• Tidak ada hasil yang ditemukan

: Sistem Informasi Penelitian Universitas Kristen Satya Wacana J01880

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan ": Sistem Informasi Penelitian Universitas Kristen Satya Wacana J01880"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Aprilian Wahyu Hartina1), Mawardi2), Suhandi Astuti3) 333

PERBEDAAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN

INDEX CARD MATCH DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK

KELAS 4 SD YANG DITINJAU DARI HASIL BELAJARNYA

Aprilian Wahyu Hartina1), Mawardi 2), Suhandi Astuti 3)

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana

INFORMASI ARTIKEL ABSTRAK

URL : http://e-jurnalmitrapendidikan.com

© 2018 Kresna BIP. e-ISSN 2550-0481 p-ISSN 2614-7254

Jurnal Mitra Pendidikan (JMP Online)

Dikirim :30 Maret 2018 Revisi pertama : 31 Maret 2018 Diterima : 31 Maret 2018 Tersedia online : 04 April 2018

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar Tematik siswa kelas 4 di SD Gugus Ki Hajar Dewantara dalam pembelajaran menggunakan model Make A Match dan Index Card Match. Penelitian dilakukan pada SD Gugus Ki Hajar Dewantara pada tanggal 12 sampai 21 Maret 2018. Jenis penelitian menggunakan penelitian kuasi eksperimen. Instrumen pengumpulan data menggunakan instrumen soal tes yang telah dilakukan uji reliabilitas dan validitas item soalnya. Hasil uji hipotesisi menggunakan uji Ancova pada muatan IPA 1,570 taraf signifikansi atau probabilitas 0,214, pada muatan Bahasa Indonesia F hitung 0,334 taraf signifikansi atau probabilitas 0,565. Oleh karena 0,214 dan 0,565 > 0,005 maka H0 diterima dan Ha ditolak. Maknanya hasil

belajar menggunakan model Index Card Match tidak lebih tinggi secara signifikan dibandingkan model pembelajaran Make A Match. simpulan tersebut didukung temuan rerata Make A Match dalam muatan IPA sebesar 82,44 dan muatan Bahasa Indonesia sebesar 76,17 dan Index Card Match pada muatan IPA sebesar 76,08 dan muatan Bahasa Indonesia sebesar 76,03. Artinya pemberian perlakuan dengan model Index Card Match tidak lebih tinggi secara signifikan dari model Make A Match. Dari simpulan penelitian ini disarankan agar para guru SD menggunakan model pembelajaran Make A Match.

Kata Kunci : Make A Match, Index Card Match,Tematik, Hasil Belajar

Email:aprilianwahyud@gmail.com1), mawardi@staff.uksw.edu2),

(2)

Aprilian Wahyu Hartina1), Mawardi2), Suhandi Astuti3) 334

PENDAHULUAN Latar Belakang

Pembelajaran tematik merupakan pembelajaran bermakna yang terdiri dari beberapa mata pelajaran yang diikat oleh suatu tema tertentu, dengan tidak sadar peserta didik akan mempelajarai semua atau sebagian muatan mata pelajaran dalam setiap pembelajaran. Dalam satu kali tatap muka atau satu pembelajaran peserta didik akan belajar materi berdasarkan tema yang telah dibagi menjadi subtema dimana setiap subtema dilaksanakan dalam waktu satu minggu. Jadi satu pembelajaran dialokasikan dalam satu hari, tema yang dipilih merupakan pengembangan dari standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator (Rini&Mawardi, 2015: 105). Sedangkan menurut Mulyasa (2014: 3) pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang menggunakan tema yang digunakan untuk mengkaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna bagi peserta didik.

Keberhasilan para peserta didik dalam mempelajari pembelajaran tematik bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor. Seperti peran guru saat melakukan pembelajaran pengaruhnya akan sangat besar dalam keberhasilan peserta didik. Menurut Desty Lusia Sari & Mawardi (2015: 82-99) sebagai seorang pendidik tidak hanya dituntut untuk memiliki pengetahuan dan keterampilan saat melakukan kegiatan belajar mengajar di kelas, tetapi juga harus memiliki kreativitas. Diantaranya dalam pemilihan model pembelajaran yang sesuai. Dengan pemilihan model pembelajaran yang sesuai akan bisa menumbuhkan semangat belajar pada siswa dan membuat siswa lebih aktif.

