PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA PELECEHAN SEKSUAL TERHADAP ANAK
(Studi di Polres Kepanjen Kabupaten Malang)
Skripsi
Oleh Noer Halizah 21701021076
UNIVERSITAS ISLAM MALANG FAKULTAS HUKUM
MALANG 2021
PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA PELECEHAN SEKSUAL TERHADAP ANAK
(Studi di Polres Kepanjen Kabupaten Malang)
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Kesarjanaan Dalam Ilmu Hukum
Oleh Noer Halizah 21701021076
UNIVERSITAS ISLAM MALANG FAKULTAS HUKUM
MALANG 2020
RINGKASAN
PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA PELECEHAN SEKSUAL TERHADAP ANAK
(Studi Di Polres Kepanjen Kabupaten Malang) Noer Halizah
Fakultas Hukum Universitas Islam Malang
Pada skripsi ini, penulis mengangkat permasalahan Penanggulangan Tindak Pidana Pelecehan Seksual Terhadap Anak (Studi Di Polres Kepanjen Kabupaten Malang). Pemilihan tema tersebut dilatar belakangi oleh banyaknya kasus-kasus pelecehan seksual di wilayah Kabupaten Malang yang kian marak terjadi khususnya terhadap anak.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis mengangkat rumusan masalahsebagai berikut: 1. Apa saja faktor penyebab tingginya kasus pelecehan seksual terhadap anak di Polres kepanjen, 2. Bagaimana proses penanggulangan pelecehan seksual terhadap anak di Polres Kepanjen? Penelitian ini merupakan Penelitian Hukum Yuridis Empiris dengan menggunakan Pendekatan Yuridis Sosiologis, Pengumpulan Sumber Data melalui data primer dan data sekunder.
Selanjutnya sumber data dikaji dan dianalisis dengan pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini, untuk menjawab isu hukum yang diangkat dalam penelitian.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penanggulangan tindak pidana pelecehan seksual terhadap anak di polres Kepanjen Kabupaten Malang masih sangat mengkhawatirkan tidak adanya keterangan yang jelas dari para korban pelecehan seksual terhadap anak membuat para pihak kepolisian sulit dalam menanggulangi tindak pelecehan seksual terhadap anak yang terjadi di Polres Kepanjen Kabupaten Malang. Proses penanggulangan tindak pidana pelecehan seksual terhadap anak di Polres Kepanjen Kabupaten Malang antara lain, yaitu: 1.
Upaya Preventif, 2. Upaya Represif.
Kata Kunci : Pelecehan Seksual, Penanggulangan, Korban.
SUMMARY
PREVENTION OF SEXUAL ABUSE AGAINST CHILDREN (STUDY AT THE KEPANJEN POLICE, MALANG DISTRICT)
Noer Halizah
Faculty of Law, University of Islam Malang
In this thesis, the writer raises the problem of Handling Crime of Sexual Harassment Against Children (Study at Kepanjen Police, Malang Regency). The choice of this theme was motivated by the increasing number of cases of sexual harassment in Malang Regency, especially against children.
Based on this background, the writer raises the problem formulation as follows:
1. What are the factors causing the high cases of sexual abuse against children at the Kepanjen Police, 2. How is the process of overcoming sexual abuse against children at the Kepanjen Police? This research is a juridical empirical research using juridical sociological approach, collecting data sources through primary data and secondary data. Furthermore, the data sources are studied and analyzed with the approaches used in this study, to answer the legal issues raised in the study.
The results of this study indicate that the handling of criminal acts of sexual abuse against children in the Kepanjen Police of Malang Regency is still very worrying that the absence of clear information from the victims of sexual abuse against children makes it difficult for the police to overcome acts of sexual abuse against children that occur at the Kepanjen District Police. Poor. The process of overcoming criminal acts of sexual abuse against children at the Kepanjen Police, Malang Regency, among others, are: 1. Preventive measures, 2. Repressive measures.
Keywords: sexual harassment, prevention, victim.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Anak secara umum dapat diartikan seorang laki-laki atau perempuan yang belum dewasa atau belum mengalami masa pubertas.
Anak juga merujuk pada lawan kata dari orang tua, orang dewasa adalah dari orang tua mereka, meskipun mereka telah dewasa.
Pengertian anak menurut Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Pasal 45 adalah “anak yang belum dewasa apabila seseorang tersebut belum berusia 16 tahun”. Sedangkan menurut Pasal 330 ayat (1) KUHPerdata “seorang belum dapat dikatakan dewasa jika orang tersebut umurnya belum genap 21 tahun, kecuali seseorang tersebut telah menikah sebelum umur 21 tahun”.1
Pengertian anak menurut Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak dalam Pasal 1 Angka 1 yakni seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.
