Ketiga, model pendidikan agama Islam multikultural yang diajarkan di hari Senin dan Selosoan dalam mengembangkan sikap multikultural menggunakan pendekatan transendental transendental sebagai upaya mengamalkan akidah dan ihsan Islam. Bab ini memberikan gambaran tentang permasalahan yang berkaitan dengan penelitian, yaitu mengenai kegiatan keagamaan yang dilakukan di Pesantren Ngalah atau biasa dikenal dengan Mondayan dan Selosoan. Secara kontekstual hal ini dapat dilihat dalam upaya mencerdaskan siswa dan masyarakat pada hari senin dan selosoan serta didukung dengan keteladanan dalam kehidupan sehari-hari.
Dari keunikan tersebut, menarik untuk mengelaborasi upaya pengembangan sikap multikultural masyarakat Senin dan Selosoan yang dilakukan di Pesantren Ngalah sebagai acuan model pengembangan pendidikan Islam berwawasan multikultural, khususnya di konteks pendidikan agama Islam di Indonesia. Nilai-nilai Apa yang Diajarkan pada Hari Senin dan Selosoan dalam Pengembangan Sikap Multikultural di Masyarakat yang dilaksanakan di Pesantren Ngalah, Purwosari, Pasuruan. Bagaimana proses pembelajaran berbasis nilai-nilai pendidikan agama Islam yang diajarkan Senin dan Selosoan dalam pengembangan sikap multikultural masyarakat yang dilakukan di Pesantren Ngalah Purwosari Pasuruan.
Bagaimana model pendidikan agama Islam yang dilaksanakan pada hari Senin dan Selosoan dalam pengembangan sikap multikultural masyarakat di Pesantren Ngalah Purwosari Pasuruan.
Tujuan Penelitian
Pokok kajian tesis ini berkaitan erat dengan implementasi pendidikan multikultural di lingkungan pendidikan nonformal, yang dilaksanakan di Pesantren Ngalah. Secara umum penelitian ini mencoba menjawab pertanyaan terkait metode dalam pendidikan Islam multikultural, khususnya dalam pengembangan sikap multikultural yang seringkali hanya terfokus pada aspek kognitif, fisik dan spiritual manusia secara keseluruhan. 15 Pesantren Ngalah, kedua hasil penelitian yang diperoleh dari data atau hasil penelitian di lapangan akan digunakan untuk menyempurnakan konseptualisasi dan operasionalisasi model pendidikan agama Islam multikultural di masyarakat berdasarkan pendekatan tasawuf dan praktik TNK.
Kedua Proses Pembelajaran Berlandaskan Nilai Pendidikan Agama Islam Multikultural Hari Senin dan Selosoan dalam Pengembangan Sikap Masyarakat Multikultural dilakukan di Asrama Islam Ngalah, Purwosari, Pasuruan. Tiga Model Pendidikan Agama Islam Multikultural Senin dan Selosoan dalam Pengembangan Sikap Masyarakat Multikultural dilaksanakan di Asrama Islam Ngalah, Purwosari, Pasuruan.
Bahan pertimbangan para tokoh agama sebagai panutan masyarakat dalam mengembangkan model pembelajaran pendidikan Islam, khususnya dalam mengembangkan sikap multikultural melalui pengamalan dan pembiasaan terhadap ajaran agama yang berwawasan pada dimensi manusia secara utuh. Bahan pertimbangan bagi pengambil kebijakan dalam mengembangkan model pendidikan agama Islam multikultural di semua tatanan pendidikan formal, nonformal, dan informal yang dapat diintegrasikan ke dalam pengembangan kurikulum, peningkatan kualitas pendidik, serta perhatian dan dukungan terhadap kegiatan keagamaan di Komunitas. Sedangkan pendidikan agama Islam yang dimaksud dalam penelitian ini adalah upaya mengajarkan ajaran Islam melalui pelatihan, pengamalan, dan pembiasaan untuk mengamalkan ajaran agama Islam, termasuk ubudiyah dan muamalah, yang pada akhirnya meningkatkan kualitas spiritual, moral, intelektual dan mempengaruhi kualitas sosial.
Sedangkan yang dimaksud dengan hari senin dalam penelitian ini adalah kegiatan keagamaan yang dilaksanakan pada malam senin di Pondok Pesantren Ngalah Purwosari Pasuruan yang diperuntukkan bagi santri senior dan masyarakat sekitar, pengikutnya mencapai ribuan orang yang tersebar di berbagai kecamatan, berbagai usia yang proses kegiatannya relatif singkat, meliputi amalan sholat magrib berjamaah, macam-macam sholat sunat, dzikir, sholat dan tausiyah, upaya pengenalan dan pelaksanaan tasawuf dalam tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah. Sedangkan Selosoan dalam penelitian ini merupakan kegiatan keagamaan yang dilaksanakan pada hari selasa siang di Pondok Pesantren Ngalah dimulai dengan sholat ashar berjamaah, berbagai jenis sholat khitanan, amalan zikir, sholat, tausiyah yang merupakan kegiatan rutin dalam pelaksanaan tasawuf khususnya Pengamalan dan pengembangan TNK didominasi oleh orang dewasa, senior dan sebagian pelajar atau mahasiswa senior dan jumlah pengikutnya mencapai ratusan orang. Sedangkan pengembangan dalam kajian ini adalah untuk memperbesar atau menyempurnakan secara utuh watak, kepribadian dan dimensi spiritual yang terkandung dalam diri seseorang.
