• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemilihan Pemasok Bahan Baku Tetap Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process (Studi Kasus pada CV. Mulia Tata Sejahtera)

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Pemilihan Pemasok Bahan Baku Tetap Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process (Studi Kasus pada CV. Mulia Tata Sejahtera)"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Pemilihan Pemasok Bahan Baku Tetap Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process

(Studi Kasus pada CV. Mulia Tata Sejahtera)

Rahman Yusup Efendi 1*, Wahyudin2

1,2Program Studi Teknik Industri , Universitas Singaperbangsa Karawang, Jawa Barat Indonesia

*Koresponden email: 1910631140131@student.unsika.ac.id

Diterima: 12 April 2023 Disetujui: 1 Mei 2023

Abstract

The purpose of this study is to determine the best supplier of raw materials using the Decision Support System (SPK) approach. The Analytical Hierarchy Process (AHP) was used, and Super Decision software was used for the synthesis process. The results of the study show that there are four criteria that suit a company's needs: Quality, Price, Delivery Time and Service. Alternative suppliers include Mulia Baja Bersama, Mandiri Steel, and Gaya Steel. The results used the AHP method, and the normalized weight values for each alternative supplier from first to third rank, namely Mulia Baja Bersama, were 0.56, 0.24, and Gaya Steel of 0.2, respectively. The final result was obtained by the best supplier of raw materials with the largest weight, namely Mulia Baja Bersama.

Keywords: suppliers selection, decision support system, AHP, CV. Mulia Tata Sejahtera, Thomas Lorie Saaty

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah menentukan pemasok bahan baku terbaik menggunakan pendekatan Sistem Pendukung Keputusan (SPK). Metode yang digunakan berupa Analytical Hierarchy Process (AHP) dan menggunakan perangkat lunak Super Decision untuk proses sintesis. Hasil penelitian terdapat empat kriteria yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan yaitu, Kualitas, Harga, Waktu Pengiriman dan Pelayanan. Alternatif pemasok yaitu Mulia Baja Bersama, Mandiri Steel dan Gaya Steel. Berdasarkan hasil pengolahan menggunakan metode AHP, didapat bobot nilai normalisasi masing – masing alternatif pemasok dari peringkat pertama hingga ketiga yaitu, Mulia Baja Bersama sebesar 0,56; Mandiri Steel sebesar 0,24 dan Gaya Steel sebesar 0,2. Hasil akhir didapat pemasok bahan baku terbaik dengan bobot terbesar yaitu Mulia Baja Bersama.

Kata Kunci: pemilihan pemasok, sistem pendukung keputusan, AHP, CV. Mulia Tata Sejahtera, Thomas Lorie Saaty

1. Pendahuluan

Manajemen Rantai Pasok berperan penting dalam sistem perindustrian, salah satu segmentasinya adalah pemilihan pemasok bahan baku. Menentukan pemasok yang dapat bekerja sama dengan perusahaan sesuai dengan kriteria yang ditentukan oleh perusahaan harus direncanakan menggunakan pendekatan – pendekatan yang objektif. Pemilihan pemasok bahan baku yang bersifat subjektif dapat berakibat kerugian bagi perusahaan. Maka dari itu perusahaan harus selektif dalam memilih pemasok dan dengan pendekatan yang objektif [1].

Sistem Pendukung Keputusan (SPK) adalah sebuah sistem yang dapat memberikan kemampuan pengambilan keputusan maupun kemampuan pemecahan masalah yang telah terintegrasi untuk permasalahan yang kompleks [2]. Berbagai metode penunjang masih sering digunakan oleh perusahaan salah satunya adalah dengan metode Analytical Hierarchy Process (AHP).