Anak sangat membutuhkan yang namanya perlindungan hukum yang sangat jauh berbeda dari orang yang lebih dewasa. Hal ini berdasarkan pada pertimbangan fisik dan juga mental anak yang belum bisa dikatakan dewasa dan matang. Anak memerlukan suatu perlindungan yang sudah tercantum didalam sebuah peraturan perundang-undangan.
1 R. Subekti. 2004. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Jakarta: Balai Pustaka, Pasal 330 (1).
Setiap anak nantinya berhak mendapatkan kesempatan yang sebesar- besarnya untuk berkembang menjadi pribadi yang baik itu fisik, mental, sosial, berakhlak mulia. Maka dari itu perlu adanya perlindungan untuk mewujudkan kesejahteraaan anak dengan menjamin semua kebutuhan hak anak terpenuhi tanpa diperlakukan diskriminatif dari pihak manapun.
Perlindungan hukum anak dimaksudkan sebagai suatu bentuk upaya perlindungan hukum terhadap kebebasan serta hak asasi anak yang berkesinambungan dengan kesejahteraannya. Perlindungan hukum terhadap anak ialah usaha bagi semua masyarakat dalam berbagai peranan, yang sadar akan pentingnya anak bagi agama, nusa, dan bangsa kelak di kemudian hari. Anak yang berhadapan dengan hukum baik itu sebagai korban maupun pelaku sekalipun haruslah wajib dilindungi hak-hak yang mereka patut dapatkan dari pemerintah dan tidak diperbolehkan dengan adanya perlakuan diskriminatif diantaranya.2
Pengawasan penyelenggaraan perlindungan anak diperlukan lembaga yang bisa mendukung pemerintah dalam melindungi anak salah satunya yakni Lembaga Swadaya Masyarakat yang diatur dalam Undang- Undang Nomor 35 tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, yang mana adanya LSM ini sebagai bentuk amanah dari Undang-Undang Nomor 35 tahun 2014 Pasal 72 ayat (1) yang dikatakan bahwa “masyarakat berperan serta dalam Perlindungan Anak, baik secara perseorangan maupun kelompok dan ayat (2) yang dikatakan bahwa peran masyarakat sebagaimana
2 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1954, Pasal 28B ayat (2)
dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh orang perseorangan, lembaga perlindungan anak, lembaga kesejahteraan sosial, organisasi kemasyarakatan, lembaga pendidikan, media massa, dan dunia usaha.3 Meskipun begitu, namun nyatanya beberapa tahun belakangan anak dan remaja tidak mendapatkan hak-hak yang patut mereka dapatkan. Akhir- akhir ini, banyak berita yang terkait dengan pelecehan terhadap anak dan remaja, entah itu fisik, psikis, bahkan pelecehan seksual. Dan parahnya lagi kejadian tersebut tidak hanya dilakukan oleh orang asing yang jauh dari garis keturunan keluarga, tetapi juga dilakukan oleh orang terdekat dan keluarga yang harusnya bisa memberikan rasa aman dan nyaman bagi anak dan remaja itu sendiri.
Kasus pelecehan seksual terhadap anak dan remaja layaknya gunung es, yang mana nampak permukaan saja padahal jika ditelisik lebih dalam nyatanya banyak sekali kasus yang tidak terkuak. Sebagaimana kasus yang terjadi pada kutipan berita pada sepanjang akhir tahun 2019.
Kepolisian Resor Malang menangkap seorang guru SMP Negeri 4 Kepanjen, Kabupaten Malang, Jawa Timur, yang disangka melakukan pelecehan seksual terhadap belasan murid laki-laki. Tersangka berinisial CH (38) yang berprofesi sebagai guru tidak tetap. Dia sudah setahun bertugas sebagai guru bimbingan konseling (BK). Kepala Kepolisian Resor Malang Ajun Komisaris Besar Yade Setiawan Ujung mengatakan Huda mengaku mempunyai hasrat seksual terhadap Pria dan wanita. Itu
3 Soejono Soekamto, Faktor-Faktor yang mempengaruhi Penegakan Hukum, PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2008, hal. 8.
