• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Infeksi Serta Penanganan Sampah Medis Rumah Tangga Selama Pandemi Covid-19

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Infeksi Serta Penanganan Sampah Medis Rumah Tangga Selama Pandemi Covid-19 "

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Infeksi Serta Penanganan Sampah Medis Rumah Tangga Selama Pandemi Covid-19

Farhan Rafif Hanafil1*, Alimatuz Zahroh1, Baiq Nurlusi Alvina1, Claudya Veronica F N1, Isna Mutiara Salsabila1, Nurrahma Fitria Ramadhani1, Pingky Shafiyah Ananda Riko1, Putri Devi Indriastuty1, Ratu

Laras Ati Alya1, Talitha Isnindya Ramadhanty1, Zakianis2, Titin Hardiana³, Nur Afiyah³

1Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia

2Departemen Kesehatan Lingkungan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia

³Puskesmas Cipayung, Kota Depok

*e-mail: [email protected] Abstract

Background: The high number of COVID-19 cases due to the pandemic has led to a surge in medical waste at the household level.

Objective: To identify factors related to COVID-19 Infection Prevention and Control (PPI) behavior at the household level.

Design: Cross-sectional study.

Methods: In this study, respondents (N=97) filled out the PPI questionnaire. Data were analyzed descriptively and analytically.

Results: A total of households that applied PPI behavior (34%), PPI knowledge (7.2%), and good attitudes towards PPI (44.3%). The household attitude factor and the role of the government are significantly related to the behavior of the COVID-19 PPI.

Conclusion: Respondents with positive attitudes tend to develop good PPI COVID-19 behavior. The importance of the government's role in disseminating the PPI COVID-19 and providing medical waste containers/bins.

Keywords: PPI; COVID-19; Household Medical Waste Abstrak

Latar Belakang: Tingginya kasus COVID-19 akibat pandemi menimbulkan lonjakan sampah medis di tingkat rumah tangga.

Tujuan: Untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan terhadap perilaku Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) COVID-19 di tingkat rumah tangga.

Desain: Studi cross-sectional.

Metode: Pada studi ini, responden (N=97) mengisi kuesioner PPI. Data dianalisis secara deskriptif dan analitik.

Hasil: Sebanyak rumah tangga yang menerapkan perilaku PPI (34%), pengetahuan PPI (7,2%), serta sikap terhadap PPI (44,3%) yang baik. Faktor sikap rumah tangga dan peran pemerintah berhubungan secara signifikan terhadap perilaku PPI COVID-19.

Kesimpulan: Responden dengan sikap yang positif cenderung mengembangkan perilaku PPI COVID-19 yang baik. Pentingnya peran pemerintah dalam mensosialisasikan PPI COVID-19 serta penyediaan fasilitas wadah/tong sampah medis.

Kata kunci: PPI; COVID-19; Sampah Medis Rumah Tangga

1. PENDAHULUAN

Di Indonesia, kasus COVID-19 kian meningkat setiap harinya. Per tanggal 24 Juli 2021 terdapat total 3.127.826 kasus terkonfirmasi positif, dengan 574.135 kasus aktif, dan 82.013 kasus kematian.

Tingginya kasus menyebabkan kapasitas rumah sakit dan fasilitas kesehatan juga terisi penuh dengan BOR untuk 13 dari 34 Provinsi mencapai 70% (WHO, 2021a). Pemerintah menetapkan isolasi mandiri di rumah untuk pasien positif COVID-19 dengan gejala ringan dan tanpa gejala (Kemenkes RI, 2021).

Data pasien isolasi mandiri COVID-19 di daerah cakupan Puskesmas Cipayung Kota Depok (Kelurahan Cipayung, Cipayung Jaya, dan Bojong Pondok Terong) per 28 Juli 2021 berjumlah sekitar 221 orang dari total kasus terkonfirmasi 586 orang (Puskesmas Cipayung Depok, 2021).

Akibat bertambahnya kasus isolasi mandiri COVID-19, upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Infeksi (PPI) COVID-19 perlu dilakukan untuk menekan angka transmisi COVID-19 di tingkat rumah tangga dan keadaan ini mengakibatkan peningkatan volume sampah medis di pemukiman.

(2)

Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan jumlah timbunan sampah medis akibat COVID-19 mencapai 6.417,95 ton sampai bulan Februari 2021.