AHP merupakan sebuah metode untuk menyeleksi alternatif keputusan dan keluarannya berupa alternatif terbaik berdasarkan beberapa kriteria yang telah ditentukan. Metode tersebut merupakan perspektif dan pendapat responden yang diubah kedalam bentuk numerik untuk menyeleksi setiap alternatif keputusan berdasar pada kriteria – kriteria yang ditentukan oleh perusahaan. AHP pertama kali ditemukan oleh Prof. Thomas Lorie Saaty pada tahun 1970, beliau adalah ahli matematika dari Wharton School of Business dan kemudian dipublikasikan pada tahun 1980 [3]. Pertama kali metode ini digunakan untuk memecahkan 2 aspek kuantitatif dan kualitatif yang kompleks dan abstrak, kemudian dengan adanya AHP permasalahan tersebut dapat diuraikan secara sistematis [4].

(2)

CV. Mulia Tata Sejahtera merupakan sebuah perusahaan berlokasi di Karawang yang bergerak dibidang produksi sparepart besi yang hasilnya di import ke produsen spare-part. Produksi yang dilakukan CV. Mulia Tata Sejahtera menyesuaikan dengan pesanan yang diminta oleh perusahaan. Semua produk yang dihasilkan berasal dari bahan dasar besi dan baja. Dalam memenuhi target pesanan perusahaan juga tidak akan pernah terlepas dari Supply Chain Management (SCM). Pemasok bahan baku merupakan salah satu elemen yang sangat berpengaruh dalam mendukung kualitas dan kuantitas produk yang dihasilkan suatu perusahaan [5]. Untuk memenuhi kebutuhan bahan baku, perusahaan biasa mengandalkan beberapa pemasok yang ada di sekitar Kota Karawang. Permasalahannya perusahaan belum mempunyai pemasok bahan baku tetap dan dalam menentukan pemasok bahan bakunya secara subjektif. Pemilihan secara subjektif pada penentuan pemasok bahan baku ditakutkan dapat berdampak pada kualitas dan kuantitas produk. Penentuan pemasok bahan baku tetap dapat menjadi solusi bagi perusahaan dalam menunjang kegiatan produksinya [6].

Permasalahan yang dihadapi CV. Mulia Tata Sejahtera adalah sulitnya menentukan pemasok bahan baku besi yang sesuai dengan kriteria perusahaan. Penerapan metode AHP sesuai dengan kasus yang dialami CV. Mulia Tata Sejahtera. Maka dari itu tujuan dari penelitian adalah menentukan pemasok bahan baku terbaik dengan metode Analytical Hierarchy Process sesuai dengan kebutuhan perusahaan.

2. Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan di CV. Mulia Tata Sejahtera dengan responden kuesioner adalah HRD selaku pihak yang berkepentingan di bidang kerjasama dan kemitraan. Proses pemilihan pemasok bahan baku merupakan permasalahan yang kompleks karena perusahaan memiliki kriterianya tersendiri, ditambah setiap pemasok memiliki kelebihan dan kekurangannya masing – masing. Metode yang digunakan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah Analytical Hierarchy Process (AHP).

Tahapan proses pemilihan pemasok bahan baku yang ditinjau dari empat kriteria dan tiga alternatif yang telah ditentukan. Metode AHP digunakan untuk mengonversi persepsi manusia terhadap suatu objek menjadi bilangan numerik yang selanjutnya digunakan untuk mengambil suatu keputusan yang kompleks [7]. Data dari metode ini berupa pendapat atau persepsi responden terhadap suatu objek yang akan diteliti.