terjadi sejak remaja hingga saat ini meski sudah beristri. Huda juga hadir dalam konferensi pers. Dia warga Desa Kedung pendaringan, kecamatan Kepanjen.4
Kasus ini terbongkar setelah beberapa wali murid melaporkannya kepada pihak kepolisian. Laporan pertama diterima polisi pada 3 Desember 2019. Kemudian polisi melakukan pemeriksaan marathon sampaia akhirnya diketahui sedikitnya 18 murid laki-laki yang jadi korban selama Agustus 2017 hingga Oktober 2018. Huda ditangkap pada Jumat lalu, 6 Desember 2019. Kejadian ini dilakukan oleh pelaku pada saat sepulang sekolah di ruangan BK yang kebetulan suasana sekolah sudah mulai sepi oleh para siswa yang lain. Tersangka mengancam korban agar tidak melaporkannya kepada orang tua mereka masing-masing dengan cara menyuruhnya bersumpah dengan media Al-Qur’an.
Berdasarkan contoh kasus diatas, maka diperlukan adanya upaya bagaimana penanggulangan pelecehan terhadap anak, seperti pencegahan, perlindungan maupun melalui jalur hukum kepada pelaku pelecehan seksual tersebut. Diantaranya penanganan melalui jalur di luar hukum seperti penanganan medis, psikologis, psikiater, pendampingan, dan sosialisasi pelecehan seksual terhadap anak serta perlunya pendidikan seks anak usia dini yang diajarkan oleh orang tua mereka masing-masing.
Salah satu praktek seks yang dianggap mengalami penyimpangan yakni berbentuk pelecehan seksual. Ini berarti hubungan seksual yang
4 https://www.google.com/amp/s/nasional.tempo.co/amp/1281247/polisi-malang-tangkap-
pelaku-pelecehan-seksual-terhadap-anak, diakses pada Sabtu, 12 September 2020 jam 03.18 WIB.
dilakukan dengan cara pelecehan, sangat bertentangan dengan kaidah agama dan melanggar hukum yang ada. Pelecehan dapat dibuktikan jika pelaku mempunyai kekuatan, baik itu secara fisik ataupun nonfisik.
Kekuatannya pun disalahgunakan untuk melakukan perbuatan keji tersebut.
Faktanya pelecehan seksual yang dialami oleh anak sampai detik ini masih menjadi masalah yang cukup serius di Indonesia dan masih di bilangan angka yang cukup tinggi. Buktinya pemberitaan baik itu media cetak maupun media social menyangkut pelecehan seksual terhadap anak sering ditemukan setiap hari. Bentuk dan modusnya pun cukup banyak.
Berdasarkan ketentuan Konvensi Hak Anak (2012) dan protokol tambahannya KHA bentuk pelecehan dibagi dalam empat bentuk.5
Dalam rangka meningkatkan perlindungan anak dibentuklah yang namanya Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI). Keanggotaan lembaga ini terdiri atas unsur pemerintah, tokoh agama, tokoh masyarakat, organisasi profesi, lembaga swadaya masyarakat, dunia usaha dan keluarga, serta masyarakat yang mempunyai tingkat kepedulian tinggi terhadap perlindungan anak.6
Tugas KPAI adalah memberikan laporan, saran, masukan, dan pertimbangan kepada pemimpin negara yakni Presiden dalam rangka perlindungan anak Indonesia.
B. Rumusan Masalah
5 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2012 Tentang Protokol Opsional Konvensi Hak-Hak Anak Mengenai Penjualan Anak, Prostitusi Anak, dan Pornografi Anak.
6 Komisi Perlindungan Anak Indonesia, Lembaga Negara Independen untuk Perlindungan Anak, KPAI, Jakarta, 2006, hal. 15.
1. Apa saja faktor penyebab tingginya kasus pelecehan seksual terhadap anak di Polres Kepanjen?
2. Bagaimana proses penanggulangan pelecehan seksual terhadap anak di Polres Kepanjen?
C. Tujuan Penelitian
a) Untuk mengetahui tingkat kekerasan seksual yang terjadi di wilayah Kabupaten Malang.
b) Untuk mengetahui bagaimana proses penanggulangan pelecehan seksual terhadap anak.
c) Untuk mengetahui kendala apa saja yang dialami dalam menanggulangi pelecehan seksual terhadap anak.
d) Untuk mengetahui upaya yang dapat dilakukan dalam mengatasi kendala pelecehan seksual terhadap anak.
