• Tidak ada hasil yang ditemukan

pembuatan biochar dari kendaga dan biji karet

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "pembuatan biochar dari kendaga dan biji karet"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBUATAN BIOCHAR DARI KENDAGA DAN BIJI KARET SEBAGAI BAHAN AMELIORASI ORGANIK TANAH

The Making of Biochar from Kendaga and Shell of rubber Seed as soil Ameliorants

Sumihar Hutapea *¹); Ellen Lumisar Panggabean¹); Andi Wijaya2)

1) Staf Pengajar Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Medan Area, Telp: 061-7366878,7366871, Fax: (061) 736 8012; Email: [email protected] 2) Sungei Putih Rubber Research Center Galang-Deli Serdang, Po Box 1415 Medan 20001

*Contact Author: [email protected] ABSTRAK

Komponen kendaga (epicarp) dan cangkang biji karet tersusun oleh selulosa yang memiliki karbon yang cukup, seperti halnya cangkang kelapa sawit, batang kayu tanaman, serta tempurung kelapa yang dibuat sebagai sumber arang aktif atau biochar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui formulasi dan karakteristik biochar dari kendaga dan cangkang biji karet yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan amelioran organik pada lahan hortikultura yang tercemar residu pestisida. Metode yang digunakan melalui pengujian laboratorium. Kegiatan dalam penelitian ini adalah pembuatan biochar dari kendaga dan cangkang biji karet serta uji karakteristiknya, menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dua faktor, yakni aktivasi biochar dengan perendaman HCl konsentrasi K0= 0%; K1=5%; K2=10%; K3=15%;

K4=20%; dan lama aktivasi terdiri dari S1=30 menit S2=60 menit, S3=90 menit. Analisis parameter yang diamati adalah kadar abu, kadar air, kadar zat menguap, kadar karbon terikat, daya serap terhadap benzena serta daya serap terhadap yodium. Hasil penelitian menunjukkan bahwa formulasi terbaik dari biochar kendaga dan cangkang biji karet yang dihasilkan berdasarkan analisis karakteristiknya adalah K2S2, yakni kombinasi perlakuan perendaman biochar dengan larutan HCl 10% dan pemanasan 60 menit pada temperatur 120 C, hasil dari biochar ini akan diaplikasi sebagai absorben residu pestisida pada tanaman hortikultura di Kabupataen Karo Sumatera Utara.

Kata Kunci : ameliorasi organik, biochar, cangkang biji karet, kendaga biji karet.

ABSTRACT

Parts of kendaga (epicarp) and shell of rubber seed composed of cellulose whose sufficient carbon, like shell of oil palm , stem of tree, as well as coconut shell as sources of charcoal active or biochar. The objective of research was to determine the formulation and characteristics of biochar from kendaga and rubber seed shell that could be used as ameliorant on horticultural land contaminated by pesticide residues. The method used through the testing laboratory. Research activities was to make the biochar from kendaga (skin) and shell of rubber seed and testing its characteristics, using completely randomized design (CRD) with two factors, namely the activation of biochar with immersion in HCl with concentration K1 = 0%; K2 = 5%;

K3 = 10%; K4 = 15%; K5 = 20%; and duration of activation consisted of S1 = 30 min S2 = 60 min, S3 = 90 minutes. Analysis of the observed parameter was the ash content, moisture content, levels of substance evaporates, the affinitive carbon content, the absorption of benzene and as well as absorption of iodine. The results of research showed that the best formulation of biochar from kendaga and shells of rubber seeds through the analysis of its characteristics was K2S2, namely the combination of biochar immersed with HCl 5% solutiom and heating 60 minutes at a temperature of 120 ⁰C. The result of the biochar will be applied as absorbent of pesticides residue on horticultural crops in Karo Regency of North Sumatera.

Key words: biochar, epicar of rubber seed, organic ameliorant, shell of rubber seed

(2)

PENDAHULUAN

Komponen kendaga (epicarp) dan cangkang biji karet tersusun oleh selulosa yang memiliki karbon yang cukup, seperti halnya batang kayu yang dapat dimanfaatkan sebagai briket atau arang. Oleh karena itu, kendaga dan cangkang biji karet juga berpotensi untuk dibuat sebagai biochar, sekaligus dapat mendukung remediasi lingkungan yang diakibatkan oleh residu pestisida di lahan hortikultura. Pemanfaatan kendaga dan cangkang biji karet sebagai biochar merupakan pemanfaatan limbah pertanian yang ramah lingkungan.