Tahap pertama adalah membuat struktur hirarki dimana peneliti menentukan dan menguraikan tujuan, kriteria yang dibutuhkan perusahaan dan alternatif pilihan calon pemasok [8]. Jika suatu permasalahan akan diselesaikan menggunakan metode AHP maka perlu dibuat sebuah model dengan tiga tingkatan hirarki. Tingkatan hirarki yang terdiri dari 3 tingkatan hirarki yaitu tujuan, kriteria (termasuk sub kriteria) dan alternatif [9]. Tingkat pertama adalah tujuan. Di tingkat ini hanya terdiri dari satu elemen pokok yaitu tujuan. Tingkat kedua adalah kriteria. Kriteria merupakan elemen yang didapat sesuai dengan kriteria yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk memenuhi produk yang diinginkan perusahaan. Kriteria berperan penting menjadi bahan pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan [10]. Sub-kriteria juga dapat dimasukan untuk memperkuat hasil penelitian menyesuaikan dengan kebutuhan perusahaan. Tingkat Ketiga adalah alternatif. Alternatif adalah hasil keputusan dari berbagai permasalahan kompleks yang telah diselesaikan menggunakan metode AHP [11]. Struktur tingkatan hirarki keputusan dapat diilustrasikan pada Gambar 1.

Tujuan

Kriteria Kriteria Kriteria Kriteria

Alternatif Alternatif Alternatif Alternatif

Gambar 1. Struktur Hirarki AHP Sumber: Wardah (2016)

(3)

Tahap kedua adalah membuat matriks berpasangan dimana peneliti melakukan survey kepada responden untuk menilai alternatif pilihan calon pemasok berdasarkan kriteria yang telah ditentukan. Pada prinsip penggunaan metode AHP, pemberian bobot nilai diatur berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Saaty. Teori itu biasa disebut dengan Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan. Skala tersebut terdiri dari angka 1 sampai dengan 9. Setiap angkanya merepresentasikan kepentingan relatif antar elemen. Jika suatu elemen dibandingkan dengan dirinya sendiri, maka nilainya adalah 1. Skala tersebut dapat diuraikan dalam Tabel 1 berikut.

Tabel 1. Skala Penilaian Perbandingan Pasangan Intentitas

Kepentingan Keterangan

1 Keduanya sama penting.

3 Variabel pertama sedikit lebih penting dari variabel kedua.

5 Variabel lebih penting dari variabel lainnya.

7 Satu variabel jelas sangat lebih penting dari variabel lainnya.

9 Satu variabel amat sangat lebih penting dari variabel lainnya.

2, 4, 6, 8 Nilai – nilai diantara pertimbangan nilai yang berdekatan Kebalikan

Jika untuk aktivitas i mendapatkan satu angka dibandingkan dengan aktivitas j, maka j mempunyai nilai kebalikannya dibandingkan i.

Sumber: Fu’adi dan Diana (2022)

Hasil dari survey tersebut kemudian dibandingkan secara berpasangan dengan menggunakan matrik sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan perusahaan [12]. Matriks yang dibuat bersifat sederhana sebagai media pengolahan data supaya data yang didapat selanjutnya bisa diolah dengan menggunakan prinsip AHP. Berdasarkan tingkatan hirarkinya maka, tahap perbandingan dimulai dari level paling atas ke paling bawah, misalnya level paling atas adalah A yang merupakan tujuan, kemudian dari level dibawahnya level kedua yang merupakan kriteria, misalnya B1, B2, B3, B4, B5 [13] dan seterusnya. Susunan variabel pada sebuah matriks terlihat pada Tabel 2 dibawah ini.

Tabel 2. Matriks Perbandingan Berpasangan

A B1 B2 B3 B4 B5

B1 1

B2 1

B3 1

B4 1

B5 1

Sumber: Suryadi (2000)

Tahap ketiga adalah sintesis dengan menggunakan software Super Decision. Software ini merupakan perangkat lunak pendukung keputusan berbasis Open Source yang sering digunakan perusahaan untuk pengambilan keputusan terkhusus menggunakan metode AHP [14]. Penggunaan software Super Dicision bergantung pada bobot penilaian yang diberikan responden terhadap kriteria dan alternatif [15]. Matriks yang telah dibuat memiliki penilaian pada setiap level hirarkinya terhadap suatu kriteria di level yang lebih tinggi. Penilaian - penilaian tersebut selanjutnya disintesis untuk memperoleh hasil alternatif pemasok bahan baku terbaik.