Sampah medis yang sering ditemukan di rumah tangga adalah kain kasa, tisu, kapas, APD, sarung tangan, dan masker (UNICEF, 2020). Bertambahnya sampah medis hasil isolasi mandiri ini dikhawatirkan akan menyebabkan penularan karena virus COVID-19 dapat menempel dan bertahan di permukaan benda dan dikhawatirkan akan berpindah dari orang ke orang (WHO, 2020). Melihat bahaya yang dapat ditimbulkan oleh sampah medis, terlebih dimana pasien terkonfirmasi COVID-19 yang harus melaksanakan isolasi mandiri semakin meningkat, diperlukan upaya penanganan secara khusus serta pengedukasian cara mengelola sampah medis rumah tangga sendiri dengan tepat. Untuk itu, pengelolaan sampah infeksius COVID-19 secara tepat menjadi sangat penting dilakukan untuk memutus mata rantai penularan dan menekan penyebaran angka COVID-19 serta penyakit infeksius lainnya, khususnya di Kecamatan Cipayung Kota Depok, Jawa Barat.

COVID-19 merupakan penyakit infeksius disebabkan oleh virus SARS-CoV-2 (Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2). SARS-Cov-2 merupakan virus RNA beruntai tunggal positif yang menular di manusia. Penyakit COVID-19 ditularkan melalui droplet yang berisi saliva atau sekret hidung yang dikeluarkan oleh orang yang terinfeksi ketika batuk atau bersin. Pengendalian Penyakit Infeksi (PPI) merupakan sebuah upaya untuk mencegah atau meminimalisir terjadinya penyebaran penyakit infeksi di dalam fasilitas pelayanan kesehatan pada petugas kesehatan, pasien, dan pengunjung fasilitas pelayanan kesehatan (CDC, 2021a; WHO, 2021a; Kementerian Kesehatan RI, 2017). Untuk itu, PPI tidak hanya dilaksanakan oleh petugas kesehatan dan pasien namun juga dilakukan oleh pengunjung fasilitas kesehatan, masyarakat disekitar pelayanan kesehatan, pembuat kebijakan, dan manajer fasilitas (WHO, 2021b; Kementerian Kesehatan RI, 2017).

Pedoman PPI COVID-19 selama karantina adalah (CDC, 2021b; WHO, 2021c; Kemenkes, 2020a):

Rekognisi dan Pengendalian Dini

1. Selalu menjaga jarak aman minimal 1 meter.

2. Pasien yang terkonfirmasi positif COVID-19 ditempatkan di ruang yang terpisah dengan anggota keluarga lainnya.

3. Pastikan mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir atau menggunakan alkohol sebelum menyentuh menyentuh mata, hidung dan mulut.

4. Pastikan rutin mencuci tangan menggunakan sabun dan air yang mengalir, atau dapat menggunakan alkohol.

5. Hindari kontak atau berbagi barang-barang personal (peralatan makan, peralatan mandi, sprei, pakaian, dan barang elektronik) milik pasien COVID-19.

6. Membatasi jumlah orang yang merawat pasien COVID-19 serta menghindari adanya pengunjung.

7. Selalu menggunakan masker apabila ingin bertemu dengan orang lain.

Pengendalian Teknik dan Lingkungan

1. Pasien COVID-19 diberikan ruangan dengan ventilasi udara yang baik (memiliki jendela atau pintu terbuka) dan apabila memungkinkan diberikan fasilitas kamar mandi dalam ruangan.

2. Melakukan desinfeksi secara rutin terhadap permukaan yang sering disentuh menggunakan desinfektan rumah tangga (sabun, deterjen, etanol 70%, pemutih atau larutan NaOCl 0,5%).

3. Mencuci pakaian, sprei, handuk, dan masker kain menggunakan deterjen dan air atau menggunakan mesin cuci dengan suhu 60–90°C lalu dikeringkan.

4. Membuang masker dan sarung tangan serta barang infeksius lainnya selama perawatan ke dalam kantong khusus dengan rapat dan dibuang ke tempat sampah.

Pengendalian Administratif

(3)

Memberikan sosialisasi dan edukasi terkait Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Infeksi kepada semua orang yang menjalani karantina.

Alat Pelindung Diri (APD)

Menggunakan sarung tangan ketika melakukan kontak dengan pasien COVID-19. Kemudian penggunaan APD yang direkomendasikan untuk digunakan adalah sarung tangan karet, apron kedap air dan sepatu tertutup, pelindung mata dan masker medis digunakan apabila terdapat risiko terpapar darah atau cairan tubuh pasien COVID-19.

Penemuan Kasus (Testing)

Melakukan deteksi dini dan pemantauan perkembangan gejala kasus COVID-19 pada populasi berisiko.

