• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENANGGULANGAN MASALAH GIZI DAN PANGAN AKIBAT BENCANA PADA PENGUNGSI

N/A
N/A
Dewi Limbong Tasik

Academic year: 2023

Membagikan "PENANGGULANGAN MASALAH GIZI DAN PANGAN AKIBAT BENCANA PADA PENGUNGSI"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

PENANGGULANGAN MASALAH GIZI DAN PANGAN AKIBAT BENCANA PADA

PENGUNGSI

Farapti, dr., M.Gizi

EMERGENCY

(2)

Daftar Pustaka

• Standar Minimal Penanggulangan Masalah Kesehatan Akibat Bencana dan Penanganan Pengungsi. Pusat Penanggulangan

Masalah Kesehatan Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan.

2001

• Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana.

Kementrian kesehatan RI. 2012

• Introduction to environmental health and disasters food safety (keamanan pangan). Environmental

Health Australia in partnership with the centers for disease control and prevention USA

(3)

BENCANA ( DISASTER ) :

adalah segala kejadian yang mengakibatkan kerugian, gangguan ekonomi, kerugian jiwa manusia dan

kemerosotan kesehatan dan jasa kesehatan dengan

skala yang cukup untuk menjamin tanggapan luar

biasa dari masyarakat atau daerah luar yang tidak

terkena dampak ( WHO ).

(4)

KLASIFIKASI BENCANA

1. Bencana Alam

- Gempa bumi - Badai pasir

- Tsunami - Banjir, gelombang laut

- Letusan gunung berapi - Kemarau

- Tanah longsor - Epidemik

- Hurican/ Typhoon, petir - Panas yang ekstrim

- Angin Tornado - Kebakaran hutan/rmh - Badai salju - Badai musim dingin

(5)

2. Bencana oleh Manusia

- Kebocoran zat kimia - Peperangan

- Bahaya nuklir, biologis

- Kerusuhan dan demonstrasi - Runtuhnya gedung

- Ledakan - Kebakaran

- Tabrakan pswt terbang, dll

(6)

Masalah kesehatan umum saat bencana

Reaksi sosial

Penyakit menular

Perpindahan penduduk Pengaruh cuaca

Makanan dan Gizi

Persediaan air dan sanitasi Kesehatan jiwa

Kerusakan infrastruktur kesehatan

(7)

Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana

• merupakan rangkaian kegiatan yang dimulai sejak pra bencana, pada situasi bencana dan pasca bencana

Pra Bencana

• Penanganan gizi pada pra bencana pada dasarnya

adalah kegiatan antisipasi terjadinya bencana dan

mengurangi risiko dampak bencana.

(8)

Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana

(9)

SITUASI KEADAAN DARURAT BENCANA

terbagi menjadi 3 tahap, yaitu

• siaga darurat

• tanggap darurat

• transisi darurat.

Siaga Darurat

• suatu keadaan potensi terjadinya bencana yang ditandai dengan adanya pengungsi dan pergerakan sumber daya. Kegiatan

penanganan gizi pada situasi siaga darurat sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada dapat dilaksanakan kegiatan gizi seperti pada tanggap darurat.

(10)

Tanggap Darurat

Tahap Tanggap Darurat Awal Fase 1

• korban bencana bisa dalam pengungsian atau belum dalam pengungsian, petugas belum sempat mengidentifikasi korban secara lengkap,bantuan pangan sudah mulai berdatangan dan adanya penyelenggaraan dapur umum jika diperlukan.

• Lama waktu tergantung dari situasi dan kondisi setempat di daerah bencana yaitu maksimal sampai 3 hari setelah bencana.