3. Hasil dan Pembahasan

Objek penelitian ini akan fokus menganalisis pemilihan pemasok bahan baku, lebih khusus bahan baku Baja S45C. Bahan baku ini merupakan bahan baku yang paling sering digunakan oleh CV. Mulia Tata Sejahtera. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di CV. Mulia Tata Sejahtera, maka didapat sebuah permasalahan terkait pemilihan pemasok bahan baku. Permasalahan pemilihan pemasok bahan baku tetap secara hirarki tersusun pada Gambar 2.

(4)

Pemasok Terbaik

Kualitas Harga PengirimanWaktu Pelayanan

Mulia Baja

Bersama Mandiri Steel Gaya Steel

Gambar 2. Struktur Hirarki Pemilihan Pemasok Terbaik

Tingkat pertama pada struktur hirarki diatas adalah tujuan yaitu, memilih pemasok terbaik. Tingkat kedua adalah kriteria yang didapat berdasarkan kebutuhan perusahaan. Tingkat ketiga adalah alternatif calon pemasok yang didapatkan berdasarkan hasil wawancara kepada responden dan didapat tiga calon pemasok bahan baku tetap yaitu Mulia Baja Bersama (MBB), Mandiri Steel (MS) dan Gaya Steel (GS).

Analisis pemilihan pemasok bahan baku baja S45C menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP), dimana data untuk melakukan pengolahan menggunakan metode AHP berupa data pendapat responden terhadap suatu objek yang ditanyakan. Hasil kuesioner dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Penilaian Kriteria

Kriteria Nilai

Kriteria 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Kualitas √ Harga

Kualitas √ Waktu

Kualitas √ Pelayanan

Harga √ Waktu

Harga √ Pelayanan

Waktu √ Pelayanan

Tabel 3 merupakan penilaian responden terhadap masing – masing kriteria menggunakan Skala Penilaian Perbandingan Pasangan. Kriteria ditentukan berdasarkan kebutuhan perusahaan. Hasil perbandingan yang memuat penilaian responden terhadap masing – masing pemasok terdapat pada Tabel 4-7.

Tabel 4. Penilaian Pemasok Berdasarkan Kualitas Kualitas

Pemasok Nilai

Pemasok 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

MBB √ GS

MBB √ MS

GS √ MS

(5)

Tabel 5. Penilaian Pemasok Berdasarkan Harga Harga

Pemasok Nilai

Pemasok 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

MBB √ GS

MBB √ MS

GS √ MS

Tabel 6. Penilaian Pemasok Berdasarkan Waktu Pengiriman Waktu Pengiriman

Pemasok Nilai

Pemasok 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

MBB √ GS

MBB √ MS

GS √ MS

Tabel 7. Penilaian Pemasok Berdasarkan Pelayanan Pelayanan

Pemasok Nilai

Pemasok 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

MBB √ GS

MBB √ MS

GS √ MS

Setelah dilakukan pengumpulan data menggunakan media kuesioner seperti pada Tabel 3-7, selanjutnya tabel-tabel tersebut dikonversi dalam bentuk kuantitatif sehingga didapat masing – masing matriks berpasangan secara berurut pada Tabel 8-12.

Tabel 8. Matriks Kriteria Kriteria

Kualitas Harga Waktu Pelayanan

Kualitas 1 1 5 5

Harga 1 1 5 5

Waktu 0,2 0,2 1 3

Pelayanan 0,2 0,2 0,333333 1 Tabel 9. Matriks Pemasok Terhadap Kualitas

Pemasok-Kualitas MBB GS MS

MBB 1 1 1

GS 1 1 1

MS 1 1 1

Tabel 10. Matriks Pemasok Terhadap Harga Pemasok-Harga

MBB GS MS

MBB 1 5 5

GS 0,2 1 0,5

MS 0,2 2 1

(6)

