• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDEKATAN PHONOLOGICAL AWARENESS MELALUI METODE MULTI-SENSORI BAGI ANAK DYSLEXIA

N/A
N/A
Dewi Evi Astutik

Academic year: 2024

Membagikan "PENDEKATAN PHONOLOGICAL AWARENESS MELALUI METODE MULTI-SENSORI BAGI ANAK DYSLEXIA"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN

PENDEKATAN PHONOLOGICAL AWARENESS MELALUI METODE MULTI-SENSORI BAGI ANAK DYSLEXIA

By Dewi Evi Astutik (20010044066,)

Dosen pengampu: Dr. Asri Widjiastuti, M.Pd.

(2)

• Apakah yang dimaksud dengan anak yang mengalami disleksia?

• Bagaimanakah pembelajaran dengan pendekatan phonological awareness?

• Bagaimana penerapan pembelajaran menggunakan

metode multisensory untuk anak disleksia?

(3)

Disleksia

(4)

Disleksia adalah gangguan belajar

bahasa yang menyebabkan beberapa

masalah dalam membaca, mengeja

dan terkadang menulis bahasa. Siswa

yang mengalami disleksia membaca

memiliki kemampuan mental yang

sama, tetapi mereka menunjukkan

kesulitan yang cukup besar dalam

belajar membaca melalui pelatihan

reguler (Oakland, 1998).

(5)

Mungkin penguasaan keterampilan

pelatihan yang paling banyak adalah membaca. Dikatakan pemahaman

kurikulum dan tes belajar dan prestasi, rendah atau tinggi, tergantung pada

jumlah membaca yang dilakukan siswa.

(Hoospan, 2001).

(6)

Phonological

Awareness

(7)

Phonological awareness atau kesadaran fonemik merupakan pendekatan yang lebih menekankan pada bunyi huruf dalam suatu kata atau kalimat, menekankan pada

kemampuan mengenali dan

memanipulasi bagian-bagian yang

diucapkan atau dilakukan secara auditori

dalam hal yang berhubungan dengan

aspek suara, yang meliputi dalam

aktivitasfonem, suku kata, kata, kalimat,

dalam sistem bahasa.

(8)

”The recognition that words have constituents of a word (e.g., book) may be distinguished in three ways: by syllables (/book/), by one set and rimes (/b/) and /ook/), or by phonemes (/b/ and /oo/ and /k/)”

(Massachusetts 2017 English Language Arts

and Literacy Framework)

(9)

Metode Multi-sensory

(10)

Metode multisensori dilakukan berdasarkan prinsip pengamatan

terhadap berbagai indera-indera secara terpadu yang didasarkan

asumsi bahwa peserta didik akan dapat belajar dengan baik jika materi

pengajaran disajikan berbagai modalitas. Modalitas yang sering

dipakai adalah visual (penglihatan) tactile (perabaan), kinestetik

(gerakan), dan auditory (pendengaran). Misalnya, peserta didik diminta

menuliskan huruf huruf di udara dan di lantai, membentuk huruf

dengan lilin (plastisin), atau dengan menuliskannya besar-besar di

lembaran kertas. Cara ini dilakukan untuk memungkinkan terjadinya

asosiasi antara pendengaran, penglihatan dan sentuhan sehingga

mempermudah otak bekerja mengingat kembali hurufhuruf.

(11)

Design pembelajaran dalam kelas menggunakan

pendekatan phonological

awareness dan multisensory

(12)

Diadaptasi

menggunakan

metode Gillingham

• Kartu huruf ditunjukkan kepada peserta didik. Guru

mengucapkan nama hurufnya, sedangkan pesrta didik mengulanginya berkali-kali. Jika peserta didik sudah

menguasai, guru menyebutkan bunyinya, dan peserta didik mengulanginya;

Tanpa menunjukkan kartu huruf, guru mengucapkan bunyi sambil menanyakan pada peserta didik huruf apakah yang menghasilkan bunyi tertentu;

• Secara pelan-pelan, guru menuliskan huruf dan menjelskan hurufnya. Peserta didik menelusuri huruf dengan jarinya,

menyalinnya dan menuliskannya di udara, dan menyalin nya tanpa melihat contoh, kemudian guru memerintahkan peserta didik untuk menuliskan huruf yang menghasilkan bunyi tertentu;

• Setelah menguasai beberapa huruf, peserta didik mulai dapat diajarkan merangkai huruf menjadi kata. Terlebih

dahulu anak diberikan gambar yang berhubungan dengan kata seperti di bawah ini gambar bebek dan bola.