Sampah Medis di Rumah Tangga

Sampah medis adalah sampah hasil aktivitas layanan kesehatan baik di fasilitas kesehatan seperti rumah sakit, klinik, praktik dokter maupun perawatan kesehatan yang dilakukan mandiri di rumah yang terjadi akibat adanya kontaminasi darah, cairan tubuh, kotoran, atau hal infeksius lainnya (WHO, 2014; CDC, 2014; Kemenkes, 2020b; EPA, 2021). Sampah medis dapat digolongkan menjadi beberapa jenis, yaitu; sampah infeksius, sampah patologis, sampah tajam, sampah kimia, sampah farmasi, sampah sitotoksik, sampah radioaktif dan sampah tidak berbahaya (WHO, 2018).

Cara Pengelolaan Sampah Medis di Rumah Tangga

Cara untuk pencegahan penyebaran virus dapat dilakukan dengan penanganan sampah medis rumah tangga melalui kegiatan berikut:

a. Pilah antara sampah domestik dan sampah medis.

b. Kumpulkan sampah medis infeksius berupa sampah APD yang telah digunakan oleh orang sakit dalam plastik sekali pakai dan ditutup erat.

c. Semprotkan cairan desinfektan pada bagian luar plastik (Anne Scheinberg, et al., 2020), kemudian cuci tangan setelah melakukan hal tersebut.

d. Letakan ke wadah penyimpanan sementara yang tertutup.

e. Berikan label pada sampah medis infeksius dengan tulisan “Sampah Infeksius”.

Pengelolaan sampah infeksius COVID-19 nantinya akan diangkut dengan dengan menggunakan kendaraan khusus atau kendaraan dengan sekar atau pemisah; diangkut dengan kendaraan khusus oleh petugas kebersihan pustu, puskesmas atau Rumah Sakit; diletakkan ke dalam dropbox (Kemenkes RI, 2020c).

Berikut adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pencegahan dan pengendalian infeksi (ppi) covid-19 serta pengelolaan sampah medis rumah tangga. Yang pertama adalah pengetahuan pencegahan dan pengendalian infeksi covid-19. Pengetahuan tentang covid-19 serta standard precaution atau kewaspadaan standar dapat berpengaruh terhadap praktik ppi covid-19 (notoatmodjo, 2003; notoatmodjo, 2010a; saadeh bsn et al., 2021). Tingkat pengetahuan pada individu memiliki hubungan terhadap tindakan pencegahan covid-19 dengan p-value sebesar 0,000 (< 0,05). Pengetahuan dalam diri seseorang dapat membuat ia dapat menentukan mana yang baik dan buruk termasuk perilakunya dalam penerapan ppi covid-19 (akbar, hardy, maharani, 2020). Yang kedua sikap terhadap pencegahan dan pengendalian infeksi covid-19. Sikap masyarakat dalam ppi covid-19 termasuk sikap terhadap keberhasilan dalam pengendalian covid-19, kepercayaan diri bahwa masyarakat tersebut dapat menang melawan pandemi covid-19, perasaan takut jika diri sendiri atau keluarga terinfeksi, perasaan takut dihakimi oleh masyarakat sekitar jika positif covid-19 (bates et al., 2020; notoatmodjo, 2003;

saadeh bsn et al., 2021). Yang ketiga jenis kelamin. Laki-laki cenderung melakukan perilaku yang berisiko lebih tinggi tertular covid-19, dimana pada studi yang dilakukan di AS didapatkan lebih sedikit laki-laki yang menghindari pertemuan publik dan menghindari kontak fisik dengan orang lain dibandingkan dengan perempuan. Perempuan juga lebih percaya bahwa konsekuensi akibat pandemi

(4)

covid-19 ini serius, dan perempuan juga lebih mendukung langkah-langka pembatasan demi mengurangi transmisi virus covid-19 (galasso et al., 2021). Yang keempat adalah pendidikan. Pada tingkat pendidikan, terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat pendidikan pascasarjana atau sarjana dengan tingkat pendidikan sekolah menengah atau sekolah menengah ke bawah terhadap pengetahuan dan sikap masyarakat terkait covid-19. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi tidak menjamin sikap optimisme keberhasilan melawan covid-19, justru orang dengan pengetahuan covid-19 lebih tinggi cenderung tidak percaya pada kesuksesan melawan pandemi covid-19 (bates et al., 2020;

zhong et al., 2020).