Tabel 11. Matriks Pemasok Terhadap Waktu Pengiriman Pemasok-Waktu Pengiriman

MBB GS MS

MBB 1 5 5

GS 0,2 1 1

MS 0,2 1 1

Tabel 12. Matriks Pemasok Terhadap Pelayanan Pemasok-Pelayanan

MBB GS MS

MBB 1 7 5

GS 0,142857 1 0,333333

MS 0,2 3 1

Matriks berpasangan yang telah didapat selanjutnya disintesis menggunakan perangkat lunak Super Decision. Data tersebut akan otomatis tersintesis dalam bentuk angka yang nantinya angka tersebut menjadi pertimbangan dalam pengambilan keputusan pemilihan pemasok bahan baku. Adapun sintesis dari masing – masing tabel matriks berpasangan menghasilkan nilai inkonsistensi dan normalisasi pada Gambar 3-7.

Gambar 3. Hasil Sintesis Matriks Kriteria

Gambar 4. Hasil Sintesis Matriks Pemasok Terhadap Kualitas

Gambar 5. Hasil Sintesis Matriks Pemasok Terhadap Harga

Gambar 6. Hasil Sintesis Matriks Pemasok Terhadap Waktu Pengiriman

Gambar 7. Hasil Sintesis Matriks Pemasok Terhadap Pelayanan

(7)

Perhitungan metode AHP disebut tervalidasi jika nilai inkonsistensinya (IR) ≤ 0,1. Pada tabel diatas terlihat nilai inkonsistensi setiap tabel telah tervalidasi sehingga tidak diperlukan pengumpulan data kembali, maka dari itu didapat nilai akhir dari pengolahan data menggunakan perangkat lunak Super Decision pada Gambar 8.

Gambar 8. Alternatif Keputusan Super Decision

Berdasarkan Gambar 8, didapat nilai normalisasi masing – masing pemasok yaitu, Gaya Steel 0,205, Mandiri Steel sebesar 0,24 dan Mulia Baja Bersama sebesar 0,56.

4. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan maka didapatkan 3 kriteria yang digunakan dalam penentuan pemilihan pemasok bahan baku baja S45C yaitu terdiri dari kualitas, harga, waktu pengiriman dan pelayanan. Hasil pengolahan data menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) diperoleh pembobotan kriteria. Terdapat dua kriteria yang paling menentukan dalam pemilihan pemasok bahan baku baja S45C yaitu Kualitas dan Harga dengan bobot 41% kemudian diikuti dengan kriteria waktu pengiriman dengan bobot 11%, kriteria pelayanan barang 7%. Nilai Inconsistency perhitungan berada dibawah 0,1 sehingga bisa dilanjutkan ke tahap selanjutnya yaitu sintesis. Didapat hasil sintesis dengan peringkat pertama adalah Mulia Baja Bersama dengan bobot sebesar 0,556, kemudian Mandiri Steel dengan bobot 0,43, dan Gaya Steel dengan bobot 0,205. Alternatif terbaik pemasok bahan baku baja S45C adalah Mulia Baja Bersama.

5. Referensi

[1] U. Mauidzoh and Y. Zabidi, “Perancangan Sistem Penilaian dan Seleksi Supplier Menggunakan Multi Kriteria,” Industri, vol. 1, pp. 159–171, 2013.

[2] E. N. Sari and E. Purwaningsih, “Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Perumahan KPR Terbaik dengan Metode SAW,” Syntax J. Inform., vol. 10, no. 02, pp. 52–59, 2021, doi:

10.35706/syji.v10i02.5599.

[3] N. Wulandari, “Perancangan Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Supplier di PT. Alfindo Dengan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP),” JSiI (Jurnal Sist. Informasi), vol. 1, no. 1, pp. 4–7, 2017, doi: 10.30656/jsii.v1i0.72.

[4] Paillin, “Alternatif penanggulangan tengkulak dalam usaha budidaya rumput laut di kabupaten seram bagian barat,” Arika, vol. 07, no. 1, 2013.