D. Manfaat Penelitian a) Teoritis
Hasil dari penelitian ini dapat menjadi landasan dalam pengembangan media pembelajaran atau penerapan media pembelajaran secara lebih lanjut. Selain itu juga bisa menjadi sebuah nilai tambah pengetahuan ilmiah dalam bidang hukum di Indonesia.
b) Praktis
1) Bagi penulis
Memperoleh gambaran yang jelas mengenai perlindungan hak anak sebagai korban selama proses kasus berlangsung dan memberikan wawasan serta pengalaman praktis dari berbagai teori
yang telah dikaji selama dibangku kuliah dan hasil penelitian ini kiranya dapat diapakai sebagai bekal dalam rangka mempersiapkan diri untuk terjun ke masyarakat.
2) Bagi masyarakat
Agar masyarakat khususnya para korban dan keluarga korban pelecehan seksual terhadap anak dan remaja tidak takut untuk menyampaikan tindakan pelecehan seksual yang terjadi sehingga bisa meminimilisir tingginya kasus pelecehan seksual terhadap anak di wilayah Kabupaten Malang.
3) Bagi universitas
Kiranya hasil penelitian ini diharapkan akan dapat menambah referensi hukum, khususnya di Fakultas Hukum Universitas Islam Malang.
4) Bagi aparat penegak hukum
Memberikan wawasan kepada aparat penegak hukum, khususnya Polri guna meningkatkan professional dalam memberikan perlindungan hak anak selama proses penyidikan agar dapat memuaskan banyak pihak dan dilandasi kebenaran, keadilan dan nilai-nilai hukum lainnya.
5) Bagi peneliti selanjutnya
Hasil peneliti ini diharapkan bisa memberikan informasi sekaligus pembanding atau referensi bagi penelitian selanjutnya yang sejenis.
E. Metode Penelitian 1) Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam proses penelitian ini adalah metode penelitian yuridis empiris. Pendekatan yuridis empiris dilakukan dengan melihat kenyataan yang ada dalam praktek dilapangan. Yuridis empiris sendiri adalah suatu metode penelitian hukum yang berfungsi untuk melihat hukum dalam nyata dan meneliti bagaimana bekerjanya hukum di lingkungan masyarakat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelecehan seksual terhadap anak.
Penelitian hukum empiris menggunakan dua jenis data, yaitu (1) data primer dan (2) data sekunder. Data asli merupakan data empiris yang berasal dari data lapangan. Data lapangan berasal dari responden. Responden adalah orang yang memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan oleh peneliti terkait dengan pertanyaan penelitian. Selain responden, ada juga istilah “pemberi informasi”
yaitu orang atau individu yang memberikan data dan informasi yang dibutuhkan oleh peneliti karena mengetahuinya dan peneliti tidak dapat memandu jawaban sesuai kebutuhan.
Dalam penelitian hukum empiris, orang yang perlu memberikan informasi dapat memperoleh data kualitatif. Orang kaya sumber daya adalah orang yang menasihati objek penelitian. Ia bukan
bagian dari unit analisis, melainkan ditempatkan sebagai pengamat.
Pada saat yang sama, hanya data tambahan yang dibutuhkan untuk mendukung atau mendukung data utama.7
2) Pendekatan Penelitian
Fokus penelitian hukum empiris adalah perilaku perkembangan sosial atau operasi hukum dalam masyarakat. Oleh karena itu, hukum dikonseptualisasikan sebagai tingkah laku nyata, yang meliputi tingkah laku dan konsekuensinya dalam hubungan kehidupan sosial.
Oleh karena itu, metode yang sering digunakan dalam penelitian hukum empiris termasuk metode sosiologis.
3) Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Polres Kepanjen Jl. Jend. A. Yani No. 1 Kepanjen Malang. Alasannya memilih berlokasi disini adalah karena banyak sekali kasus yang terjadi dalam 3 tahun ke belakang.
Gunakan lokasi penelitian dalam penelitian hukum positif. Lokasi penelitian adalah lingkungan tempat dilakukannya penelitian.8
4) Sumber Data 1. Data Primer
Pada penelitian ini data yang di peroleh peneliti secara langsung atau melalui studi lapangan. Dengan wawancara, observasi secara langsung di Polres Kepanjen Kabupaten Malang.
2. Data sekunder
7 Ishaq, Metode Penelitian Hukum dan Penulisan Skripsi, Tesis, Serta Disertasi, Alfabeta,
Bandung, 2017, hal. 71-72.
8 Ishaq, Metode Penelitian Hukum dan Penulisan Skripsi, Tesis, Serta Disertasi, Alfabeta,
Bandung, 2017, hal. 72.
