• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemodelan Dinamika Sistem Untuk Pengelolaan Hutan dan Lahan Gambut di Kabupaten Katingan Kalimantan Tengah

N/A
N/A
Achmad Agustian Fareza

Academic year: 2024

Membagikan "Pemodelan Dinamika Sistem Untuk Pengelolaan Hutan dan Lahan Gambut di Kabupaten Katingan Kalimantan Tengah"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/352709990

Pemodelan Dinamika Sistem Untuk Pengelolaan Hutan dan Lahan Gambut Kabupaten Katingan Kalimantan Tengah

Article · June 2021

CITATIONS

0

READS

1,100 9 authors, including:

Sevana Dewi

Bogor Agricultural University 2PUBLICATIONS   8CITATIONS   

SEE PROFILE

Budi Kuncahyo

Bogor Agricultural University 35PUBLICATIONS   111CITATIONS   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Sevana Dewi on 24 June 2021.

The user has requested enhancement of the downloaded file.

(2)

Pemodelan Dinamika Sistem Untuk Pengelolaan Hutan Dan Lahan Gambut Di Kabupaten Katingan Provinsi Kalimantan Tengah

Sevana Dewi1, Budi Kuncahyo2

1Mahasiswa Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

2Dosen Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor

Jl. Raya Dramaga, Kampus IPB Dramaga, Bogor, 16680, Indonesia

* Email: [email protected] Abstrak

Kabupaten Katingan, merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Kalimantan Tengah yang memiliki luas gambut sebesar (825582 Ha) atau sekitar 29.67%

dari total luas gambut di Kalimantan Tengah. Hal tersebut menjadikan kawasan hutan rawa gambut sebagai modal utama yang digunakan untuk pembangunan.

Fungsi kawasan yang berbeda dari bentang hutan ini dirasa penting menjadi perhatian dalam pengelolaan yang saling terintegrasi satu sama lain sehingga diperlukan pengelolaan hutan dan lahan berbasis pendekatan lanskap dan berkelanjutan. Sistem dinamis merupakan upaya untuk memahami kompleksitas sistem sosial, ekonomi serta ekosistem hutan dan lahan. Praktikum ini memodelkan dinamika hutan rawa gambut dengan beberapa skenario untuk pengelolaan hutan menggunakan pendekatan lanskap. Model sistem ini dibuat dengan software Stella 9.02. Berdasarkan hasil pemodelan skenario terbaik yakni pengelolaan hutan melalui Kegiatan Rehabilitasi Lahan, Kegiatan Pendampingan dan Persen Pembelajaran dengan menerapkan Program Keluarga Berencana. Skenario ini kemudian akan dipilih sebagai alternatif pengelolaan hutan dan lahan gambut yang kemudian dapat direkomendasikan kepada pemangku kawasan.

Kata Kunci: Pengelolaan hutan gambut, pendekatan lanskap, model dinamik

(3)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Sumber daya alam yang melimpah di hutan rawa gambut telah memberikan banyak manfaat bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lain yang berada di sekitarnya. Seiring dengan meningkatnya kebutuhan manusia terhadap lahan, keberadaan lahan gambut cenderung dinilai dari sisi ekonomi dibandingkan dari nilai dan fungsi ekologinya. Pengelolaan lahan gambut yang lebih bersandar pada nilai ekonomi akan cenderung lebih memihak kepada pemilik modal, memarjinalkan hak-hak masyarakat serta dapat mengabaikan fungsi ekologi lahan gambut (Rivai et al 2006). Tingginya ketergantungan manusia terhadap sumber daya alam tersebut memberikan dampak yang cukup serius yaitu kehilangan tutupan hutan untuk periode 2013-2017 seluas 1,47 juta hektar per tahun (IFW 2019).