Model pembelajaran adalah suatu kerangka konseptual untuk merancang dan melaksanakan suatu pembelajaran, mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan atau kompetensi, dan sebagai pedoman dalam proses pembelajaran karena berisi langkah-langkah pembelajaran yang sistematis. Model pembelajaran umumnya berkait erat dengan media pembelajaran. Media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai sarana untuk menyalurkan pesan dan informasi materi pembelajaran sehingga terjadi proses belajar (Mawardi, 2018: 29 )

(3)

Aprilian Wahyu Hartina1), Mawardi2), Suhandi Astuti3) 335 Permasalahan dalam penelitian ini berkaitan dengan ada tidaknya perbedaan hasil belajar tematik yang signifikan dalam penerapan model pembelajaran Make A Match dan Index Card Match pada siswa kelas 4 SD Gugus Ki Hajar Dewantara.

Rumusan Masalah

Apakah ada perbedaan hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Make a Match dan Index Card Match pada peserta didik kelas 4 SD GugusKi Hajar Dewantara?.

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui apakah ada perbedaan hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran tematik dengan penerapan model pembelajaran Make a match dan model pembelajaran Index Card Match pada peserta didik kelas 4 SD Gugus Ki Hajar Dewantara.

KAJIAN PUSTAKA Pembelajaran Tematik

Pembelajaran merupakan bentuk kegiatan yang berorientasi pada proses belajar untuk tercpainya suatu tujuan tertentu yaitu hasil belajar. Pembelajaran tematik terpadu merupakan pembelajaran yang diterapkan pada kurikulum 2013.

Tematik terpadu juga memiliki beberapa tujuan: 1) Mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau topik tertentu, 2) Mempelajari pengetahuan dan mengembangkan kompetensi mata pelajaran dalam tema yang sama, 3) Memiliki pemahaman terhadap materi pelajaran yang lebih mendalam dan berkesan, 4) Mengembangkan kompetensi berbahasa lebih baik dengan mengkaitan berbagai macam mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi peserta didik, 5) Lebih memiliki sifat bergairah dalam belajar, karena mereka dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, seperti : bercerita, bertanya, menulis, dan mempelajari pelajaran yang lain, 6) Lebih dapat merasakan manfaat dan makna belajaran, karena materi yang diberikan dalam konteks tema yang jelas, 7) Guru dapat menghemat waktu, karena mata pelajaran yang diberikan secara terpadu dapat dipersiapkan dan diberikan 2 atau 3 pertemuan bahkan lebih atau pengayaan, 8) Budi pekerti dan moral peserta didik dapat ditumbuh kembangkan dengan mengangkat sejumlah nilai budi pekerti sesuai dengan situasi dan kondisi peserta didik

Model Pembelajaran Make A Match

(4)

Aprilian Wahyu Hartina1), Mawardi2), Suhandi Astuti3) 336 Match juga dapat melatih peserta didik dalam hal afektif, antaranya melatih keberanian peserta didik untuk tampil berpresentasi dan melatih kedisiplinan peserta didik untuk menghargai waktu (Huda, 2015:253-254). Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa Make A Match adalah pembelajaran yang menyenangkan dengan menggunakan kartu bergambar, sehingga membuat peserta didik menjadi lebih aktif dalam pembelajaran. Model pembelajaram Make A Match juga membantu peserta didik untuk bekerja sama dengan orang lain atau peserta didik yang lain, dengan model Make A Match dapat meningkatkan pemahaman peserta didik sehingga memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan guru.