Kegiatan:

• Memberikan makanan (ransum) yang bertujuan agar pengungsi tidak lapar dan dapat mempertahankan status gizinya

• Mengawasi pendistribusian bantuan bahan makanan

• Menganalisis hasil Rapid Health Assessment (RHA)

(11)

Fase 2

Menghitung kebutuhan gizi

Berdasarkan analisis hasil Rapid Health Assessment (RHA) diketahui jumlah pengungsi berdasarkan kelompok umur, selanjutnya dapat dihitung ransum pengungsi dengan memperhitungkan setiap orang

pengungsi membutuhkan 2.100 kkal, 50 g protein dan 40 g lemak, serta menyusun menu yang didasarkan pada jenis bahan makanan yang

tersedia.

Pengelolaan penyelenggaraan makanan di dapur umum

Syarat pendirian dapur darurat

untuk korban bencana

(12)

Pengelolaan penyelenggaraan makanan di dapur umum

• Tempat pengolahan

• Sumber bahan makanan

• Petugas pelaksana

• Penyimpanan bahan makanan basah

• Penyimpanan bahan makanan kering

• Cara mengolah

• Cara distribusi

• Peralatan makan dan pengolahan

• Tempat pembuangan sampah sementara

• Pengawasan penyelenggaraan makanan

• Mendistribusikan makanan siap saji

• Pengawasan bantuan bahan makanan

(13)

Tanggap Darurat Lanjut

• dilaksanakan setelah tahap tanggap darurat awal, dalam rangka penanganan masalah gizi sesuai tingkat kedaruratan

• sudah ada informasi lebih rinci tentang keadaan pengungsi, seperti jumlah menurut golongan umur dan jenis kelamin, keadaan lingkungan, keadaan penyakit, dan sebagainya.

• Kegiatan:

- Analisis faktor penyulit berdasarkan hasil Rapid Health Assessment (RHA).

- Pengumpulan data antropometri balita (berat badan, panjang

badan/tinggi badan), ibu hamil dan ibu menyusui (Lingkar Lengan Atas).

(14)

Transisi Darurat

• Suatu keadaan sebelum dilakukan rehabilitasi dan rekonstruksi

• Kegiatan sesuai situasi dan kondisi

dapat dilaksanakan kegiatan gizi seperti pada

tanggap darurat

(15)

Pasca Bencana

• Kegiatan penanganan gizi pasca bencana pada dasarnya adalah melaksanakan pemantauan dan evaluasi sebagai bagian dari surveilans,

• untuk mengetahui kebutuhan yang diperlukan (need

assessment) dan melaksanakan kegiatan pembinaan gizi sebagai tindak lanjut

• atau respon dari informasi yang diperoleh secara terintegrasi dengan kegiatan pelayanan kesehatan masyarakat (public

health response)

• untuk meningkatkan dan mempertahankan status gizi dan kesehatan korban bencana.

(16)

Penanganan Gizi pada situasi bencana

Perlu dikoordinasikan agar efektif dan efisien

Penghitungan kebutuhan ransum;

Penyusunan menu 2.100 kkal, 50 g protein dan 40 g lemak;

Penyusunan menu untuk kelompok rentan;

Pendampingan penyelenggaraan makanan sejak dari persiapan sampai pendistribusian;

Pengawasan logistik bantuan bahan makanan, termasuk bantuan susu formula bayi;

Pelaksanaan surveilans gizi untuk memantau keadaan gizi pengungsi khususnya balita dan ibu hamil;

Pelaksanaan tindak lanjut atau respon sesuai hasil surveilans gizi;

Pelaksanaan konseling gizi khususnya konseling menyusui dan konseling MP-ASI;

Suplementasi zat gizi mikro (kapsul vitamin A untuk balita dan tablet besi untuk ibu hamil)

(17)

Pemantauan dan Evaluasi

• merupakan kegiatan yang dilakukan mulai tahap pra bencana, tanggap darurat dan pasca bencana secara terus menerus dan berkesinambungan.

