• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemeriksaan Biaya dan Pajak Dibayar Dimuka

N/A
N/A
Murnita Rachman

Academic year: 2023

Membagikan "Pemeriksaan Biaya dan Pajak Dibayar Dimuka"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

PEMERIKSAAN BIAYA DAN PAJAK DIBAYAR DIMUKA

Disusun Sebagai Pemenuhan Tugas Kuliah Auditing 1 Dosen Pengampu : Fina Fitriyana S.E., M.Ak.

Disusun Oleh :

Silvia Ghinayatul Fitriani 221011201504

Aprilia Syairani 221011200512

Murnita Rachman 211011250076

Alifah Septianah 221011201823

Galuh Dwi Cahyo 221011200497

FAKULTAS EKONOMI & BISNIS PROGRAM STUDI AKUNTANSI S1

UNIVERSITAS PAMULANG 2022/2023

(2)

Alhamdulillah robbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan begitu banyak nikmat, rahmat, hidayah-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Solawat dan salam selalu tercurahkan kepadaa baginda Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga dan sahabatnya yang telah meniti jalan perjuangan hingga akhir.

Dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan,baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritikan dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan makalah ini.

Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Fina Fitriyana S.E., M.Ak. selaku dosen mata kuliah Auditing 1 yang telah membimbing kami dalam pengerjaan makalah ini.

Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang Pemeriksaan Biaya dan Pajak Dibayar Dimuka ini.

Akhirnya hanya kepada Allah SWT jualah semua ini penulis serahkan. Semoga bantuan dan amal baik yang telah diberikan pada penulis mandapat imbalan yang berlipat dari Allah SWT. Dan penulis berharap karya tulis ini bermanfaat bagi penulis sendiri dan segenap pambaca.

Pamulang, 14 November 2023

Penyusun

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI... ii

BAB I... 1

PENDAHULUAN... 1

A. LATAR BELAKANG...1

B. RUMUSAN MASALAH...1

C. TUJUAN PENULISAN...1

BAB II... 2

PEMBAHASAN... 2

1.1 Pengertian Biaya Dibayar Dimuka...2

1.2 Pengertian Pajak Dibayar Dimuka...3

2.1 Tujuan Pemeriksaan ( Audit Objective ) biaya dan pajak dibayar dimuka...4

3.1 Prosedur Pemeriksaan Biaya dan Pajak Dibayar Dimuka...5

CONTOH KASUS... 8

ANALISIS KASUS PT. KERETA API INDONESIA (KAI)... 8

Profil Perusahaan...8

Kronologi Kasus...9

Jenis Kecurangan...9

Pelaku Kecurangan...10

Sanksi...10

Saran & Rekomendasi Auditor...10

BAB III... 12

PENUTUP... 12

A. Kesimpulan...12

B. Saran...12

DAFTAR PUSTAKA... 13

(4)

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pemeriksaan biaya dan pajak dibayar dimuka adalah suatu proses yang dilakukan oleh auditor atau pihak yang berwenang untuk memastikan bahwa perusahaan telah mematuhi atur an dan regulasi perpajakan serta mengelola biaya dengan benar. Pemeriksaan ini bertujuan un tuk menilai apakah laporan keuangan perusahaan mencerminkan posisi keuangan yang seben arnya dan apakah perusahaan telah mematuhi peraturan perpajakan yang berlaku.

Tujuan dari pemeriksaan biaya dibayar dimuka dan pajak dibayar dimuka adalah untu k memeriksa apakah terdapat internal control yang cukup baik atas biaya dan pajak dibayar di muka, apakah biaya yang mempunyai kegunaan untuk tahun berikutnya sudah dicatat sebagai biaya dibayar dimuka, apakah biaya dibayar dimuka yang mempunyai kegunaan untuk tahun berjalan telah dibebankan/dicatat sebagai biaya tahun berjalan, dan apakah pajak dibayar dim uka didukung oleh bukti. Prosedur pemeriksaan untuk substantive test akan dibagi dalam beb erapa bagian, seperti sewa dibayar di muka, premi asuransi dibayar di muka, dan biaya lainny a. Pemeriksaan ini penting untuk memastikan bahwa biaya dan pajak dibayar dimuka telah di akui dengan benar dalam laporan keuangan perusahaan

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan biaya dibayar dimuka dan pajak dibayar dimuka?

