut umumnya ketersediaan unsur
Al larut lebih dominan sehingga cenderung mengikat ketersediaan unsur hara P.
4.1.3. Berat 100 Biji Kering (g)
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 16) menunjukkan bahwa dosis
dolomit berpengaruh sangat nyata terhadap berat 100 biji kering tanaman kedelai.
Rata-rata berat 100 biji kering tanaman kedelai disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Rata-rata Berat 100 Biji Kering Tanaman Kedelai pada Berbagai Dosis Dolomit
Dosis Dolomit Berat 100 Biji Kering
(g) berbeda nyata pada taraf peluang 5% ( BNJ0.05).
Tabel 5 menunjukkan bahwa berat 100 biji kering tanaman kedelai terberat
dijumpai pada dosis dolomit 4,5 ton ha-1 (D3) yang berbeda nyata dengan dosis
dolomit 2,5 ton ha-1(D1) dan 3,5 ton ha-1(D2). Hal ini diduga dosis dolomit 4,5
ton ha-1 mampu menetralisir pH tanah gambut lebih baik dari perlakuan dosis
dolomit lainnya, sehingga dapat menciptakan kondisi media tanam yang lebih
baik pada hasil tanaman kedelai. Hal ini sesuai dengan pendapat Hasibuan
(1989), peningkatan produksi tanaman yang diberi kapur yaitu adanya perbaikan
penyediaan hara bagi tanaman karena kapur dolomit dapat berperan dalam
menciptakan kondisi pH tanah yang sesuai bagi aktivitas mikroorganisme tanah
23
Pemberian kapur dolomit dapat menyebabkan dekomposisi bahan organik dalam
tanah meningkat, karena meningkatnya kegiatan mikroorganisme tanah (Van
Leieropet al.,1980dalam Sagiman, 2001)
Adapun hubungan berat 100 biji kering per plot tanaman kedelai pada
berbagai dosis dolomit dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Berat 100 Biji Kering Tanaman Kedelai Berbagai Dosis Dolomit
4.1.4. Berat Biji Kering Per Plot Netto (g)
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 18) menunjukkan bahwa dosis
dolomit berpengaruh tidak nyata terhadap berat biji kering per plot netto tanaman
kedelai. Rata - rata berat biji kering per plot netto tanaman kedelai disajikan
Tabel 6. Rata-rata Berat Biji Kering Per Plot Netto Tanaman Kedelai pada Berbagai Dosis Dolomit
Dosis Dolomit Berat Biji Kering Per plot netto (g)
Simbol ton ha-1
D1 2,5 69.09
D2 3,5 62.47
D3 4,5 69.55
Tabel 6 menunjukkan bahwa berat biji kering per plot netto tanaman
kedelai terberat dijumpai pada dosis dolomit 4,5 ton ha-1 (D3) yang berbeda tidak
nyata dengan dosis dolomit 2,5 ton ha-1(D1) dan 3,5 ton ha-1(D2). Hal ini diduga
unsur hara P pada tanah gambut tidak tersedia karena diikat oleh unsur Fe dan Al.
Hal ini sejalan dengan pendapat Hanafiah (2007) menyatakan bahwa kelarutan Fe
dan Al meningkat sehingga akan mengendapkan unsur P larutan membentuk Al-P
dan Fe-P.
4.1.5. Produksi Per Hektar (ton)
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 20) menunjukkan bahwa dosis
dolomit berpengaruh tidak nyata terhadap produksi per hektar tanaman kedelai.
Rata-rata produksi per hektar tanaman kedelai disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7. Rata-rata Produksi Per Hektar Tanaman Kedelai pada Berbagai Dosis Dolomit
Dosis Dolomit Produksi Per Hektar
(ton) Simbol ton ha-1
D1 2,5 1,92
D2 3,5 1,74
25
Tabel 7 menunjukkan bahwa produksi per hektar tanaman kedelai terberat
dijumpai pada dosis dolomit 4,5 ton ha-1 (D3) yang berbeda tidak nyata dengan
dosis dolomit 2,5 ton ha-1 (D1) dan 3,5 ton ha-1 (D2). Hal ini disebabkan tanah
gambut banyak mengandung unsur hara Fe dan Al yang bersifat racun bagi
tanaman. Hal ini diperkuat oleh penelitian Rachim (1995) menyatakan bahwa
unsur hara Al, Fe dan Cu yang terlalu tinggi maka kemasaman tanah akan
meningkat dan pertumbuhan tanaman cendrung terganggu.