Setiap model pembelajaran memiliki unsur-unsur, sama halnya dengan model pembelajaran Make A Match seperti beriku: 1) Sintak Make A Match menurut Aqib (2013: 23) : 1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban, 2. Setiap pesertadidik mendapat satiu buah kartu, 3. Tiap peserta didik memikirkan jawaban / soal dari kartu yang dipegang, 4. Setiap peserta didik mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal / jawaban), 5. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin, 6. Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap peserta didik mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, 7. Demikian seterusnya, 8. Penutup. 2) Prinsip Reaksi, merupakan pola yang menggambarkan bagaimana seharusnya guru melihat dan memperlakukan para peserta didik. Dalam proses pembelajaran guru hanya berperan sebagai fasilitator di mana siswa diberikan kesempatan untuk memecahkan suatu permasalaha. 3) Sistem Sosial, merupakan suatu pola hubungan antara guru dengan peserta didik pada saat proses pembelajaran berlangsung. Pada kegiatan pembelajaran peserta didik saling bekerjasama dalam kelompok. Peserta didik berdiskusi untuk mencari kartu yang sesuai dengan peserta didik yang lain. 4) Sistem Pendukung, ialah segala sarana dan prasarana yang digunakan untuk menunjang terlasananya kegiatan belajar mengajar. Dalam pembelajaran sistem pendukung dilihat dari segi kondisi lingkungan fisik. Selain itu, guru juga harus mempersiapkan perencanaan untuk mengajar. 5) Dampak Intruksional dan Dampak Pengiring. Dampa Intruksional akan timbulkan dari proses pembelajaran yang berkaitan langsung dengan materi. Dampak pengiring adalah hasil yang dicapai sebagai akibat dari penggunaan model pembelajaran tertentu. Secara umum, dampak pengiring yang akan timbul dengan penerapan model pembelajaran adalah siswa bisa berkerjasama dengan baik, keaktifan dalam bekerja sama, kreatif dalam menganalisis suatu masalah untuk mencari kartu, bertanggung jawab dan percaya diri.

Model Pembelajaran Index Card Match

(5)

Aprilian Wahyu Hartina1), Mawardi2), Suhandi Astuti3) 337 menumbuhkan daya kreatifitas pada peserta didik. Model pembelajaran index card match berhubungan dengan cara-cara untuk mengingatkan kembali apa yang telah mereka pelajari dan menguji pengetahuan serta kemampuan mereka, dengan cara mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban atau soal sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana menyenangkan (Mustikasari, Suratno, & Wahyuni, 2014: 38).

Komponen yang terdapat dalam model pembelajaran Index Card Match, yaitu 1) Sintak.menurut Silberman (2013: 250-251), diataranya: 1. Guru menyiapkan kartu sejumlah peserta didik yang ada dalam kelas, 2. Tulis pertanyaan tentang materi yang telah di berikan sebelumnya pada setengah bagian kertas yang disiapkan, 3. Setiap kertas berisi satu pertanyaan. Pada potongan kertas yang lain, tulis jawaban dari pertanyaanpertanyaan yang telah dibuat, 4. Kocoklah semua kertas sehingga akan tercampur antara soal dan jawaban, 5. Bagikan kepada setiap peserta didik satu potongan kertas. Sebagian peserta didik akan mendapatkan soal dan sebagian yang lain akan mendapatkan jawaban, 6. Minta perserta didik untuk menemukan pasangan mereka. Jika ada yang sudah menemukan pasangan, minta mereka untuk duduk berdekatan, 7. Setelah semua peserta didik menemukan pasangan dan duduk berdekatan, minta secara bergantian untuk membacakan soal yang di peroleh dengan keras kepada teman-teman yang lain, 8. Selanjutnya soal tersebut di jawab oleh pasangan yang lain, 9. Penutup. 2) Prinsip Reaksi, pola yang menggambarkan bagaimana cara guru dalam memperlakukan peserta didik. Dalam pembelajaran guru berperan sebagai fasilitator. Peserta didik dituntut untuk lebih aktif sesuai dengan karakter model pembelajaran yaitu menemukan sendiri. 3) Sistem Sosial, pola hubungan guru dengan peserta didik pada saat terjadinya proses pembelajaran. Dalam pembelajaran menggunakan model pembelajaran Index Card Match kegiatan berorientasi pada belajar menemukan sendiri secara kelompok. 4) Sistem Pendukung, meliputi sarana dan prasarana yang akan digunakan untuk menunjang terlaksananya pembelajaran. Dalam pembelajaran sistem pendukung dilihat dari segi kondisi lingkungan fisik.Selain itu, guru juga harus mempersiapkan perencanaan untuk mengajar. 5) Dampak Intruksional dan Dampak Pengiring. Dampa Intruksional merupakan kemampuan siswa yang diperoleh setelah dilaksankannya pembelajaran. Dampak pengiring ialah hasil yang dicapai sebagai akibat dari penggunaan model pembelajaran tertentu. Secara umum, dampak pengiring yang akan timbul dengan penerapan model pembelajaran adalah peserta didik, keaktifan dalam bekerja sama, kreatif dalam menganalisis suatu permasalahan, bertanggung jawab, mandiri dan percaya diri.

