• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Pendidikan Bahasa Jawa Fungsional dalam Meningkatkan Sikap Santun Siswa di MI Nurul Ulum Sidorejo Kebonsari Madiun Tahun Pelajaran 2014/2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Peran Pendidikan Bahasa Jawa Fungsional dalam Meningkatkan Sikap Santun Siswa di MI Nurul Ulum Sidorejo Kebonsari Madiun Tahun Pelajaran 2014/2015"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

PENDIDIKAN JAWA FUNGSIONAL DALAM MENINGKATKAN SIKAP BERANI SISWA MI NURUL ULUM SIDOREJO KEBONSARI MADIUN TAHUN PELAJARAN 2014/2015. Bagaimana proses pembentukan sikap santun siswa melalui pendidikan bahasa jawa di MI Nurul Ulum Sidorejo Kebonsari Madiun secara akademik Tahun Pelajaran 2014/2015 Untuk mengetahui proses pembentukan sikap santun siswa pada pendidikan bahasa Jawa di MI Nurul Ulum Sidorejo Kebonsari Madiun tahun pelajaran 2014/2015.

Sumber Data

MI Nurul Ulum Sidorejo merupakan lembaga pendidikan dasar swasta di Kebonsari Madiun yang memadukan kurikulum pendidikan umum dan agama. Kedua kurikulum ini dilaksanakan secara bersamaan, sehingga siswa diharapkan mampu memperoleh pengetahuan umum dan agama secara seimbang.

Teknik Pengumpulan Data

Metode ini digunakan untuk memperoleh data mengenai peran pengajaran bahasa Jawa fungsional dalam meningkatkan sikap siswa. Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang peran pengajaran bahasa Jawa fungsional dalam meningkatkan sikap santun siswa MI Nurul Ulum Sidorejo Kebonsari Madiun Madiun. Yang akan kita amati adalah dewan guru kelas dalam memberikan pendidikan bahasa jawa dan penerapannya bagi siswa dalam meningkatkan kesantunan siswa.

Analisis Data

Alih-alih datang ke lapangan dengan pertanyaan spesifik, peneliti etnografi menganalisis data lapangan yang dikumpulkan dari observasi partisipan untuk menemukan pertanyaan. Melalui pertanyaan yang detail dan menyeluruh, peneliti dapat memperoleh data yang besar dan akurat sehingga dapat melanjutkan ke tahap penelitian berikutnya. Analisis kompensasi mencari struktur spesifik pada setiap struktur internal dengan cara mengkontraskan antar elemen.

Analisis tema budaya yaitu mencari hubungan antar domain dan hubungan dengan keseluruhan, yang kemudian dibagi menjadi tema-tema sesuai fokus dan sub fokus penelitian.

Pengecekan Keabsahan Temuan

Keabsahan data merupakan suatu konsep penting yang diperbaharui dari konsep validitas (validitas) dan reliabilitas (reliabilitas). 26 Tingkat kepercayaan terhadap keabsahan data (reliabilitas data) dapat diperiksa dengan teknik (1) observasi yang tekun, dan (2) triangulasi. Kegigihan pengamatan ini dilakukan peneliti dengan cara: (a) melakukan pengamatan secara cermat dan rinci secara berkesinambungan terhadap faktor-faktor penting yang berkaitan dengan Peran Pendidikan Bahasa Jawa Fungsional dalam meningkatkan sikap santun siswa di MI Nurul Ulum Sidorejo, kemudian (b) mengkajinya secara rinci sampai pada suatu titik sehingga pada tahap awal pemeriksaan tampak bahwa salah satu atau seluruh faktor yang diteliti dapat dipahami secara lazim. Triangulasi merupakan teknik pengumpulan data yang memadukan berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang ada.

Apabila peneliti mengumpulkan data dengan cara triangulasi, sebenarnya peneliti mengumpulkan data dengan sekaligus menguji keandalan data, yaitu memeriksa keandalan data dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda dan sumber data yang berbeda 27 Dalam penelitian ini, Hal ini dapat dicapai peneliti dengan cara: (a) membandingkan data observasi dengan data wawancara, (b) membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi, (c) membandingkan apa yang dikatakan orang tentang situasi penelitian dengan apa yang selama ini dikatakannya. selama ini, (d) membandingkan situasi dan cara pandang seseorang yang berbeda pendapat dan pandangan dengan orang-orang yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang-orang kaya, orang-orang pemerintahan, (c) membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen yang relevan. .