Untuk mendapatkan biochar yang berasal dari kendaga dan cangkang biji karet yang memiliki karakteristik baik, perlu mengetahui formulasi serta bahan aktivasi yang tepat terhadap biochar yang dihasilkan serta mengetahui karakteristiknya. Biochar sebagai bahan ameliorasi organik dapat menjerap senyawa kimia yang berbahaya karena pada biochar terdapat carbon aktif yang dapat mengikat senyawa-senyawa tersebut dan ramah lingkungan dalam penggunannya dan dapat juga dapat meningkatkan unsur hara pada lahan pertanian

Ameliorasi biochar ke dalam tanah dapat meningkatkan total organik karbon dan mengurangi biomassa mikrobia, respirasi, dan agregasi serta pengaruh pembekuan cahaya pada tanah, sehingga dapat memperbaiki sirkulasi air dan udara di dalam tanah dan dapat merangsang pertumbuhan akar (Weil, et al., 2003). Menurut Harsanti dan Ardiwinata (2011) biochar dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, dan hayati tanah.

Saat ini, biji karet banyak digunakan sebagai benih untuk pemuliaan tanaman karet itu sendiri. Tentunya tidak semua biji dapat dijadikan sebagai benih karena mengingat ada kriteria khusus untuk proses pemilihan benih yang baik. Sehingga biji karet yang tidak sesuai dengan kriteria benih yang baik akan terbuang dengan sia-sia sebagai limbah. Tidak hanya itu, kendaga yang merupakan penutup biji karet saat ini belum termanfaatkan. Maka perlu suatu penelitian untuk memanfaatkan kendaga dan biji karet sebagai sumber bahan baku untuk pembuatan biochar.

METODOLOGI PENELITIAN

Pembuatan Biochar dari kendaga dan cangkang biji karet serta uji karakteristiknya dilakukan di Balai Penelitian Sungei Putih, Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang.

Tahapan pembuatan biochar meliputi: a) Persiapan bahan, b) Pengarangan/Karbonasi, c) Aktivasi yakni dengan perendaman HCl konsentrasi K1= 0%; K2=5%; K3=10%; K4=15%;

K5=20%; dan lama aktivasi terdiri dari S1=30 menit S2=60 menit, S3=90 menit, d) Karakterisasi, parameter karakterisasi biochar yang diamati adalah: 1. Kadar air; 2. Kadar debu;

3. Kadar zat menguap; 4. Kadar karbon terikat; 5. Daya serap terhadap yodium; 6. Daya serap terhadap benzene. Uji karakteristiknya, menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL).

(3)

HASIL PENELITIAN DAN DISKUSI

1. Hasil Pengujian Karakteristik Biochar Dari Kendaga dan Cangkang Biji Karet

Hasil pengujian karakteristik biochar kendaga dan cangkang biji karet yang diproduksi dapat dilihat pada Tabel 1. Hasil pengujian menunjukkan bahwa proses perendaman dengan konsentrasi larutan HCl serta lama aktivasi memberikan pengaruh yang berbeda terhadap nilai kadar air, kadar abu, kadar zat menguap, kadar karbon terikat, daya serap iodin, dan daya serap benzene. Pada parameter analisis kadar air nilai terendah terdapat pada perlakuan K0S2 sebesar 1,92% sedangkan nilai tertinggi terdapat pada perlakuan K2S3 sebesar 26,88%. Nilai terendah pada parameter kadar abu terdapat pada perlakuan K4S3 sebesar 1,28% sedangkan nilai tertinggi terdapat pada perlakuan K0S2 sebesar 31,55%. Untuk kadar zat menguap nilai terendah terdapat pada perlakuan K0S2 sebesar 36,10% sedangkan nilai tertinggi terdapat pada perlakuan K2S3 sebesar 55,64%. Nilai terendah pada parameter kadar karbon terikat terdapat pada perlakuan K2S3 sebesar 30,86% sedangkan nilai tertinggi terdapat pada perlakuan K1S3 sebesar 59,90%. Untuk nilai daya serap iodine terendah terdapat pada

perlakuan K0S1 sebesar 333,73 mg/g sedangkan nilai tertinggi terdapat pada perlakuan K2S2 sebesar 531,04 mg/g. Nilai daya serap benzene terendah terdapat pada perlakuan K0S2 sebesar 2,24% sedangkan nilai tertinggi terdapat pada perlakuan K2S2 sebesar 5,19%.