Dalam penelitian ini data diperoleh dari hasil penelitian pustaka atau bahan yang diperoleh dari buku, jurnal atau internet dengan menyebutkan nama situs.9
3. Data Tersier
Dapat memberikan informasi tentang bahan hukum pendukung. Misalnya kamus hukum, kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), dll.
5) Teknik Pengumpulan data 1. Pengumpulan Data Primer
a. Survey pada penelitian ini merupakan mengadakan pengamatan secara langsung ke tempat penelitian yakni di Polres Kepanjen Kabupaten Malang.
b. Pengamatan dalam penelitian ini adalah observasi langsung yang dapat diamati melalui tes, angket, berbagai gambar dan rekaman. Setelah itu penulis dapat merekamnya secara sistematis.
c. Wawancara langsung kepada narasumber yang ada di Polres Kepanjen Kabupaten Malang yaitu Bapak Bripka Dicky Prasetya beserta para staf maupun karyawan Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (UPPA).
2. Pengumpulan Data Sekunder
9Erwan Agus Purwanto, Metode Penelitian Kualitatif Untuk Administrasi Publik Dan Masalah-Masalah Sosial, Gava Media, Yogyakarta: 2017. hal 20.
Pengumpulan data pembantu (studi pustaka) penulis menggunakan buku, jurnal dan internet.
Data dalam penelitian hukum empiris meliputi data asli dan data pembantu. Metode pengumpulan data utama adalah melalui observasi, wawancara dan survei kuesioner.
Data utama yang dikumpulkan melalui wawancara dan survei kuesioner harus berpedoman pada pernyataan pertanyaan, topik, informasi rinci tentang subtopik dan tujuan penelitian.
Metode pengumpulan data pembantu dilakukan dengan membaca di perpustakaan atau literatur, dan mengutip isi yang berkaitan dengan pertanyaan penelitian.10
6) Populasi, Sampel, dan Tekhnik Sampling
Populasi adalah semua disiplin ilmu hukum yang mempunyai ciri khusus dan ditentukan untuk dipelajari. Pada saat penulisan artikel ini, penulis menggunakan populasi penelitian yang berkaitan dengan masalah yang dibahas.
Berdasarkan pengertian yang sudah penulis jelaskan maka dari itu yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah tokoh masyarakat Kota Kepanjen Kabupaten Malang dan Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (UPPA).
10 Ishaq, Metode Penelitian Hukum dan Penulisan Skripsi, Tesis, Serta Disertasi,
Alfabeta, Bandung, 2017, hal. 72.
Dalam hal ini teknik pengambilan sampel penulis menggunakan purposive sampling.Dalam penelitian semacam ini, penulis menentukan pengambilan sampel dengan cara menentukan karakteristik tertentu sesuai dengan tujuan penelitian, sehingga dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam penelitian.Jadi yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah penyidik pembantu Bapak Bripka Dicky Prasetya beserta para staf Unit Perlindungan Perempuan dan Anak.
Penelitian hukum positif disebut populasi dan sampel. Populasi adalah sekelompok orang yang memenuhi syarat tertentu yang berkaitan dengan pertanyaan penelitian.
Sampel adalah sebuah contoh. Pertimbangkan pemilihan sampel karena terlibat dalam kasus hukum, seperti kasus pelecehan seksual berbobot.11
7) Tekhnik Analisis Data
Atas dasar penelitian penulis, penulis menggunakan metode analisis data yang biasa disebut analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu analisis yang mendeskripsikan atau mendeskripsikan aturan- aturan yang berlaku pada masyarakat, kemudian dapat menarik kesimpulan dan menanggapi penelitian yang dilakukan oleh penulis.12
11 Ishaq, Metode Penelitian Hukum dan Penulisan Skripsi, Tesis, Serta Disertasi,
Alfabeta, Bandung, 2017, hal. 72-73.
12Jonaedi Efendi dan Johny Ibrahim, (2018), Metode Penelitian Hukum, Depok:
Prenamedia Group. hal. 153.
F. Orisinilitas Penelitian
No. PROFIL JUDUL
1.
HIKMAH FARADILA SKRIPSI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK SEBAGAI PELAKU DAN KORBAN TINDAK PIDANA DALAM SISTEM
PIDANA
ISU HUKUM
1. Bagaimana perlindungan hukum terhadap anak sebagai pelaku tindak pidana dan korban tindak pidana dalam system pidana?
2. Bagaimana proses pemeriksaan peradilan dalam system peradilan?
HASIL PENELITIAN
1. Perlindungan hukum terhadap anak sebagai pelaku dan korban tindak pidana yaitu dengan cara memenuhi hak-hak anak baik sebagai pelaku dan korban tindak pidana sesuai perturan perundang-undangan yaitu dengan memenuhi prinsip-prinsip perlindungan hukum.
