• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMODELAN EMISI SO2 DAN NO2 DARI CEROBONG BATUBARA INDUSTRI PENGOLAHAN SUSU MENGGUNAKAN SOFTWARE SCREEN VIEW™

N/A
N/A
Devis Reflinda

Academic year: 2024

Membagikan "PEMODELAN EMISI SO2 DAN NO2 DARI CEROBONG BATUBARA INDUSTRI PENGOLAHAN SUSU MENGGUNAKAN SOFTWARE SCREEN VIEW™ "

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

DOI: http://dx.doi.org/

email: [email protected]

PEMODELAN EMISI SO

2

DAN NO

2

DARI CEROBONG BATUBARA INDUSTRI PENGOLAHAN SUSU MENGGUNAKAN SOFTWARE SCREEN VIEW™

Devis Reflinda Maulidivianti R1), Ahmad Erlan Afiuddin2)*, Alma Vita Sophia3)

1)2) 3)Progam Studi Teknik Pengolahan Limbah, Jurusan Teknik Permesinan Kapal, Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, Jl. Teknik Kimia, Keputih, Sukolilo, Surabaya, Jawa

Timur, kode pos: 60111

email: [email protected] 1)*; [email protected] 2); [email protected] 3)

ABSTRAK

Industri pengolahan susu sebagai salah satu industri manufaktur yang ada di Kabupaten Pasuruan yang menghasilkan emisi gas buang berupa SO2 dan NO2 dari proses utility unit boiler/ketel uap berbahan bakar batubara. Gas SO2 dan NO2 ini dikeluarkan melalui cerobong dan nantinya akan menyebar menuju daerah di sekitarnya, sehingga perlu adanya penelitian mengenai sebaran gas SO2 dan NO2 tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pola sebaran emisi SO2 dan NO2 pada cerobong mneggunakan software SCREEN ViewTM untuk musim hujan dan kemarau. Hasil running software SCREEN View menunjukkan nilai konsentrasi maksimum SO2 dan NO2 saat musim hujan hujan berada pada jarak 434 meter dengan konsnetrasi maksimum 80,20 μg/m3 dan 7,21 μg/m3. Sedangkan nilai konsentrasi maksimum SO2 dan NO2 saat musim kemarau berada pada jarak 411 meter dengan konsentrasi maksimum 33,84 μg/m3 dan 4,94 μg/m3. Hasil konsentrasi tersebut berdasarkan nilai baku mutu udara ambien dan emisi sumber tidak bergerak bagi boiler/ketel uap berbahan bakar batubara oleh Pergub Jatim Nomor 10 Tahun 2009 masih tergolong aman karena tidak melebihi nilai ambang batas.

Keywords: pemodelan, screen view, cerobong, SO2 dan NO2

MODELLING OF SO

2

AND NO

2

EMISSION DISTRIBUTION PATTERN FROM COAL CHIMNEY ON THE DAIRY MANUFACTURE INDUSTRY USING SOFTWARE

SCREEN VIEW™

ABSTRACT

The dairy manufacture industry as one of the manufacturing industries in Pasuruan Regency produces exhaust emissions in the form of SO2 dan NO2 from the coal-fired boiler/steam utility unit process. SO2 dan NO2

gases are released through the chimney and will later spread to the surrounding area, so it is necessary to conduct research on the distribution of SO2 dan NO2 gases. The purpose of this study was to analyze the distribution pattern of SO2 dan NO2 emissions in chimneys using screen view software for the rainy and dry seasons. The results of running the screen view software show that the maximum concentration values of SO2 dan NO2 during the rainy season are at a distance of 434 meters with maximum concentrations of 80.20 μg/m3 and 7.21 μg/m3. While the maximum concentration values of SO2 dan NO2 during the dry season are at a distance of 411 meters with maximum concentrations of 33.84 μg/m3 and 4.94 μg/m3. The concentration results based on ambient air quality standard values and emission from immovable sources for coal-fired boilers/boilers according to East Java Governor Regulation No. 10 of 2009 are still classified as safe because they do not exceed the threshold value.

Keyword : modelling, screen view, chimney, SO2 dan NO2

PENDAHULUAN

Industri merupakan salah satu sektor yang melepaskan polutan ke udara ambien. Kabupaten Pasuruan merupakan salah satu wilayah dengan industri terbanyak di Indonesia. Berdasarkan data Pemerintah Kabupaten Pasuruan tahun 2020, Kabupaten Pasuruan mendapatkan rangking ketujuh dengan skala industri terbesar di Indonesia. Berdasarkan dengan banyaknya industri yang menggunakan cerobong sebagai bahan pembakaran maka semakin besar pula pencemaran udara yang dihasilkan

(2)

JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN

|

2 (Sunaryanto & Prasetyo, 2017). Industri pengolahan susu merupakan salah satu industri yang menjadi penyumbang pencemaran udara di wilayah Kabupaten Pasuruan.

