• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendekatan Kesehatan Masyarakat pada Kelainan Refraksi

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Pendekatan Kesehatan Masyarakat pada Kelainan Refraksi"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Kelainan Refraksi

UNIT OFTALMOLOGI KOMUNITAS 2022

AFDAL RIZA

ALDIANA HALIM, dr.,

SpM(K)., MSc

(2)

Daftar Isi

Pendahuluan:………3

Berapa besar masalah yang kita hadapi?

………..4

Rekomendasi World Report on Vision 2020 ……….……...5

Pengembangan Sumber Daya Manusia...6

Pendekatan Tim Pada Pelayanan Kelainan Refraksi ...…….6

Pendekatan Tim pada Tingkat Komunitas...7

Pendekatan Tim pada Fasilitas Kesehatan Layanan Primer...7

Pendekatan Tim pada Fasilitas Kesehatan Layanan Sekunder...7

Pendekatan Tim pada Fasilitas Kesehatan Layanan Tersier...7

Pengembangan Pelayanan Refraksi...9

Kewirawastaan Sosial...9

Simpulan………...10

Daftar Pustaka……….11

(3)

P E N D A H U L U A N:

Kelainan Refraksi adalah bentuk paling umum dari kelainan mata yang mengakibatkan gangguan penglihatan dan memiliki implikasi sosial dan ekonomi yang parah jika tidak dikoreksi.(1).Kelainan refraksi disebabkan karena bentuk atau panjang bola mata yang tidak normal, cahaya tidak fokus pada retina sehingga penglihatan menjadi kabur.

Ada beberapa jenis kelainan refraksi seperti Miopia yaitu kesulitan melihat objek yang jauh. Hipermetropia yaitu kesulitan melihat objek yang dekat. Presbiopia yaitu kesulitan melihat objek pada jarak dekat seiring bertambahnya usia (yaitu setelah usia 40 tahun). Astigmatisme yaitu distorsi penglihatan yang dihasilkan dari kelengkungan kornea yang tidak teratur2

(4)

Pada penglihatan binokular kurang dari 6/18 untuk orang dewasa pada jarak jauh atau dekat dan 6/12 untuk anak-anak harus dianggap sebagai prioritas kesehatan masyarakat, bahwa: koreksi kelainan refraksi miopia lebih besar dari -0,50D, hyperopia lebih dari 2,00D, dan astigmatisme lebih dari 0,75D, dan presbiopia ringan berpotensi manfaat bagi individu dan masyarakat.3

Kelainan refraksi yang tidak terkoreksi adalah

masalah kesehatan

masyarakat yang luas dan kurang diperhatikan akan tetapi secara signifikan mengurangi kualitas hidup dan produktivitas. Secara global setidaknya 2,2 miliar orang memiliki gangguan penglihatan, diantaranya terdapat 1 miliar yang memiliki gangguan penglihatan yang bisa dicegah atau belum ditangani.(2)

90% orang dengan kelainan refraksi yang tidak dikoreksi, di seluruh dunia, tinggal di pedesaan dan negara-negara berpenghasilan rendah.

(6)

Kelainan refraksi hanya dapat didiagnosis, diukur, dan dikoreksi dengan bantuan pendekatan koreksi optik dan perangkat seperti kacamata dan lensa kontak atau dengan prosedur bedah refraktif.(4) Meskipun demikian, diperkirakan 670 juta orangdi seluruh dunia tidak memiliki kacamata atau tidak memiliki koreksi yang memadai; 517 juta memiliki gangguan penglihatan dekat dan 153 juta memiliki gangguan penglihatan jarak jauh.(5,6) Dari 517 juta orang tanpa kacamata untuk koreksi penglihatan dekat, 410 juta dicegah dengan tidak melakukan tugas dan aktivitas jarak baca dekat.(6)

Seberapa besar masalah yang kita

hadapi?

(5)

Inisiatif global untuk menghilangkan kebutaan yang dapat dihindari pada World Report on Vision 2020 (WRV) telah mencantumkan kelainan refraksi sebagai salah satu dari lima penyakit mata sebagai prioritasnya, setelah studi epidemiologis yang telah menyoroti perkiraan peningkatan prevalensi kelainan refraksi. Pada WRV dikemukakan kelainan refraksi seperti presbiopia, hipermetropia, dan astigmatisme tidak dapat dicegah. Dalam penjelasan lebih lanjut pada kasus miopia, meningkatkan waktu aktivitas di luar ruangan dan mengurangi aktivitas melihat dekat mungkin dapat menunda timbul dan berkembangnya miopia, dan dapat mengurangi risiko miopia tinggi dan komplikasi. Terdapat juga terapi optik, farmakologis, intervensi perilaku dan bedah untuk menunda timbulnya atau memperlambat perkembangan miopia ke bentuk yang lebih lanjut dan komplikasi, namun penelitian lebih lanjut diperlukan.2