Pemerintah menetapkan dan mempertahankan kecukupan luas kawasan hutan dan penutupan hutan termasuk di dalamnya luas kawasan dan penutupan hutan gambut untuk setiap daerah aliran sungai, dan atau pulau guna optimalisasi manfaat lingkungan, manfaat sosial, dan manfaat ekonomi masyarakat setempat. Gambut sebagai ekosistem berperan untuk penyimpan karbon, penyimpan dan pelepas air, serta dapat dimanfaatkan sebagai sumberdaya untuk pertanian, kehutanan, dan energi. Lahan gambut mempunyai banyak fungsi, secara garis besar dapat dikelompokan menjadi fungsi pengaturan dan fungsi produksi/ekonomi (Suwarno et al 2016). Kawasan bergambut di Indonesia yang juga merupakan bagian integral dari potensi sumber daya alam (SDA) merupakan salah satu fokus utama perhatian dari berbagai kalangan, baik pemerintah sebagai penentu kebijakan, para praktisi dan dunia usaha, masyarakat maupun kalangan akademisi, dengan sudut pandang dan orientasi yang berbeda-beda.

Provinsi Kalimantan tengah merupakan salah satu provinsi yang memiliki lahan gambut terluas di Indonesia yaitu sekitar 3 juta ha (BRG 2017). Luasan tersebut tersebar dibeberapa daerah aliran sungai termasuk Kabupaten Katingan dengan luasan 8.255,82 ha atau sekitar 29.67% dari total luas gambut di Kalimantan Tengah. Hal tersebut menjadikan kawasan hutan gambut sebagai modal utama yang digunakan untuk pembangunan seperti pembangunan areal perkebunan, pertanian, transmigrasi, dan pemukiman bagi kemakmuran rakyat di Kabupaten Katingan yang memiliki jumlah penduduk sekitar Jumlah

(4)

penduduk Katingan 3.823.436 jiwa (BPS 2019). Kabupaten ini memiliki wilayah berhutan terutama di wilayah hulu dan hilir. Seiring dengan kegiatan pembangunan di Kabupaten Katingan terjadi perubahan fungsi lahan yang cukup signifikan, dengan beralih fungsinya hutan menjadi perkebunan dan kawasan pemukiman. Pengelolaan secara lestari hutan dan sumber daya alam lainnya merupakan salah satu tantangan besar bagi wilayah kabupaten ini.

Sistem dinamis merupakan upaya untuk memahami kompleksitas sistem sosial dan ekosistem hutan. Melalui sistem ini, pembelajaran mengenai interaksi antara manusia dan hutan akan dilakukan untuk mengelola hutan dengan cara yang lebih berkelanjutan dan adil (Purnomo 2003). Analisis sistem dan simulasi sering dipakai untuk menguji hipotesis-hipotesis tentang bagaimana sistem bekerja (Grant et al. 1997 dalam Purnomo 2003). Kompleksitas ekosistem hutan dan sistem sosial menjadi tantangan yang menarik untuk diteliti. Kajian ini akan memodelkan sistem pengelolaan hutan dan lahan gambut dengan beberapa skenario untuk mengelola hutan rawa gambut di Kabupaten Katingan. Skenario terbaik yang mendekati keadaan yang nyata di alam akan dipilih sebagai alternatif pengelolaan hutan dan lahan yang kemudian dapat direkomendasikan kepada pemangku kawasan.

Tujuan

Pemodelan dinamika sistem untuk pengelolaan hutan gambut ini dilakukan untuk mendapatkan alternatif pengelolaan hutan terbaik untuk hutan dan lahan gambut di Kabupaten Katingan

Batasan

Batasan yang digunakan dalam permodelan ini adalah sebagai berikut : 1.

Pemodelan hanya dilakukan pada Kabupaten Katingan; 2. Deforestasi dan degradasi yang terjadi dibatasi pada bentuk perambahan untuk perkebunan dan kebakaran hutan di dalam kawasan hutan; 3. Lamanya proyeksi dibatasi hanya selama 20 tahun; 4. Asumsi perubahan jumlah penduduk dalam kurung waktu 20 tahun relatif tetap dari waktu ke waktu. 5. Asumsi ekonomi yang digunakan yakni ekonomi petani.