Polutan yang keluar dari cerobong unit boiler industri pengolahan susu diantaranya adalah gas SO2

dan NO2. Sesuai dengan Pergub Jatim No. 10 Tahun 2009 tentang Baku Mutu Udara Ambien dan Emisi Sumber Tidak Bergerak untuk emisi yang dihasilkan dari boiler atau ketel uap berbahan bakar batubara, diantaranya yaitu emisi SO2 dan NO2. Nilai konsentrasi emisi SO2 dan NO2 terbesar yang keluar dari cerobong boiler industri pengolahan susu dari tahun 2018-2022 yaitu 621 mg/Nm3 dan 86,8 mg/Nm3. Nilai konsentrasi emisi yang besar akan berdampak buruk bagi kualitas udara, lingkungan, dan manusia.

Pencegahan terjadinya pencemaran udara dan pengendalian terhadap kualitas udara di lingkungan industri, pada penelitian ini dilakukan analisis pola sebaran emisi yang keluar dari cerobong batubara industri pengolahan susu.

Berdasarkan permasalahan di atas, maka dilakukan penelitian terkait pemodelan emisi SO2 dan NO2

menggunakan software SCREEN View™. Software SCREEN ViewTM merupakan sebuah aplikasi berbasis Microsoft Windows untuk U.S. EPA (Environmental Protection Agency) screening model yang telah dimodifikasi dan disempurnakan dari model Gaussian.. SCREEN ViewTM adalah aplikasi yang didesain dengan bahasa pemrograman berbasis model dispersi Gaussian yang digunakan untuk menentukan dispersi polutan dan kadar polutan maksimum dengan jarak tertentu (Faruk & Altarans, 2020). SCREEN ViewTM dapat digunakan untuk memperkirakan tingkat konsentrasi pencemar untuk sumber tunggal. Perangkat lunak SCREEN ViewTM digunakan untuk memprediksi konsentrasi polutan udara yang dikeluarkan oleh cerobong asap dengan keunggulan di beberapa pilihan skenario yang simple atau complex terrain dengan atau tanpa pengaruh ketinggian gedung, dan memberikan hasil jarak secara manual ataupun otomatis. Sehingga dalam penggunaan software SCREEN ViewTM lebih mudah dengan menggemat waktu, tenaga, dan biaya yang dikeluarkan pada saat pengambilan sampel udara di cerobong.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pola sebaran emisi SO2 dan NO2 pada cerobong mneggunakan software SCREEN ViewTM untuk musim hujan dan kemarau. Oleh karena itu manfaat yang diperoleh dari penelitian ini yaitu untuk menambah wawasan mengenai pola sebaran emisi, sebagai upaya untuk melakukan pemantauan kualitas udara yang disebabkan oleh aktivitas industri, dan sebagai acuan untuk memperkirakan dampak buruk yang kemungkinan dapat terjadi dari sumber pencemar.

METODE PENELITIAN Pengumpulan Data

Penelitian dilakukan pada cerobong ke-3 batubara di Industri Pengolahan Susu. Data yang digunakan merupakan data sekunder yang diperoleh dari industri pengolahan susu. Data sekunder meliputi data karakteristik emisi SO2 dan NO2 dari cerobong batubara industri pengolahan susu dan data meteorologi yang meliputi data keceparan angin, arah angin, suhu udara, intensitas matahari, dan curah hujan yang diperoleh dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) wilayah Pasurun dengan kurun waktu 5 tahun dari tahun 2018 -2022.

Pemodelan Emisi SO2 dan NO2 menggunakan Software SCREEN View™

Software SCREEN ViewTM merupakan sebuah aplikasi berbasis Microsoft Windows untuk U.S.