2. Tahap pemeriksaan peradilan pada system peradilan pidana dilakukan dengan mengutamakan upaya diversi dan jika tidak berhasil maka dilanjutkan ke tahap
persidangan dimana persidangan itu bersifat khusus karena perkara anak.
PERSAMAAN Mengkaji dan menganalisis perlindungan hukum terhadap anak sebagai korban tindak pidana.
PERBEDAAN Objek kajian berupa UU No 11 Tahun 2012 yakni berkaitan dengan perlindungan anak yang belum diperbarui.
KONTRIBUSI Berguna untuk mengukuhkan kekuatan Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 menjadi Undang-Undang No. 35 Tahun 2014 tersebut.
PROFIL JUDUL
MOH. IE WAYAN DANI SKRIPSI
UNIVERSITAS ISLAM
INDONESIA YOGYAKARTA
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK KORBAN KEKERASAN SEKSUAL
ISU HUKUM
1. Bagaimana perlindungan hukum terhadap anak korban kekerasan seksual di Bantul?
2. Bagaimana peran Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) SAPA terhadap korban anak akibat kekerasan seksual di Kabupaten Bantul?
3. Faktor-faktor apa saja yang menjadi pendukung dan kendala peran Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) SAPA dalam menangani kasus korban anak terhadap kekerasan seksual di Kabupaten Bantul?
HASIL PENELITIAN
1. Perlindungan hukum terhadap anak korban kekerasan dengan adanya instrument hukum yang khusus memberikan perlindungan hukum kepada anak korban kekerasan di Kabupaten Bantul. Pemerintah Kabupaten Bantul juga telah menyediakan unit pelayanan teknis yang khusus
memberikan pelayanan terhadap perempuan dan anak korban kekerasan di wilayah Kabupaten Bantul yang bernama PPT Arum Dalu.
2. LSM SAPA berperan memberikan perlindungan hukum kepada anak korban kekerasan seksual di Kabupaten Bantul, terdiri dari dua hal:
Peran pencegahan, berupa sosialisasi dan pelatihan berkenaan tentang perlindungan anak di wilayah Kabupaten Bantul.
Peran penanganan, berupa: layanan bantuan hukum, baik litigasi maupun non-litigasi dan pendampingan psikologi.
3. Faktor pendukung dan kendala SAPA dalam memberikan perlindungan kepada anak korban kekerasan seksual di Kabupaten Bantul:
Faktor pendukung SAPA dalam menjalankan perlindungan hukum terbagi menjadi dua, yaitu:
Faktor pendukung internal adalah SAPA didukung oleh dosen dan ahli pada bidangnya yang mau ikut berkontribusi bersama SAPA dalam
memberikan layanan, sosialisasi, dan pelatihan perlindungan anak.
Faktor pendukung eksternal SAPA mendapat bantuan dana oleh
pemerintah dan non-pemerintah, dan didukung oleh Komnas Perempuan melalui Yayasan Indonesia Untuk Keadilan (YSIK) dan jejaring yang tergabung dalam Forum Penanganan Perlindungan Korban Kekerasan Perempuan dan Anak (FPK2PA) di daerah Istimewa Yogyakarta setelah menjadi anggota.
Faktor yang menjadi kendala dalam memberikan perlindungan korban kekerasan seksual dibagi menjadi dua, yaitu:
Faktor kendala internal SAPA adalah dipersonil, sampai saat ini personil yang ada adalah orang-orang yang sudah memiliki penghasilan tetap karena SAPA adalah lembaga social jadi kegiatan yang dilakukan juga kegiatan sosial.
Faktor kendala eksternal adalah masalah pembiayaan dan pendanaan yang belum stabil.
PERSAMAAN mengkaji dan menganalisis perlindungan hukum terhadap anak korban kekerasan seksual.
PERBEDAAN tidak mencantumkan lembaga social yang erat kaitannya dengan perlindungan anak korban kekerasan seksual.
KONTRIBUSI berguna sebagai dasar pertimbangan/ petunjuk bagi orang tua nantinya dalam menindak lanjuti perkara anak yang berhubungan dengan kekerasan seksual dan berguna bagi kepentingan hak anak.