Tahapan-tahapan Penelitian

SISTEMATIKA PEMBAHASAN

KAJIAN TEORI

Tinjauan tentang Pendidikan Bahasa Jawa

Bahasa Jawa merupakan bahasa daerah yang berkembang di wilayah Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Yogyakarta. Sedangkan yang dimaksud dengan Pengajaran Bahasa Jawa adalah sesuatu yang diajarkan secara nyata, membentuk aspek jasmani, mental, dan moral bagi individu dan dilakukan secara sadar oleh guru atau pembimbing dalam memahami bahasa daerah yang terutama berkembang di wilayah Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Tengah. Jawa. Jawa dan Yogyakarta agar menjadi manusia beradab yang menunaikan tugasnya, khususnya sebagai orang Jawa.

Tinjauan tentang Sikap Santun a. Pengertian sikap santun

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa sikap adalah suatu keadaan mental yang relatif diam dalam menanggapi suatu objek atau rangsangan tertentu yang mempunyai makna, baik positif maupun negatif, ditinjau dari aspek kognisi, kasih sayang, dan kecenderungan bertindak. Sedangkan yang dimaksud dengan kesantunan adalah suatu sikap yang harus menonjolkan kepribadian yang baik pada setiap orang baik dari cara berbicara maupun tingkah lakunya. Selain sikap santun juga dapat diartikan sebagai suatu proses mental yang relatif menetap dan menyikapi obyek-obyek positif, sehingga terbentuklah individu yang mempunyai kepribadian yang baik dan terbina.

Misalnya siswa yang mendapat perlakuan baik dari gurunya, baik pada jam pelajaran maupun di luar jam pelajaran, maka akan terbentuk sikap positif guru dalam diri mereka. Sebaliknya jika perlakuan guru sering kali terkesan marah, menghukum, atau tidak simpatik, maka siswa akan membentuk sikap negatif terhadap gurunya. Sikap individu banyak yang terbentuk akibat adanya komunikasi dengan orang lain, baik komunikasi langsung maupun tidak langsung yaitu melalui media massa, seperti: TV, radio, film, surat kabar dan majalah.

Banyak sikap terhadap sesuatu yang dibentuk dengan cara meniru (meniru) suatu langkah perilaku yang sesuai dengan modelnya, misalnya perilaku orang tua, guru, pemimpin, bintang film, penyanyi, dan lain-lain. Suatu lembaga juga dapat menjadi sumber yang mempengaruhi terbentuknya sikap, yaitu: lembaga keagamaan, organisasi kemasyarakatan, partai politik, dan lain-lain.

Proses pembentukan sikap santun siswa melalui Pendidikan Bahasa Jawa

Selain itu, tujuan Pendidikan Bahasa Jawa juga harus sesuai dengan prinsip-prinsip dasar kehidupan masyarakat Jawa, yaitu: Pertama, Prinsip Kerukunan yaitu masyarakat harus bersikap dalam situasi apapun agar tidak timbul konflik. Sesuai prinsip orang Jawa dewasa, dalam berbicara, dalam segala tindakannya diharapkan selalu memperhatikan agar tidak selalu menimbulkan konflik. Jika terdapat konflik kepentingan, maka tawaran atau permintaan tersebut tidak boleh langsung ditolak.

Prinsip ini menyatakan bahwa dalam berbicara dan membawa diri seseorang harus selalu menunjukkan rasa hormat kepada orang lain Kepada setiap orang ada panggilan tersendiri menurut kedudukan sosialnya, tidak diperbolehkan memanggilnya dengan nama secara langsung, semakin tinggi kedudukan seseorang maka semakin tua pula gelarnya. Seperti sebutan kakak untuk adik, mas untuk kakak, orang tua dan nenek, dhik untuk adik, kang untuk laki-laki yang lebih tua.

Tidak mungkin berbicara bahasa Jawa tanpa menghubungkan tinggi rendahnya kedudukan lawan bicara dengan kedudukan penuturnya. Kedua prinsip di atas berkaitan erat satu sama lain dan cukup untuk mengatur sepenuhnya semua kemungkinan interaksi. Oleh karena itu, kedua prinsip ini menentukan titik awal kedua belah pihak dan strategi untuk bertindak secara keseluruhan.

Bahan Ajar Membentuk sikap santun pada diri siswa melalui pengajaran bahasa Jawa lebih menekankan pada aspek menyimak dan berbicara.

Unggah-ungguh basa

Tembang

Peribahasa

Bahasa kasar adalah bahasa yang banyak digunakan oleh masyarakat awam, yang menurut bahasanya menggunakan kata-kata yang tergolong tidak sopan atau tidak sopan, kebanyakan digunakan oleh orang yang tidak pernah belajar menggunakan bahasa dasar. Pesan yang disampaikan berupa nasehat, teguran, ejekan, ungkapan penyesalan, kemarahan, gambaran nasib, kesia-siaan, gambaran tingkah laku dan watak.

