Latar Belakang:
Di dalam judul the “impact of okra on diabetics in the agromedical society” saya focus pada kota jember yang dimana kota jember merupakan kota agroindustry yang memiliki keragaman penduduk dan hasil pertanian salah satunya adalah tanaman okra. Hasil produksi tanaman okra di Jember terkenal tinggi, sedangkan produksi tanaman okra yang tinggi justru diekspor ke macam negara seperti Jepan dan Thailand. Padahal masyarakat Jember sendiri bisa mengonsumsi okra tersebut untuk menurunkan kadar gula darah dalam pengobatan pada penderita penyakit diabetes.
Metode :
Metode yang penulis gunakan adalah metode literature review. Tinjauan Pustaka berisi ulasan, rangkuman, dan juga pemikiran penulis tentang sumber pustaka tentang topik yang dibahas..
Tujuan :
Untuk mengurangi penderita penyakit diabetes pada masyarakat Jember dengan mengonsumsi okra.
Teori :
Okra (Abelmoschus esculentus L) merupakan obat tahunan kaya akan flavonoid, polisakarida dan serat yang berguna menurunkan kadar gula darah dalam pengobatan diabetes.
Diskusi :
Kota Jember sebagai kota agroindustry yang dimana banyak penduduknya bermata pencaharian sebagai petani yang mempunyai aktivitas fisik yang tinggi seharusnya mempunyai risiko rendah untuk menderita Diabetes Mellitus dibandingkan dengan jenis pekerjaan lain yang memiliki aktivitas ringan. Tetapi ditemukan beberapa factor yang menyebabkan penyakit diabetes diantaranya, keadaan sosial ekonomi yang rendah pada petani yang dapat berdampak pada rendahnya daya beli mereka terhadap makanan yang bergizi seimbang sehingga dapat berdampak pula pada asupan zat gizi saat kehamilan yang akan berpengaruh terhadap pertumbuhan janin. Faktor lain yang dapat berisiko menyebabkan diabetes antara lain genetik, umur, jenis kelamin, obesitas, resistensi insulin, aktivitas fisik, gaya hidup, tingkat pengetahuan yang rendah, kebiasaan merokok, dan kesadaran untuk melakukan deteksi dini penyakit diabetes yang kurang
Okra (Abelmoschus esculentus (L.) Moench) merupakan salah satu spesies famili malvaceae yang paling banyak dikenal dan dimanfaatkan. Okra secara tradisional digunakan tidak hanya sebagai sayuran tetapi juga digunakan untuk terapi herbal. Dalam pengobatan tradisional di India, tanaman okra biasanya digunakan dalam bentuk infus. Di Indonesia, penggunaan okra secara empiris adalah dengan memotong
buah menjadi potongan-potongan sepanjang kurang lebih 3 cm. Kemudian okra direbus tanpa dikupas kulitnya dalam dua gelas air hingga mendidih dan air rebusannya kemudian diminum.
Tanaman okra yang banyak ditemukan di jember ternyata memiliki banyak kandungan yang tentunya setiap kandungan tersebut memiliki manfaat dan khasiat masing-masing. Kandungan yang terdapat pada okra antara lain, flavonoid, polisakarida dan serat.
Flavonoid berperan sebagai antihiperglikemik karena aktivitas penghambatan antioksidan dan aldosa reduktase. Quercetin (bagian dari senyawa flavonoid), yang berperan sebagai transporter radikal dan menghambat radikal bebas yang dapat merusak sel beta pancreas. Dimana pancreas salah satu organ yang memproduksi insulin, dan memainkan peran utama dalam mengatur kadar glukosa darah. Quercetin juga dapat menghambat penyerapan glukosa di dalam usus dan melindungi pulau pancreas dari kerusakan.
Flavonoid juga berperan sebagai agen antidiabetes dengan menekan kadar glukosa, dengan mengurangi kolestrol plasma dan trigliserida secara signifkan, dan dengan meningkatkan aktivitas glucokinase hepatic dengan meningkatkan pelepasan insulin dari pulau Langerhans pancreas.
Okra memiliki kandungan serat yang tinggi, yang membantu menstabilkan gula darah dengan mengatur laju penyerapan gula dari saluran usus. Karena serat tersebut dan nutrisi lainnya, okra memiliki aktivitas dalam meminimalkan kadar gula darah pada penderita diabetes. Serat ini juga membantu menjaga kadar gula darah hanya dengan memperlambat penyerapan gula melalui usus.
Buah okra juga menunjukkan aktivitas dalam mencegah penyakit ginjal. Dalam studi tersebut, orang yang mengonsumsi okra setiap hari secara signifikan mengurangi indikasi klinis kerusakan ginjal. Kerusakan ginjal sering dikaitkan dengan diabetes, karena hampir 50% kasus penyakit ginjal disebabkan oleh diabetes.
Polisakarida yang terkandung dalam okra dapat meningkatkan kadar insulin dan akumulasi glikogen hati, dan menurunkan kadar gula darah. Polisakarida memiliki komposisi terutama rhamnose, mannose, dan glukosa. Hal ini dapat menghambat penyerapan glukosa pada tubuh manusia.
Ada juga kandungan triterpenoid yang berperan dalam menurunkan kadar gula darah dengan cara menghambat enzim aldosa reduktase.
Untuk menjaga semua nilai nutrisi yang sudah disebutkan di atas, maka okra tidak dianjurkan untuk dimasak. Setelah dipetik, okra dapat disimpan dalam lemari es dalam keadaan tidak dicuci terlebih dahulu dan baru bisa dikonsumsi dalam waktu tiga hari.
Kesimpulan :
Pola hidup sehat yang tergolong masih kurang bagi masyarakat agroindustry jember sehingga dapat menyebabkan penyakit diabetes bisa diatasi salah satunya dengan mengonsumsi okra.
Referensi :
Gita Kusnadi, dkk. 2017. Faktor Risiko Diabetes Melitus pada Petani dan Buruh. Semarang: Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.
W.Aligita, dkk. 2019. Antidiabetic Activity of Okra (Abelmoschus esculentus L.) Fruit Extract. Bandung;
Fakultas Farmasi Institut Teknologi Bandung.
KAV Sumudunie, dkk. 2019. Okra (Abelmoschus esculentus) a Possible Intervention for Diabetes.
Faculty of Graduate Studies, University of Sri Jayewardenepura, Nugegoda, Sri Lanka 2, 3 Faculty of Allied Health Sciences, University of Sri Jayewardenepura, Nugegoda, Sri Lanka 4 Industrial Technology Institute, Colombo, Sri Lanka
Hurin’in Aisy B. 2017. Pengaruh Pemberian Rendaman Okra (Abelmoschus Esculentus) terhadap Regulasi Kadar Glukosa Darah pada Pasien Diabetes Mellitus. Surabaya: Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga.
Satria Eureka Nurseskasatmata, dkk. 2021. THE EFFECTOFOKRA DECOCTION ON BLOOD SUGAR AND BODY WEIGHT IN DIABETIC CLIENTS. Faculty of Nursing, University of Jember