2. Apa tujuan dari pemeriksaan (audit objective ) biaya dan pajak dibayar dimuka?

3. Apa prosedur pemeriksaan pada biaya dan pajak dibayar dimuka?

C. TUJUAN PENULISAN

1. Untuk mengetahui pengertian dari biaya dibayar dimuka dan pajak dibayar dimuka 2. Untuk mengetahui tujuan dari pemeriksaan biaya dan pajak dibayar dimuka

3. Untuk mengetahui prosedur pemeriksaan pada biaya dan ceng juga?

1

(5)

BAB II

PEMBAHASAN

1.1 Pengertian Biaya Dibayar Dimuka

Pengertian biaya dibayar dimuka atau prepaid expense (biaya dibayar dimuka in English) atau ada yang menyebutkan sebagai beban yang ditangguhkan (deferred expense) menurut para ahli adalah biaya yang sudah dikeluarkan oleh perusahaan sebelum memperoleh manfaat dari barang atau jasa tersebut.

Manfaat tersebut akan diperoleh pada saat yang akan datang sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Pos ini tidak bisa langsung diakui sebagai biaya, tapi harus dicatat terlebih dahulu sebagai unsur kelompok aktiva.

Pos ini juga bukan uang muka. Perbedaan uang muka dan biaya dibayar dimuka adalah uang muka merupakan sebagian pembayaran barang dan jasa yang akan dibeli, sedangkan biaya dibayar dimuka adalah biaya penuh yang dibayarkan dulu sebelum memperoleh barang dan jasa.

Menurut pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK), biaya dibayar simuka merupakan biaya yang telah terjadi pembayarannya dan akan digunakan untuk aktivitas yang akan datang. Biaya dibayar dimuka diklasifikasikan sebagai aset lancar jika jangka waktu manfaatnya dibawah 12 bulan dan dikatakan sebagai aset tidak lancar jika jangka waktu manfaatnya di atas 12 bulan.

Jenis transaksi yang digolongkan sebagai biaya dibayar dimuka antara lain: biaya asuransi, sewa, iklan, dan biaya lainnya yang dibayar sebelum manfaatnya digunakan atau dirasakan oleh perusahaan.

Sedangkan, Pemeriksaan biaya dibayar dimuka adalah tahap dalam audit laporan keuangan yang melibatkan pengecekan dan evaluasi terhadap transaksi biaya yang telah dibayar di muka oleh perusahaan. Pemeriksaan ini juga mencakup pengecekan terhadap transaksi pajak yang telah dibayar di muka.

2

(6)

1.2 Pengertian Pajak Dibayar Dimuka

Pajak dibayar dimuka adalah kelebihan pembayaran pajak yang akan ditagih kembali atau dikompensasikan terhadap kewajiban pajak pada masa berikutnya. Pajak dibayar dimuka bisa berupa pajak pertambahan nilai, pajak penghasilan badan, atau pajak yang dipotong/dipungut oleh pihak ketiga. Pajak dibayar dimuka masuk ke dalam kategori kredit pengurang pajak pada akhir tahun atau akhir bulan.

Pajak Dibayar Dimuka memiliki beberapa manfaat penting. Pertama, ini membantu pemerintah mengumpulkan pendapatan pajak secara lebih efisien. Kedua, itu memungkinkan perusahaan dan individu untuk menghindari beban pajak besar yang harus dibayar dalam satu waktu saat masa pajak berakhir. Ini dapat membantu mengelola kas perusahaan dengan lebih baik.

Adapun beberapa jenis Pajak Dibayar Dimuka antara lain : 1. Pajak Penghasilan Pasal 22 (PPh 22)

PPh 22 adalah pajak yang dikenakan pada impor barang. Perusahaan yang mengimpor barang akan membayar PPh 22 sebelum barang tersebut masuk ke dalam negeri. Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa pemerintah menerima sebagian pendapatan pajak sebelum barang tersebut dijual di pasar lokal.

2. Pajak Penghasilan Pasal 23 (PPh 23)

PPh 23 adalah pajak yang dikenakan atas bunga, dividen, royalti, dan biaya manajemen. Pihak yang membayar bunga, dividen, royalti, atau biaya manajemen wajib melakukan pemotongan pajak sebelum pembayaran dilakukan kepada penerima.