Yang kelima adalah pekerjaan. Pekerjaan adalah seseorang yang melakukan kegiatan atau aktivitas fisik maupun mental untuk menghasilkan sesuatu yang bernilai dan bermanfaat baik untuk dirinya sendiri maupun orang lain. Masa kerja dari seseorang dalam perjalanan hidupnya jika makin lama maka akan semakin banyak pengalaman yang dimiliki. Adapun pekerjaan diantaranya seperti buruh, pegawai, layanan jasa, sektor pendidikan, sektor kesehatan, ibu rumah tangga, dan tidak bekerja (Bates et al., 2020; Rini, 2001). Yang keenam adalah pendapatan. Pendapatan merupakan suatu hasil yang diterima oleh seseorang atau rumah tangga dari berusaha atau bekerja. Pendapatan dapat dilihat dari berbagai konteks, misalkan pendapatan keluarga, pendapatan masyarakat, pendapatan perkapita, dan pendapatan Negara. Pada penelitian sebelumnya, masyarakat dengan pendapatan lebih dari upah minimum yaitu 1,8 juta/bulan lebih berpeluang memiliki perilaku mencuci tangan yang baik sebesar 5,55 kali lebih besar dibandingkan dengan masyarakat dengan pendapatan dibawah upah minimum (Azmiardi et al., 2021).

Yang ketuju adalah ketersediaan informasi PPI. Dalam masa COVID-19, informasi dibutuhkan untuk dapat menambah pengetahuan masyarakat sehingga dapat mencegah penularan COVID-19 seperti media elektronik, media cetak, dan informasi secara langsung seperti penyuluhan. Sebagian besar sumber utama terkait pencegahan COVID-19 yaitu menggunakan media elektronik. Namun, informasi yang diperoleh harus akurat dan akses yang mudah dalam mendapatkan informasi. Jika terdapat kesalahan informasi akan menimbulkan persepsi yang salah. Hal itu dapat mempengaruhi sikap kepatuhan yang rendah terhadap tingkat pencegahan pengendalian penyakit. (Didar-Ul Islam et al., 2021; Palomba et al., 2020).

Yang kedelapan adalah ketersediaan fasilitas kebersihan pendukung PPI. Keberadaan fasilitas cuci tangan, air bersih, alkohol handrub, ataupun disinfektan menjadi penting dalam penerapan hand hygiene dan sanitasi lingkungan. Dropbox atau depo khusus merupakan tempat penampungan sementara bagi warga untuk mengumpulkan sampah medis COVID-19 sebelum nantinya dibawa oleh petugas kebersihan untuk tempat pengumpulan dan pengelolaan limbah B3 (Kemenkes, 2020a). Penelitian membuktikan bahwa ketersediaan fasilitas kebersihan berhubungan terhadap perilaku pencegahan infeksi COVID-19 pada pekerja di Puskesmas di zona merah (Pasaribu, 2021). Dan yang terakhir adalah peran pemerintah dalam kebijakan PPI COVID-19. Pemerintah berperan untuk menyusun pedoman dalam upaya PPI COVID-19 untuk memberikan panduan bagi petugas kesehatan agar tetap sehat, aman, dan produktif, dan seluruh penduduk Indonesia mendapatkan pelayanan yang sesuai standar. Sehingga Menteri Kesehatan telah mengeluarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/MENKES/413/2020 tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease 2019 (Keputusan Menteri Kesehatan RI, 2020).

Faktor-faktor yang dijelaskan di atas sejalan dengan teori Lawrence Green karena peneliti ingin melihat faktor perilaku masyarakat dalam pengendalian penyakit infeksi dan penanganan sampah medis rumah tangga selama masa pandemi COVID-19 di Kecamatan Cipayung Kota Depok. Terdapat dua faktor pokok yang mempengaruhi masalah kesehatan, yaitu faktor perilaku dan faktor di luar perilaku (Lawrence Green, 1980). Sementara faktor perilaku (behavior causes) dipengaruhi oleh tiga faktor yakni faktor predisposisi (predisposing factors). Dalam penelitian ini faktor predisposisi yang digunakan adalah pengetahuan, sikap, pendidikan, pekerjaan dan pendapatan masyarakat. Kemudian faktor pemungkin (enabling factors). Dalam penelitian ini berupa ketersediaan informasi tentang pengelolaan sampah medis dan fasilitas pengelolaan sampah medis. Dan yang terakhir adalah faktor penguat (reinforcing factors). Dalam penelitian ini faktor penguat adalah sikap dan perilaku petugas kesehatan dan perangkat desa.