Pewayangan

Selain upaya guru sebagai faktor teladan dalam mengajarkan sikap santun pada anak, peran orang tua juga mempengaruhi sikap anak dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga perlu adanya kerjasama antara orang tua di rumah dan guru di sekolah. Untuk menjamin anak mempunyai sikap hormat dan santun, hendaknya orang tua berupaya menanamkan nilai-nilai moral melalui pendidikan yang patut diteladani, baik di rumah maupun di luar. Terbentuknya sikap santun dalam proses pembelajaran sebagian bergantung pada guru yang memberikan pendidikan bahasa Jawa.

Metode belajar bahasa jawa yang tepat bagi siswa sangatlah penting karena saat ini banyak anak-anak yang mulai tidak menyukai bahasanya yaitu bahasa jawa. Misalnya saja dalam pembelajaran bahasa Jawa digunakan konsep Immersion Learning, yaitu pembelajaran yang berupaya membenamkan siswa secara langsung dalam proses pembelajaran. saat berbicara dengan nenek di rumah sebaiknya juga menggunakan bahasa yang tepat. Dalam Pendidikan Bahasa Jawa hal ini termasuk dalam materi Pacelaton atau percakapan menggunakan bahasa Jawa.

Metode hafalan juga merupakan metode klasik yang cocok digunakan untuk mengajarkan materi ajar bahasa Jawa kepada siswa, seperti menghafal tatakrama dasar. Selain berbagai metode di atas, metode pembiasaan merupakan metode yang paling umum digunakan dalam pembentukan sikap anak. Dengan metode yang menginspirasi siswa seperti itu, anak-anak menjadi bersemangat dalam belajar bahasa Jawa dan jika menjadi sesuatu yang disukai maka akan menjadi kebiasaan dan membuat anak berperilaku atau sopan kepada semua orang.

Rubrik tersebut akan menjadi penilaian guru terhadap siswa, yang dikumpulkan dalam sebuah buku untuk kemudian diberikan kepada orang tua siswa, sehingga orang tua mengetahui perkembangan sikap seorang anak.

Faktor-faktor yang menghambat sikap santun siswa melalui Pendidikan Bahasa Jawa

Faktor guru: supervisi guru kurang maksimal, guru tidak fokus dalam kelas, metode pembelajaran cenderung seragam, dan pembagian waktu kurang maksimal. Faktor siswa : kurangnya kesadaran dan motivasi dalam belajar, pengaruh kekompakan siswa dan kurangnya pemahaman siswa c. Faktor keluarga : kurangnya pengawasan dan pengajaran terhadap belajar siswa serta kurangnya kegiatan adaptasi pembelajaran dari orang tua 48 Orang tua khususnya ibu-ibu yang menjadi TKW adalah pihak yang paling berperan dalam hal ini. faktor utama dalam masalah pembentukan sikap anak.

Bagi sebagian anak, ada yang menjadi lebih mandiri, namun sebagian lainnya menjadi anak yang sulit diatur, sering bertengkar dengan temannya, sering berkata kotor, suka berbohong, dan sering membolos. 48Roswari Setiawati, Tesis: Pembelajaran Karakter dalam Pembelajaran Bahasa Jawa pada Siswa Kelas V MIN Yogyakarta 1 (Yogyakarta: tidak dipublikasikan.

TELAAH HASIL PENELITIAN TERDAHULU

Sedangkan hasil belajar bahasa Jawa siswa berbahasa Jawa lingkungan keluarga kelas V MIN Manisrejo Kota Madiun dengan skor rata-rata 74,8 termasuk kategori baik dengan persentase 40%. Jadi, terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar mata pelajaran bahasa Jawa di lingkungan keluarga berbahasa Indonesia dengan lingkungan keluarga berbahasa Jawa siswa kelas V MIN Manisrejo Kota Madiun tahun pelajaran 2012/2013. EKO PRASETYO dengan judul “Peran Guru dalam Memotivasi Siswa Berperilaku Beragama di Kelas III Semester Genap MI Mambaul Huda Ngabar”.

Guru harus menjadi teladan dan teladan bagi siswanya dan dalam semua mata pelajaran ia dapat menanamkan rasa keimanan dan akhlak yang sesuai dengan ajaran Islam. Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa latar belakang guru memberikan motivasi terhadap perilaku keagamaan yaitu mencipta.

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Based on the research findings, the researcher found the results as follows; 1 there are two kinds of learning objectives, namely general learning objectives and specific learning