(6)

Aprilian Wahyu Hartina1), Mawardi2), Suhandi Astuti3) 338 CPS terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa pada materi per-samaan dan fungsi kuadrat.

Dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dalam pembelajaran IPA, dapat meningkatkan aktivitas belajar peserta didik kelas V (Sriwulansari, Rati, & Dibia, 2016 : 9-10). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh dengan menerapkan model index card match dalam pembelajaran IPA, dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik (Sunarsi, Chamdani, & Ngatman, 2013: 168-170).

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian eksperimen semu (quasi eksperimental research). Penelitian eksperimen bertujuan untuk mengetahui hasil belajar tematik dengan penerapan model pembelajaran Make A Match dan model pembelajaran Index Card Match, teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan soal pre-test dan post-test dalam bentuk soal. Penelitian dilakukan pada SD Gugus Ki Hajar Dewantara, yang terdiri atas 3 sekolah yaitu SD Negeri Jlumpang yang dilaksanakan pada tanggal 14 sampai 17 Maret 2018, SD Negeri Plumutan 12 sampai 14 Maret 2018, dan SD Negeri Rejosari 03 19-21 Maret 2018. Sebelum dilaksanakannya penelitian, peneliti melaksanakan uji validitas, uji reliabilitas dan soal dinyatakan valid jika koefisien korelasi minimal 0,30 daya pembeda dianggap sangat memuaskan (Azwar, 2011: 158). Hasil validitas soal menunjukkan dari jumlah 45 soal terdapat 32 soal dinyatakan valid dengan jumlah responden 42 siswa. Peneliti menggunakan 30 soal untuk soal pre-test dan post-test. Sedangkan hasil uji reliabilitas menggunakan Anates Ver 4.0.9 memperoleh hasil reliabitas 0,81. Hasil uji reliabilitas sesuai dengan pendapat Widjaja (2013:112 ) bahwa pengelompokan reliabilitas dapat disebutkan sebagai berikut, jika berada dibawah 0,60 tidak dapat diterima, antara 0,60 dan 0,65 tidak memuaskan, antara 0,65 dan 0,70 dapat diterima secara minimal; antara 0,70 dan 0,80 dapat diterima; antara 0,80 dan 0,90 sangat baik sedangkan jauh diatas 0,90 sebaiknya skala yang sedang disusun diperpendek saja. Selain uji validitas dan reliabilitas, peneliti melaksanakan uji tingkat kesukaran soal diperoleh hasil 1 soal sangat mudah, 7 soal mudah, 20 soal sedang dan 4 soal sukar.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Uji ANCOVA Rerata Hasil Belajar

Peneliti melakukan Uji normalitas untuk mengetahui data berasal dari distribusi normal atau tidak. Uji normalitas data dilakukan dengan bantuan uji Kolmogrov-Smirnov, Slameto (2015: 295) jika nilai siginifikansi/probabitas < 0,05, maka data distribusi tidak normal. Apabila nilai signifikansi/probabitas > 0,05, maka data berdistribusi normal.

Dari uji normalitas diketahui bahwa nilai Asymp. Sig. (2-tailed) uji Kolmogorov-Smirnov Z hasil pretest-posttestpada muata IPA kelompok eksperimen 1 adalah 0,134 dan 0,200. Sedangkan hasil pretest-posttest kelompok eksperimen 2 adalah 0,110 dan 0,131. Jika dirumuskan hipotesisH0 adalah sebuah sampel yang berasal dari populasi

berdistribusi normal dan Ha adalah sampel yang tidak berasal dari populasi

(7)

Aprilian Wahyu Hartina1), Mawardi2), Suhandi Astuti3) 339 jika sebaliknya maka H0 diterima. Karena nilai signifikansi/probabitas Asymp. Sig.