4.2. Pengaruh Dosis Pupuk Kandang
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran bernomor genap 2 sampai 20)
menunjukkan bahwa dosis pupuk kandang berpengaruh nyata terhadap berat biji
kering per plot netto dan produksi per hektar namun berpengaruh tidak nyata
terhadap tinggi tanaman umur 15, 30 dan 45 HST, jumlah polong umur 65 dan 75
HST, persentase polong bernas, persentase polong hampa, berat 100 biji kering.
4.2.1. Tinggi Tanaman (cm)
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 2, 4 dan 6) menunjukkan bahwa
dosis pupuk kandang berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman umur 15,
30 dan 45 HST. Rata-rata tinggi tanaman kedelai pada umur 15, 30 dan 45 HST
Tabel 8 Rata-rata Tinggi Tanaman Kedelai pada Berbagai Dosis Pupuk Kandang Umur 15, 30 dan 45 HST
Pupuk Kandang Tinggi Tanaman (cm)
Simbol ton ha-1 15 HST 30 HST 45 HST
K0 0 11,97 31,14 55,64
K1 5 12,08 29,89 54,50
K2 10 12,42 33,17 58,53
K3 15 12,43 35,03 63,88
Tabel 8 menunjukkan bahwa nilai tertinggi tanaman kedelai umur 15, 30
dan 45 HST tanaman kedelai tertinggi dijumpai pada dosis pupuk kandang 15 ton
ha-1(K3) yang berbeda tidak nyata dengan dosis pupuk kandang 0 ton ha-1(K0), 5
ton ha-1(K1) dan 10 ton ha-1(K2). Hal ini disebabkan karena lahan gambut lahan
yang mengandung 100 % bahan organik hal ini terlihat pada para meter tinggi
tanaman 15, 30 dan 45 HST tidak berbeda nyata antara K0 dengan perlakuan
lainnya, hal ini sesuai dengan pendapat Hanafiah (2007) yang menyebutkan
bahwa tanah gambut yang ada di Sumatera mengandung 100 % padatan berupa
bahan organik.
4.2.2. Jumlah Polong (buah)
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 8 dan 10) menunjukkan bahwa
dosis pupuk kandang berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah polong tanaman
kedelai umur 65 dan 75 HST. Rata - rata jumlah polong tanaman kedelai berbagai
27
Tabel 9. Rata-rata Jumlah Polong Tanaman Kedelai pada Berbagai Dosis Pupuk Kandang Umur 65 dan 75 HST
Pupuk kandang Jumlah Polong ( buah)
Simbol ton ha-1 65 HST 75 HST
K0 0 43,58 43,00
K1 5 54,75 54,39
K2 10 50,11 48,08
K3 15 59,42 59,19
Tabel 9 menunjukkan jumlah polong tanaman kedelai umur 65 dan 75
HST terbanyak dijumpai pada dosis pupuk kandang 15 ton ha-1(K3) yang berbeda
tidak nyata dengan dosis pupuk kandang 0 ton ha-1(K0), 5 ton ha-1(K1) dan 10 ton
ha-1 (K2). Hal ini disebabkan tanah gambut dengan pH yang rendah, sehingga
ketersediaan hara makro dan mikro bagi tanaman rendah. Rachim (1995)
menyatakan bahwa kandungan bahan organik yang tinggi pada lahan gambut
menyebabkan hara mikro membentuk senyawa kompleks dengan asam organik
dan tidak mudah tersedia bagi tanaman.
