• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendidikan Karakter Bagi Anak Usia Dini 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Pendidikan Karakter Bagi Anak Usia Dini 1"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

Pendidikan karakter dalam pembentukan kepribadian seseorang merupakan proses transformasi nilai-nilai kehidupan agar tumbuh dan berkembang dalam kepribadian seseorang dan menjadi satu kesatuan dalam perilaku hidupnya (Asep Dudi Suhardini, 2019: 9). Menurut Cubukcu dalam Asep Suhardini (2019:10), dalam kerangka konsep Thomas Lickona, pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai moral, kesadaran/perasaan moral dan mengimplementasikan nilai-nilai tersebut ke dalam tindakan moral. Oleh karena itu, dengan kata lain pendidikan karakter adalah pendidikan nilai, pendidikan moral atau pendidikan akhlak yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan seseorang dalam mengambil keputusan nilai/moral tentang baik dan buruk, mengembangkan dan menerapkan nilai-nilai baik tersebut dalam kehidupan nyata.

Tidak hanya membentuk manusia yang cerdas namun sekaligus membentuk kepribadian/karakter yang sesuai dengan nilai luhur, norma dan agama bangsa. Melalui gambar tabel di atas akan terlihat lebih jelas kelompok unsur-unsur esensial yang merupakan gambaran dari setiap konfigurasi unsur-unsur pendidikan karakter. Pengembangan karakter melalui pendidikan karakter menurut Kesuma (dalam Indah Permatasari, 2017:16) dalam bidang sekolah adalah: “Pembelajaran yang mengarah pada penguatan dan pengembangan tingkah laku anak secara utuh, yang dilandasi oleh nilai-nilai tertentu yang diacu. oleh sekolah".

Dalam pendidikan karakter mikro, terdapat empat pilar yang dikembangkan untuk mencapai pembentukan karakter yang diharapkan. Pengembangan karakter yang dilakukan haruslah mantap dan menjadi suatu kebiasaan yang diwujudkan dalam lingkungan siswa, sehingga dapat secara efektif membentuk karakter anak sesuai dengan nilai-nilai yang dimaksudkan. Masih pendapat Samani & Haryanto bahwa pendidikan karakter secara makro terdiri dari tiga pilar yaitu: sekolah, keluarga dan masyarakat.

Pendidikan karakter dibentuk melalui pengalaman belajar yang terstruktur dan berkelanjutan, serta ada pula penilaian untuk meningkatkan perilaku siswa.

Gambar 2.2 Implementasi Mikro Pendidikan Karakter        (Sumber: Samani & Hariyanto, 2017:15)
Gambar 2.2 Implementasi Mikro Pendidikan Karakter (Sumber: Samani & Hariyanto, 2017:15)

Definisi Pendidikan Anak Usia Dini a. Anak Usia Dini

Pendapat tentang anak usia dini pada masa prasekolah Menurut Montessori (Lesley Britton, masa prasekolah adalah masa yang berumur antara 3-6 tahun. Pada masa ini, anak belajar hanya dengan mencatatnya dalam pikiran mereka (misalnya belajar bahasa, sosial, ).dan norma budaya) sejak kecil Tahap kedua, antara usia 3 sampai 6 tahun, bahkan pada masa ini pikiran anak masih mudah menyerap, namun disertai dengan kesadaran yang mulai muncul.

Pada tahap ini anak mulai cepat memperoleh keterampilan baru, belajar dengan cepat, dan mulai timbul pertanyaan, misalnya mengapa, bagaimana. Pendidikan anak usia dini adalah pelatihan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun, yang dilaksanakan dengan memberikan rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani, sehingga anak siap memasuki pendidikan lebih lanjut (UU No. 20 Tahun 2003 o Sistem pendidikan negara, bab I pasal 1 angka 14). Pendidikan yang digunakan pada anak usia dini bertujuan untuk membentuk anak agar siap jasmani, rohani, dan rohani untuk mengikuti pendidikan selanjutnya.