(5)

METODE Bahan

Bahan yang digunakan untuk permodelan ini meliputi data BPS Kabupaten Katingan 2018, 2019 dan data Statistik Badan Restorasi Gambut 2017.

Alat

Peralatan yang digunakan adalah alat tulis, PC, serta software Microsoft Office Excel 2010 dan Stella 9.0.2

Prosedur Kerja

Prosedur kerja yang yang digunakan dalam penyusunan permodelan perubahan tutupan lahan ini adalah (Purnomo 2012) :

1. Identifikasi isu, tujuan dan batasan;

2. Konseptualisasi model, menggunakan ragam metode seperti diagram kotak dan panah, diagram sebab akibat, diagram stok, dan aliran, diagram case, diagram klas, dan diagram sekuens;

3. Spesifikasi model, yaitu merumuskan makna diagram, kuantifikasi, dan atau kualifikasi komponen model jika perlu;

4. Evaluasi model, yaitu mengamati kelogisan model dan membandingkan dengan dunia nyata atau model andal yang serupa jika ada dan perlu;

5. Penggunaan model, yaitu membuat skenario-skenario ke depan atau alternatif kebijakan, mengevaluasi ragam skenario atau kebijakan tersebut dan pengembangan perencanaan dan agenda ke depan.

Konseptualisasi Model

Model dinamis yang dibangun untuk pengelolaan hutan di Kabupaten Katingan menggunakan 3 sub model, yaitu sub model dinamika tutupan hutan dan lahan gambut, jumlah penduduk dan ekonomi petani. Sub model dinamika tutupan hutan memberikan gambaran dinamika perubahan tutupan hutan menjadi bukan hutan (lahan) dan sebaliknya pada kawasan hutan gambut di Kabupaten Katingan. Perubahan tersebut dipengaruhi oleh parameter degradasi yang disebabkan oleh adanya kebakaran hutan dan upaya konversi lahan baru untuk pertanian. Lahan yang terdegradasi ada yang dimanfaatkan oleh masyarakat menjadi lahan pertanian dan ada juga yang terlantar. Lahan terlantar

(6)

ini kemudian dilakukan rehabilitasi oleh pemerintah untuk menghutankan kembali lahan terlantar akibat degradasi mengingat pentingnya keberadaan hutan tersebut. Sub model berikutnya adalah penduduk. Dinamika penduduk pada submodel ini dipengarui oleh angka kelahiran, angka kematian, transmigrasi dan emigrasi. Sub model dinamika penduduk ini akan mempengaruhi laju kerusakan hutan di dalam kawasan hutan dan pengaruh lahan dan pendapatan total petani Kabupaten Katingan. Semakin bertambah jumlah penduduk maka akan semakin tinggi juga lahan yang akan digunakan untuk melakukan aktivitas dalam mata pencaharian dan ruang tempat tinggal.

Sub model selanjutnya adalah ekonomi, dalam batasan model yakni ekonomi petani. Sub model ekonomi yang dibangun dipengaruhi oleh faktor yang mempengaruhi simpanan yakni pendapatan dan biaya yang dibutuhkan per KK dengan alokasi lahan yang dimilikinya.

Spesifikasi Model

Gambar 1. Hubungan Antar Sub Model

Sub Model Dinamika Perubahan Tutupan Hutan dan Lahan Gambut Sub model dinamika perubahan tutupan lahan menggambarkan perubahan tutupan hutan menjadi bukan hutan dan sebaliknya dalam suatu relasi timbal balik. Tutupan hutan gambut awal adalah seluas 825.582 ha sedangkan tutupan non hutan adalah seluas 17,800,00 ha sesuai data kawasan hutan BPS tahun 2018 Kabupaten Katingan. Tutupan hutan dapat menjadi bukan hutan sebagai akibat adanya degradasi hutan karena kebakaran hutan dan upaya konversi