Sedangkan penelitian ini adalah
PROFIL JUDUL
NOER HALIZAH SKRIPSI
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
PERLINDUNGAN HUKUM
KORBAN PELECEHAN SEKSUAL TERHADAP ANAK DAN REMAJA BERDASARKAN UNDANG-
UNDANG NO. 35 TAHUN 2014 (STUDI DI POLRES KEPANJEN KABUPATEN MALANG)
ISU HUKUM
Factor penyebab tingginya kasus pelecehan seksual terhaap anak di Polres Kepanjen?
Perlindungan hukum terhadap anak dan remaja korban pelecehan seksual?
Kendala yang dialami Polres dalam mengatasi perlindungan hukum terhadap anak korban pelecehan seksual?
Upaya mengatasi kendala dalam perlindungan pelecehan seksual?
NILAI KEBARUAN
Perlindungan hukum dilihat dari perspektif Undang-Undang No. 35 Tahun 2014 tentang perlindungan anak.
Objek yang dikaji berkaitan dengan perlindungan hukum terhadap anak dan remaja korban pelecehan seksual yang di jabarkan secara lebih rinci.
Dianalisa berdasarkan kasus yang nyata terjadi di masyarakat khususnya di Polres Kepanjen Kabupaten Malang.
G. Sistematika Penelitian
1. BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, orisinalitas penelitian dan sistematika penulisan.
2. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menguraikan tentang pengertian penanggulangan, pengertian tindak pidana, anak korban pelecehan seksual, pengertian pelecehan seksual terhadap anak, dan bentuk pelecehan seksual pada anak, serta dampak pelecehan seksual terhadap anak.
3. BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan tentang hasil penelitian yang terdiri dari, faktor penyebab tingginya kasus pelecehan seksual terhadap anak di Polres Kepanjen Kabupaten Malang, proses penanggulangan tindak pidana pelecehan seksual di Polres Kepanjen Kabupaten Malang, dan kendala yang dialami Polres Kepanjen Kabupaten Malang dalam menanggulangi tindak pidana pelecehan seksual, serta upaya dalam mengatasi kendala penanggulangan pelecehan seksual.
4. BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi kesimpulan dan saran dari penulis yang diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Faktor yang mempengaruhi penyebab tingginya kasus pelecehan seksual terhadap anak di Polres Kepanjen yakni; kurangnya pengawasan orang tua terhadap anak, ketidakharmonisan hubungan hubungan kedua orang tua, kurangnya pemahaman orang tua berkaitan dengan pola asuh anak, tuntutan ekonomi, sex education terhadap anak, tindakan bullying, human trafficking (perdagangan orang atau anak), pergaulan, pengaruh HP, dan yang terakhir yaitu keluarga. Dari sekian banyak faktor tersebut jika salah satu saja tidak bisa dikendalikan anak maupun orang tua maka yang akan terjadi adalah semakin marak kasus yang serupa di kawasan Kepanjen Malang.
2. Dalam proses penanggulangan tindak pidana pelecehan seksual di Polres Kepanjen Kabupaten Malang membutuhkan proses yang cukup panjang dimulai dari laporan korban tindak pidana pelecehan seksual, surat maupun bukti yang dibutuhkan dalam menanggulangi tindak pelecehan seksual, proses penyelidikan hingga gelar perkara, melakukan pemberkasan yang didapat dari penyelidikan dan gelar perkara sebelumnya, dan pada akhirnya berkas perkara dikirim pada Tahap I ke Kejaksaan, serta pada akhirnya menyerahkan tersangka berikut barang bukti yang telah
dikumpulkan oleh kepolisian untuk di serahkan pada Tahap II ke Kejaksaan jika perkara tersebut telah P21.
B. Saran
1. Diharapkan dari pihak korban dapat berkontribusi dengan aparat penegak hukum agar kasus pelecehan seksual dapat ditekan dan tidak semakin marak terjadi di Indonesia khususnya di Kabupaten Malang, dan dari pihak keluarga korban harus bisa memberikan sex education untuk anaknya agar anak tidak terjerumus ke pergaulan yang salah, serta dari lingkungan sekitar harus tetap mendukung agar psikis anak tidak terganggu dan tidak merasa malu dalam menjalani setiap aktivitasnya.
2. Diharapkan pihak kepolisian tetap senantiasa berkontribusi dalam memproses dan menanggulangi tindak pidana pelecehan seksual di Polres Kepanjen agar kasus pelecehan seksual terhadap anak dari tahun ke tahun dapat di minimalisir, bahkan bila perlu bisa ditekan sedemikian mungkin agar kasus serupa tidak lagi marak terjadi.