• Kegiatan pemantauan dan evaluasi dilaksanakan oleh pengelola kegiatan gizi bersama tim yang

dikoordinasikan oleh PPKK Kementerian Kesehatan

dengan menggunakan instrumen yang telah disiapkan

(18)

Penanggulangan Masalah Gizi di Pengungsian

• Melaksanakan profesionalisme tenaga lapangan untuk

penanganan gizi pengungsi melalui orientasi dan pelatihan

• Menyelenggarakan intervensi gizi dilaksanakan berdasarkan tingkat kedaruratan dengan memperhatikan prevalensi,

keadaan penyakit, ketersediaan seumberdaya (tenaga, dana dan sarana), kebijakan yang ada, kondisi penampungan serta latar belakang social budaya.

• Melakukan surveilans gizi untuk memantau perkembangan jumlah pengungsi, keadaan status gizi dan kesehatan

(19)

• Meningkatkan koordinasi lintas program, lintas sektoral, LSM, dan ormas dalam penanggulangan masalah gizi pada setiap tahap, dengan melibatkan tenaga ahli di bidang : Gizi, Sanitasi, Evaluasi dan Monitoring (Surveilans) serta Logistik

• Pemberdayaan pengungsi di bidang pemenuhan kebutuhan pangan dilakukan sejak awal pengungsian

(20)

Penanganan Gizi Darurat

• Prinsip terdiri dari 2 tahap

tahap penyelamatan dan tahap tanggap darurat serta melakukan pengamatan/Surveilans gizi.

Tahap Penyelamatan

• Merupakan kegiatan yang bertujuan agar para

pengungsi tidak lapar dan dapat mempertahankan status gizi

• Tahap ini terdiri dari 2 fase yaitu :

(21)

Fase 1

a. Pengungsi baru terkena bencana.

b. Petugas belum sempat mengidentifikasi pengungsi secara lengkap

c. Belum ada perencanaan pemberian makanan terinci sehingga semua golongan umur menerima bahan makanan yang sama Fase ini maksimum selama 5 hari

Fase ini bertujuan memberikan makanan kepada masyarakat agar tidak lapar.

Sasarannya adalah seluruh pengungsi kegiatan :

- Pemberian makanan jadi dalam waktu sesingkat mungkin.

- Pendataan awal , jumlah pengungsi, jenis kelamin, golongan umur.

- Penyelenggaraan dapur umum dengan standar minimal.

(22)

Fase II

a. Pengungsi sudah lebih dari 5 hari bermukim ditempat pengungsian.

b. Sudah ada gambaran keadaan umum pengungsi (jumlah, golongan umur,mjenis kelamin keadaan lingkungan dan sebagainya), sehingga perencanaan pemberian bahan makanan sudah lebih terinci

c. Pada umumnya bantuan bahan makanan cukup tersedia.

Sasaran pada fase ini adalah seluruh pengungsi

(23)

Kegiatan :

a. Pengumpulan dan pengolahan data dasar status gizi.

b. Menentukan strategi intervensi berdasarkan analisis status gizi.

c. Merencanakan kebutuhan pangan untuk suplementasi gizi

d. Menyediakan paket Bantuan pangan (ransum) yang cukup, mudah dikonsumsi oleh semua

golongan umur dengan syarat minimal sebagai

berikut

(24)
(25)

1) Setiap orang diperhitungkan menerima ransum senilai 2.100 Kkal, 40 gram lemak dan 50 gram protein per hari.

2) Diusahakan memberikan pangan sesuai dengan kebiasaan dan ketersediaan setempat, mudah diangkut, disimpan dan didistribusikan.

3) Harus memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral.

4) Mendistribusikan ransum sampai ditetapkannya jenis intervensi gizi berdasarkan hasil data dasar (maksimum 2 minggu)

5) Memberikan penyuluhan kepada pengungsi tentang kebutuhan gizi dan cara pengolahan bahan makanan masing–masing anggota keluarga.