(7)

lahan baru untuk pertanian. Aktivitas kebarakan hutan yang terjadi dapat diminimalisir dengan pendampingan dan pembelajaran masyarakat baik masyarakat lokal sekitar hutan maupun stakeholder terkait. Sedangkan untuk upaya konversi lahan baru dipengaruhi oleh ekonomi dan populasi. Dari segi ekonomi, jika simpanan yang dimiliki petani lebih besar dari upah minimum provinsi/UMP maka upaya konversi lahan baru tidak terjadi. Lahan yang terdegradasi ada yang dimanfaatkan oleh masyarakat menjadi lahan pertanian dan ada juga yang terlantar. Lahan terlantar ini kemudian diusulkan untuk dilakukan rehabilitasi/RHL melalui kebijakan. Jika Pemerintah menyetujui kebijakan Rehabilitasi lahan yang dilakukan melalui KPH dengan intensitas Rehabilitasi maksimal 2 kali setahun maka lahan terlantar akan kembali menjadi hutan. Sub model dinamika perubahan tutupan lahan adalah sebagaimana disajikan pada gambar 2.

Gambar 2. Sub Model Tutupan Hutan Dan Lahan Gambut

Sub Model Penduduk

Sub model dinamika penduduk ini menggambarkan bagaimana dinamika penduduk terjadi sebagai akibat dari proses Transmigrasi, kelahiran, emigrasi dan juga kematian. Jumlah penduduk awal yang digunakan adalah penduduk Kabupaten Katingan sejumlah 3.823.436 jiwa (BPS Kalteng 2019).

Pertumbuhan penduduk akan berkonsekuensi pada meningkatnya kebutuhan

(8)

ruang akan lahan pertanian oleh suatu keluarga (KK). Semakin besar jumlah penduduk akan semakin tinggi pula tingkat kebutuhan lahan baik untuk lahan usaha pertanian. Peningkatan tersebut akan membawa konsekuensi upaya konversi lahan baru yang

mengakibat terjadinya degradasi. Oleh karena itu diperlukan suatu upaya pengendalian jumlah penduduk melalui pengaturan angka kelahiran dengan Program Keluarga Berencana. Sub model dinamika penduduk ini lebih jelas digambarkan pada gambar 3. Dalam kajian ini, dinamika penduduk menyebabkan bertambahnya kebutuhan lahan baru melalui mata pencaharian petani yang dibagi ke dalam 3 (tiga) jenis, yaitu petani dengan komoditi sawah, jagung dan cokelat. Sedangkan mata pencaharian lainnya yaitu PNS, pedagang dan lainnya diasumsikan tidak menyebabkan tekanan terhadap hutan.

Gambar 3. Sub Model Penduduk

Sub Model Ekonomi Petani

Sub model ini terkait dengan ekonomi masyarakat petani di Kabupaten Katingan. Simpanan masyarakat dipengaruhi oleh faktor-faktor Pendapatan dan Biaya. Pendapatan dan biaya itu sendiri dipengaruhi oleh alokasi lahan usaha, usaha pertanian yang dilakukan serta produktivitas usaha, harga komoditi yang dihasilkan dari masing-masing komoditi.

Sedangkan biaya dipengaruhi oleh alokasi lahan usaha, usaha pertanian yang dilakukan serta produktivitas usaha, dan biaya untuk pembangunan kebun. Semakin luas dan semakin banyak produktivitas lahan usaha makan simpanan yang dimiliki petani semakin meningkat berarti

(9)

pemasukan/penghasilan petani per KK juga meningkat. Sub model ini disajikan pada Gambar 4.

Gambar 4. Sub Model Ekonomi

Evaluasi Model Dinamika Pengelolaan Hutan dan Lahan Gambut

Perubahan tutupan lahan dari hutan menjadi bukan hutan ataupun sebaliknya dipengaruhi secara tidak langsung oleh besarnya populasi penduduk yang menyebabkan kebutuhan lahan pertanian meningkat. Tekanan jumlah penduduk memiliki pengaruh negatif terhadap luas tutupan hutan. Dalam kurun waktu tahun 2021-2041, dengan asumsi bahwa tidak ada kegiatan pengelolaan yang dilakukan, maka luas hutan akan mengalami penurunan yang sangat signifikan (Gambar 5).