4.2.3. Persentase Polong Bernas dan Hampa
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 12 dan 14) menunjukkan bahwa
dosis pupuk kandang berpengaruh tidak nyata terhadap persentase polong bernas
dan persentase polong hampa tanaman kedelai. Rata-rata persentase polong
Tabel 10. Rata-rata Persentase Polong Bernas dan Persentase Polong Hampa Tanaman Kedelai pada Berbagai Dosis Pupuk Kandang
Pupuk Kandang Persentase Polong (%)
Simbol ton ha-1 Bernas Hampa
K0 0 93,22 Keterangan : ( ) data transformasi ( log (y+1) )
Tabel 10 menunjukkan bahwa persentase polong bernas tanaman kedelai
terbanyak dijumpai pada dosis pupuk kandang 10 ton ha-1(K2) yang berbeda tidak
nyata dengan dosis pupuk kandang 0 ton ha-1(K0), 5 ton ha-1(K1) dan 15 ton ha-1
(K3), sedangkan persentase polong hampa tanaman kedelai terbanyak dijumpai
pada dosis pupuk kandang 5 ton ha-1 (K1) yang berbeda tidak nyata dengan dosis
pupuk kandang 0 ton ha-1 (K0), 10 ton ha-1 (K2) dan 15 ton ha-1 (K3). Hal ini
disebabkan pada lahan gambut banyak mengandung unsur hara Fe dan Al yang
dapat mengikat unsur P bagi tanaman sehingga asupan makanan bagi
pertumbuhan tanaman terganggu. Hanafiah (2007) menyatakan bahwa unsur hara
Fe dan Al meningkat sehingga dapat mengikat unsur hara P.
4.2.3 Berat 100 Biji Kering (g)
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 16) menunjukkan bahwa dosis
pupuk kandang berpengaruh tidak nyata terhadap berat 100 biji kering tanaman
29
Tabel 11. Rata-rata Berat 100 Biji Kering Tanaman Kedelai pada Berbagai Pupuk Kandang
Pupuk kandang Berat 100 Biji Kering
(g) Simbol ton ha-1
K0 0 13,72
K1 5 15,61
K2 10 14,92
K3 15 15,63
Tabel 11 menunjukkan bahwa berat 100 biji kering tanaman kedelai
terberat dijumpai pada dosis pupuk kandang 15 ton ha-1 (K3) yang berbeda tidak
nyata dengan dosis pupuk kandang 0 ton ha-1(K0), 5 ton ha-1(K1) dan 10 ton ha-1
(K2). Hal ini diduga tanah gambut memiliki pH yang rendah sehingga
mempengaruhi produksi tanaman. Tan (2010) menyatakan bahwa tanah gambut
pH yang rendah banyak mengandung unsur hara Al dan Fe yang mengandung
racun bagi tanaman serta kekurangan hara P.
4.2.4. Berat Biji Kering Per Plot Netto (g)
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 18) menunjukkan bahwa dosis
pupuk kandang berpengaruh nyata terhadap berat biji kering per plot netto
tanaman kedelai. Rata-rata berat biji kering per plot netto tanaman kedelai
Tabel 12. Rata-rata Berat Biji Kering Per Plot Netto Tanaman Kedelai pada Berbagai Pupuk Kandang
Pupuk Kandang Berat Biji Kering Per Plot Netto (g)
Simbol ton ha-1
K0 0 59,86 a
K1 5 58,96 a
K2 10 67.02 ab
K3 15 82.37 b
BNJ 0,05 22,09
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf peluang 5% ( BNJ0.05).
Tabel 12 menunjukkan bahwa berat biji kering per plot netto tanaman
kedelai terberat dijumpai pada dosis pupuk kandang 15 ton ha-1(K3) yang berbeda
nyata dengan dosis pupuk kandang 0 ton ha-1(K0) dan 5 ton ha-1(K1) namun tidak
nyata dengan dosis pupuk kandang 10 ton ha-1 (K2). Hal ini diduga karena pada
dosis 15 ton ha-1 (K3) unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman dalam keadaan
optimum dan tersedia. Lingga dan Marsono (2002) menyatakan bahwa
pemberian bahan organik berpengaruh positif terhadap produksi tanaman kedelai,
salah satu ketersediaan unsur hara dalam tanah dapat dilakukan dengan cara
31
Adapun hubungan berat biji kering per plot netto pada berbagai dosis
pupuk kandang dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Berat Biji Kering Per Plot Netto Tanaman Kedelai pada Berbagai Dosis Pupuk Kandang
4.2.5. Produksi Per Hektar (ton)
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 20) menunjukkan bahwa dosis
pupuk kandang berpengaruh nyata terhadap produksi per hektar tanaman kedelai.