(13)

Diadaptasi

menggunakan metode

Gillingham

Lalu anak diminta untuk menebak “gambar apakah itu?” misalnya anak ia menjawab, “bebek” atau “bola”

Anak diminta untuk memisahkan kata itu menjadi suku kata dan setiap suku kata diberi ketukan dengan bangku “be-bek” “bo-la”, anak diminta untuk menghitung berapa suku kata dalam kata “bebek” dan “bola”. Hal itu diulang terus berkali-kali hingga anak

memahami konsepnya

Dimulai dari kata yang mempunyai satu suku kata, lalu dua suku kata, dan terus ditambah seiring kepahaman anak.

Jika anak salah maka pengajar harus mencontohkannya, lalu setelah itu anak diminta untuk menirukan hingga ia paham.

Tahap selanjutnya mengajak siswa bermain tebak-tebakan dengan memintanya

menyebutkan sesuatu yang memiliki bunyi depan seperti yang disebutkan. Misalnya

“coba sebutkan hewan yang berukuran kecil dengan bunyi /t/” Tikus untuk bunyi /t/

misalnya.

Lalu coba tanya lagi “sebutkan hewan yang besar badannya yang mempunyai bunyi /g/”

(14)

Contoh media

menggunakan kartu

(15)

Kartu hasil karya saya

(16)

Disleksia yaitu kesulitan belajar dalam mempelajari komponen-komponen kata dan kalimat. Indikator seorang peserta didik mengalami disleksia

adalah adanya kesulitan membaca huruf dan angka.

Phonological awareness atau kesadaran fonemik merupakan pendekatan yang lebih menekankan pada bunyi huruf dalam suatu kata atau kalimat,

menekankan pada kemampuan mengenali dan memanipulasi bagian- bagian yang diucapkan atau dilakukan secara auditori dalam hal yang berhubungan dengan aspek suara, yang meliputi dalam aktivitasfonem,

suku kata, kata, kalimat, dalam sistem bahasa.

KESIMPULAN

(17)

References

[1] Komalasari, Mahilda. 2017. Efektivitas Metode Multisensori Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Pada Peserta Didik Disleksia Di Sekolah Dasar.4(1): 14-19

[2] Malekian, Faramarz. 2012. Investigating The Effect Of Multy- SensoryGames On

Decrease Of Male Students’ Dyslexia (Base On Goodman Theory) Specified for Elementary School Second Grade In Aligudarz City.

https://www.researchgate.net/publication/275542231_Investigating_The_Effe ct_of_ Multi

Sensory_Games_on_Decrease_of_Male_Students'_Dyslexia_Based_on_Goo dman_T heory_Specified_for

_Elementary_School_Second_Grade_in_Aligudarz_ City

[3] Zulfikar. 2020. Penerapan Metode Multisensori Untuk Anak Kesulitan Belajar Dengan Media Hand Write. Jurnal.

(18)

Terima kasih telah menyimak sampai

akhir

Referensi

Dokumen terkait

Dalam membaca kata maupun kalimat, anak tidak melakukan pembalikan huruf maupun kata. Semua dilakukan dengan baik dan percaya diri karena siswa membaca dengan menunjuk

PENGGUNAAN METODE SUKU KATA MELALUI REPOSISI BUNYI DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN ANAK TUNAGRAHITA. SEDANG KELAS II SLB

Kemampuan membaca anak usia dini kelompok B di TK Cendekia Mulia Surabaya dalam hal membaca huruf vokal dan konsonan, membaca huruf yang dirangkai menjadi suku

Tes yang dilakukan adalah tes lisan terkait kemampuan membaca permulaan meliputi membaca huruf, suku kata, dan kata sederhana terhadap anak tunagrahita ringan untuk

Permendiknas 58 (2009) yang meliputi beberapa kemampuan diantaranya: 1) membaca gambar yang memiliki kata atau kalimat sederhana, 2) membaca buku cerita bergambar

Tes yang dilakukan adalah tes lisan terkait kemampuan membaca permulaan meliputi membaca huruf, suku kata, dan kata sederhana terhadap anak tunagrahita ringan untuk

Permendiknas 58 (2009) yang meliputi beberapa kemampuan diantaranya: 1) membaca gambar yang memiliki kata atau kalimat sederhana, 2) membaca buku cerita bergambar

Oleh karena itu, permasalaha yang akan onik ceria efektif untuk meningkatkan kemampuan mengenal bunyi simbol huruf konsonan bilabial bagi anak tunagrahita ringan Pendekatan yang