3. Pajak Penghasilan Pasal 25 (PPh 25)

PPh 25 adalah pajak yang dikenakan sebagai setoran masa pajak penghasilan. Ini berarti perusahaan wajib membayar sebagian dari pajak penghasilan yang diperkirakan harus dibayarkan selama tahun berjalan.

4. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Masukan

PPN Masukan adalah pajak pertambahan nilai yang dipungut oleh pengusaha kena pajak saat perusahaan membeli barang atau jasa yang terkena pajak. Pembayaran PPN ini

(7)

juga dianggap sebagai Pajak Dibayar Dimuka karena dilakukan sebelum perusahaan dapat menggunakan barang atau jasa yang dibelinya.

2.1 Tujuan Pemeriksaan ( Audit Objective ) biaya dan pajak dibayar dimuka

1. Untuk memeriksa apakah terdapat internal control yang cukup baik atas biaya dan pajak dibayar dimuka. Beberapa ciri internal control yang baik atas biaya dan pajak dibayar dimuka sebagai berikut :

a. Setiap pengeluaran untuk biaya dan pajak dibayar dimuka di otorisasi oleh penjabat perusahaan yang berwenang.

b. Setiap pengeluaran untuk biaya dan pajak dibayar dimuka didukung oleh bukti – bukti yang sah dan lengkap.

2. Untuk mengukur biaya yang memiliki manfaat untuk periode berikutnya dan memastikan telah dicatat sebagai aset lancar.

3. Untuk mengukur biaya dibayar di muka yang telah terjadi di tahun berjalan seluruhnya telah menjadi beban tahun berjalan.

4. Untuk memastikan setiap pajak dibayar di muka yang dicatat pada laporan keuangan telah memiliki bukti setoran atau bukti potong pajak yang sah sehingga dapat diperhitungkan sebagai kredit pajak.

5. Untuk memeriksa apakah penyajian biaya dna pajak dibayar dimuka dalam laporan keuangan sudah sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia (SAK/ETAP/IFRS).

4

(8)

3.1 Prosedur Pemeriksaan Biaya dan Pajak Dibayar Dimuka

Menurut Soekrisno Agoes ( 2012) : prosedur pemeriksaan dibagi atas prosedur compliance test dan prosedur substantive test, yang akan dibagi menjadi beberapa bagian seperti : sewa dibayar dibuka , asuransi dibayar dimuka, biaya advertensi dibayar dimuka dan pajak dibayar dimuka.

A. Prosedur Pemeriksaan untuk Compliance Test

1. Pelajaran dan evalusai internal control atas biaya dan pajak diayar dimuka:

a. Dalam hal ini internal control questionnaires yang digunakan tercakup dalam internal control questionnaires atas pengeluaran kas dan setara kas.

b. Lakukan tes transaksi (compliance test) atas biaya dan pajak dibayar dimuka.

Yang digunakan sebagai sampel biasanya adalah bukti pengeluaran kas dan bank dan sampel cukup dipilih secara random.

2. Tarik kesimpulan mengenai internal control atas Biaya dan Pajak Dibayar Dimuka

B. Prosedur Pemeriksaan Substantive Sewa Dibayar Dimuka (Prepaid Rent)

1. Minta rincian (schedule) prepaid rent per tanggal laporan posisi keuangan (neraca) 2. Check ketelitian perhitungan matematis (Mathematical accuracy).

3. Cocokkan saldo prepaid rent per tanggal laporan posisi keuangan (neraca) dengan saldo buku besar (general ledger) prepaid rent.

4. Cocokkan saldo awal prepaid rent dengan kertas kerja pemeriksaan tahun lalu.

5. Lakukan vouching untuk pembayaran prepaid rent di tahun berjalan dan periksa lease agreement (jika sudah dilakukan di compliance test, refer ke kertas kerja compliance test).

(9)

6. Tie-up/tie-in (cocokkan) total yang dibebankan sebagai biaya sewa kebuku besar biaya sewa.

7. Membuat usulan penyesuaian audit jika diperlukan.

C. Prosedur Pemeriksaan Substantive Premi Asuransi Dibayar Dimuka (Prepaid Insurance).

1. Minta rincian prepaid insurance per tanggal laporan posisi keuangan (neraca).

2. Check mathematical accurary

3. Cocokkan saldo prepaid insurance per tanggal laporan posisi keuangan (neraca) dengan saldo buku besar (general ledger) prepaid insurance.