Tabel 1. Sifat Fisika dan Kimia Biochar Kendaga dan Cangkang Biji Karet

Perlakuan

Parameter Kadar air (%)

Kadar abu (%)

Kadar zat menguap (%)

Kadar karbon terikat (%)

Daya serap iodin (mg/g)

Daya serap benzene (%)

K0S1 3.25 17.65 40.54 52.22 333.73 2.58

K0S2 1.92 31.55 36.1 58.63 392.55 2.24

K0S3 3.67 26.05 36.39 54.29 527.95 3.46

K1S1 7.44 8.82 43.71 53.57 390.36 3.52

K1S2 14.15 10.31 46.83 49.31 408.5 3.91

K1S3 19.86 6.87 51.19 59.9 453.32 3.3

K2S1 11.31 4.74 41.78 56.38 384.05 3.38

K2S2 17.35 2.54 52.01 43.48 531.04 5.19

K2S3 26.88 2.76 55.64 30.86 415.5 4.49

K3S1 15.8 5.08 44.18 57.69 358.81 3.15

K3S2 15.81 3.33 44.13 58.68 422.27 3.57

K3S3 25.26 2.73 54.52 47.31 421.27 4.4

K4S1 15.56 10.39 45.26 55.87 438.12 3.35

K4S2 16.66 5.27 51.46 58.59 467.48 3.2

K4S3 23.05 1.28 43.52 44.27 416.16 3.97

Keterangan : K0 = tanpa perendaman HCl (kontrol); K1 = dengan perendaman larutan HCl 5%;

K2 = dengan perendaman larutan HCl 10%; K3 = dengan perendaman larutan HCl 15%; K4 = dengan perendaman larutan HCl 20%; S1 = lama aktivasi 30 menit; S2

= lama aktivasi 60 menit; S3 = lama aktivasi 90 menit.

(4)

Hasil pengujian biochar dengan masing-masing perlakuan belum sepenuhnya memenuhi nilai standar SNI hal ini dikarenakan suhu pada alat aktivasi yang digunakan rendah yaitu hanya sebesar 121 oC sehingga proses aktivasi aktivasi yang dicapai belum maksimal.

Pada prinsipnya, keberhasilan dari biochar tergantung dari beberapa faktor, yakni suhu, tekanan uap, dan kondisi anaerob pada saat aktivasi.

1.1. Kadar Air

Penetapan kadar air biochar bertujuan untuk mengetahui sifat higroskopis arang aktif.

Nilai kadar air biochar yang dihasilkan pada penelitian ini berkisar 1,92-26,88% (Tabel 2).

Tabel 2. Data Pengamatan Kadar Air (%)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II

K0S1 3.32 3.18 6.51 3.25

K0S2 1.77 2.08 3.84 1.92

K0S3 4.03 3.32 7.35 3.67

K1S1 7.60 7.29 14.89 7.44

K1S2 14.55 13.75 28.31 14.15

K1S3 20.10 19.61 39.71 19.86

K2S1 11.33 11.28 22.61 11.31

K2S2 16.83 17.86 34.69 17.35

K2S3 26.81 26.95 53.76 26.88

K3S1 15.97 15.63 31.60 15.80

K3S2 15.43 16.19 31.62 15.81

K3S3 25.04 25.49 50.53 25.26

K4S1 15.21 15.91 31.12 15.56

K4S2 16.42 16.89 33.31 16.66

K4S3 21.91 24.20 46.11 23.05

Total 435.961

Rataan 14.532

1.2. kadar Abu

Abu merupakan komponen anorganik yang tertinggal setelah bahan dipanaskan pada suhu 500-600 oC dan terdiri dari kalium, natrium, magnesium, kalsium dan komponen lain dalam jumlah kecil. Penetapan kadar abu bertujuan untuk menentukan kandungan oksida logam yang terdapat dalam biochar. Menurut Sudrajat (1985) kadar abu yang tinggi dapat mengurangi kemampuan arang aktif untuk menyerap gas dan larutan. Nilai kadar abu dari biochar yang diproduksi untuk semua sampel yang dihasilkan berkisar 1,28 – 31,55% dengan rata-rata 9,29%

(Tabel 3), artinya hanya beberapa perlakuan yang hanya memenuhi standar SNI yaitu

(5)

maksimum sebesar 10%. Namun berdasarkan analisis sidik ragam perlakuan tersebut tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan.