(10)

Gambar 5. Dinamika Pengelolaan Hutan dan Lahan Gambut

Skenario Pengelolaan Hutan melalui Kegiatan Rehabilitasi Lahan Gambut (1)

Kegiatan rehabilitasi lahan dilakukan oleh pemerintah dengan intensitas minimal 1 tahun sekali yang dilakukan mulai tahun ke-3. Adapun rehabilitasi yakni dengan menanam kembali lahan terlantar yang belum termanfaatkan akibat degradasi lahan. Pada skenario ini, luas tutupan hutan juga tetap mengalami penurunan. Pada tahun 2041, luas tutupan hutan yang tersisa adalah sebesar 119,965,86 ha dengan populasi 560, 256, 615 jiwa serta simpanan petani Rp 220,035,387/kk (Gambar 6).

(11)

Gambar 6. Dinamika Bentang Alam dengan Kegiatan Rehabilitasi Lahan Skenario Pengelolaan Hutan dan Lahan Gambut melalui Kegiatan Pendampingan dan Persen Pembelajaran (2)

Perubahan tutupan hutan pada kawasan hutan gambut katingan dengan kegiatan pengelolaan hanya berupa pendampingan dan pembelajaran menunjukkan adanya penurunan tutupan hutan (Gambar 7). Pendampingan dan pembelajaran dapat membatasi terjadinya aktivitas perambahan kawasan hutan untuk pemanfaatan hutan di luar bidang kehutanan. Pada tahun 2041, luas tutupan hutan hanya sekitar 191,171 ha dengan populasi 560,256,615 jiwa serta simpanan petani sebesar Rp 219,836,305/kk.

(12)

Gambar 7. Dinamika Bentang Alam dengan skenario Pengelolaan Hutan dan Lahan melalui KegiatanPendampingan dan Persen Pembelajaran dan Keluarga Berenca

Skenario Pengelolaan Hutan Gambut melalui Kegiatan Rehabilitasi Lahan, Kegiatan Pendampingan dan Persen Pembelajaran denga menerapkan Program Keluarga Berencana (3)

Dalam kurun waktu tahun 2021-2041, dengan asumsi bahwa kegiatan rehabilitasi dan pendampingan serta proses pembelajaran dari kejadian kebakaran berjalan dengan optimal, degradasi terkendali, serta pertumbuhan jumlah penduduk yang terkendali dengan adanya program Keluarga Berencana, maka hingga tahun ketiga tutupan hutan berkurang dan meningkat kembali hingga tahun kelima. Selain itu, lahan tersedia masih cukup luas dan jumlah penduduk desa eksisting yang relatif lebih sedikit, maka tekanan terhadap hutan relatif lebih mudah dikendalikan. Dengan asumsi adanya rehabilitasi oleh pemerintah berjalan dengan baik, aktivitas kebakaran dapat dicegah dengan pendampingan/penyuluhan yang efektif mengubah paradigma masyarakat serta proses pembelajaran mayarakat akan kejadian kebakaran paham sepenuhnya, serta upaya konversi lahan baru yang dapat direduksi dengan ekonomi petani yang mencukupi sehingga petani hanya perlu mengintensifikasi lahan pertaniannya tanpa menambah luas lahan pertaniannya, degradasi hutan dapat berkurang sehingga hutan hingga 20 tahun kemudian dapat lestari. Sehingga pada tahun 2041 tutupan hutan sebesar 1,106,472,46 ha, 4.040,626 jiwa dengan simpanan petani Rp 951,365,815 per KK (Gambar 8 dan 9).