Beberapa aspek tersebut menjadi penilaian tumbuh kembang anak, sehingga menjadi landasan untuk mengembangkan potensi anak ke arah yang lebih baik. Potensi kecerdasan ini harus dikembangkan, dirangsang sejak dini agar tumbuh dan berkembang secara optimal. Penyediaan pendidikan PAUD terbagi menjadi tiga bentuk, yaitu: jalur formal, nonformal, dan informal (Direktorat Pembinaan PAUD, 2015).

Taman Kanak-kanak dan RA merupakan bentuk PAUD yang memberikan layanan pendidikan kepada anak usia 4-6 tahun. TPA merupakan salah satu bentuk PAUD nonformal yang memberikan layanan pendidikan dan pengasuhan bagi anak usia 0-6 tahun. Dengan adanya lembaga pendidikan yang tersebar di seluruh masyarakat, diharapkan akan semakin mudah dalam mencari solusi pendidikan bagi anak usia dini, sehingga tidak ada keraguan untuk mulai mendidik anak sejak usia dini.

Hakikat Bermain Peran 1. Pengertian Bermain Peran

  • Fungsi bermain peran
  • Manfaat Bermain Peran
  • Langkah-Langkah Bermain Peran
  • Hubungan Pendidikan Karakter dengan Bermain Peran

Permainan peran adalah permainan simbolik, permainan pura-pura, permainan fantasi, permainan imajinasi, atau permainan drama. Role-playing merupakan momen penting dalam pengembangan kreativitas, pertumbuhan intelektual dan keterampilan sosial (Sagala, dalam Sri Indriani Harianja, 2016:52). Melalui permainan peran, anak dapat belajar percaya diri, sportif terhadap orang lain, dan berlatih.

Permainan peran merupakan bagian integral/bagian dari dramatisasi dalam cerita sehari-hari atau cerita yang dapat dibuat/dikarang. Role play/permainan simbolik memperkaya imajinasi anak untuk mengenal orang-orang disekitarnya melalui cerita sehari-hari atau cerita menarik yang disukai anak. Kegiatan bermain peran memberikan keuntungan bagi anak untuk mengeksplorasi dirinya dalam perkembangan sosial emosional dan perkembangan kognitif.

Proses bermain peran sebagai model pembelajaran memungkinkan anak mengembangkan pemahaman terhadap pandangan orang lain yang berbeda dengan dirinya, dan terhadap perilaku orang lain yang berbeda dengan dirinya. Dan pandangan Dewi (dalam Sri Indriani, 2016:33) tujuan bermain peran dengan anak dapat dirancang untuk meningkatkan perilaku positif. Jika ingin mencapai kondisi yang baik dalam proses pembelajaran, guru dapat memilih model pembelajaran melalui role play.

Lebih spesifiknya, permainan peran mempunyai tujuan sebagai berikut (Sudjana a) untuk memotivasi anak, b) untuk menarik minat dan perhatian anak, c) untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengeksplorasi di mana anak mengalami perasaan, perbedaan pendapat dan permasalahan dalam lingkungan kehidupan sosial. , d) menarik siswa untuk bertanya, e) mengembangkan kemampuan komunikasi anak, e) melatih anak berperan aktif dalam kehidupan nyata. Bermain peran merangsang kemampuan anak dalam menghadapi masalah sosial dalam berinteraksi dengan orang disekitarnya. Kegiatan bermain peran mendorong anak untuk berkreasi dan bereksplorasi melalui imajinasinya sesuai dengan peran yang ingin dimainkannya.

Setelah anak memahami peran sesuai dengan karakter masing-masing peran, ajaklah anak untuk berlatih menjalankan perannya dalam kegiatan bermain peran. Berikutnya adalah konsultasi antara guru dan siswa untuk bekerja sama dalam kegiatan role play karena role play merupakan kegiatan kelompok. Kegiatan bermain peran memerlukan latihan dan klarifikasi agar siswa jelas mengenai peran apa yang ingin dicapai dalam kegiatannya.

Melalui role play, siswa mempunyai kesempatan untuk mengembangkan idenya, mengeksplorasi peran sesuai persepsinya. Pada penelitian sebelumnya, tesis diploma berjudul Efektivitas Metode Role Playing Dalam Meningkatkan Kemampuan Berempati Pada Anak Usia Dini. Selain itu, bermain peran akan membantu mengembangkan kepekaan terhadap perasaan dan kebaikan orang lain serta memperjelas nilai-nilai diri sendiri dalam hal perilaku etis.