Tabel 3. Data Pengamatan Kadar Abu (%) Perlakuan Ulangan

Total Rataan

I II

K0S1 17.67 17.63 35.30 17.65

K0S2 32.58 30.52 63.10 31.55

K0S3 26.48 25.62 52.10 26.05

K1S1 9.02 8.61 17.63 8.82

K1S2 10.23 10.38 20.61 10.31

K1S3 6.65 7.09 13.74 6.87

K2S1 4.57 4.91 9.48 4.74

K2S2 2.64 2.43 5.07 2.54

K2S3 2.78 2.74 5.52 2.76

K3S1 5.21 4.94 10.15 5.08

K3S2 2.89 3.76 6.65 3.33

K3S3 2.78 2.67 5.45 2.73

K4S1 9.38 11.39 20.77 10.39

K4S2 5.1 5.44 10.54 5.27

K4S3 1.23 1.33 2.56 1.28

Total 278.670

Rataan 9.289

1.3. Kadar Zat Menguap

Penetapan kadar zat menguap bertujuan untuk mengetahui kandungan senyawa yang belum menguap pada proses karbonisasi dan aktivasi, tetapi menguap pada suhu 950 oC. Nilai kadar zat menguap biochar yang dihasilkan dari penelitian ini berkisar 36,10 – 55,64% dengan rata-rata 45,82% (Tabel 4).

Kadar zat menguap yang diperoleh dari hasil aktivasi biochar diatas standard SNI dan tidak menunjukan perbedaan yang signifikan antar kombinasi perlakuan, namun angka terendah terdapat pada kombinasi perendaman tanpa HCl dan waktu pemanasan 60 menit. Berdasarkan teori, peningkatan konsentrasi HCl cenderung meningkatkan pula kadar zat menguap. Hal ini disebabkan HCl yang ditambahkan pada arang meresap, melapisi, melindungi bahan dari panas.

Kadar zat menguap yang tinggi akan mengurangi kemampuan biochar dalam menyerap gas dan larutan.

(6)

Tabel 4. Data Pengamatan Kadar Zat Menguap (%) Perlakuan Ulangan

Total Rataan

I II

K0S1 41.02 40.05 81.07 40.54

K0S2 35.77 36.42 72.19 36.10

K0S3 36.69 36.09 72.78 36.39

K1S1 43.91 43.52 87.43 43.71

K1S2 46.47 47.18 93.65 46.83

K1S3 51.57 50.80 102.38 51.19

K2S1 41.21 42.35 83.56 41.78

K2S2 50.61 53.41 104.03 52.01

K2S3 55.78 55.50 111.28 55.64

K3S1 44.47 43.89 88.36 44.18

K3S2 43.95 44.30 88.25 44.13

K3S3 55.37 53.67 109.04 54.52

K4S1 45.46 45.05 90.51 45.26

K4S2 51.26 51.66 102.92 51.46

K4S3 56.71 30.32 87.03 43.52

Total 1374.484

Rataan 45.816

1.4. Kadar Karbon Terikat

Semakin tinggi kadar karbon terikat yang dihasilkan maka akan semakin baik digunakan sebagai bahan baku pembuatan biochar. Biochar kendaga dan cangkang biji karet yang diproduksi dari hasil penelitia ini memiliki kandungan yang cukup tinggi yaitu berkisar 30,86 – 59,90% atau nilai rata-rata dari seluruh sampel adalah 52,07%. Semakin besar nilai kadar zat menguap dan kadar abu, maka kadar karbon terikat akan semakin rendah.

Tabel 5. Data Pengamatan Kadar Karbon (%)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II

K0S1 55.31 49.12 104.44 52.22

K0S2 59.86 57.41 117.27 58.63

K0S3 55.44 53.14 108.57 54.29

K1S1 53.71 53.42 107.13 53.57

K1S2 53.96 44.66 98.62 49.31

K1S3 49.43 70.37 119.79 59.90

K2S1 55.78 56.98 112.75 56.38

K2S2 49.67 37.30 86.97 43.48

K2S3 49.47 12.24 61.71 30.86

K3S1 56.65 58.73 115.38 57.69

K3S2 67.35 50.00 117.36 58.68

K3S3 49.06 45.57 94.62 47.31

K4S1 55.18 56.57 111.74 55.87

K4S2 79.02 38.16 117.18 58.59

K4S3 46.50 42.04 88.54 44.27

Total 1562.093

Rataan 52.070

(7)