[5] A. Wulan and B. Hendrawan, “Analisis Pemilihan Jasa Forwarder Dengan Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) Di PT. XYZ,” J. Appl. Bus. Adm., vol. 2, no. 2, pp. 294–306, 2018, doi: 10.30871/jaba.v2i2.1126.

[6] R. Alvira et al., “Sistem Penunjang Keputusan Pemilihan Supplier Bahan Baku Kertas Dengan Metode Qcdfr Dan Analytical Hierarchy Process : Studi Kasus Cv . Asaka Prima,” Sist. Penunjang Keputusan Pemilihan Supplier Bahan Baku Kertas Dengan Metod. Qcdfr Dan Anal. Hierarchy Process, vol. 3, pp. 241–246, 2020.

[7] J. Y. Ho, J. Ooi, Y. K. Wan, and V. Andiappan, “Synthesis of wastewater treatment process (WWTP) and supplier selection via Fuzzy Analytic Hierarchy Process (FAHP),” J. Clean. Prod., vol. 314, no. June, p. 128104, 2021, doi: 10.1016/j.jclepro.2021.128104.

[8] S. Wardah, “Model Pemilihan Pemasok Bahan Baku Kelapa Parut Kering dengan Metode AHP (Studi Kasus PT. Kokonako Indonesia),” J. Optimasi Sist. Ind., vol. 12, no. 2, p. 352, 2016, doi:

10.25077/josi.v12.n2.p352-357.2013.

[9] N. Aisyah and A. S. Putra, “Sistem Pendukung Keputusan Rekomendasi Pemilihan Manajer Terbaik Menggunakan Metode AHP (Analytic Hierarchy Process),” J. Esensi Infokom J. Esensi Sist. Inf.

dan Sist. Komput., vol. 5, no. 2, pp. 7–13, 2022, doi: 10.55886/infokom.v5i2.275.

[10] M. Ashari, S. H. Jannah, S. Fadli, and Saikin, “Sistem Pendukung Keputusan Penerimaan Murid Baru Menggunakan Metode Ahp Dan Saw,” Pixel J. Ilm. Komput. Graf., vol. 14, no. 2, pp. 287–

299, 2021, doi: 10.51903/pixel.v14i2.592.

(8)

[11] M. I. Fu’adi and A. Diana, “Sistem Pendukung Keputusan Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process (Ahp) Untuk Pemilihan Karyawan Terbaik Pada Toko Sepatu Saman Shoes,”

RADIAL J. Perad. Sains, Rekayasa dan Teknol., vol. 9, no. 2, pp. 265–280, 2022, doi:

10.37971/radial.v9i2.243.

[12] Y. Handrianto and E. W. Styani, “Penerapan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) Untuk Pemilihan Metode Pembelajaran,” JSI J. Sist. Inf., vol. 12, no. 1, pp. 106–113, 2020, doi:

10.36706/jsi.v12i1.9537.

[13] K. Suryadi, M. A. Ramdhani, and W. Anisah, Sistem Pendukung Keputusan : Suatu Wacana Struktural Idealisasi dan Implementasi Konsep Pengembangan Keputusan. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000.

[14] P. Astuti, “Pemilihan Supplier Bahan Baku dengan Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process Study Kasus: PT. Nara Summit Industry, Cikarang,” Indones. J. Comput. Infrmation Technol. Nusa Mandiri, vol. 1, no. 2, pp. 27–36, 2016.

[15] F. Zahra, B. H. Purnomo, and N. Kuswardhani, “Penerapan Metode Anp (Analytic Network Process) Dalam Rangka Seleksi Pemasok Daun Tembakau Na – Oogst Di Koperasi Agrobisnis Tarutama Nusantara – Jember,” Agrointek, vol. 9, no. 1, p. 9, 2016, doi:

10.21107/agrointek.v9i1.2120.

Referensi

Dokumen terkait

Karena pengambilan keputusan merupakan bagian yang penting maka dengan metode Analitycal Hierarchy Process (AHP) dapat menentukan alternatif terbaik dari berbagai