Sedangkan yang dimaksud dengan sikap dalam penelitian ini adalah dorongan jiwa atau mental yang menghasilkan tingkah laku yang baik berupa perkataan atau perbuatan yang dipengaruhi oleh perasaan yang bersifat positif dan mencerminkan multikulturalisme. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa sikap multikultural dalam penelitian ini adalah sikap mental atau watak mental yang menimbulkan perilaku baik berupa perkataan atau tindakan yang dipengaruhi oleh emosi positif dalam menanggapi atau menghadapi keragaman budaya dan heterogenitas yang ada dalam masyarakat. Dari semua pengertian istilah-istilah tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan agama Islam pada hari senin dan selosoan dalam pengembangan relasi multikultural pada masyarakat dalam penelitian ini adalah kegiatan keagamaan yang dilaksanakan pada malam senin dan selasa siang yang dilaksanakan keluar dan dilakukan di sebuah pondok pesantren Ngalah di Desa Sengonagung, Kecamatan Purwosari, Kabupaten Pasuruan.
Kegiatan tersebut merupakan pengenalan, penerapan dan pengembangan tasawuf melalui pengamalan Tārekat Naqsybandiyah Khalidiyah, yang kegiatannya terdiri dari pengamalan manasik sholat, dzikir, sholat dan tausiyah, serta mengembangkan sikap multikultural masyarakat yang mengikuti kegiatan tersebut melalui pembentukan. pengetahuan multikultural dan masuknya komunitas lintas agama dalam tausiyah sebagai upaya melatih dan membiasakan hidup di tengah perbedaan dan keragaman. Kedua, Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Senin dan Selosoan dalam pengembangan sikap multikultural dilaksanakan melalui dua cara pembelajaran, yaitu: 318 taqwa, pencapaian keseimbangan ritual dan sosial, serta pengembangan sikap multikultural serta upaya untuk untuk menciptakan perdamaian, kesejahteraan bersama dan untuk memberikan kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Implikasi Hasil Penelitian
Implikasi Teoritis
319 Islam dengan pendekatan tasawuf salam dan menghasilkan delapan serat nilai ditemukan 3 nilai baru yaitu: nilai iman dan taqwa, keseimbangan, kesederhanaan yang merupakan temuan baru. Dengan tumbuh dan berkembangnya nilai-nilai keislaman multikultural, maka memunculkan cara pandang baru dalam implementasi model pendidikan Islam multikultural, yaitu model pendidikan agama Islam yang menggambarkan suatu konsep dan pelaksanaan pembelajaran berdasarkan esensi ajaran Islam untuk melatih peserta didik agar beragama dan mampu melaksanakan, mencermati dan meneliti segala ajaran yang ada di dalamnya sehingga akan terbentuk pribadi-pribadi yang memiliki kemampuan dalam menunaikan tugas dan tanggung jawabnya sebagai hamba Allah SWT dan sekaligus sebagai khalifah di muka bumi yang seharusnya. mampu menjadi multikultural. Hasil penelitian ini berupaya membangun teori model pendidikan agama Islam multikultural dengan pendekatan tasawuf yang didukung oleh teori Al-Ghazali dan Ibnu Athaillah yang memberikan metode untuk membentuk akhlak yang baik dan benar melalui ikhlas dalam menjalankan perintah Allah. dalam kehidupan ritual dan sosial. istilah yang dimanifestasikan oleh riyadhah dan mujahadah didukung oleh model pendidikan agama Tafsir yang menawarkan tujuan pelaksanaan ritual dan sosial sebagai upaya mengingat Allah SWT yang menghasilkan peserta didik yang memiliki keimanan dan ketakwaan spiritual yang merupakan tujuan pendidikan Islam yang terintegrasi dengan pendidikan agama multikultural. digagas Baidhawi sebagai upaya menyeimbangkan ritual dan sosial dalam membangun sikap multikultural.
320 berorientasi pada mengharap ridha Allah SWT sehingga bermanfaat untuk kebahagiaan dunia sekaligus menuju kebahagiaan akhirat. Model pendidikan Islam multikultural transformatif transendental diilhami oleh hakikat dan tujuan pendidikan yang sebenarnya menurut Al-Abrasy yang berpendapat bahwa hakikat pendidikan Islam adalah mendidik akhlak dan pembentukan jiwa, yang pada akhirnya mampu mencapai tujuan hakikinya. yaitu untuk mencapai kesejahteraan di dunia dan keamanan hidup di akhirat, meningkatkan keimanan dan ketakwaan sebagai upaya mensucikan hati yang selanjutnya dapat menjadi basis potensi manusia lainnya. Model pendidikan transformatif transendental berupaya memberikan jalan tengah antara pendidikan konvensional yang identik dengan dogma agama yang kurang peka terhadap realitas sosial di sekitarnya.