1.5. Daya Serap Iodine

Penetapan daya serap arang aktif/biochar terhadap iodine bertujuan untuk mengetahui kemampuan biochar dalam menyerap larutan berwarna/kotor. Besarnya daya serap biochar terhadap iodine merupakan petunjuk terhadap besarnya diameter pori biochar yang dapat dimasuki oleh molekul yang ukurannya tidak lebih besar dari 10 A dan banyaknya struktur mikropori yang terbentuk (Pari, 1996). Semua perlakuan memiliki nilai daya serap terhadap jodium tidak memenuhi standar SNI arang aktif berbentuk serbuk yaitu minimum sebesar 750 mg/g. Namun jika diamati hasil analisis karakterisasi ini menunjukkan bahwa perlakuan K2S2 menunjukkan hasil tertinggi, yaitu konsentrasi larutan HCl 5% serta lama aktivasi 60 menit dengan nilai rataan 531, 04 mg/g (Tabel 6).

Tabel 6. Data Pengamatan Daya Serap Iodin Perlakuan Ulangan

Total Rataan

I II

K0S1 341.35 326.10 667.45 333.73 K0S2 317.33 467.77 785.09 392.55 K0S3 464.07 591.84 1,055.91 527.95 K1S1 251.85 528.88 780.72 390.36 K1S2 440.73 376.27 817.00 408.50 K1S3 352.58 554.06 906.64 453.32 K2S1 514.24 253.86 768.10 384.05 K2S2 545.80 516.28 1,062.08 531.04 K2S3 426.44 404.56 831.00 415.50 K3S1 376.27 341.35 717.62 358.81 K3S2 313.56 530.98 844.54 422.27 K3S3 288.48 554.06 842.54 421.27 K4S1 437.26 438.99 876.25 438.12 K4S2 393.48 541.47 934.95 467.48 K4S3 380.79 451.53 832.32 416.16

Total 12722.224

Rataan 424.074

1.7. Daya serap benzene.

Penetapan daya serap biochar terhadap benzene bertujuan untuk mengetahui kemampuan biochar dalam menyerap gas. Daya serap biochar yang dproduksi terhadap benzene pada penelitian ini berkisar 2,24 – 5,19%. Semua perlakuan memiliki nilai daya serap terhadap benzene yang tidak memenuhi standar SNI arang aktif berbentuk serbuk yaitu minimum sebesar 25%. Namun jika diamati hasil analisis karakterisasi ini menunjukkan bahwa perlakuan K2S2 menunjukkan hasil tertinggi, yaitu . konsentrasi larutan HCl 5% serta lama aktivasi 60 menit (Tabel 7).

(8)

Tabel 7. Data Pengamatan Daya Serap Benzene

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II

K0S1 2.92 2.23 5.15 2.58

K0S2 2.48 2.00 4.48 2.24

K0S3 3.26 3.67 6.93 3.46

K1S1 3.75 3.28 7.03 3.52

K1S2 3.84 3.97 7.82 3.91

K1S3 3.16 3.44 6.60 3.30

K2S1 3.22 3.55 6.77 3.38

K2S2 4.47 5.91 10.38 5.19

K2S3 3.56 5.42 8.98 4.49

K3S1 3.01 3.29 6.29 3.15

K3S2 3.84 3.31 7.14 3.57

K3S3 4.01 4.80 8.81 4.40

K4S1 3.33 3.38 6.70 3.35

K4S2 3.11 3.30 6.41 3.20

K4S3 2.84 5.10 7.94 3.97

Total 107.431

Rataan 3.581

KESIMPULAN PENELITIAN

1. Formulasi terbaik dari biochar kendaga dan cangkang biji karet yang dihasilkan berdasarkan analisis karakteristiknya adalah kombinasi perlakuan perendaman biochar dengan larutan HCl 10% dan pemanasan 60 menit pada temperatur 120 C. Hasil dari biochar ini diaplikasi sebagai absorben residu pestisida pada tanaman hortikultura yaitu cabe, sawi dan kentang di Kabupataen Karo Sumatera Utara.

