PENERAPAN PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN
PENDEKATAN PHONOLOGICAL AWARENESS MELALUI METODE MULTI-SENSORI BAGI ANAK DYSLEXIA
By Dewi Evi Astutik (20010044066,)
Dosen pengampu: Dr. Asri Widjiastuti, M.Pd.
• Apakah yang dimaksud dengan anak yang mengalami disleksia?
• Bagaimanakah pembelajaran dengan pendekatan phonological awareness?
• Bagaimana penerapan pembelajaran menggunakan
metode multisensory untuk anak disleksia?
Disleksia
Disleksia adalah gangguan belajar
bahasa yang menyebabkan beberapa
masalah dalam membaca, mengeja
dan terkadang menulis bahasa. Siswa
yang mengalami disleksia membaca
memiliki kemampuan mental yang
sama, tetapi mereka menunjukkan
kesulitan yang cukup besar dalam
belajar membaca melalui pelatihan
reguler (Oakland, 1998).
Mungkin penguasaan keterampilan
pelatihan yang paling banyak adalah membaca. Dikatakan pemahaman
kurikulum dan tes belajar dan prestasi, rendah atau tinggi, tergantung pada
jumlah membaca yang dilakukan siswa.
(Hoospan, 2001).
Phonological
Awareness
Phonological awareness atau kesadaran fonemik merupakan pendekatan yang lebih menekankan pada bunyi huruf dalam suatu kata atau kalimat, menekankan pada
kemampuan mengenali dan
memanipulasi bagian-bagian yang
diucapkan atau dilakukan secara auditori
dalam hal yang berhubungan dengan
aspek suara, yang meliputi dalam
aktivitasfonem, suku kata, kata, kalimat,
dalam sistem bahasa.
”The recognition that words have constituents of a word (e.g., book) may be distinguished in three ways: by syllables (/book/), by one set and rimes (/b/) and /ook/), or by phonemes (/b/ and /oo/ and /k/)”
(Massachusetts 2017 English Language Arts
and Literacy Framework)
Metode Multi-sensory
Metode multisensori dilakukan berdasarkan prinsip pengamatan
terhadap berbagai indera-indera secara terpadu yang didasarkan
asumsi bahwa peserta didik akan dapat belajar dengan baik jika materi
pengajaran disajikan berbagai modalitas. Modalitas yang sering
dipakai adalah visual (penglihatan) tactile (perabaan), kinestetik
(gerakan), dan auditory (pendengaran). Misalnya, peserta didik diminta
menuliskan huruf huruf di udara dan di lantai, membentuk huruf
dengan lilin (plastisin), atau dengan menuliskannya besar-besar di
lembaran kertas. Cara ini dilakukan untuk memungkinkan terjadinya
asosiasi antara pendengaran, penglihatan dan sentuhan sehingga
mempermudah otak bekerja mengingat kembali hurufhuruf.
Design pembelajaran dalam kelas menggunakan
pendekatan phonological
awareness dan multisensory
Diadaptasi
menggunakan
metode Gillingham
• Kartu huruf ditunjukkan kepada peserta didik. Guru
mengucapkan nama hurufnya, sedangkan pesrta didik mengulanginya berkali-kali. Jika peserta didik sudah
menguasai, guru menyebutkan bunyinya, dan peserta didik mengulanginya;
• Tanpa menunjukkan kartu huruf, guru mengucapkan bunyi sambil menanyakan pada peserta didik huruf apakah yang menghasilkan bunyi tertentu;
• Secara pelan-pelan, guru menuliskan huruf dan menjelskan hurufnya. Peserta didik menelusuri huruf dengan jarinya,
menyalinnya dan menuliskannya di udara, dan menyalin nya tanpa melihat contoh, kemudian guru memerintahkan peserta didik untuk menuliskan huruf yang menghasilkan bunyi tertentu;
• Setelah menguasai beberapa huruf, peserta didik mulai dapat diajarkan merangkai huruf menjadi kata. Terlebih
dahulu anak diberikan gambar yang berhubungan dengan kata seperti di bawah ini gambar bebek dan bola.
Diadaptasi
menggunakan metode
Gillingham
• Lalu anak diminta untuk menebak “gambar apakah itu?” misalnya anak ia menjawab, “bebek” atau “bola”
• Anak diminta untuk memisahkan kata itu menjadi suku kata dan setiap suku kata diberi ketukan dengan bangku “be-bek” “bo-la”, anak diminta untuk menghitung berapa suku kata dalam kata “bebek” dan “bola”. Hal itu diulang terus berkali-kali hingga anak
memahami konsepnya
• Dimulai dari kata yang mempunyai satu suku kata, lalu dua suku kata, dan terus ditambah seiring kepahaman anak.
• Jika anak salah maka pengajar harus mencontohkannya, lalu setelah itu anak diminta untuk menirukan hingga ia paham.
• Tahap selanjutnya mengajak siswa bermain tebak-tebakan dengan memintanya
menyebutkan sesuatu yang memiliki bunyi depan seperti yang disebutkan. Misalnya
“coba sebutkan hewan yang berukuran kecil dengan bunyi /t/” Tikus untuk bunyi /t/
misalnya.
• Lalu coba tanya lagi “sebutkan hewan yang besar badannya yang mempunyai bunyi /g/”
Contoh media
menggunakan kartu
Kartu hasil karya saya
Disleksia yaitu kesulitan belajar dalam mempelajari komponen-komponen kata dan kalimat. Indikator seorang peserta didik mengalami disleksia
adalah adanya kesulitan membaca huruf dan angka.
Phonological awareness atau kesadaran fonemik merupakan pendekatan yang lebih menekankan pada bunyi huruf dalam suatu kata atau kalimat,
menekankan pada kemampuan mengenali dan memanipulasi bagian- bagian yang diucapkan atau dilakukan secara auditori dalam hal yang berhubungan dengan aspek suara, yang meliputi dalam aktivitasfonem,
suku kata, kata, kalimat, dalam sistem bahasa.
KESIMPULAN
References
[1] Komalasari, Mahilda. 2017. Efektivitas Metode Multisensori Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Pada Peserta Didik Disleksia Di Sekolah Dasar.4(1): 14-19
[2] Malekian, Faramarz. 2012. Investigating The Effect Of Multy- SensoryGames On
Decrease Of Male Students’ Dyslexia (Base On Goodman Theory) Specified for Elementary School Second Grade In Aligudarz City.
https://www.researchgate.net/publication/275542231_Investigating_The_Effe ct_of_ Multi
Sensory_Games_on_Decrease_of_Male_Students'_Dyslexia_Based_on_Goo dman_T heory_Specified_for
_Elementary_School_Second_Grade_in_Aligudarz_ City
[3] Zulfikar. 2020. Penerapan Metode Multisensori Untuk Anak Kesulitan Belajar Dengan Media Hand Write. Jurnal.
Terima kasih telah menyimak sampai
akhir