(5)

2. METODE

Penelitian ini menggunakan desain studi observasional analitik dengan pendekatan cross sectional atau studi potong lintang. Unit analisis dalam penelitian ini adalah rumah tangga. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh rumah tangga di wilayah kerja Puskesmas Cipayung Kota Depok (Kelurahan Cipayung, Kelurahan Cipayung Jaya, dan Kelurahan Bojong Pondok Terong) yang berjumlah 24.202 rumah tangga. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian rumah tangga di wilayah kerja Puskesmas Cipayung Kota Depok. Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik accidental sampling. Besar sampel pada penelitian ini dihitung dengan menggunakan menggunakan Uji Estimasi sehingga didapatkan nilai besar sampel sejumlah 378 rumah tangga. Namun, karena kondisi pandemi maka sampel yang diperoleh dalam penelitian ini sebesar 97 rumah tangga.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Sosiodemografi Tabel 1. Karakteristik Sosiodemografi

Variabel N (N=97) Frekuensi (%) Jenis Kelamin

Laki-Laki Perempuan

7 90

7,2 92,8 Pendidikan

Rendah (TS, SD, SMP) Tinggi

22 75

22,7 77,3 Pekerjaan

Bekerja Tidak Bekerja

14 83

14,5 85,5 Pendapatan

Tinggi (> Rp2.500.000) Rendah (≤

Rp2.500.000)

19 78

19,6 80,4

Sebagian besar responden adalah berjenis kelamin perempuan dengan tingkat pendidikan yang tinggi (SMA atau sarjana ke atas). Hampir sebagian besar responden tidak bekerja dengan pendapatan yang didominasi oleh pendapatan tingkat rendah (tabel 1).

Tabel 2. Distribusi Responden berdasarkan Pengetahuan, Sikap, Perilaku, Sumber Informasi, Fasilitas Kebersihan, dan Peran Pemerintah terhadap PPI COVID-19

Variabel N (N=97) %

Variabel Dependen

(6)

Perilaku rumah tangga yang baik dalam menerapkan PPI COVID-19

33 34

Variabel Independen Faktor Predisposisi

Pengetahuan rumah tangga dalam pengelolaan PPI

Sikap positif rumah tangga dalam pengelolaan PPI

7

43

7,2

44,3

Faktor Reinforcing

Peran pemerintah dalam menyediakan informasi PPI

50 51,5

Faktor Enabling Sumber informasi

Fasilitas kebersihan yang memadai 41 42,3

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada 97 masyarakat kelurahan Cipayung, Cipayung Jaya, dan Bojong Pondok Terong, Depok, didapatkan hasil untuk faktor predisposisi didapatkan hanya sebagian kecil rumah tangga yang memiliki pengetahuan baik dalam pengelolaan PPI Covid-19 (7,2%) seperti bagaimana mencegah penularan COVID-19, cara mencuci tangan, menerapkan respiratory hygiene, memakai masker, menerapkan physical distancing, bagaimana melakukan isolasi mandiri, menggunakan alat makan terpisah, mencuci sprei dan pakaian serta masker kain, desinfeksi, membatasi gerak dan ruangan, menyediakan ruangan berventilasi baik serta cara membuang sampah medis dengan benar.

Untuk variabel sikap (tabel 2) didapatkan baru sebagian kecil (44,3%) yang memiliki sikap positif dari rumah tangga mengenai pencegahan dan pengendalian infeksi COVID-19 yang termasuk bagaimana cara menghindari penularan COVID-19, menggunakan masker, etika batuk dan bersin, menjaga jarak, mencuci tangan, isolasi mandiri, membuang sampah medis.

Sedangkan untuk faktor reinforcing, yaitu variabel peran pemerintah (tabel 2), sebagian besar rumah tangga (51,5%) menyatakan sudah merasakan peran yang baik dari pemerintah, yang termasuk didalamnya menyediakan dan mensosialisasikan pedoman atau panduan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi COVID-19 di masyarakat serta peran petugas kesehatan dalam memberikan sosialisasi tentang PPI COVID-19.

Untuk faktor enabling, sebagian kecil rumah tangga yang memiliki fasilitas kebersihan yang memadai (42,3%) seperti telah memiliki fasilitas kebersihan yang baik yang mencakup sabun cuci tangan, hand sanitizer, air mengalir, tempat sampah atau dropbox/depo tempat pengumpulan sampah infeksius COVID-19, serta masker dan atau sarung tangan.

Tabel 3. Hubungan Faktor Predisposing, Enabling, Reinforcing terhadap Perilaku PPI Covid-19 di Rumah Tangga Kecamatan Cipayung Tahun 2021

(7)