2. Pada prinsipnya, faktor-faktor keberhasilan dalam pembuatan biochar adalah suhu aktivasi, tekanan, dan kondisi anaerob pada alat yang digunakan. Untuk itu, perlu adanya penelitian lanjutan untuk pengembangan biochar yang sesuai dengan SNI.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis ingin berterima kasih kepada Direktur DP2M Dikti yang telah memberikan dana penelitian Hibah Bersaing Nasional melalui DIPA Kopertis Wilayah I Tahun 2015 dan sesuai dengan Surat Perjanjian/Penugasan Dalam Rangka Pelaksanaan Program Desentralisasi Penelitian Nomor : 023-04.1.673453/2015, tanggal 14 Nopember 2014.

(9)

DAFTAR PUSTAKA

Ardiwinata. A. N. 2010. Inovasi Teknologi Pengendali Residu Pestisida Berbasis Biochar. Sinar Tani. Edisi 20-26 Oktober.

Badan Standarisasi Nasional. 1995. Biochar Teknis. SNI 06-3730-1995.

http://sisni.bsn.go.id/index.php?/sni_main/sni/detail_sni/4156. Diakese pada tanggal 08 Nopember 2013.

Balingtan.2013.Biochar Multifungsi.http://www.balingtan.deptan.go.id/index.php?option=com_

content&view=article &id=130&ltemid=5. Diakses pada tanggal 12 Januari 2014.

Barly dan Krisdianto. 2012. Petunjuk Teknis Pembuatan Arang untuk Memanfaatkan Limbah Kayu. Direktorat Jendral Bina Usaha Kehutanan. Kementerian Kehutanan. Jakarta.

Brown, R., 2009. Biochar Production Technology. In: Biochar for Environmental Management:

Science and Technology (Eds). J. Lehmannand S. Joseph. 2009. Biochar for Environmental Management. USA. p 416.

Downie A., A.Crosky & P. Munroe. Physical Properties of Biochar. In: Biochar for Environmental Management: Science and Technology (Eds). Lehmann J. & S. Joseph.

2009. Biochar for Environmental Management. First published by Earthscan in the UK and USA in 2009. P416 (P 13-29).

Harsanti dan A.N. Ardiwinata. 2011. Biochar Meningkatkan Kualitas Lingkungan. Sinar Tani.

Badan Litbang Pertanian. Pati.

http://www.litbang.deptan.go.id/download/one/99/file/Arang-Aktif-Meningkatkan-K.pdf [08 Nopember 2013].

Hunt J. M. DuPonte. D. Sato. A. Kawabata. 2010. The Basics of Biochar : A Natural Soil Amendment. Colege Tropical Agriculture and Human Resources University of Hawai’i at Manoa. Honolulu. Hawaii. J. Soil and Crop Management Dec. 2010 SCM-30.

Lehman J. & S. Joseph. 2009. Biochar for Environmental Management. First published by Earthscan in the UK and USA in 2009. P416.

Lempang, M dan Hermin Tikupadang. 2013. Aplikasi biochar tempurung kemirisebagai komponen media tumbuh semai Melina. Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea. 2(2):

121-137.

Major J., 2010. Soil Improvement from Application of Biochar. International Biochar Inititive.

IBI Research Summaries are intended to provide answers about biochar science for the general public. Soil Improvement. 8 June 2010.

Mustafa, D. dan A.M. Noor. 2003. Pembuatan dan Karakterisasi Karbon Aktif dari Ban Bekas dan Penggunaannya untuk Penyerapan Ion-ion Logam dalam Larutan.

Jurnal Kimia Andalas. Vol. 9(2). Padang.

Sudrajat, R.. D. Tresnawati. dan D. Setiawan. 2005. Pembuatan Biochar dari Tempurung Biji Jarak Pagar. Jurnal Penelitian Hasil Hutan. Vol 23 (2) hal:143-159.

Weil, R.R., K.R. Islam, M.A. Stine, J.B. Gruver, S.E., Susan-Liebeg. 2003. Estimating active carbon for soil quality assessment: a simplified method for laboratory and d use.

American Journal of Alternative Agriculture. 18(1): 3-17.

(10)

Referensi

Dokumen terkait

Analisis Gc-Mc Dan Aktivitas Antioksidan Asap Cair Dari Limbah Cangkang Biji Pala Gilbert Marcellus Tjakra, dkk 2022 Hasil dari bahan baku limbah cangkang biji pala pada suhu

69 PEER REVIEWED | OPEN ACCESS BANWA | ojs.upmin.edu.ph ABSTRACTS FROM ICAEM2019 BANWA | Supplement 1 | 2019 | Abstract 069 Abstract This study determined the factors that affect