Rata-rata produksi per hektar tanaman kedelai disajikan pada Tabel 13.
Tabel 13. Rata-rata Produksi Per Hektar Tanaman Kedelai pada Berbagai Pupuk Kandang
Pupuk Kandang Produksi Per Hektar
(ton) Simbol ton ha-1
K0 0 1,66 a
K1 5 1,64 a
K2 10 1,86 ab
K3 15 2,29 b
BNJ 0,05 0,61
Tabel 13 menunjukkan bahwa produksi per hektar tanaman kedelai
terberat dijumpai pada dosis pupuk kandang 15 ton ha-1 (K3) yang berbeda nyata
dengan dosis pupuk kandang 0 ton ha-1(K0) dan 5 ton ha-1(K1) namun tidak nyata
dengan dosis pupuk kandang 10 ton ha-1 (K2). Hal ini disebabkan pemberian
pupuk kandang dalam keadaan optimum. Hal ini sesuai dengan pendapat Jamilah
(2003) menyatakan bahwa pemberian pupuk kandang dapat memperbaiki
produksi per hektar tanaman. Sarief (1985) menambahkan bahwa produksi
tanaman akan mengalami peningkatan apabila jumlah dan macam unsur hara di
dalam tanah bagi pertumbuhan tanaman berada dalam keadaan optimum.
Adapun hubungan produksi per hektar pada berbagai dosis pupuk kandang
dapat dilihat pada Gambar 3.
33
4.3. Interaksi
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran bernomor genap 2 sampai 20)
menunjukkan bahwa terdapat interaksi yang tidak nyata antara dosis dolomit dan
pupuk kandang terhadap semua parameter pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai
yang diamati. Hal ini bermakna bahwa pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai
34
5.1. Kesimpulan
1. Dosis dolomit berpengaruh sangat nyata terhadap berat 100 biji kering.
Berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman umur 15, 30 dan 45 HST,
jumlah polong umur 60 dan 75 HST, persentase polong bernas dan
persentase polong hampa, berat biji per plot netto serta produksi per hektar
tanaman kedelai. Pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai terbaik dijumpai
pada dosis dolomit 4,5 ton ha-1.
2. Dosis pupuk kandang berpengaruh nyata terhadap berat biji per plot netto,
produksi per hektar tanaman kedelai. Berpengaruh tidak nyata terhadap
tinggi tanaman umur 15, 30 dan 45 HST, jumlah polong 60 dan 75 HST,
persentase polong bernas dan persentase polong hampa, berat 100 biji kering.
Pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai terbaik dijumpai pada 15 ton ha-1.
3. Tidak terdapat interaksi yang nyata antara dosis dolomit dan pupuk kandang
terhadap semua parameter pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai yang
diamati
5.2. Saran
1. Dari hasil penelitian ini disarankan kepada petani yang melakukan
aktifitasnya pada lahan gambut untuk memberikan dosis dolomit 4,5 ton ha-1
sedangkan untuk pupuk kandang pada lahan gambut disarankan pada dosis
15 ton ha-1.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang penggunaan dosis dolomit dan
35
DAFTAR PUSTAKA
AAK. 2007. Kedelai. Kanisius, Yogyakarta.
Adisarwanto, T. 2005. Kedelai. Penebar Swadaya, Jakarta
Andrianto , T.T., dan Nova Indarto. 2004. Budidaya dan Analisis Usaha Tani.
Agus, F. dan I. G. M. Subiksa. 2008. Lahan Gambut: Potensi Untuk Pertanian dan Aspek Lingkungan. Balai Penelitian Tanah. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor. 41 hal
Anonymous. 2010. Sumatera Utara Dalam Angka. Badan Pusat Statistik. Provinsi Sumatera Utara, Medan. http: www.bps.go.id [17 September 2010]
Benne, E.,J., Moglind, C.R., Longpecker, E.D.,Cook,R.L. 1961. Animal Manure. What Are They Worth to Day. Bull 231. East Lanching : Michigan State University. Pp. 4 -11.