3. Diharapkan anak tidak lagi menutup-nutupi kejadian yang dialaminya agar kasus pelecehan seksual tidak marak terjadi dan para pelaku kejahatan seksual diberikan efek jera, dari pihak keluarga dan juga kepolisian memberikan perlindungan kepada anak agar tidak merasa terancam oleh para pelaku pelecehan seksual, dari pihak keluarga pelaku tidak menghalang-halangi proses hukum yang sedang berjalan karena bagaimanapun juga hal
yang dilakukan pelaku adalah perbuatan yang melanggar hukum dan patut dipertanggungjawabkan.
4. Diharapkan pihak kepolisian dapat mengatasi kendala-kendala yang ada agar korban pelecehan seksual anak dapat diatasi dengan baik dan tidak ada lagi kasus serupa yang akan terjadi. Kerjasama dengan pihak P2TP2A dan juga RSU Kanjuruhan lebih ditingkatkan lagi dalam kinerjanya agar para korban pelecehan seksual tidak mempunyai rasa traumatis terhadap apa yang telah terjadi di masa lalunya.
59
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Abintoro Prakoso, Hukum Perlindungan Anak, LaksBang PRESSindo, Surabaya, 2016.
Achie Sudiarti Luhulima, Pemahaman Bentuk-Bentuk Tindak Kekerasan Terhadap Perempuan, Kelompok Kerja, Convention Watch Pusat Kajian Wanita dan Gender. Universitas Indonesia, Jakarta, 2000.
Andi Hamzah. Delik-Delik Tertentu (Speciale Delicten) di dalam KUHP, Sinar Grafika, Jakarta, 2009.
Dikdik M. Arief Mansyur dan Elisatris Gultom, Urgensi Korban Kehatan Antara Norma dan Realita, PT. Raja Grafindo, Jakarta, 2007.
Erwan Agus Purwanto, Metode Penelitian Kualitatif Untuk Administrasi Publik Dan Masalah-Masalah Sosial, Gava Media, Yogyakarta: 2017.
Gatot Supramono, Hukum Acara Pengadilan Anak, Djambatan, Jakarta, 2005.
Harrys Pratama Teguh, Teori dan Praktek Perlindungan Anak dalam Hukum Pidana Dilengkapi Dengan Studi Kasus, Penerbit Andi, Yogyakarta, 2018.
Ishaq, Metode Penelitian Hukum dan Penulisan Skripsi, Tesis, Serta Disertasi, Alfabeta, Bandung, 2017.
Jonaedi Efendi dan Johny Ibrahim, Metode Penelitian Hukum, Prenamedia Group, Depok, 2018.
M. Nasir Djamil, Anak Bukan Untuk Dihukum Catatan Pembahasan UU Sistem Peradilan Pidana Anak (UU-SPPA), Sinar Grafika, Jakarta, 2013.
Moeljatno, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Bumi Aksara: Jakarta. 2011.
Subekti, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Jakarta: Balai Pustaka, 2004.
Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Serta Komentar-Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal. Politeia: Bogor, 1995.
Soejono Soekamto. 2008. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Penegakan Hukum, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2008.
Peraturan perundang-undangan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2012 Tentang Protokol Opsional Konvensi Hak-Hak Anak Mengenai Penjualan Anak, Prostitusi Anak, dan Pornografi Anak.
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak.
60
Keppres No. 88 Tahun 2002 Tentang Rencana Aksi Nasional Penghapusan Perdagangan (Trafficking) Perempuan dan Anak, Lampiran I, Latar Belakang alinea 2.
Jurnal
Suradi, 2013, Problema Dan Solusi Strategis Kekerasan Terhadap Anak, ejournal.kemsos.go.id, Vol 18, No. 3, 2013.
Faisol, (2019), Pertanggungjawaban Pidana Pengurus Korporasi Terkait Tindak Pidana Perdagangan Orang. Jurnal Islamic Law. 12 No. 2
Internet
https://www.google.com/amp/s/nasional.tempo.co/amp/1281247/polisi-malang-tangkap- pelaku-pelecehan-seksual-terhadap-anak, diakses pada Sabtu, 12 September 2020 jam 03.18 WIB.
https://m.hukumonline.com/klinik/detail/lt5939de7562ff/arti-landasan-filosofis-sosiologis-- dan-yuridis/ diakses selasa. 6 Oktober 2020 pukul 06.49.
https://polrestamalangkota.id diakses sabtu 28 November 2020 pukul 13.02
61