(2-tailed) data pada muatan IPA tersebut adalah 0,134, 0,200; 0,110, dan 0,131 > 0,05 maka H0 diterima. Jadi dapat disimpulakan bahwa persebaran data pada muatan IPA

hasil pretest-posttest kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2 tersebut berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

Setelah itu dilakukan uji homogenitas untuk mengetahui varian kedua kelompok tersebut homogen atau tidak. Slameto (2015: 298) apabila nilai signifikansi/probabitas < 0,05, maka dikatakan tidak homogen. Sebaliknya jika nilai signifikansi/probabitas > 0,05, maka data dikatakan homogen. Dari hasil Test of Homogeneity of Variances signifikan/probabilitas nilai pretest menunjukkan 0,196. Dirumuskan sebuah hipotesis H0 adalah variasi data pada tiap kelompok sama (homogen) da Ha adalah variansi data

pada setiap kelompok tida sama (tidak homogen), maka dapat diputuskan jika probabilitas < nilai α (0,05) H0 ditolak, jika sebaliknya maka H0 diterima. Oleh karena

itu nilai signifikansi/probabilitas data pretest dan posttest pada muatan IPA kedua kelompok adalah sebesar 0,258 dan 0,775 > 0,05 maka H0 diterima. Artinya dapat

dikatan bahwa skor pretes tematik dengan dua muatan IPA dan Bahasa Indoneisa kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2 adalah homogen. Skor signifikansi/probabilitas posttesttematik dengan dua muatan IPA dan Bahasa Indoneisakelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2 adalah juga homogen. Melihat skor signifikansi/probabilitas pretest-posttest kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2, dapat disimpulkan bahwa data skor pretest-posttest kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2 memiliki variasi data yang semuanya homogen.

Setelah dilakukan uji normalitas dan homogenitas kemudian dilanjutkan denganuji homogenitas koefisien regresi linier untuk mengetahui kehomogenitasan koefisien regresi X2 (variabel kovariat-pretest) dengan (Y) hasil belajar. Jika

(8)

Aprilian Wahyu Hartina1), Mawardi2), Suhandi Astuti3) 340

Tabel 1. Hasil Uji Ancova Muatan Ilmu Pengetahuan Alam

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: Posttest

Source

Type III Sum of Squares

Df Mean

Square F Sig.

Partial Eta Squared

Corrected Model 2967.017a 2 1483.509 15.082 .000 .301 Intercept 10910.273 1 10910.273 110.917 .000 .613 Pretest 2228.170 1 2228.170 22.652 .000 .244

Model 154.464 1 154.464 1.570 .214 .022

Error 6885.476 70 98.364

Total 467977.000 73

Corrected Total 9852.493 72

Sumber : Data diolah (2018) pada SPSS 20 for windows

Pada muatan Bahasa Indonesia kelompok eksperimen 1 adalah 0,139 dan 0,168. Sedangkan hasil pretest-posttest kelompok eksperimen 2 0,126 dan 0,141. Jika dirumuskan hipotesis H0 adalah sebuah sampel yang berasal dari populasi berdistribusi

normal dan Ha adalah sampel yang tidak berasal dari populasi berdistribusi normal,

maka dapat diputuskan jika probabitas < nilai α (0,05) H0 ditolak, jika sebaliknya

maka H0 diterima. Karena nilai signifikansi/probabitas Asymp. Sig. (2-tailed) data

pada 0,139, 0168, 0,126, dan 0,141 > 0,05 maka H0 diterima. Jadi dapat disimpulakan

bahwa persebaran data pada muatan Bahasa Indonesia hasil pretest-posttest kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2 tersebut berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

Setelah itu dilakukan uji homogenitas untuk mengetahui varian kedua kelompok tersebut homogen atau tidak. Slameto (2015:298) apabila nilai signifikansi/probabitas < 0,05, maka dikatakan tidak homogen. Sebaliknya jika nilai signifikansi/probabitas > 0,05, maka data dikatakan homogen. Dari hasil Test of Homogeneity of Variances signifikan/probabilitas nilai pretest menunjukkan 0,196. Dirumuskan sebuah hipotesis H0 adalah variasi data pada tiap kelompok sama

(homogen) da Ha adalah variansi data pada setiap kelompok tida sama (tidak

homogen), maka dapat diputuskan jika probabilitas < nilai α (0,05) H0 ditolak, jika

sebaliknya maka H0 diterima. Oleh karena itu nilai signifikansi/probabilitas data

pretest dan posttest pada muatan Bahasa Indonesia adalah 0,535 dan 0,709 > 0,05 maka H0 diterima.