Cahyono, B. 2007. Kedelai Teknik Budi Daya dan Analisis Usaha Tani. CV. Aneka Ilmu, Semarang.
(Deptan) Departemen Pertanian. 2010. Statistik Tanaman Pangan. Jakarta: Direktur Jendral Tanaman Pangan.
Donahue, R. L., Miller, R.W., Shickluna, J.C. 1977. An Introduction to Soil and Plant Growth 4Ed. New Jersey : Prentice-Hall, Inc, 626 p
Foth, H. D, 1994. Dasar – dasar Ilmu Tanah. Terjemahan E. D Purbayanti; D.R Lukiwati dan R. Trimulatsih . Edisi Ke Tujuh. UGM press, Yogyakarta.
Hasibuan, E.B., Adiwiganda, T. Y., Ritonga, D. M., Rotinga, M. 1989. Pengaruh Pemupukan N,P, dan K Serta Pengapuran Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung pada Tanah Gambut. Kumpulan Makalah Seminar Tanah Gambut untuk Perluasan Pertanian. Fakultas Pertanian Islam Sumatera Utara. Medan.
Hadisumitro, L.M. 2002.Membuat Pupuk kascing. Jakarta : Penebar Swadaya
Hakim, N., Yusuf.N., A.M. Lubis., Nugroho. S.G., Diha. M.A., Hong. G.B., dan H.H. Bailey. 1986. Dasar – Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Lampung.
Jamilah. 2003. Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang Dan Kelengasan TerhadapPerubahan Bahan Organik dan Nitrogen Total Entisol. Digitized by USU Digital Library.
Kartono, R.2010. Katalog Produk Pupuk Dolomid A100 lulus 96%. Sumatra Utara. (http://agrounited.wordpress.com/about/). Diakses 28 November 2010
Munir, M, 1996. Tanah – Tanah Utana Indonesia, Karakteristik, Klasifikasi dan Pemanfaatannya. Pustaka Djaya, Jakarta.
Muhidin. 2000. Evaluasi Torenransi Beberapa Galur/Varietas Kedelai Terhadap Cekaman Aluniminium. Bogor: Program Pasca Sarjana, Institute Pertanian Bogor. Pengelolaan lahan gambut untuk pertanian berkelanjutan. Wetlands International–IP, Bogor 231 hlm.
Noor, M, 2001. Pertanian Lahan Gambut, Potensi dan Kendala. Penerbit Kanisius, Yogyakarta
Naibaho R. 2003. Pengaruh Pupuk Phonska dan Pengapuran Terhadap Kandungan Unsur Hara NPK dan pH Beberapa Tanah Hutan. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Tidak Diterbitkan.
Tan, K. H. 2010. Principles of Soil Chemistry Fourth Edition. CRC Press Tailor and Francis Group. Boca Raton. London. New York. 362 p.
Tisdale, S.L., Nelson W.L. 1991.Soil Fertility and Fertilizer. New York : The Mc Millan Company.
Rachim. 1996. Keuntungan Pemupukan. http://pasca.Uns.co.id
Rachim A. 1995. Penggunaan kation-kation polivalen dalam kaitannya dengan ketersediaan fosfat untuk meningkatkan produksi jagung pada tanah gambut. Disertasi Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.
Risza, S, 1997. Kelapa Sawit, Upaya Meningkatkan Produktifitas. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
37
Kedelai (Glycine max (L.) Merill Pada Tanah Gambut Ajamu. Labuhan Batu. USU.
Rosmankan dan Yuwono. 2002. Kesuburan Tanah. Kanisius, Jogyakarta. Halm 244.
Suprapto, H.S. 1994. Bertanam Kedelai. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sutejo, M.M. 1995. Pupuk dan Pemupukan. Jakarta. Rineka Cipta 177 hlm.
Sugeng.2000.Bercocok Tanam Sayuran. Aneka Ilmu, Semarang.
Sagiman, S. dan Pujiano. 2001. Peningkatan Produksi Kedelai di Tanah Gambut Melalui Inokulasi Bradyrhizobium Japonicum Asal Gambut dan Pemanfaatan Bahan Amelioran (Lumpur dan Kapur). Disertasi Program Pasca Sarjana Institute Pertanian Bogor.