EPA (Environmental Protection Agency) screening model yang telah dimodifikasi dan disempurnakan dari model Gaussian.. SCREEN ViewTM adalah aplikasi yang didesain dengan bahasa pemrograman berbasis model dispersi Gaussian yang digunakan untuk menentukan dispersi polutan dan kadar polutan maksimum dengan jarak tertentu (Faruk & Altarans, 2020). SCREEN ViewTM dapat digunakan untuk memperkirakan tingkat konsentrasi pencemar untuk sumber tunggal. Perangkat lunak SCREEN ViewTM digunakan untuk memprediksi konsentrasi polutan udara yang dikeluarkan oleh cerobong asap dengan keunggulan di beberapa pilihan skenario yang simple atau complex terrain dengan atau tanpa pengaruh ketinggian gedung, dan memberikan hasil jarak secara manual ataupun otomatis. Sehingga dalam

(3)

JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN

|

3 penggunaan software SCREEN ViewTM lebih mudah dengan menggemat waktu, tenaga, dan biaya yang dikeluarkan pada saat pengambilan sampel udara di cerobong.

Input dari perangkat lunak SCREEN ViewTM ini berupa data-data emisi dan data meteorologi dalam bentuk windrose, beban emisi, ketinggian cerobong, diameter cerobong, temperatur gas keluaran dari cerobong, laju alir gas, suhu udara ambien, dan stabilitas atmosfer. Sedangkan output hasil running data pada software SCREEN View™ yang berupa grafik dan output file (data pemrogaman dalam bentuk word).

Metode Pengukuran Konsentrasi Secara Aktual

Pengukuran konsentrasi secara aktual dilakukan untuk mengetahui nilai konsentrasi emisi SO2 dan NO2 di kondisi terkini pada saat penilitian berlangsung. Sampel akan diambil di beberapa titik di kawasan sekitar industri. Pengambilan sampel di udara ambien untuk pengujian SO2 sesuai dengan ASTM D2914-15. Metode pengujian parameter NO2 sesuai dengan SNI 7119.2:2017.

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Emisi SO2 dan NO2

Emisi yang dikeluarkan dari cerobong ke-3 batubara Industri Pengolahan Susu termasuk kedalam kategori emisi sumber titik (point source). Pemantauan emisi di Industri Pengolahan Susu dilakukan setiap satu kali dalam enam bulan atau dua kali dalam satu tahun sesuai Peraturan Gubernur Nomor 10 Tahun 2009 mengenai Baku Mutu Udara Ambien dan Emisi Sumber Tidak Bergerak di Jawa Timur bagi boiler/ketel uap. Pemantauan emisi di Industri Pengolahan Susu biasanya dilakukan setiap bulan April dan bulan Oktober. Pemodelan emisi pada penelitian ini dilakukan untuk musim hujan dan musim kemarau. Data konsentrasi, kecepatan alir, dan laju alir untuk paramater SO2 dan NO2 dari tahun 2018 sampai 2022 disajikan dalam Tabel 4.2.

Tabel 1. Data Konsentrasi, Kecepatan Alir, dan Laju Alir untuk Parameter SO2

dan NO2 Tahun 2018-2022

Musim Tahun Konsentrasi (mg/Nm3) Kecepatan Alir (m/s)

Laju Alir (m3/s)

SO2 NO2

Hujan

2018 545 45,7 14,08 8,95

2019 621 55,8 14,15 9,00

2020 - - - --

2021 35 8,4 14,72 9,36

2022 21,2 47,4 12,63 8,03

Kemarau

2018 49,5 86,8 14,4 9,16

2019 257 37,5 14,97 9,52

2020 144 38 14,25 9,06

2021 97,4 13,9 14,3 9,09

2022 82,5 61,1 13,76 8,75

Tabel 1 menunjukkan nilai konsentrasi emisi terbesar pada tiap musimnya selama 5 tahun terakhir.

Data konsentrasi emisi yang digunakan untuk pemodelan dispersi emisi SO2 dan NO2 yaitu hasil pemantauan pada tahun 2019, karena memiliki nilai konsentrasi terbesar dibandingkan hasil pemantauan pada tahun lainnya. Pemilihan konsentrasi emisi terbesar untuk mengetahui pola sebaran emisi SO2 dan NO2 pada saat konsentrasi tertinggi yang dihasilkan oleh industri pengolahan susu.

Analisis Data Meteorologi

Pada penelitian ini, pemodelan emisi SO2 dan NO2 menggunakan software SCREEN View™.

Adapun data meteorologi yang digunakan adalah data keceparan angin, arah angin, suhu udara, intensitas matahari, dan curah hujan. Data meteorologi didapatkan dari Stasiun Meorologi terdekat dengan lokasi penelitian yaitu Stasiun Geofisika Pasuruan. Data meteorologi yang digunakan selama musim hujan dan musim kemarau pada kurun waktu lima tahun yaitu tahun 2018 sampai tahun 2022.