Setelah dilakukan uji normalitas dan homogenitas kemudian dilanjutkan denganuji homogenitas koefisien regresi linier untuk mengetahui kehomogenitasan koefisien regresi X2 (variabel kovariat-pretest) dengan (Y) hasil belajar. Jika

(9)

Aprilian Wahyu Hartina1), Mawardi2), Suhandi Astuti3) 341

Tabel 2. Hasil Uji Ancova Muatan Bahasa Indonesia

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: Posttest

Source

Type III Sum of Squares

Df Mean

Square F Sig.

Partial Eta Squared

Corrected Model 1353.202a 2 676.601 5.818 .005 .143

Intercept 13187.957 1 13187.957 113.394 .000 .618 Pretest 1352.846 1 1352.846 11.632 .001 .142

Model 38.889 1 38.889 .334 .565 .005

Error 8141.127 70 116.302

Total 432207.000 73

Corrected Total 9494.329 72

Sumber : Data diolah (2018) pada SPSS 20 for windows

Pembahasan

Hasil uji hipotesis menggunakan teknik ANCOVA seperti yang telah dilakukan terhadap nilai pretestdan posttest kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2 diperoleh hasil signifikansi/probabilitas 0,000 < 0,05, oleh karena probabilitas lebih kecil dari nilai Alpha, maka H0 diterima dan Ha ditolak. Maknanya tidak ada perbedaan

yang signifikan model pembelajaran Make A Match dan Index Card Match ditinjau dari hasil belajar Tematik pada peserta didik kelas 4 SD Gugus Ki Hajar Dewantara Bancak.

Sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan, menurut Anggarawati, Kristiantari, & Asri (2014: 9) model pembelajaran Make A Match berbantuan media kartu gambar berpengaruh positif terhadap hasil belajar IPS pada siswa kelas VI SD Negeri 26 Dangin Puri Tahun Pelajaran 2013/2014. Menurut Amalia (2013 : 157) implementasi model kooperatif tipe Make a Match terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa pada materi persamaan dan fungsi kuadrat lebih baik daripada imple-mentasi model CPS terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa pada materi per-samaan dan fungsi kuadrat. Menurut Mustadi, Afif, & Angriani (2017 : 29-30 ) tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar matematika peserta didik yang diajar dengan menggunakan metode pembelajaran Make A Match dengan metode pembelajaran Scramble pada peserta didik kelas IV SD Inpres Tanah Karaeng karena rata-rata hasil belajar matematika antara yang diajar dengan metode pembelajaran Make A Match maupun metode pembelajaran Scramble tidak terjadi perbedaan yang signifikan.

(10)

Aprilian Wahyu Hartina1), Mawardi2), Suhandi Astuti3) 342 Glontor (Sunarsih, Chamdani, & Ngatman, 2012:169). Menurut Cintia Chotijah, Imam Suyanto, dan Ngatman (2013:480) bahwa model pembelajaran Index Card Match dan media gambar yang dilaksanakan sesuai dengan langkah-langkah yang tepat dapat meningkatkan hasil pembelajaran bahasa Inggris pada siswa kelas IV SD Negeri 2 Grenggeng Tahun Ajaran 2013/2014. Hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa ada perbedaan prestasi belajar IPS siswa antara menggunakan strategi Index Card Match dan stategi Card Sort. Strategi Index Card Match ternyata lebih edektif dari pada menggunakan strategi Card Sort dalam meningkatan prestasi belajar IPS. Hal ini diketahui dari hasil nilai posttest dengan jumlah rata-rata 77,48 dari kelompok kontrol yang menggunakan strategi Card Sort (Arniasih, 2015:1).

Terdapat kelebihan pada model pembelajaran menurut Miftahul Huda (2013:253-254) model pembelajaran Make A Match memiliki kelebihan diantaranya: 1. Dapat meningkatkan aktivitas belajar peserta didik, baik secara kognitif ataupun fisik, 2. Karena ada unsure permainan, metode ini menyenangkan, 3. Meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap materi yang dipelajari dan dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik, 4. Efektif sebagai saranan melatih keberanian peserta didik untuk tampil didepan kelas, 5. Efektif melatih kedisiplinan peserta didik menghargai waktu belajar.