Sarief.E,S. 1985. Ilmu Tanah Pertanian. Penerbit Pustaka Buana. Bandung.
Pitojo, S.2007. Benih Kedelai. Kanisius, Yogyakarta.
Lingga. 1990. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya Jakarta. 163 hlm.
Lingga dan Marsono. 2002. Pupuk dan Pemupukan. Edisi Revisi. Penebar Swadaya Jakarta. Hlm 150
Leiwakabessy, F dan A. Sutandi. 1998.Pupuk dan Pemupukan. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor.
Lampiran 1. Rata–rata Tinggi Tanaman Kedelai Umur 15 HST Akibat Perlakuan Dosis Dolomit dan Pupuk Kandang (cm)
Lampiran 2. Analisis Ragam Tinggi Tanaman Kedelai pada Umur 15 HST Akibat Perlakuan Dosis Dolomit dan Pupuk Kandang
Sumber
db JK KT F.hit F.Tabel
Keragaman 0,05 0,01
Ulangan 2 36,00 18,00 18,21 ** 3,44 5,72
D 2 1,21 0,60 0,61 tn 3,44 5,72
D1K2 10,00 11,25 15,50 36,75 12,25
D1K3 12,25 12,50 14,25 39,00 13,00
D2K0 12,00 11,75 11,50 35,25 11,75
D2K1 11,75 13,00 14,00 38,75 12,92
D2K2 10,25 11,00 13,00 34,25 11,42
D2K3 10,25 12,13 13,50 35,88 11,96
D3K0 11,00 13,50 12,25 36,75 12,25
D3K1 10,25 13,00 11,75 35,00 11,67
D3K2 12,00 14,00 14,75 40,75 13,58
D3K3 10,00 13,50 13,50 37,00 12,33
Total 131,25 148,38 160,50 440,13
Y= 12,23
39
KK= 17,57 % Lampiran 3. Rata–rata Tinggi Tanaman Kedelai Umur 30 HST Akibat Perlakuan
Dosis Dolomit dan Pupuk Kandang (cm).
Perlakuan Ulangan Total Rerata
I II III
D1K0 28,50 34,25 36,00 98,75 32,92
D1K1 29,50 35,25 35,75 100,50 33,50
D1K2 27,25 33,50 33,75 94,50 31,50
D1K3 34,50 37,25 40,00 111,75 37,25
D2K0 29,50 31,50 21,50 82,50 27,50
D2K1 24,25 33,75 25,25 8,25 27,75
D2K2 21,50 27,00 38,75 87,25 29,08
D2K3 30,50 32,75 39,75 103.00 34,33
D3K0 26,00 38,00 35,00 99,00 33,00
D3K1 35,75 32,00 1750 85,25 28,42
D3K2 32,75 43,75 40,25 116,75 38,92
D3K3 20,25 40,00 40,25 100,50 33,50
Total 340,25 419,00 403,75 1163,00
Y = 32,31
Lampiran 4. Analisis Ragam Tinggi Tanaman Kedelai pada Umur 30 HST Akibat Perlakuan Dosis Dolomit dan Pupuk Kandang
Sumber
db JK KT Fhit F Tabel
Keragaman 0,05 0,01
Ulangan 2 290,73 145,37 4,51 * 3,44 5,72
KK= 17,05% Lampiran 5. Rata–rata Tinggi Tanaman Kedelai Umur 45 HST Akibat Perlakuan
Dosis Dolomit dan Pupuk Kandang (cm).
