• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEGIATAN GIZI KEADAAN BENCANA

N/A
N/A
Dewi Limbong Tasik

Academic year: 2023

Membagikan "KEGIATAN GIZI KEADAAN BENCANA"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

KEGIATAN GIZI KEADAAN BENCANA

dr. Reni Zuraida, M.Si Blok Disaster

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 7 Desember 2015

(2)

REFERENSI

Kementerian Kesehatan RI, 2012, Pedoman

Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana.

(3)
(4)
(5)
(6)

PENDAHULUAN

• Indonesia secara geografis dan demografis rentan terhadap terjadinya bencana alam dan bencana non alam, termasuk potensi bencana akibat konflik

sosial.

• Kejadian bencana mengakibatkan korban bencana harus mengungsi dengan segala keterbatasan.

• Kondisi ini dapat berdampak pada perubahan status gizi korban bencana khususnya kelompok rentan

yaitu bayi, balita, ibu hamil, ibu menyusui dan lanjut usia

(7)

BENCANA DAMPAK

Dampak:

FISIK : kerusakkan sarana dan prasarana KESEHATAN DAN GIZI :

akibat rusaknya sarana pelayanan kesehatan,

terputusnya jalur distribusi pangan, rusaknya

sarana air bersih dan sanitasi lingkungan yang

buruk

(8)

• Bayi tidak mendapatkan ASI karena terpisah dari ibunya.

• Bantuan makanan yang sering terlambat, tidak berkesinambungan.

• Terbatasnya ketersediaan pangan lokal.

• Bantuan pangan (dalam & luar negeri) yang mendekati atau melewati masa kadaluarsa, tidak disertai label yang jelas, tidak ada keterangan halal.

• Kurangnya bantuan susu formula bayi & botol susu.

• Kurangnya pengetahuan dalam penyiapan makanan buatan lokal khususnya untuk bayi & balita.

Penyebab terkait Gizi

(9)

Kelompok Beresiko

Bayi & anak berumur di bawah dua tahun (baduta): kelompok yang paling rentan & memerlukan penanganan gizi khusus.

Pemberian makanan yang tidak tepat pada kelompok tersebut dapat meningkatkan risiko kesakitan & kematian.

Penelitian di pengungsian: bahwa kematian anak balita (0-5 tahun) 2-3 kali lebih besar dibandingkan kematian pd semua kelompok umur. Kematian terbesar pd umur 0-6 bulan (WHO- UNICEF, 2001).

Upaya penanganan gizi dalam situasi bencana merupakan rangkaian kegiatan yang dimulai sejak sebelum terjadinya

bencana (pra bencana), pada situasi bencana yang meliputi tahap tanggap darurat awal, tahap tanggap darurat lanjut dan pasca bencana.

(10)
(11)

Gizi Pada Fase Bencana

PRA BENCANA:

Sosialisasi & pelatihan petugas (manajemen gizi bencana), penyusunan rencana kegiatan gizi, konseling menyusui, konseling MP-ASI, pengumpulan data awal daerah rentan bencana, penyediaan bufferstock MP-ASI, pembinaan teknis & pendampingan petugas terkait dg manajemen gizi bencana.

Pada tahap tanggap darurat awal:

Kegiatan pemberian makanan agar pengungsi tidak lapar dan dapat mempertahankan status gizinya.

Pada tahap tanggap darurat lanjut:

Untuk menanggulangi masalah gizi melalui intervensi sesuai masalah gizi yang ada.

(12)
(13)

Situasi Keadaan Darurat Bencana

1. SIAGA DARURAT

Siaga darurat adalah suatu keadaan potensi terjadinya bencana yang ditandai dengan adanya pengungsi dan

pergerakan sumber daya. Kegiatan penanganan gizi pada situasi siaga darurat sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada dapat dilaksanakan kegiatan gizi seperti pada tanggap darurat.

2. TANGGAP DARURAT

Kegiatan penanganan gizi pada saat tanggap darurat dapat dikelompokkan dalam 2 (dua) tahap, yaitu tahap tanggap darurat awal dan tanggap darurat lanjut.

(14)

Fase I Tanggap Darurat Awal, kondisi sbb: korban bencana bisa dlm pengungsian atau belum dlm pengungsian, petugas belum sempat mengidentifikasi korban secara lengkap, bantuan pangan sudah mulai berdatangan & adanya penyelenggaraan dapur umum jika diperlukan.

Maksimal sampai 3 hari setelah bencana.