Begitu juga dengan Index Card Match, memiliki kelebihan. Ada beberapa kelebihan dalam model pembelajaran Index Card Match menurut Sanjaya (2008:163), diantaranya: 1. Menumbuhkan kegembiraan dalam kegiatan pembelajaran, 2. Materi pembelajaran yang disampaikan lebih menarik bagi peserta didik, 3. Mampu menciptakan suasana belajar yang aktif dan menyenangkan, 4. Mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik, 5. Penilaian dilakukan bersama.

Hal tersebut sesuai dengan karakteristik siswa kelas 4 SD yang sedang berada pada perkembangan yang sudah mampu untuk berpikir secara logis dan nyata. Dengan terjadinya interaksi dengan teman sebaya, siswa akan lebih santai dalam mengikuti pembelajaran sehingga lebih mudah dalam memahami materi yang diajarkan. Dalam pembelajaran yang menggunakan model pembelejaran Problem Based Learningataupun Index Card Match siswa akan merasa tertantang.

(11)

Aprilian Wahyu Hartina1), Mawardi2), Suhandi Astuti3) 343

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar menggunakan model pembelajaran Index Card Match tidak lebih tinggi secara signifikan dari pada model pembelajaram Make a Match pada peserta didik kelas 4 SD Gugus Ki Hajar Dewantara Bancak. Hal tersebut dapat dibuktikan setelah dilakukan uji Ancova diperoleh hasil F hitung dalam muatan Ilmu Pengetahuan Alam 1,570 taraf signifikansi atau probabilitas 0,214. Oleh karena probabilitas 0,214 > 0,05, maka diterima, dan ditolak. Sedangkan pada muatan Bahasa Indonesia F hitung 0,334 taraf signifikansi atau probabilitas 0,565. Oleh karena probabilitas 0,565 > 0,05, maka diterima, dan ditolak. Maknanya hasil belajar menggunakan model pembelajaran Index Card Match tidak lebih tinggi secara signifikan dri pada menggunakan model Make a Match ditinjau dari hasil belajar Tematik pada peserta didik kelas 4 SD Gugus Ki Hajar Dewantara Bancak.

Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dipaparkan, peneliti menyarankan beberapa hal yang perlu diperhatikan:

1. Model pebelajaran Make a Match dan Index Card Match dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran, karena kdeua model mempunyai keampuhan yang sama. 2. Model pembelajaran Make a Match dan Index Card Match dapat diterapkan untuk

memperbaiki pembelajaran tematik serta menjadi masukan dalam peningkatan kualitas hasil belajar peserta didik di setiap kelas sehingga pendidikan di SD Gugus Ki Hajar Dewantara Bancak semakin berkembang dan maju.

DAFTAR PUSTAKA

Amalia, N. 2013. Keefektifan Model Kooperatif Tipe Make A Match dan Model CPS Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah dan Motivasi Belajar. Jurnal Kreano , 4 (2): 157.

Anggarawati, I. G., Kristiantari, M. R., & Asri, I. G. 2014. Pengaruh Make a Match Berbantuan Media Kartu Gambar Terhadap Hasil Belajar IPS SD. Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha , 2 (1): 9.

Arniasih, F. 2015. Efektivitas Strategi Active Learning Tipe Index Card Match dan Card Sort Ditinjau dari Prestasi Belajar IPS Sisw Kelas III SD N Kasihan Bantul Tahun Pelajaran 2014/2015. Jurnal PGSD Indonesia , 1 (2): 1.

Azwar, Saifuddin. 2011. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Aqib, Z. 2013. Model-Model, Media, dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (Inovatif). Bandung: Yrama Widya.

Chotijah, Cinta., Suyanto, I., & Ngatman. 2013. Penerapan Metode Index Card Match dan Media Gambar dalam Peningkatan Pembelajaran Bahasa Inggris Siswa Kelas IV SDN 2 Grenggeng Tahun Ajaran 2013/2014. Kalam Cendekia, 5 (6.1): 480.

(12)

Aprilian Wahyu Hartina1), Mawardi2), Suhandi Astuti3) 344 Huda, M. 2013. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Malang: Pustaka

Pelajar.