Perlakuan Ulangan Total Rerata
I II III
D1K0 49,00 66,00 60,25 175,25 58,42
D1K1 57,00 67,75 68,75 193,50 64,50
D1K2 48,50 64,50 51,75 164,75 54,92
D1K3 60,50 66,25 75,00 201,75 67,25
D2K0 52,25 57,50 37,00 146,75 48,92
D2K1 42,00 56,00 42,50 140,50 46,83
D2K2 40,50 47,50 70,00 158,00 52,67
D2K3 60,00 58,50 72,67 191,17 63,72
D3K0 45,75 66,75 66,25 178,75 59,58
D3K1 61,75 60,00 34,75 156,50 52,17
D3K2 59,25 73,50 71,25 204,00 68,00
D3K3 37,75 73,00 71,25 182,00 60,67
Total 614,25 757,25 721,42 2092,92
Y= 58,14
Lampiran 6. Analisis Ragam Tinggi Tanaman Kedelai pada Umur 45 HST akibat Perlakuan Dosis Dolomit dan Pupuk Kandang
Sumber
Db JK KT Fhit F Tabel
Keragaman 0,05 0,01
Ulangan 2 922,71 461,36 4,70 * 3,44 5,72
41
KK = 26,90 % Lampiran 7. Rata–rata Jumlah Polong Tanaman Kedelai Umur 65 HST Akibat
Perlakuan Dosis Dolomit dan Pupuk Kandang (buah)
Perlakuan Ulangan Total Rerata
I II III
D1K0 30,75 53,25 33,25 117,25 39,08
D1K1 31,50 73,50 72,75 177,75 59,25
D1K2 27,00 61,00 56,00 144,00 48,00
D1K3 63,75 53,00 92,25 209,00 69,67
D2K0 38,75 40,75 59,25 138,75 46,25
D2K1 50,75 42,00 49,75 142,50 47,50
D2K2 23,50 43,75 52,25 119,50 39,83
D2K3 51,00 59,50 77,50 188,00 62,67
D3K0 26,00 60,00 50,25 136,25 45,42
D3K1 72,50 5775 42,25 172,50 57,50
D3K2 39,50 80,75 67,25 187,50 62,50
D3K3 21,50 48,50 6775 137,75 45,92
Total 476,50 673,75 720,50 1870,75
Y = 51,97
Lampiran 8. Analisis Ragam Jumlah Polong Tanaman Kedelai pada Umur 65 HST akibat Perlakuan Dosis Dolomit dan Pupuk Kandang Sumber
db JK KT Fhit F Tabel
Keragaman 0,05 0,01
Ulangan 2 2795,25 1397,63 7,15 ** 3,44 5,72
D 2 159,84 79,92 0,41 tn 3,44 5,72
K 3 1232,76 410,92 2,10 tn 3,05 4,40
D x K 6 1857,80 309,63 1,58 tn 2,55 3,76
Galat 22 4299,75 195,44
Total 35 10345,39
KK = 27,86 % Lampiran 9. Rata–rata Jumlah Polong Tanaman Kedelai Umur 75 HST Akibat
Perlakuan Dosis Dolomit dan Pupuk Kandang (buah)
Perlakuan Ulangan Total Rerata
I II III
D1K0 31,50 49,50 34,75 115,75 38,58
D1K1 32,75 76,50 73,00 182,25 60,75
D1K2 25,00 56,25 51,50 132,75 44,25
D1K3 62,75 55,00 94,25 212,00 70,67
D2K0 35,75 37,50 51,75 125,00 41,67
D2K1 49,75 36,25 43,50 129,50 43,17
D2K2 23,50 41,00 52,25 116,75 38,92
D2K3 48,00 54,50 72,00 174,50 58,17
D3K0 25,50 59,75 61,00 146,25 48,75
D3K1 76,75 5150 49,50 177,75 59,25
D3K2 35,75 80,75 66,75 183,25 61,08
D3K3 21,50 56,75 68,00 146,25 48,75
Total 468,50 655,25 718,25 1842,00
Y= 51,17
Lampiran 10. Analisis Ragam Jumlah Polong Tanaman Kedelai pada Umur 75 HST akibat Perlakuan Dosis Dolomit dan Pupuk Kandang Sumber
Keragaman db JK KT Fhit
F Tabel 0,05 0,01
Ulangan 2 2811,66 1405,83 6,92 ** 3,44 5,72
D 2 587,07 293,54 1,44 tn 3,44 5,72
K 3 1359,26 453,09 2,23 tn 3,05 4,40
D x K 6 1674,50 279,08 1,37 tn 2,55 3,76
Galat 22 4470,01 203,18
Total 35 10902,50