4. Cocokkan saldo awal prepaid insurance dengan kertas kerja pemeriksaan tahun lalu.

5. Lakukan vouching untuk pembayaran premi asuransi di tahun berjalan, perhatikan apakah ada discount untuk pembayaran tersebut.

6. Periksa polis asuransi dan cocokkan data dalam polis asuransi dengan rincian prepaid insurance.

7. Tie-up total yang dibebankan sebagai biaya asuransi ke buku besar biaya asuransi.

8. Periksa apakah nilai pertanggungan (insurance coverage) cukup atau tidak dalam arti tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil.

9. Perhatikan apakah di dalam polis asuransi terdapat BANKER'S CLAUSE. maksudnya apakah dalam polis asuransi tersebut ada salah satu pasal yang menyebutkan bahwa kalau terjadi klaim, karena yang diasuransikan terbakar atau hilang, maka ganti rugi harus dibayarkan kepada bank.

10. Membuat usulan penyesuaian audit jika diperlukan.

6

(10)

D. Prosedur Pemeriksaan Substantive Prepaid Advertising

1. Minta rincian prepaid advertising per tanggal laporan posisi keuangan (neraca).

2. Check footing dan cocokkan saldo akhir prepaid advertising ke buku besar dan saldo awal ke kertas kerja pemeriksaan tahun lalu.

3. Periksa bukti pembayaran dan surat perjanjian (untuk iklan di TV/Radio/Bill Board) dan bukti pembelian (untuk barang-barang suvenir).

4. Periksa kebenaran pembebanan ke biaya; untuk barang-barang souvenir harus dilakukan stock opname (perhitungan fisik) pada akhir tahun.

E. Prosedur Pemeriksaan Substantive Prepaid Taxes

1. Minta rincian prepaid taxes per tanggal laporan posisi keuangan (neraca). (rincian bisa per jenis pajak atau dicampur).

2. Check footing dan cocokkan saldonya dengan buku besar.

3. Untuk pajak penghasilan, bandingkan angka prepaid taxes di rincian dengan SPT PPh Badan.

4. Untuk pajak pertambahan nilai (PPN Masukan), bandingkan angka prepaid taxes di rincian dengan SPT Masa (SPM).

(11)

CONTOH KASUS

ANALISIS KASUS PT. KERETA API INDONESIA (KAI)

Profil Perusahaan

PT Kereta Api Indonesia adalah Badan Usaha Milik Negara uang menyediakan, mengatur dan mengurus jasa angkutan kereta api di Indonesia. Layanan yang diberikan perusahaan ini meliputi angkutan barang dan penumpang. Pada akhir bulan Maret 2007, DPR mengesahkan revisi Undang-Undang 13/1992 yang isinya menegaskan bahwa investor swasta maupun pemerintah daerah diberikan kesempatan untuk mengelola jasa angkutan kereta api di Indonesia. Sesaat setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945, AMKA (Ankatan Moeda Kereta Api) mengambil alih kekuasaan perkereta-apian Indonesia dari Jepang pada tanggal 28 September 1945. Kemudian diresmikan dan dideklarasikan bahwa Indonesia telah mengambil alih sepenuhnya kekuasaan perkereta-apian di Indonesia dari Jepang dan ditetapkan sebagai Hari Kereta Api.

Sebelum berubah nama menjadi PT Kereta Api (Persero), lembaga ini sempat dinamai DKARI (Djawatan Kereta Api Repoeblik Indonesia), PNKA (Perusahaan Negara Kereta Api), PJKA (Perusahaan Jawatan Kereta Api), kemudian pada tanggal 2 Januari 1991, nama PJKA secara resmi diubah menjadi Perumka (perusahaan Umum Kereta Api), dan hingga kini mengalami perubahan nama yang paling akhir yaitu PT Kereta Api Indonesia (Persero).

PT Kereta Api Indonesia (Persero) memberikan layanan kereta api penumpang dan barang. Hampir semua jalur yang beroperasi memiliki layanan angkutan kereta api penumpang yang dijalankan secara teratur. Selain kereta penumpang, PT Kereta Api Indonesia juga melayani Kelas Argo, Kelas Satwa, Kelas Publik yaitu campuran Eksekutif- Bisnis, Eksekutif-Ekonomi, dan Eksekutif-Bisnis-Ekonomi. Kelas Ekonomi, Kelas Bisnis, Komuter, Kereta Wisata, dan Kereta Barang.