Strategi global untuk penanggulangan gangguan penglihatan saat ini mengacu kepada WRV. WRV merekomendasikan negara-negara didunia untuk menjalankan Integrated People-Centred Eye Care (IPCEC) atau perawatan mata terpusat yang terintegrasi memberikan rangkaian intervensi kesehatan yang menangani seluruh spektrum kondisi mata, sesuai dengan kebutuhan pasien. Berdasarkan rekomendasi tersebut kelainan refraksi yang tidak terkoreksi membutuhkan perhatian khusus. Untuk mengatasi hal tersebut, sangat penting untuk fokus pada tiga pilar inti untuk mengatasi tantangan yang ditimbulkan oleh kelainan refraksi yang tidak terkoreksi yaitu berhubungan dengan pengembangan sumber daya manusia, pengembangan pelayanan refraksi dan kewiraswastaan sosial.2

Rekomendasi

WoRld RepoRt

on Vision 2020

(6)

pendekatan tim pada pelayanan kelainan RefRaksi

Pada pengembangan sumber daya manusia terdapat pendekatan tim dalam meyediakan layanan kesehatan pada kelainan refraksi, untuk menciptakan lingkungan kolaboratif yang menguntungkan bagi pasien.8

(Pengelolaan Penyakit Lanjutan, Rehabilitasi dan pembedahan) Dokter mata, Ahli kacamata , ahli ortoptis

dan/atau spesialis rehabilitasi penglihatan, dll.

(Diagnosa dan Pengelolaan)

Ahli kacamata, petugas klinis oftalmik dan/atau dokter mata

(Skrining penglihatan) Petugas kesehatan primer

dan/atau perawat mata (Kesadaran

masyarakat

dan penemuan kasus) oleh tenaga kesehatan masyarakat

p

engembangan sumbeR daya manusia

Pengembangan sumber daya manusia tetap menjadi tantangan utama bagi keberhasilan perluasan layanan kelainan refraksi. Sangat penting untuk mengembangkan dan memperkuat pelayanan refraksi di komunitas, fasilitas layanan tingkat primer, fasilitas layanan tingkat menengah, dan fasilitas layanan tingkat tersier. 7

Skema Bagaimana

Tim Kelainan

refraksi dapat bekerja

sama8

(7)

Pada skema pendekatan tim, personel di tingkat komunitas seperti petugas kesehatan komunitas dapat melakukan kegiatan promosi dan skrining kesehatan untuk mendorong individu melakukan pemeriksaan mata untuk kelainan refraksi. Ini juga akan mendeteksi mereka yang perlu dirujuk.7,8

Di tingkat layanan kesehatan primer (klinik mata), personel seperti perawat dapat menyaring dan memisahkan pasien refraksi dari pasien non-refraksi (pemeriksaan pin hole sangat berguna dalam hal ini), dan memberikan koreksi presbiopia bagi mereka yang gangguan penglihatannya tidak disebabkan oleh kelainan refraksi jarak jauh atau penyakit mata.7,8

Pada tingkat layanan kesehatan sekunder, pemeriksaan refraksi yang komprehensif harus dilakukan oleh ahli kacamata, petugas klinis mata dan personel tingkat menengah lainnya yang terlatih untuk tujuan ini. Dokter mata harus ditempatkan pada tingkat ini di mana mereka adalah personel refraksi utama.7,8

Pada tingkat layanan kesehatan tersier, pengelolaan status refraksi pasien sebelum dan sesudah operasi, pengelolaan kondisi mata seperti keratoconus, dan pemasangan lensa kontak terkait medis lainnya dapat diberikan oleh ahli kacamata dengan pengelolaan bersama dengan dokter mata. Personel ini juga akan bekerja sama dengan klinik khusus seperti layanan low vision lanjutan atau layanan rehabilitasi.7,8

(8)

Mengadopsi pendekatan tim untuk perawatan mata membantu mengoptimalkan pengalaman, pengetahuan, dan keterampilan staf. Meskipun setiap pengaturan berbeda, pendekatan tim yang memanfaatkan sumber daya manusia lokal untuk strategi kesehatan mata dan kebijakan kesehatan akan membantu membuat layanan lebih berkelanjutan dan terintergrasi sehingga semua pihak dapat terlibat dalam pengendalian penyakit kelainan refraksi.8

Pendekatan tim untuk perawatan kelainan refraksi memastikan bahwa semua petugas kesehatan mata mengidentifikasi diri mereka sebagai bagian dari tim. Peran setiap anggota tim harus didefinisikan dengan jelas sesuai kebutuhan sistem kesehatan di mana mereka bekerja, dan juga mempertahankan peran profesional utama mereka.8

(9)

p

engembangan pelayanan RefRaksi

Terdapat kebutuhan mendesak untuk mengembangkan dan menerapkan model pelayanan yang efisien, efektif dan berkelanjutan untuk koreksi gangguan penglihatan karena kelainan refraksi yang tidak terkoreksi.