Pada fase ini kegiatan yang dilakukan adalah:

1) Memberikan makanan yang bertujuan agar pengungsi tidak lapar dan dapat mempertahankan status gizinya

2) Mengawasi pendistribusian bantuan bahan makanan 3) Menganalisis hasil Rapid Health Assessment (RHA)

TAHAP TANGGAP DARURAT

1. Tanggap Darurat Awal a. Fase 1

b. Fase 2

2. Tanggap Darurat Akhir

(15)
(16)

Ini bukan sembarang biskuit. Biskuit ini dapat menjadi ransum & makanan pilihan bagi tentara & korban bencana alam. Hanya dg mengkonsumsi empat Biskuit Neo, kebutuhan energi selama satu hari telah tercukupi.

NEO, yang berarti Nutrisi lengkap, Energi tinggi, dan Orisinal dalam negeri merupakan bahan pangan yang mengandung zat aktif atau immuno stimulan untuk mempertahankan kekebalan tubuh. Biskuit Neo mengandung ± 500Kkal/100g atau ± 25% dari kebutuhan konsumsi harian bagi para pengungsi.

(17)
(18)
(19)

MP ASI

(20)

Fase II Tanggap Darurat Awal

Kegiatan terkait penanganan gizi pada fase II, adalah:

a) Menghitung kebutuhan gizi

• Berdasarkan analisis hasil Rapid Health Assessment (RHA) diketahui jumlah pengungsi berdasarkan kelompok umur, selanjutnya dapat dihitung ransum pengungsi.

• Setiap orang pengungsi membutuhkan 2.100 kkal, 50 g protein dan 40 g lemak, serta menyusun menu yang didasarkan pada jenis bahan makanan yang tersedia.

(21)

b) Pengelolaan penyelenggaraan makanan di dapur umum meliputi:

• Tempat pengolahan

• Sumber bahan makanan

• Petugas pelaksana

• Penyimpanan bahan makanan basah

• Penyimpanan bahan makanan kering

• Cara mengolah

• Cara distribusi

• Peralatan makan dan pengolahan

• Tempat pembuangan sampah sementara

• Pengawasan penyelenggaraan makanan

• Mendistribusikan makanan siap saji

(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)

Pengawasan bantuan bahan makanan untuk melindungi korban bencana dari dampak buruk akibat bantuan tersebut seperti diare, infeksi, keracunan dan lain-lain, meliputi:

1) Tempat penyimpanan bantuan bahan makanan harus dipisah antara bahan makanan umum dan bahan makanan khusus untuk bayi dan anak.

2) Jenis-jenis bahan makanan yang diwaspadai termasuk makanan dalam kemasan, susu formula dan makanan suplemen.

3) Untuk bantuan bahan makanan produk dalam negeri harus diteliti nomor registrasi (MD), tanggal kadaluarsa, sertifikasi halal, aturan cara penyiapan dan target konsumen.

4) Untuk bantuan bahan makanan produk luar negeri harus diteliti nomor registrasi (ML), bahasa, tanggal kadaluarsa, aturan cara penyiapan dan target konsumen.

(28)

b. Tanggap Darurat Lanjut

 Setelah tahap tanggap darurat awal, dalam rangka penanganan masalah gizi sesuai tingkat kedaruratan.

 Lamanya tahap tanggap darurat lanjut tergantung dari situasi dan kondisi setempat di daerah bencana.

 Pada tahap ini sudah ada informasi lebih rinci

tentang keadaan pengungsi, seperti jumlah menurut golongan umur dan jenis kelamin, keadaan

lingkungan, keadaan penyakit, dan sebagainya.

 Kegiatan penanganan gizi pada tahap ini meliputi:

1) Analisis faktor penyulit berdasarkan hasil Rapid Health Assessment (RHA).

2) Pengumpulan data antropometri balita (berat

badan, panjang badan/tinggi badan), ibu hamil dan ibu menyusui (Lingkar Lengan Atas).

(29)

Kegiatan penanganan gizi (lanjutan....)

3) Menghitung proporsi status gizi balita kurus (BB/TB

<-2SD) dan jumlah ibu hamil dengan risiko KEK (LILA

<23,5 cm).

4) Menganalisis adanya faktor penyulit seperti kejadian diare, campak, demam berdarah dan lain-lain.

Informasi tentang proporsi status gizi balita selanjutnya digunakan sebagai dasar untuk melakukan modifikasi atau perbaikan penanganan gizi sesuai dengan tingkat kedaruratan yang terjadi.

(30)

HASIL ANALISIS DATA ANTROPOMETRI

Situasi Serius (Serious Situation), jika prevalensi balita kurus

≥15% tanpa faktor penyulit atau 10- 14,9% dg faktor penyulit.