8

(12)

Kronologi Kasus

Salah satu contoh kasus audit umum yang dialami oleh PT. Kereta Api Indonesia (PT. KAI).

Kasus PT. KAI berawal dari perbedaan pandangan antara Manajemen dan Komisaris, khususnya Ketua Komite Audit dimana Komisaris menolak menyetujui dan menandatangani laporan keuangan yang telah diaudit oleh Auditor Eksternal. Komisaris meminta untuk dilakukan audit ulang agar laporan keuangan dapat disajikan secara transparan dan sesuai dengan fakta yang ada. Salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya kasus PT. KAI adalah rumitnya laporan keuangan PT. KAI. Perbedaan pandangan antara manajemen dan komisaris tersebut bersumber pada perbedaan mengenai masalah uang muka gaji. Biaya dibayar dimuka sebesar Rp. 28 milyar yang merupakan gaji Januari 2006 dan seharusnya dibayar tanggal 1 Januari 2006 tetapi dibayar per 31 Desember 2005 diperlakukan sebagai uang muka biaya gaji, yang menurut Komite Audit harus dibedakan pada tahun 2005. Dari kasus tersebut dapat dilihat bahwa terdapat perselisihan antara manajemen dan komite audit, dimana dalam menentukan pembayaran gaji untuk bulan Januari 2006, komite audit meminta untuk dibebankam pada Desember 2005. Menurut laporan yang dihasilkan oleh auditor eksternal, pembayaran gaji dapat dibayarkan dimuka pada bulan Desember 2005 untuk pembayaran gaji tahun 2006. Ketidakyakinan manajemen akan laporan keuangan yang telah disusun, ketika komite audit mempertanyakan laporan tersebut, manajemen merasa tidak yakin sehingga pihak manajemen menggunakan jasa auditor eksternal (Komite Audit, 2008).

Jenis Kecurangan

Berdasarkan kasus yang tersebut, jenis kecurangan yang terjadi adalah manipulasi laporan keuangan. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan pandangan antara manajemen dan komisaris terkait dengan masalah uang muka gaji. Biaya dibayar dimuka sebesar Rp. 28 milyar yang seharusnya dibayar pada 1 Januari 2006, tetapi dibayar per 31 Desember 2005 diperlakukan sebagai uang muka biaya gaji, yang menurut Komite Audit harus dibedakan pada tahun 2005. Namun, manajemen memandang bahwa pembayaran tersebut dapat dibayarkan dimuka pada bulan Desember 2005. Hal ini menunjukkan bahwa manajemen melakukan manipulasi laporan keuangan dengan memasukkan biaya gaji untuk bulan Januari 2006 ke dalam laporan keuangan tahun 2005.

(13)

Pelaku Kecurangan

pelaku kecurangan dalam kasus ini adalah manajemen perusahaan. Manajemen perusahaan terlibat dalam manipulasi laporan keuangan dengan memasukkan biaya gaji untuk bulan Januari 2006 ke dalam laporan keuangan tahun 2005.

Sanksi

Pelaku kecurangan dapat dikenakan sanksi administratif dan pidana. Sanksi administratif dapat berupa denda, bunga, dan kenaikan pajak. Sementara itu, sanksi pidana dapat berupa hukuman penjara dan denda yang lebih berat.

Saran & Rekomendasi Auditor

Untuk mencegah kecurangan dalam pemeriksaan biaya dan pajak dibayar dimuka, PT. KAI harus memperkuat sistem pengendalian internal dan memastikan bahwa manajemen PT. KAI taat terhadap hukum dan peraturan yang berlaku. Ada beberapa rekomendasi audit atas kasus tersebut:

1. PT. KAI melakukan audit ulang atas laporan keuangan yang telah disusun dan diaudit oleh auditor eksternal. Audit ulang ini harus dilakukan dengan transparan dan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku. Selain itu, perusahaan perlu memperbaiki proses penyusunan laporan keuangan agar dapat menghindari perselisihan serupa di masa depan.