Dalam model pendidikan ini, pendekatan yang berorientasi pada guru memiliki peran sentral dalam mengembangkan potensi spiritual dan meningkatkan spiritualitas siswa, sedangkan pendekatan yang berorientasi pada siswa juga digunakan untuk membangun sikap multikultural. Model pendidikan ini juga merupakan solusi untuk lebih efektif menanamkan keimanan dan ketakwaan yang selama ini belum menunjukkan keberhasilannya dalam membentuk akhlak mulia peserta didik, meskipun telah menggunakan sejumlah model, metode dan pendekatan kekinian. Anggapan ini logis karena pendidikan agama masih diajarkan pada tingkat penguasaan ilmu agama atau siswa yang memiliki ilmu agama.
Karena tujuan pendidikan Islam tidak sama dengan tujuan ilmu atau pendidikan lain, maka kedudukan pendidikan Islam lebih tinggi dan sangat perlu ditanamkan kepada peserta didik sesegera mungkin sebagai upaya meningkatkan keimanan dan ketakwaan, keimanan. dan kesalehan. bukan untuk dipelajari seperti ilmu-ilmu lain, tetapi untuk diamalkan, diamalkan, diajarkan, agar menyatu dengan pribadinya dan memperoleh akhlak mulia, yang tidak hanya diarahkan untuk kesejahteraan hidup di dunia ini, tetapi bernilai. dalam kehidupan akhirat. Oleh karena itu, perhatian khusus harus diberikan untuk memperbaiki, mengembangkan dan meningkatkan keberadaan spiritual dengan meningkatkan potensi spiritual, mengingat spiritualitas adalah inti atau inti manusia yang harus diprioritaskan dalam pendidikan dan pemberdayaan agar dapat mewarnai kehidupannya secara mencapai keseimbangan hidup, antara kesalehan ritual dan kesalehan sosial. , dan kebahagiaan di akhirat. 322 Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai pengembangan kurikulum pendidikan Islam multikultural sekaligus sebagai bahan pertimbangan kebijakan bagi instansi terkait dalam rangka proses pembelajaran keteknikan yang dapat dilaksanakan di semua lingkungan dan lembaga pendidikan, dimanapun dan kapanpun. tidak memerlukan biaya operasional yang tinggi dan birokrasi yang rumit tetapi efektif dan efektif dapat mencapai tujuan meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT dan akhlak mulia, termasuk hubungan multikultural dan menunjukkan rahmat kepada alam semesta sebagaimana diamanatkan oleh UUD 1945, Pancasila, Keputusan Pemerintah No. 55/2007 dan UU No. 18/2019.
Implikasi praktis
Pemerintahan pada masa Presiden Jokowi menggalakkan “revolusi mental” seluruh elemen bangsa dalam upaya memperbaiki keadaan dari belenggu ketidakadilan, KKN, anarki, maksiat, disintegrasi bangsa dan sebagainya. Oleh karena itu, revolusi mental harus dilandasi spiritualitas yang kuat dan mapan melalui implementasi tasawuf sebagai bagian dari upaya meningkatkan fokus mental pada hati manusia atau al qalb, karena hati adalah tempat duduk dan singgasana Tuhan yang dipercayakan kepada manusia. yang sekaligus menjadi ruang terbuka bagi potensi. Di sini tepat dikatakan bahwa bangsa Indonesia membutuhkan “revolusi spiritual” melalui implementasi tasawuf untuk membuka jalan bagi revolusi mental yang semakin mendesak untuk diikuti.
Oleh karena itu, pelaksanaan tasawuf bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT bahkan selalu dan menyatu dengan-Nya. Buku Peraturan Bersama Menteri Agama dan Dalam Negeri Nomor 8-9 Tahun 2006, Jakarta; Maloho Jaya Abadi. Peran Forum Kerukunan Umat Beragama dalam implementasi pasal 8, 9 dan 10 Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri No. 9 dan 8 Tahun 2006, Kustini.
Nilai-nilai Pendidikan Islam Multikultural dalam Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah dan Naqsyabandiyah Halidiyah di Jombang. Psikologi sufi dan humanistik (Studi tentang pemikiran Al-Ghazali dan Ibrahim Moslow serta implikasinya bagi perkembangan pendidikan. Hasil Muktamar dan Rapat Umum Jami'iyah Ahalth Thariqah al Mu'tabarah Nahdlatul Ulama M).
Implementasi Nilai Tashawuf dalam Pendidikan Islam (Solusi Antisipasi Krisis Spiritual di Era Globalisasi), Online.