Variabel Perilaku Responden

Total

%

Nilai P OR

CI 95%

Buruk Baik Lower Upper

n=64 % n=33 % A. Faktor Predisposing

Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan

6 58

85,7 64,4

1 32

14,3 35,6

100 100

0,253 3,310 0,382 28,720

Pekerjaan Bekerja Tidak Bekerja

9 55

64,3 66,3

5 28

35,7 33,7

100 100

0,885 1,091 0,334 3,566

Tingkat Pendidikan Rendah

Tinggi

16 48

72,7 64,0

6 27

27,3 36,0

100 100

0,447 1,5 0,525 4,287

Pengetahuan Buruk

Baik

58 6

64,4 85,7

32 1

35,6 14,3

100 100

0,253 0,302 0,035 2,621

Pendapatan Rendah Tinggi

51 13

65,4 68,4

27 6

34,6 31,6

100 100

0802 0,872 0,298 2,552

Sikap Negatif Positif

42 22

77,8 51,2

12 21

22,2 48,8

100 100

0,006 3,341 1,390 8,030

B. Faktor Enabling Ketersediaan

Informasi PPI Covid-19 Tidak Ada Ada

2 62

100 65,2

0 33

0 34,8

100 100

0,305 - 1,323 1,774

(8)

Ketersediaan

Fasilitas Kebersihan Tidak Memadai Ada

38 26

67,9 63,4

18 15

32,1 36,6

100 100

0,648 1,218 0,522 2,843

C. Faktor Reinforcing Peran Pemerintah

Buruk Baik

36 28

76,6 56

11 22

23,4 44

100 100

0,032 2,571 1,071 6,176

Berdasarkan tabel 3, variabel dalam faktor predisposing yang berpengaruh signifikan terhadap perilaku PPI COVID-19 adalah sikap responden dengan p-value 0,006 (p-value < 0,05), dapat dikatakan sikap positif memiliki peluang lebih besar 3,341 kali untuk melakukan perilaku PPI COVID-19.

Sedangkan variabel dalam faktor reinforcing yang berpengaruh signifikan terhadap perilaku PPI COVID-19 adalah peran pemerintah dengan p-value 0,032 (p-value < 0,05), dapat dikatakan bahwa peran pemerintah positif memiliki peluang lebih besar 2,57 untuk melakukan perilaku PPI COVID-19.

Tabel 4. Analisis Perbandingan Sebelum dan Sesudah Intervensi

N Mean SD Min-Max P-Value Sebelum

Intervensi

31 9,39 0,803 8-10 0,44

Setelah Intervensi 31 9,52 0,724 8-10

Intervensi yang dilakukan adalah sosialisasi melalui zoom meeting serta pemberian booklet atau buku saku berisi tentang pedoman pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI) COVID-19 pada para kader Puskesmas Cipayung. Keberhasilan intervensi diukur dengan pemberian pre-test dan post-test berisi sepuluh soal terkait PPI COVID-19. Rata-rata skor sebelum dan sesudah intervensi adalah 9,39 dan 9,52. Setelah dilakukan uji paired t-test, diperoleh nilai p-value sebesar 0,44 (p-value > 0,5) yang berarti tidak ada perbedaan signifikan rata-rata skor sebelum dan sesudah intervensi.

Berdasarkan hasil uji statistik, ada hubungan antara sikap responden terhadap perilaku PPI (tabel 3). Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan di Lampung Selatan dimana terdapat hubungan antara sikap dengan perilaku pencegahan COVID-19, yang dapat dilihat masyarakat dengan sikap yang lebih positif lebih banyak melakukan perilaku pencegahan penularan COVID-19 yang lebih baik (77,6%) dibandingkan dengan masyarakat dengan sikap negatif (33,9%) (Suharmanto, 2020).

Penelitian serupa di Kabupaten Sukoharjo didapatkan bahwa masyarakat dengan sikap yang positif memiliki peluang lebih besar untuk melakukan pencegahan selama masa pandemi COVID-19 sebesar 8,99 kali dibandingkan masyarakat dengan sikap negatif (Azmiardi et al., 2021). Berdasarkan tabel 3 di atas faktor reinforcing yang berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku PPI COVID-19 adalah peran pemerintah. Hal ini sejalan dengan penelitian yang menyebutkan bahwa dengan dengan adanya peran pemerintah berupa pembuatan pedoman Pengendalian Pencegahan Infeksi COVID-19 berpengaruh pada tingkat pengetahuan dan sikap masyarakat yang relatif lebih baik sehingga pencegahan penyebaran COVID-19 dapat berjalan lebih efektif (Asemahagn, 2020). Pada faktor

(9)

enabling tidak ada hubungan yang signifikan baik ketersediaan informasi PPI COVID-19 maupun ketersediaan fasilitas kebersihan dengan p-value > 0,05.

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, seperti jumlah sampel yang tidak adekuat, terdapat potensi bias karena menggunakan form secara online, serta sifat alami dari penelitian cross- sectional yang hanya mengukur pada satu waktu sehingga tidak dapat menentukan apakah paparan mendahului outcome atau sebaliknya. Begitu pula intervensi yang dilakukan juga memiliki beberapa keterbatasan, seperti kurangnya tingkat antusiasme dan partisipasi kader dalam mengikuti sosialisasi serta penggunaan media zoom meeting sehingga ada kemungkinan gangguan sinyal.