(4)

JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN

|

4 Data arah angin dan kecepatan angin divisualisasikan dalam bentuk bunga angin (windrose) dengan bantuan software WRPLOT.

Menurut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), musim kemarau memiliki rata- rata nilai curah hujan bulanan <150 mm/bulan sedangkan musim hujan memiliki rata-rata nilai curah hujan bulanan ≥ 150 mm/bulan. Berdasarkan penentuan musim dari nilai curah hujan bulanan, maka dapat ditentukan bahwa musim hujan terjadi pada bulan November hingga bulan Mei. Hal ini dikarenakan pada bulan tersebut memiliki rata-rata nilai curah hujan bulanan dari 212,28 mm/bulan hingga 576,7 mm/bulan atau ≥ 150 mm/bulan. Musim kemarau terjadi pada bulan Juni hingga Oktober.

Hal ini dikarenakan pada bulan tersebut memiliki rata-rata nilai curah hujan bulanan dari 27,38 mm/bulan hingga 118,66 mm/bulan.

(a) (b) Gambar 1. Hasil Analisis Windrose (a) Musim Hujan (b) Musim Kemarau

Berdasarkan hasil analisis windrose untuk wilayah Kabupaten Pasuruan menunjukkan arah angin dominan untuk persebaran emisi yang sama antara musim hujan dan musim kemarau yaitu berhembus dari arah barat daya ke arah timur laut. Arah angin yang dominan dipengaruhi oleh angin muson barat yang bertiup dari arah barat dan biasanya terjadi pada bulan Oktober hingga April. Hasil analisis windrose untuk nilai kecepatan angin rata-rata dan nilai intensitas penyinaran matahari untuk musim hujan sebesar 2,49 m/s dan 342,286 Watt/m2, sedangkan untuk musim kemarau sebesar 2,90 m/s dan 438,817 Watt/m2 maka kelas stabilitas atmosfer kategori kelas B atau tidak satbil menengah baik musim hujan dan musim kemarau.

Hasil Pemodelan Emisi SO2 dan NO2 menggunakan Software SCREEN View™

Hasil perhitungan konsentrasi emisi menggunakan software SCREEN ViewTM pada musim hujan dan musim kemarau menunjukkan pola grafik yang berbeda seperti pada Gambar 2. Hasil analisis software SCREEN ViewTM pada Gambar 2 menunjukkan bahwa konsentrasi maksimum SO2 dan NO2

berada pada jarak 434 meter dengan nilai konsentrasi 80,20 μg/m3 dan 7,206 μg/m3. Hasil analisis software SCREEN ViewTM pada Gambar 3 menunjukkan bahwa konsentrasi maksimum SO2 dan NO2

berada pada jarak 411 meter dengan nilai konsentrasi 33,84 μg/m3 dan 4,94 μg/m3.

(5)

JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN

|

5 Gambar 2. Hasil Analisis Software Screen View Musim Hujan

Gambar 3. Hasil Analisis Software Screen View Musim Kemarau

Hasil dari perhitungan konsentrasi emisi menggunakan software SCREEN View™ untuk musim hujan dan musim kemarau menunjukkan pola grafik yang berbeda. Nilai konsentrasi musim kemarau lebih kecil dibandingkan nilai konsentrasi musim hujan. Konsentrasi emisi di udara ambien dipengaruhi oleh kondisi suhu di udara. Kondisi suhu udara yang tinggi dapat menyebabkan kepadatan udara di dekat permukaan bumi lebih rendah dibandingkan udara diatasnya (Alchamdani, 2019). Menurut Syech, dkk (2013) kondisi seperti ini yang dapat menyebabkan terjadinya aliran konveksi ke atas yang membawa bahan pencemar SO2 dan NO2, akibatnya konsentrasi SO2 dan NO2 menjadi rendah di permukaan.

Konsentrasi emisi SO2 dan NO2 juga dipengaruhi oleh jarak dari sumber pencemar (cerobong), dimana semakin dekat jarak sebaran emisi dengan sumber pencemar (cerobong) maka konsentrasi akan semakin besar dan pola grafik akan mengalami peningkatan. Sedangkan semakin jauh jarak sebaran emisi dengan sumber pencemar (cerobong) maka konsentrasi akan semakin kecil dan pola grafik akan mengalami penurunan. Selain itu, arah angin juga dapat mempengaruhi kadar SO2 dan NO2. Hal ini terjadi ketika kecepatan angin tinggi akan mempercepat pergerakan udara yang dapat menyebabkan persebaran konsentrasi SO2 dan NO2 semakin cepat di udara, sehingga konsentrasi yang dihasilkan cenderung bernilai rendah (Alchamdani, 2019).