(13)

Gambar 8.Dinamika Bentang Alam dengan Pengelolaan Hutan melalui Kegiatan Rehabilitasi Lahan Gambut, Kegiatan Pendampingan dan Persen Pembelajaran

Gambar 9.Dinamika Bentang Alam dengan Pengelolaan Hutan melalui Kegiatan Rehabilitasi Lahan Gambut, Kegiatan Pendampingan dan Persen Pembelajaran

(14)

KESIMPULAN

Pembuatan model dengan melihat interaksi antara manusia dan hutan dilakukan untuk mengelola hutan dengan cara yang lebih berkelanjutan dan adil. Dinamika tutupan hutan rawa gambut pada Kabupaten Katingan dapat terus menurun jika pengelolaan hutan tidak dilakukan. Secara umum, dinamika tutupan hutan dalam model yang telah dibangun sangat dipengaruhi oleh dinamika jumlah penduduk dan ekonomi petani. Oleh karena itu Pengelolaan hutan melalui Kegiatan Rehabilitasi Lahan, Kegiatan Pendampingan dan Persen Pembelajaran dengan menerapkan Program Keluarga Berencana merupakan skenario terbaik untuk diterapkan dalam pengelolaan hutan gambut di Kabupaten Katingan karena dari segi ekologi, sosial dan ekonomi ketiganya dapat diatasi menggunakan skenario ini.

DAFTAR PUSTAKA

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2019. Kalteng Dalam Angka 2019. Kalimantan Tengah. Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Tengah

Indonesia FW. 2019. Angka Deforestasi Sebagai ‘Alarm’Memburuknya Hutan Indonesia. Lembar Fakta.

Rivai S, Hilman M, Mallolongan A, Mawardi A. 2006. Strategi dan Rencana Tindak Nasional Pengelolaan Lahan Gambut Berkelanjutan. Sutaryo D, Suryadiputra INN, editors. Departemen Dalam Negeri.

Suwarno, Y., Purwono, N., Suriadi, A. B., & Nahib, I. (2016). Kajian kesatuan hidrologis gambut wilayah Kalimantan Tengah. In Seminar Nasional Geomatika (pp. 233-242).

Purnomo H. 2003. Model dinamika sistem untuk pengembangan alternatif kebijakan pengelolaan hutan yang adil dan lestari. Jurnal Manajemen Hutan Tropika IX(2):45-62.

Purnomo H. 2012. Permodelan dan Simulasi untuk Pengelolaan Adaptif Sumber Daya Alam dan Lingkungan. Bogor (ID) : IPB Pr.

(15)

LAMPIRAN

(16)
(17)

View publication stats

Referensi

Dokumen terkait

Deteksi Perubahan Penutupan Hutan di Areal Eks Proyek Pengcmbangan Lahan Gambut Propinsi Kalimantan Tcngah Menggunah:an Landsat TM.. Dibawah bimbingan

Adapun kendala yang dihadapi penanganan kebakaran hutan dan lahan gambut tersebut adalah lokasi lahan yang terbakar terlalu jauh dari pinggir jalan maupun sungai

Kerusakan fungsi ekosistem gambut terjadi akibat dari pengelolaan lahan yang salah dengan pemilihan komoditas bisnis yang tidak sesuai dengan karakteristik lahan

Kerusakan fungsi ekosistem gambut terjadi akibat dari pengelolaan lahan yang salah dengan pemilihan komoditas bisnis yang tidak sesuai dengan karakteristik lahan

Model spasial berdasarkan target RTRW lebih sesuai diterapkan di Provinsi Kalimantan Tengah karena pengembangan lahan perkebunan kelapa sawit pada hutan produksi

pada MTsN Katingan Tengah Kabupaten Katingan, yang sedang diselesaikan penulisannya dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan untuk menyelesaikan Program

Untuk kondisi di Provinsi Kalimantan Barat, penyusutan luasan lahan gambut diakibatkan dari kebakaran hutan dan konversi menjadi lahan terbuka, semak belukar, ladang

Kedua, pengelolaan hutan adat dalam pembangunan perekonomian masyarakat menengah kebawah di Kabupaten Katingan Hukum adat yang diberlakukan didasarkan pada Peraturan Daerah Provinsi