4. SIMPULAN

Sikap rumah tangga serta peran pemerintah dalam menyediakan pedoman PPI serta sosialisasi PPI berpengaruh terhadap perilaku rumah tangga dalam menerapkan PPI COVID-19. Responden dengan sikap yang positif cenderung mengembangkan perilaku PPI COVID-19 yang baik. Oleh karena itu, diperlukan intervensi yang lebih komprehensif seperti adanya sosialisasi dan edukasi PPI COVID- 19 oleh tenaga kesehatan.

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi puskesmas atau peneliti selanjutnya untuk dapat melakukan program PPI COVID-19 lebih baik lagi dan menjadi perhatian bagi pemerintah untuk berperan dalam mensosialisasikan PPI COVID-19 serta penyediaan fasilitas wadah/tong sampah medis.

DAFTAR PUSTAKA

Anne Scheinberg, Anne Woolridge, Nicolaz Humez, Antonis Mavropoulos, arlos Silva Filho, Atilio Savino,, & Aditi Ramola. (2020). Waste Management During the COVID-19 Pandemic.

Rotterdam: International Solid Waste Association (ISWA).

Azmiardi, A., Haryanti, T., & April, D. (2021). HIGEIA JOURNAL OF PUBLIC HEALTH Perilaku Mencuci Tangan Selama Pandemi COVID-19. 5(1), 245–258.

Bates, B. R., Moncayo, A. L., Costales, J. A., Herrera-Cespedes, C. A., & Grijalva, M. J. (2020).

Knowledge, Attitudes, and Practices Towards COVID-19 Among Ecuadorians During the Outbreak: An Online Cross-Sectional Survey. Journal of Community Health, 45, 1158–1167.

https://doi.org/10.1007/s10900-020-00916-7

CDC (2014) Regulated Medical Waste. Available at: https://www.cdc.gov/niosh/docs/2004- 101/chklists/r1n79m~1.htm (Accessed: 5 August 2021).

CDC. (2021a). COVID-19 Overview and Infection Prevention and Control Priorities in non-US Healthcare Settings | CDC. https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/hcp/non-us- settings/overview/index.html

CDC. (2021b). COVID19 - Caring for someone at home . Center for Disease Control and Prevention.

https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/if-you-are-sick/care-for-someone.html

Didar-Ul Islam, S. M., Kumar Mondal, P., Ojong, N., Bodrud-Doza, M., Abu Bakar Siddique, M., Hossain, M., & Mamun, M. A. (2021). Water, sanitation, hygiene and waste disposal practices as COVID-19 response strategy: insights from Bangladesh. Environment, Development and Sustainability, 23, 11953–11974. https://doi.org/10.1007/s10668-020-01151-9

EPA (2021) Medical Waste, (United State Environmental Protection Agency). Available at:

https://www.epa.gov/rcra/medical-waste (Accessed: 5 August 2021).

Galasso, V., Pons, V., Profeta, P., Becher, M., Brouard, S., & Foucault, M. (2021). Gender differences in COVID-19 attitudes and behavior: Panel evidence from eight countries. PNAS, 117(44).

https://doi.org/10.1073/pnas.2012520117/-/DCSupplemental

(10)

Green, Lawrence & Kreuter, Mw. (1980). Health Promotion Planning: An Educational and Environmental Approach.

Kementerian Kesehatan RI. (2017). PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENCEGAHAN DAN

PENGENDALIAN INFEKSI DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN.

http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_No._27_ttg_Pedoman_Pencegahan_dan _Pengendalian_Infeksi_di_FASYANKES_.pdf

Kemenkes RI. (2020a). Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease (COVID-19).

Kementerian Kesehatan RI, 117. https://infeksiemerging.kemkes.go.id/download/REV- 05_Pedoman_P2_COVID-19_13_Juli_2020_1.pdf

Kemenkes RI. (2020b) Permenkes No. 18 Tahun 2020 tentang Pengelolaan Limbah Medis Fasilitas

Pelayanan Kesehatan Berbasis Wilayah. Available at:

https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/152561/permenkes-no-18-tahun-2020 (Accessed: 5 August 2021).