(6)

JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN

|

6

(a) (b) Gambar 4. Pola Sebaran Emisi Sulfur Dioksida (SO2)

(a) Musim Hujan dan (b) Musim Kemarau

Gambar 4 merupakan pola sebaran emisi Sulfur Dioksida (SO2) untuk musim hujan dan musim kemarau. Jarak yang terkena pada zona merah pekat merupakan jarak dengan nilai konsentrasi maksimum dari sebaran emisi Sulfur Dioksida (SO2) yaitu pada jarak 300 – 400 meter. Semakin jauh jarak sebaran emisi maka semakin kecil nilai konsentrasinya dengan semakin memudarnya warna pada visualisasi pola sebarannya. Namun, pada jarak terdekat dari sumber emisi (cerobong) terdapat warna yang memudar, hal ini dapat terjadi dikarenakan terdapat faktor meteorologi seperti kecepatan angin.

(a) (b) Gambar 5. Pola Sebaran Emisi Nitrogen Dioksida (NO2)

(a) Musim Hujan dan (b) Musim Kemarau

Gambar 5 merupakan pola sebaran emisi Nitrogen Dioksida (NO2) untuk musim hujan dan musim kemarau. Pada musim hujan jarak yang terkena zona merah pekat berada pada jarak 200 – 500 meter.

Sedangkan pada musim kemarau lokasi yang terkena zona merah pekat berada pada titik pemantauan udara ambien. Nilai konsentrasi emisi musim kemarau lebih kecil pada jarak sebarannya dibandingkan nilai konsentrasinya pada titik pemantauan. Nilai konsentrasi musim kemarau lebih kecil daripada musim hujan dikarenakan faktor meteorologi yaitu oleh suhu. Menurut Alchamdani (2019) kondisi suhu

(7)

JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN

|

7 udara yang tinggi dapat menyebabkan kepadatan udara di dekat permukaan bumi lebih rendah dibandingkan udara diatasnya sehingga pada musim kemarau nilai konsentrasi emisi lebih kecil.

Pola dispersi yang dihasilkan menyebar ke arah timur laut, hal ini dipengaruhi oleh arah angin yang bergerak ke arah timur laut. Pola dispersi pada penelitian tugas akhir ini dipengaruhi oleh arah dan kecepatan angin. Arah angin akan membawa polutan tersebut menyebar, sementara kecepatan angin berpengaruh terhadap sebaran dan seberapa jauh dispersinya (Adriani, 2020). Menurut Putut (2011) menyatakan bahwa dispersi dipengaruhi oleh faktor meteorologi seperti kecepatan angin, turbulensi udara dan stabilitas atmosfer. Sedangkan menurut Vinayagam (2014) mengatakan bahwa meteorologi mempengaruhi perpindahan polutan dari sumber emisi ke penerima.

Hasil Pengukuran Konsentrasi Secara Aktual

Pengukuran konsentrasi Sulfur Dioksida (SO2) dan Nitrogen Dioksida (NO2) secara aktual di lapangan dilakukan di 4 (empat) lokasi. Penentuan lokasi udara ambien mengacu pada SNI 19.7119.6.2005 tentang Penentuan Lokasi Pengambilan Contoh Uji Pemantauan Kualitas Udara Ambien. Kriteria berdasarkan penentuan lokasi lokasi pemantauan kualitas udara ambien adalah sekitar lokasi penelitian atau sumber pencemar, area lokasi dengan kepadatan penduduk tinggi, dan area yang mewakili seluruh wilayah studi agar kualitas udara diseluruh wilayah dapat dipantau.

Tabel 2 Pengukuran konsentrasi secara aktual dan screen view

Lokasi Jarak

(meter) Parameter

Nilai Konsentrasi Berdasarkan Baku Mutu Udara Ambien Pergub Jatim 10 Tahun 2009 (mg/Nm3) Screen View Aktual

L1 100 SO2 0,03578 5,3 750

NO2 0,003214 15,9 825

L2 300 SO2 62,88 5,3 750

NO2 5,65 14,6 825

L3 250 SO2 44,02 5,3 750

NO2 3,955 12 825

L4 200 SO2 21,69 5,3 750

NO2 1,949 16,7 825

Tabel 2 menunjukkan nilai konsentrasi berdasarkan dari hasil pemodelan menggunakan SCREEN View dan pengukuran aktual. Terdapat perbedaan nilai konsentrasi berdasarkan hasil model SCREEN View dengan hasil pengukuran aktual. Hal itu disebabkan beberapa faktor yang menyebabkan perbedaan konsentrasi, antara lain kecepatan angin, stabilitas atmosfer, dan jarak dari sumber pencemar (Sari &