(26)

Hal-hal yang perlu diperhatikan

Kualitas dan keamanan pangan

Pangan yang dibagikan kepada masyarakat korban bencana bermutu baik dan ditangani secara aman sehingga layak dikonsumsi manusia

Penerimaan terhadap bahan pangan

Bahan – bahan pangan yang dibagikan bersifat layak dan bisa diterima oleh mereka yang menjadi sasaran bantuan

Penanganan dan keamanan Bahan Pangan

Bahan pangan disimpan,diolah dan dikonsumsi dengan aman dan benar, baik ditingkat rumah tangga maupun dalam konteks

masyarakat secara umum

(27)

Berbagai Bentuk Ransum

- Beras

- Mie instan

- Biskuit padat kalori - Makanan kaleng

- ???

• ??

(28)

PAKET RANSUM TNI

Halal MUI Tanpa MSG HACCP

ISO 9001 ISO 22000 NKV

GMO free

(29)

PAKET RANSUM TNI

Satu paket terdiri dari untuk konsumsi sehari - Nasi ikan saus

- Nasi opor ayam

- Nasi sambal goreng daging - Minuman bubuk/ susu - Snack

Kompor lapangan perorangan (KLP)

Bahan bakar padat (BBP)

(30)

CONTOH PRODUK

• Berat netto: 450 gram

• Berlaku sd maret 2016

• Kode produksi:

TNI 2015-214

Informasi Nilai Gizi ???

(31)
(32)
(33)

Buras adalah makanan tradisional Indonesia. Di Jawa Barat makanan ini menjadi andalan untuk mengganjal lapar, terbuat dari beras yang dimasak dengan santan lalu dibungkus dengan daun pisang, dilengkapi dengan sayuran serta daging di dalamnya

Satu kemasan buras steril terdiri dari dua buah buras per kemasan dengan berat 200 gram. Produk buras menggunakan abhan dasar nasi (80 persen), ayam (20 persen) dan bumbu-bumbu. Memiliki kadar air 62,85 persen, kadar karbohidrat 22,99 persen dengan sumbangan energi 51,5 persen, kadar

protein 6,73 persen, dengan sumbangan energi 15,1 persen, kadar lemak 6,65 persen dengan sumbangan energi 33,5 persen, dan kadar abu 0,77 persen.

(34)

BISKUIT NEO

NEO, yang berarti Nutrisi lengkap, Energi tinggi, dan Orisinal dalam negeri biskuit bernutrisi lengkap, berenergi tinggi dan buatan Indonesia menjaga asupan gizi bagi korban bencana.

Bisku Neo mengandung ± 500Kkal / 100g atau ± 25% dari kebutuhan konsumsi harian bagi para pengungsi

Energi total Bisku Neo yakni 480 KKal, itu setara dengan sekali makan dan bisa bertahan dari lapar 4-5 jam

(35)

SELAMAT BELAJAR

SEMOGA SUKSES

(36)

TUGAS KELOMPOK

Khusus Bahasan Gizi

Cari 2 artikel terkait pangan darurat.

Tulis pustakanya Kemudian bahas 1. Nama produk

2. Bahan baku dan ciri khas produk:

contoh pengembangan pangan lokal khas daerah 3. Komposisi nilai gizi

4. Kelebihan dibandingkan standar yang ada

5. Pembahasan dan kesimpulan dari artikel tersebut

Syarat: antar kelompok tidak boleh sama

(37)

Kusumastuty I, Ningsih LF, Julia AR. Formulasi

Food Bar Tepung Bekatul dan Tepung Jagung

sebagai Pangan Darurat. Indonesian Journal of

Human Nutrition 2015;2(2) : 68 – 75

(38)

Hasil Penelitian menunjukkan:

dalam 50 gram/batang mengandung energi 232,43 kkal, protein 6,35 gram, lemak 9,41 gram dan karbohidrat 30,58 gram serta memiliki tingkat kesukaan “suka” pada rasa, aroma dan tekstur, dan tingkat kesukaan “sangat suka” pada warna

Zoumas LB, et al. 2002. High-Energy, NutrientDense Emergency Relief Food Product. Food and Nutrition Board. Institute of Medicine. National Academy Press. Washington DC: p.129-40

Referensi

Dokumen terkait