Mekanisme penyampaian pelayanan kelainan refraksi yang komprehensif memerlukan personel terlatih untuk mengukur status refraksi pasien, konseling pasien pada kondisi refraksi mereka, dan memberikan kacamata. Selain itu, peralatan yang sesuai secara fungsional diperlukan untuk skrining mata dan melakukan pengukuran status refraksi.

Kurangnya layanan perawatan mata, tenaga terampil, lembaga pelatihan, dan koreksi kelainan refraksi yang terjangkau seperti kacamata di negara-negara miskin adalah alasan utama jutaan orang di seluruh dunia menderita gangguan penglihatan. Selain itu, untuk menyediakan pelayanan kesehatan dan fasilitas yang memadai masih dibatasi oleh masalah finansial, khususnya di pedesaan. Dimana pada penelitian dikemukakan mayoritas penyandang tunanetra karena kelainan refraksi tidak berobat karena hambatan pribadi, ekonomi, dan sosial. .7

k

eWiRasWataan sosial

Di banyak negara berpenghasilan tinggi, kacamata baca murah banyak tersedia dan dijual di apotek dan supermarket, tanpa resep dari dokter mata dan ahli kacamata. Hal ini sering menimbulkan kesan bahwa kelainan refraksi yang tidak dikoreksi tidak menimbulkan ancaman sosial-medis bagi masyarakat. Namun, di negara- negara berpenghasilan rendah dan menengah, di mana sebagian besar orang miskin tinggal, kacamata siap pakai tidak dapat diakses dan tidak terjangkau oleh sebagian besar orang dengan gangguan penglihatan, terutama bagi mereka yang tinggal di daerah pedesaan. Tanggung jawab sosial perusahaan dapat mendukung upaya kewirausahaan sosial dengan menyediakan produk berkualitas berbiaya rendah dimana biaya bingkai dan lensa kacamata saat ini sering kali menjadi penghalang.7

(10)

SIMPULAN

Kelainan refraksi disebabkan karena bentuk atau panjang bola mata yang tidak normal, cahaya tidak fokus pada retina sehingga penglihatan menjadi kabur.

Kelainan refraksi yang tidak terkoreksi adalah masalah kesehatan masyarakat yang luas dan kurang diperhatikan akan tetapi secara signifikan mengurangi kualitas hidup dan produktivitas. Kondisi ini membutuhkan pelayanan kesehatan mata yang terintegrasi mulai dari tingkat komunitas hingga pelayanan subspesialistik agar tercipta sistem yang dapat memfasilitasi manajemen pasien dengan kelainan refraksi. Oleh karena itu merupakan kebutuhan mendesak untuk mengembangkan dan menerapkan model pelayanan yang efisien, efektif dan berkelanjutan. Bantuan dari tanggung jawab sosial perusahaan dapat mendukung upaya kewirausahaan sosial dengan menyediakan produk berkualitas berbiaya rendah dimana biaya bingkai dan lensa kacamata saat ini sering kali menjadi penghalang.

(11)

DAFTAR PUSTAKA

1. Bourne RA, Dineen BP, Noorul Huq DM, Ali SM, Johnson GJ. Correction of refractive error in the adult population of Bangladesh: Meeting the unmet need.

Invest Ophthalmol Vis Sci 2004;45:410-7. .

2. World Health Organization. World Report on Vision. Geneva; 2019.

3. World Health Organization. Consultation on Public Health Management of Chronic Eye Diseases Report of a WHO consultation. Geneva;2011.

4. Trends in prevalence of blindness and distance and near vision impairment over 30 years: an analysis for the Global Burden of Disease Study. The Lancet Global health.

2021;9(2):e130–43.

5. Resnikoff S, Pascolini D, Mariottia SP, Pokharel GP. Global magnitude of visual impairment caused by uncorrected refractive errors in 2004. Bull World Health Organ 2008;86:63-70.

6. Holden BA, Fricke TR, Ho SM, Wong R, Schlenther G, Cronjé S, et al. Global vision impairment due to uncorrected presbyopia. Arch Ophthalmol 2008;126:1731-9.

7. Naidoo KS, Jaggernath J. Uncorrected refractive errors. Indian J Ophthalmol 2012;60:432-7.

8. NaidooKS, Govender P.A team approach to providing refractive error services.

Community Eye Health Journal. 2014. 27(86):29-30

Referensi

Dokumen terkait

Pedagogically, the study would appraise language teachers on the challenges learners face in listening comprehension and inform, impact, influence and introduce