2. Perusahaan juga perlu mempertimbangkan untuk melibatkan pihak independen atau otoritas yang kompeten untuk membantu menyelesaikan perselisihan tersebut. Hal ini dapat membantu menyelesaikan perselisihan dengan cara yang obyektif dan dapat dipercaya oleh semua pihak yang terlibat.

3. perusahaan perlu memastikan bahwa Komite Audit memiliki anggota yang efektif dan memiliki integritas yang tinggi. Komposisi Komite Audit harus terdiri dari minimal 3 orang yang berasal dari Komisaris Independen dan pihak dari luar perusahaan, dengan

10

(14)

ketua yang biasanya dijabat oleh Komisaris Independen. Anggota Komite Audit diangkat dan diberhentikan oleh Dewan Komisaris dan dilaporkan kepada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Dalam tataran praktis, anggota Komite Audit yang efektif tidak mudah ditemukan, sehingga diperlukan kriteria khusus bagi seseorang yang akan menjabat sebagai ketua maupun anggota Komite Audit, mengingat tugas dan tanggung jawabnya yang sangat strategis.

4. perusahaan perlu memastikan bahwa manajemen dan Komite Audit memiliki pemahaman yang sama mengenai prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku dan proses penyusunan laporan keuangan. Hal ini dapat membantu menghindari perselisihan di masa depan dan memastikan bahwa laporan keuangan disusun dengan cermat dan akurat agar dapat memberikan informasi yang tepat kepada para pemangku kepentingan perusahaan.

(15)

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Kasus PT Kereta Api Indonesia (PT KAI) dalam pemeriksaan biaya dan pajak dibayar di muka berawal dari perbedaan pandangan manajemen dan komisaris khususnya ketua komit e audit dimana komisaris menolak menyutujui dan menanda tangani laporan keuangan yang t elah diaudit oleh auditor eksternal, jenis kecurangan yang terjadi adalah manipulasi laporan k euangan dengan pelaku utama yaitu manajemen perusahaan.

Salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya kasus PT. KAI adalah rumitnya laporan keuangan PT. KAI. Akibatnya, Komisaris meminta untuk dilakukan audit ulang agar laporan keuangan dapat disajikan secara transparan dan sesuai dengan fakta yang ada. Pelaku kecurangan dikenakan sanksi administratif dan pidana. Sanksi administratif berupa denda, bunga, dan kenaikan pajak. Sementara itu, sanksi pidana berupa hukuman penjara dan denda yang lebih berat.

B. Saran

Beberapa hal teknis yang perlu dipertimbangkan untuk dikembangkan adalah PSAK yang khusus mengatur mengenai PSO (Public Service Obligation), IMO (Infrastrukture Maintenance and Operation), TAC (Track Access Charges), dan BPYBPS serta komputerisasi akuntansi dan penyederhanaan chart of account atau penyederhanaan sistem akuntansi.

12

(16)

Referensi

(t.thn.). Diambil kembali dari profil PT KAI: https://www.merdeka.com/kereta-api- indonesia/profil

(2019). Dalam T. M. Tuanakotta, Audit Internal Bermasis Resiko. Jakarta: Salemba Empat.

(2023, oktober 11). Diambil kembali dari Pahami Pajak Dibayar Dimuka : Konsep dan Jenisnya: https://sibimapajak.id/blog/pajak/pahami-pajak-dibayar-dimuka-konsep- dan-jenisnya/

Mita, D. (2020). PEMERIKSAAN BIAYA DAN PAJAK DIBAYAR DIMUKA.

Wadiyo, S. (2023, Febuari 10). Diambil kembali dari PROSEDUR PENCATATAN JURNAL BIAYA DIBAYAR DIMUKA: https://manajemenkeuangan.net/biaya- dibayar-dimuka/

13

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian ini, hal yang diamati berkaitan dengan Perlindungan Konsumen PT Kereta Api Indonesia (KAI) dalam hal terjadinya kecelakaan Kereta Api. Penelitian ini dilakukan

Judul Laporan Tugas Akhir : Audit Biaya Dibayar Di Muka Pada PT XXX Oleh KAP Asep Rahmansyah Manshur & Suharyono Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji

KESIMPULAN Pemeriksa pajak dalam melaksanakan pemeriksaan transfer pricing atas biaya royalti PT XYZ telah sesuai dengan peraturan mengenai pemeriksaan transfer pricing sebagaimana