Supriyanto, 2017). Selain itu perbedaan konsentrasi dari hasil model SCREEN View™ dan pengukuran aktual disebabkan oleh keadaan sekitar. Di udara ambien emisi sudah bercampur dari berbagai sumber emisi seperti dari kendaraan bermotor. Dari hasil SCREEN View™ maupun pengukuran aktual nilai konsentrasi tidak melebihi nilai ambang batas yang telah tetapkan berdasarkan nilai baku mutu udara ambien oleh Pergub Jatim Nomor 10 Tahun 2009, sehingga nilai konsentrasi emisi di lingkup industri pengolahan susu masih tergolong aman tidak mencemari lingkungan.

KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian mengenai Pemodelan Emisi SO2 dan NO2 Dari Cerobong Batubara Industri Pengolahan Susu Menggunakan Software SCREEN View™ maka diketahui saat musim hujan dan musim kemarau pola sebaran emisi Sulfur Dioksida (SO2) dan Nitrogen Dioksida (NO2) cenderung memiliki pola sebaran yang sama apabila dilihat dari arah sebarannya yaitu dominan ke arah timur laut.

Nilai konsentrasi maksimum Sulfur Dioksida (SO2) dan Nitrogen Dioksida (NO2) untuk musim hujan berada pada jarak 434 meter dengan konsnetrasi maksimum 80,20 μg/m3 dan 7,21 μg/m3. Sedangkan nilai konsentrasi maksimum Sulfur Dioksida (SO2) dan Nitrogen Dioksida (NO2) untuk musim kemarau berada pada jarak 411 meter dengan konsentrasi maksimum 33,84 μg/m3 dan 4,94 μg/m3.

(8)

JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN

|

8 UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Industri Pengolahan Susu Kabupaten Pasuruan dan Stasiun Badan Meteorologi Klimatogoli Geofisika (BMKG) Pasuruan atas bantuannya dalam proses pengambilan data emisi dan meteorologi.

DAFTAR PUSTAKA

A. Vinayagam Dr. C. Kavitha, D. K. T. (2014). Multi Model Air Pollution Estimation for Environmental Planning Using Data Mining. International Journal of Science and Research (IJSR), 3(8), 332–335.

Adriani, A. (2020). Analisis Pola Dispersi Polutan pada Kawasan Pabrik di Kecamatan Somba Opu.

Dewantara Journal of Technology, 1(1), 12–17.

Alchamdani, A. (2019). NO2 and SO2 Exposure to Gas Station Workers Health Risk in Kendari City.

Jurnal Kesehatan Lingkungan, 11(4), 319.

Endrayana Putut, L. E., & Basuki, W. (2011). SIMULASI MODEL DISPERSI POLUTAN KARBON MONOKSIDA DI PINTU MASUK TOL (Studi Kasus Line Source Di Ruas Tol Dupak, Surabaya ). http://www.uny.ac.id

Faruk, F., & Altarans, I. (2020). Dampak PLTU Tidore Terhadap Lingkungan Udara, Kesejahteraan dan Kesehatan Masyarakat Di Kelurahan Rum Balibungan Kecamatan Tidore Utara. Jurnal Teknik, 13(2), 38–49.

Sari, P. H., & Supriyanto. (2017). PEMODELAN GAUSS DISPERSION GAS SULFUR DIOKSIDA D . I YOGYAKARTA Ambient Air Quality Monitoring and Gauss Dispersion Modelling for Gaseous Sulphur Dioxide ( SO 2 ) From The Plywood Industry In Dusun Kalimati ,. December, 1–21.

Sunaryanto, R., & Prasetyo, A. (2017). PENGARUH EMISI CEROBONG BOILER BATUBARA TERHADAP UDARA AMBIEN. Jurnal TechLINK, 1(1), 18–28.

Syech, R., Sugianto, & Anthika. (2013). Faktor-faktor Fisis yang Mempengaruhi Akumulasi Nitrogen Monoksida dan Nitrogen Dioksida di Udara Pekanbaru. Komunikasi Fisika Indonesia, 10(7), 516–

523.

Referensi

Dokumen terkait