Pada situasi ini semua korban bencana mendapat ransum &

seluruh kelompok rentan terutama balita & ibu hamil diberikan makanan tambahan (blanket supplementary feeding).

Situasi Berisiko (Risky Situation), jika prevalensi balita kurus 10-14,9% tanpa faktor penyulit atau 5-9,9% dg faktor penyulit.

Pada situasi ini kelompok rentan kurang gizi terutama balita kurus & ibu hamil risiko KEK diberikan makanan tambahan (targetted supplementary feeding).

Situasi Normal, jika prevalensi balita kurus <10% tanpa faktor penyulit atau <5% dg faktor penyulit maka dilakukan penanganan penderita gizi kurang melalui pelayanan kesehatan rutin.

(31)

5) Melaksanakan pemberian makanan tambahan &

suplemen gizi.

• Khusus anak yg menderita gizi kurang perlu

diberikan makanan tambahan disamping makanan keluarga, seperti kudapan/jajanan, dg nilai energi 350 kkal & protein 15 g per hari.

• Ibu hamil perlu diberikan 1 tablet Fe setiap hari, selama 90 hari.

• Ibu nifas (0-42 hari) diberikan 2 kapsul vitamin A

dosis 200.000 IU (1 kapsul pada hari pertama dan 1

kapsul lagi hari berikutnya, selang waktu minimal

24 jam)

(32)

• Pemberian vit. A biru (100.000 IU) bagi bayi berusia 6-11 bulan; dan kapsul vit. A merah (200.000 IU) bagi anak

berusia 12-59 bulan. Bila kejadian bencana terjadi dalam waktu kurang dari 30 hari setelah pemberian kapsul

vitamin A (Februari dan Agustus) maka balita tersebut tidak dianjurkan lagi mendapat kapsul vitamin A.

• Melakukan penyuluhan kelompok & konseling perorangan dg materi sesuai dg kondisisaat itu, misal konseling

menyusui & MP-ASI.

• Memantau perkembangan status gizi balita melalui surveilans gizi.

(33)

3. Transisi Darurat

Transisi darurat adalah suatu keadaan sebelum

dilakukan rehabilitasi & rekonstruksi. Kegiatan

penanganan gizi pada situasi transisi darurat

disesusaikan dg situasi & kondisi yang ada,

dapat dilaksanakan kegiatan gizi seperti pada

tanggap darurat.

(34)

C. PASCA BENCANA

Kegiatan penanganan gizi pasca bencana pada dasarnya adalah melaksanakan pemantauan & evaluasi sebagai bagian dari surveilans,

Untuk mengetahui kebutuhan yang diperlukan (need assessment)

Melaksanakan kegiatan pembinaan gizi sbg tindak lanjut atau respon dari informasi yg diperoleh secara terintegrasi dengan kegiatan pelayanan kesehatan masyarakat (public health response)

Untuk meningkatkan & mempertahankan status gizi &

kesehatan korban bencana.

(35)

LAMPIRAN

(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)

Referensi

Dokumen terkait

segala upaya yang telah dilakukan pada tahap pra bencana dapat mengurangi resiko. yang ditimbulkan dari

Menyikapi dinamika situasi pada saat tanggap darurat, Badan Nasional Penanggulangan Bencana memandang perlu untuk memberikan pedoman pembentukan media center tanggap darurat

Penanganan pengungsi adalah upaya penyelamatan, perlindungan, dan pemberdayaan pengungsi akibat bencana yang meliputi kegiatan pemberian kebutuhan dasar koordinasi dan

penanggulangan bencana, kelompok gerakan sosial tanggap bencana membangun sistem kekerabatan antar anggota maupun antar kelompok untuk suatu penanganan yang terfokus,

Kegiatan-kegiatan pada tahap pra bencana erat kaitannya dengan istilah mitigasi bencana, yang merupakan upaya untuk meminimalkan dampak yang ditimbulkan oleh bencana

h. Persyaratan standar teknis penanggulangan bencana. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tahap pra bencana merupakan upaya untuk meminimalkan dampak yang ditimbulkan

Upaya penanggulangan bencana pada tahap ini dapat dilakukan melalui pencegahan agar tidak terjadi bencana, mitigasi untuk mengurangi resiko terjadinya bencana baik

Penjelasan mengenai dana penanggulangan bencana yang digunakan pada saat tanggap darurat pasal 15 ayat 1 meliputi: a dana penanggulangan bencana yang telah dialokasikan dalam APBN atau