Isjoni. 2010. Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Mawardi. 2018. Merancang Model dan Media Pembelajaran. Scholaria, 1 (1): 29. Mulyasa. 2014. Guru dalam Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Mustadi, Afif, A., & Angriani, A. D. 2017. Perbandingan Hasil Belajar Matematika dengan Menggunakan Metode Pembelajaran Make a Match dan Scrambel pada Peserta Didik Kelas IV SD Inpres Tanah Karaeng. Jurnal Matematika dan Pembelajaran , 5 (1), 29-30.

Nahartyo, E., & Utami, D. I. 2016. Panduan Praktis Riset Eksperimen. Jakarta: PT Indeks.

Mustikasari, F. D., Suratno, & Wahyuni, D. 2014. Penerapan Strategi Index Card Match dengan Teknik Mind Mapping dalam Meningkatkan Karakter dan Hasil Belajar. Pancaran, 3 (1), 38.

Prawira, S. N., Zulaikha, S., & Negara, I. G. 2014. Pengaruh Penerapan Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Index Card Match Terhadap Hasil Belajar Siswa SD. Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha. 2 (1) : 3-4.

Rini, R, &. Mawardi. 2015. Peningkatan Keterampilan Proses Saintifik dan Hasil Belajar Siswa Kelas 4 SDN Slungkep 02 Tema Peduli Terhadap Makhluk Hidup Menggunakan Model Problem Based Learning. Scholaria.5(1) : 105.

Sanjaya, W. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Sari, D. L., & Mawardi. 2015. Keefektifan Model Pembelajaran Picture And Picture dan Make a Match Ditinjau dari Hasil Belajar dalam Pembelajaran IPA Kelas 4 SD Gugus Mawar-Suruh.Scholaria. 5 (3): 87.

Silberman, M. 2013. Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung: Nuansa Cendekia.

Slameto. (20115). Metodologi Penelitian & Inovasi Pendidikan2015. Salatiga: Satya Wacana University Press.

Sriwulansari, A. A., Rati, N. W., & Dibia, I. K. (2016). Penerapan Model Pembelajaran Make a Match dalam Peningkatan Motivasi dan Aktivitas Belajar IPA. e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha, 4 (1): 9-10.

Suawrtiani, S. A. 2017. Metode Index Card Match untuk Meningkatkan Hasil Belajar Mapel IPS Kelas VI SD. Jurnal Pendidikan, 1 (1): 5.

Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuanti-tatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sunarsi, Chamdani, M., & Ngatman. 2013. Penerapan Model Cooperativ Learning Tipe Index Card Match dalam Peningkatan Pembelajaran IPA Siswa Kelas IV SDN Glontor Tahun 2012/2013. Kalam Cendekia, 4 (2): 168-170.

Gambar

Tabel 1. Hasil Uji Ancova Muatan Ilmu Pengetahuan Alam
Tabel 2. Hasil Uji Ancova Muatan Bahasa Indonesia

Referensi

Dokumen terkait

bersedia membantu keluarga Bapak Suherman dengan beberapa ketentuan yang harus. dipenuhi oleh pak Suherman

Hasilnya berupa pengetahuan dan ketrampilan para guru yang juga berfungsi sebagai pelatih dapat menjalankan tugas sampingannya sebagai

Nutrien/zat gizi: substansi kimia dalam makanan yg digunakan tubuh utk menghasilkan energi dan utk menyokong pertumb, mempertahankan &amp; memperbaiki jaringan yg rusak.. Zat

Harga Penawaran Terkoreksi Alamat

- Pengadaan Kendaraan Roda Dua Penyedia Barang 1 Unit Donggala 20.000.000 P A D JUNI 2012 30 Hari. - Pengadaan Kendaraan Roda Dua Penyedia Barang 2 Unit Donggala 35.000.000

Nasional Pendidikan, pasal 38, pendidik (guru) adalah agen pembelajaran yang.. harus memiliki empat jenis kompetensi, yakni kompetensi pedagogik,

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian menggunakan analisis regresi dan korelasi yang dilakukan untuk menentukan pola hubungan rasio volume per kapasitas dengan

IDENTIFIKASI BAKTERI PENGOKSIDASI BESI DAN SULFUR BERDASARKAN GEN 16S rRNA DARI LAHAN TAMBANG TIMAH DI