Kemenkes RI. (2020c). PEDOMAN PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT RUJUKAN, RUMAH SAKIT DARURAT DAN PUSKESMAS YANG MENANGANI PASIEN COVID-19.

https://kesmas.kemkes.go.id/assets/upload/dir_519d41d8cd98f00/files/Pedoman-Pengelolaan- Limbah-Fasyankes-COVID-19_1571.pdf

Keputusan Menteri Kesehatan RI. (2020). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/MenKes/413/2020 Tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus Disease 2019 (Covid-19). MenKes/413/2020, 2019, 207.

Kemenkes RI (2021) ‘Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor Hk.01.07/Menkes/4641/2021 Tentang Panduan Pelaksanaan Pemeriksaan, Pelacakan, Karantina, Dan Isolasi Dalam Rangka Percepatan Pencegahan Dan Pengendalian Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) Dengan’, KMK/ Nomor HK ,01,07/MENKES/4641/2021, 169(4), pp. 308–311.

Notoatmodjo, S. (2003). Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan. Yogyakarta:

Andi Offset.

Notoatmodjo, S. (2010a). Promosi Kesehatan: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. (2010b). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Palomba, A., Mamun, M. A., Didar-Ul Islam, S. M., Binte Safiq, M., & Bodrud-Doza, M. (2020).

Perception and Attitudes Toward PPE-Related Waste Disposal Amid COVID-19 in Bangladesh:

An Exploratory Study. Frontiers in Public Health | Www.Frontiersin.Org, 8(592345), 1–6.

https://doi.org/10.3389/fpubh.2020.592345

Pasaribu, Helena K. F. (2021). Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Mengenai Covid-19 Dengan Perilaku Pencegahan Infeksi Saat Bekerja Pada Tenaga Kesehatan Dan Non-kesehatan Di Puskesmas Di Zona Merah Di Kota Medan Dan Kota Batam Selama Pandemi Covid-19. Medan:

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Puskesmas Cipayung Depok. (2021). Kecamatan Cipayung dalam angka 2020.

Rini, S. (2001). Hubungan antara dukungan sosial dengan penyesuaian diri pada masa pensiun. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada.

Saadeh BSN, D., Sacre PharmD, H., Hallit PharmD, S., Farah PharmD, R., Salameh PharmD, P., Saadeh, D., & Hallit, S. (2021). Knowledge, attitudes, and practices toward the coronavirus disease 2019 (COVID-19) among nurses in Lebanon. Perspective in Psychiatric Care, 57(3), 1212–1221.

https://doi.org/10.1111/ppc.12676

Unicef.org. (2020). Ayo Kita Kelola Limbah Infeksius COVID-19 di Rumah Tangga dengan Aman.

[online] Available at:

(11)

<https://www.unicef.org/indonesia/media/7446/file/Infographic%20on%20infectious%20waste%

20management%20(Indonesian).pdf> [Accessed 1 August 2021].

WHO. (2004). Safe health-care waste management. Available at: www.healthcarewaste.org (Accessed:

5 August 2021).

WHO. (2014). Definition and characterization of health-care waste, Safe management of wastes from

health-care activities. Available at:

http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/42175/1/9241545259.pdf.

WHO. (2018). Types of Waste. Available at: https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/health- care-waste (Accessed 4 August 2021).

WHO. (2020). Coronavirus disease (COVID-19): How is it transmitted? https://www.who.int/news- room/q-a-detail/coronavirus-disease-COVID-19-how-is-it-

transmitted#:~:text=Current%20evidence%20suggests%20that%20the,eyes%2C%20nose%2C%2 0or%20mouth

WHO. (2021a). COVID-19 Weekly Epidemiological Update Edition 51. World Health Organization, 1–3. https://www.who.int/docs/default-source/coronaviruse/situation- reports/weekly_epidemiology

WHO. (2021b). Infection prevention and control GLOBAL. https://www.who.int/health- topics/infection-prevention-and-control#tab=tab_1

WHO. (2021c). Considerations for quarantine of contacts of COVID-19 cases. World Health Organisation, 7. https://www.who.int/publications/i/item/considerations-for-quarantine-of- individuals-in-the-context-of-containment-for-coronavirus-disease-(COVID-19)

Zhong, B.-L., Luo, W., Li, H.-M., Zhang, Q.-Q., Liu, X.-G., Li, W.-T., Li, Y., Yi Li, or, & Rd, G. (2020).

Knowledge, attitudes, and practices towards COVID-19 among Chinese residents during the rapid rise period of the COVID-19 outbreak: a quick online cross-sectional survey. International Journal of Biological Sciences, 16(10), 1745–1752. https://doi.org/10.7150/ijbs.45221

Referensi

Dokumen terkait

Limbah rumah tangga merupakan hasil dari kegiatan ekonomi yang memberikan dampak eksternalitas positif dan negatif terhadap kehidupan manusia limbah rumah tangga