Hasil penelitiannya menginspirasi saya untuk menulis tentang metode bercerita melalui role play untuk anak usia dini pada kelompok usia 3-4 tahun.

Kerangka Penelitian

Yang menulis tentang pendapat Buchanan & Johnson, 2009:54 (Bening Aulia Bestari, 2017:9) bahwa bermain dilakukan tanpa kewajiban, hanya untuk mendapatkan kesenangan, melalui bermain anak belajar banyak tentang perilaku sosial dan segala aspek yang berkaitan dengan masa depan. Milik mereka. , Pengetahuan berbeda diperoleh melalui kegiatan permainan. Melalui role play, banyak hal yang dapat dilakukan agar kegiatan belajar menjadi menyenangkan bagi anak. Di antara berbagai aktivitas proses pembelajaran, role play merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan pendidikan.

Berbagai rangsangan yang dapat digunakan untuk menilai perkembangan anak yang terkandung dalam kegiatan bermain peran, yaitu bahasa, seni, sosial emosional, kognitif, psikomotor, nilai agama dan moral. Bermain peran sesuai dengan tingkat perkembangan anak usia 3-4 tahun dalam rangka pengembangan nilai agama dan moral anak; mengetahui perilaku yang berlawanan meskipun tidak selalu dilakukan, seperti memahami baik dan buruk, benar dan salah, sopan dan kasar. Dalam kerangka perkembangan kognitif; berpikir simbolik, pada masa ini anak dapat melakukan kegiatan yang direncanakan bersama teman-temannya (bermain berkelompok dengan memainkan peran-peran tertentu sesuai rencana).

Berkaitan dengan perkembangan bahasa (mengekspresikan bahasa), anak usia 3-4 tahun sudah dapat bercerita tentang pengalamannya dengan cerita sederhana. Dalam rangka pengembangan seni (tertarik pada aktivitas musik, gerak manusia, hewan, dan tumbuhan), peniruan aktivitas atau gerak orang/makhluk lain). Pada usia 3-4 tahun, anak sudah bisa meniru aktivitas orang lain baik secara langsung maupun melalui media (misalnya cara minum/berbicara/berperilaku seperti ibunya).

Role-playing merupakan suatu metode pembelajaran sebagai bagian dari simulasi yang bertujuan untuk menciptakan kembali peristiwa sejarah. Sebagai dasar pemikiran penerapan role play dalam proses pembelajaran anak usia dini, perlu dipahami perkembangan yang harus dicapai anak pada usianya. Perkembangan anak yang ingin dicapai pada usianya menjadi dasar penilaian tumbuh kembang anak usia dini.

Sebagaimana tercantum dalam standar isi, tingkat perkembangan yang harus dilalui anak sesuai dengan usianya. Role-playing melibatkan anak dalam situasi dimana anak berimajinasi dan bertindak seolah-olah dirinya adalah tokoh yang ia perankan dengan tokoh yang berbeda dengan kenyataan dirinya yang sebenarnya saat ini. Ketika tingkah laku seorang anak saat ini kurang baik, hendaknya ia berperan sebagai tokoh yang baik dalam permainan peran, hal ini sebagai pengingat akan tingkah laku yang baik dan buruk.

Gambar

Gambar 2.2 Implementasi Mikro Pendidikan Karakter        (Sumber: Samani & Hariyanto, 2017:15)
gambar mikro pendidikan karakter, sekolah adalah sebagai sektor utama (leading sector)   yang   berupaya   memanfaatkan   dan   memberdayakan   semua   lingkungan belajar yang ada untuk memperbaiki, menguatkan dan menyempurnakan secara terus   menerus   pr

Referensi

Dokumen terkait

FRIM to set up trust fund to encourage research KUALA LUMPUR The Forest Research Institute of Malaysia FRIM will set up an Antarctica Trust Fund next month to encourage more local

Life in Black and White Family and Community in the Slave South.. UK: Oxford University